9.sop Dermatitis Atopik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

SOP PENATALAKSANAAN

DERMATITIS ATOPIK
No. Dokumen : PK/SOP/RGD.000/414.102.20
/ 2022

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit : 14 Januari 2022
Halaman : 1-3
UOBF
dr. DEDE KURNIAWATI
NIP. 196412241989032019
PUSKESMAS JENU

1. Pengertian Dermatitis Atopik adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai
gatal.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam penatalaksanaan pasien Dermatitis Atopik

3. Kebijakan Keputusan Kepala UOBF Puskesmas Jenu Nomor:


440/015/KPTS/C/414.102.20/2022 tentang Kebijakan Layanan Klinis
4. Referensi KMK No.514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur / 1. Dokter/Perawat melakukan anamnesa dan menanyakan keluhan – keluhan
Langkah- pasien
Langkah  Keluhan
Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya tergantung
pada jenis dermatitis atopik (lihat klasifikasi).
Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan
menggaruk.
Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
 Faktor Risiko
1. Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
2. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi,
konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan
lain-lain).
3. Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin
tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan
meningkatnya penggunaan antibiotik.
4. Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung,
dan sejenisnya.
 Faktor Pemicu
1. Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
2. Tungau debu rumah
3. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi
Staphylococus aureus)
2. Dokter/Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan tanda – tanda vital pasien
 Pemeriksaan Fisik
1. Kering pada perabaan
2. Pucat/redup
3. Jari tangan teraba dingin
4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan
krusta pada lokasi predileksi
 Lokasi predileksi:
1. Tipe bayi (infantil)
a. Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta
lutut (pada anak yang mulai merangkak).
b. Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
2. Tipe anak
a. Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak
mata, leher, kadang-kadang di wajah.
b. Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi,
erosi. Kadang-kadang disertai pustul.
3. Tipe remaja dan dewasa
a. Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan
pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya
bibir mulut, bibir kelamin, puting susu, atau kulit kepala.
b. Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-
kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.
 Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi:
1. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit.
2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit.
3. DA berat : apabila mengenai > 50% luas permukaan kulit.
3. Dokter/Perawat melakukan pemeriksaan penunjang / laboratorium
(bila diperlukan)
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan IgE serum (bila diperlukan dan dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan Tingkat Pertama)
 Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan)
Pemeriksaan untuk menegakkan atopi, misalnya skin prick test/tes uji
Tusuk pada orang dewasa
4. Dokter/perawat melakukan penegakan diagnosis pada pasien
 Diangnosa Klinis
Diangnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa ,dan pemeriksaan fisik
Harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria
Williams (1994) di bawah ini.
 Kriteria Mayor
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
 Kriteria minor
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (Khususnya oleh S. aureus atau virus herpes
simpleks)
3. Iktiosis / hiperliniar palmaris / keratosis piliaris
4. Pitriasis alba
5. Dermatitis di papilla mamae
6. White dermogrhapism dan delayed blanch response
7. Kelilitis
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
9. Konjungtivitis berulang
10. Keratokonus
11. Katarak subskapsular anterior
12. Orbita menjadi gelap
13. Muka pucat atau eritem
14. Gatal bila berkeringat
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
16. Aksentuasi Perifolikular
17. Hipersensitif terhadap makanan
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
atau Emosi
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif
20. Kadar IgE dalam serum meningkat
21. Mulai muncul pada usia dini
 Pada bayi , kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
Tiga kriteria mayor berupa:
1. Riwayat atopi pada keluarga
2. Dermatitis pada muka dan ekstensor
3. Pruritus
Serta tiga kriteria minor berupa :
1. Xerosis / iktiosis / hiperliniaris palmaris, aksentuasi
perifolikular
2. Fisura di belakang telinga
3. Skuama di scalp kronis
 Diagnosis banding
Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), Dermatitis kontak,
Dermatitis numularis, Skabies, Iktiosis , Psoriasis (terutama di
daerah palmoplantar), Sindrom Sezary, Dermatitis herpetiformis.
Pada bayi, diagnosis banding, yaitu Sindrom imunodefisiensi
(misalnya sindrom Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE
 Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Perluasan penyakit (eritroderma)
5. Dokter / Perawat melakukan penatalaksanaan pada pasien
 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko.
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk
pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung
pelembab.
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian.
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk
menghindari kontak klorin yang terlalu lama.
g. Menghindari stress psikis.
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh
kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan
medicatedbaby oil.
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena
menginduksi resistensi.
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Topikal (2 kali sehari)
• Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal,
seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat
krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu.
6. Dokter/Perawat memberikan penyuluhan/KIE kepada pasien
 Konseling dan Edukasi
1. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi
pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk
menghindari faktor risiko dan melakukan perawatan kulit
secara benar.
2. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip
pengobatan adalah menghindari gatal, menekan proses
peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
3. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa
modifikasi gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga
harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan.
7. Dokter / perawat melakukan rencana tindak lanjut pada pasien
 Rencana tindak lanjut
1. Diperlukan pengobatan pemeliharaan setelah fase akut
teratasi. Pengobatan pemeliharaan dengan kortikosteroid
topikal jangka panjang (1 kali sehari) dan penggunaan krim
pelembab 2 kali sehari sepanjang waktu.
2. Pengobatan pemeliharaan dapat diberikan selama maksimal 4
minggu.
3. Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila terdapat efek
samping, kortikosteroid dihentikan.
8. Dokter / perawat memberikan rujuka pada pasien (bila diperlukan)
 Kriteria Rujukan
1. Dermatitis atopik luas dan berat
2. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
3. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
4. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama
4 minggu
5. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma
9. Dokter/Perawat memberikan resep / terapi pada pasien
10. Dokter/Perawat melakukan pencatatan ke dalam rekam medis dan register
rawat jalan pasien
6. Diagram
Alir Dokter/Perawat melakukan anamnesa dan menanyakan
keluhan-keluhan pasien

Dokter/Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan


tanda-tanda vital pasien

Dokter/Perawat melakukan pemeriksaan penunjang


/ laboratorium (bila diperlukan)

Dokter/perawat melakukan penegakan diagnosis


pada pasien

Dokter / Perawat melakukan penatalaksanaan pada


pasien

Dokter/Perawat memberikan penyuluhan/KIE kepada


pasien

Dokter / perawat melakukan rencana tindak lanjut


pada pasien

Dokter/perawat memberikan rujukan pada pasien


(bila diperlukan)

Dokter/Perawat memberikan resep / terapi pada


pasien
7. Unit 1. Loket
terkait 2. Poli Umum
3. UGD
4. Laboratorium
5. Kamar Obat
6. Pustu
7. Polindes
8. Ponkesdes

8.Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai


Historisi diberlakukan
Perubahan
1 Kebijakan Keputusan Kepala
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas
Jenu Nomor:
440/001.012/414.1
03.025/III.7/2019
tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
UPTD Puskesmas
Jenu.

2 Referensi KMK No.514


Tahun 2015
tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan Primer.
3 Unit Terkait 1. Loket
2. Poli Umum
3. UGD
4. Laboratorium
5. Kamar Obat
6. Pustu
7. Polindes
8. Ponkesdes

Anda mungkin juga menyukai