Kelompok 1 - Askep Gerontik Gangguan Mobilitas Fisik Lansia
Kelompok 1 - Askep Gerontik Gangguan Mobilitas Fisik Lansia
Kelompok 1 - Askep Gerontik Gangguan Mobilitas Fisik Lansia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut badan kesehatan dunia (World Health Orgazation) lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur
kesetimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologinya, lansia juga berkaitan dengan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara
fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu
berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Menurut Depkes RI 2007 rata-rata usia
harapan hidup tertinggi adalah di Jepang yaitu 80,93 tahun (pria 77,63 tahun dan wanita
84,41 tahun), Amerika Serikat 77,14 tahun (pria 74,37 tahun dan wanita 80,05 tahun),
sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) perkiraan lansia di Indonesia yang berusia
lebih dari 65 tahun sebanyak 7,18% pada tahun 2000 dan diperkirakan naik menjadi 8,5%
pada tahun 2020 penduduk lansia di Indonesia sebanyak 28,8 juta atau 11,34 %, dan
Lanjut usia (Lansia) adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu, pada
lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Darmojo, 2004).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menjadi tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan dimana pada proses menua fungsi tubuh akan mengalami penurunan dikarenakan
berkurangnya atau rusaknya sel-sel yang ada di dalam tubuh. Proses penuaan ini akan terjadi
apabila seseorang telah melewati tahap dewasa akhir. Seiring dengan proses menua maka
menyerang system musculoskeletal pada lansia, yang akan mengakibatkan cairan tulang
menurun sehingga rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor,
Pada proses degeneratif biasanya terjadi penurunan produksi cairan synovial pada
persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum menjadi
lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan
persendian. Proses degeneratif mengakibatkan terjadi perubahan pada jaringan ikat sekitar
sendi seperti tendon, ligamen, kapsul sendi dan fasia yang mengalami penurunan elastisitas.
Keterbatasan gerak dan berkurangnya aktivitas fisik pada sendi menurut Tortora &
kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Gangguan mobilitas didefinisikan secara luas
sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas normal. Gangguan mobilitas sering
sekali terjadi pada lansia. Sebagian besar lansia mengalami gangguan mobilitas dengan
bermacam-macam penyebab (Zein, 2015). Akibat dari gangguan mobilitas pada lansia akan
mempengaruhi kemampuan untuk tetap beraktivitas. Gangguan mobilitas fisik yang terjadi
kekuatan dan tenaga yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena
bertambahnya usia, menurunnya kemampuan otot, kekakuan pada persendian, gemetar pada
tangan, kepala dan rahang bawah dan umumnya disebabkan oleh adanya gangguan pada
2012).
Perawat memiliki peranan yang penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lansia yang mengalami hambatan mobilitas fisik dengan melakukan pengkajian aspek
adalah mengajarkan cara penggunaan alat bantu jalan, membantu dalam ambulasi klien,
mengajarkan cara melakukan latihan rentang gerak untuk mempertahankan kekuatan otot
sebagai bagian dari pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah kota
Pekanbaru berdasarkan program yang ditentukan yaitu mereka yang telah berusia 60 tahun
atau lebih dimana kondisinya terlantar, baik karena punya keluarga maupun lansia yang
tidak diurus oleh keluarganya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan
jumlah jumlah lansia di PSTW berjumlah 65 orang, dari data berdasarkan survey awal
tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan ketua panti dan pengasuh dari 65 orang
Berdasarkan fenomena data diatas menjadikan penulis merasa tertarik untuk mempelajari
dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan masalah gangguan
mobilitas fisik.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
keperawatan gerontik dengan masalah gangguan mobilitas fisik sesuai dengan konsep
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian data pada lansia yang menderita gangguan mobilitas fisik.
fisik.
fisik.
5) Mengevaluasi atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada lansia dengan
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah pemberian asuhan
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara mudah,
bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat
(Widuri, 2010).
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010). Mobilisasi adalah suatu kondisi
Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya
(Widuri, 2010).
Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan
fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan
stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan
pembatasan gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, Erb, &
Snyder, 2010).
2.2 Etiologi
Imobilisasi dapat disebabkan oleh trauma dan kondisi patologis Osteoartritis juga
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat
seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut
terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun di rumah sakit.
b. Proses penyakit/cedara.
c. Kebudayaan.
d. Tingkat energy.
f. Kondisi patologik.
g. Ketidakmampuan.
c. Kekakuan sendi.
d. Kontraktur.
e. Gangguan muskuloskletal.
f. Gangguan neuromuscular.
2.3 Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam imobilisasi dan antara lain:
a. Imobilisasi fisik, ketidakmampuan bergerak secara fisik karena terjadi gangguan pada
system neuro dan muskoloskeletal secara langsung maupun komplikasi dari penyakit.
Imobilitas fisik juga merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya keadaan
stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti gerakan (mis. Meningkatkan perhatian pada
sakit).
Ketidakstabilan postur.
Pergerakan lambat.
1) Subjektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerak.
2) Objektif : sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerak terbatas, fisik lemah (Tim
2.5 WOC
2.6 Pemeriksaan Penunjang
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
3) Mengkaji system persendian : Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
4) Mengkaji system otot : Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi,
dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema
5) Mengkaji cara berjalan
tulang.
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau
9) Pemeriksaan Laboratorium:
Hb↓ pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑
1) Pencegahan Primer
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan
(misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur,
kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak
mendukung.
pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan
bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian
Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan
berhasil)
c. Keamanan
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien
untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama
2) Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan
3) Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan
upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi
okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman.
2.8 Komplikasi
1) Pembekuan darah.
pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang
2) Dekubitus.
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit bila
3) Pneumonia.
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
a) Disritmia.
c) Kontraktur.
d) Gagal nafas.
b. Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah
Umur : 79 Tahun
Pekerjaan :-
Anak-Anak : 3 Orang
Klien tinggal di Rumah bersama anak nya, tempat tinggal klien di rumah yang
b. Jumlah kamar
c. Penghuni rumah
Dalam rumah yang ditempati oleh klien terdapat 3 orang penghuni kamar.
d. Derajat privacy
Ruangan yang ditempati oleh klien memiliki derajat privacy yang baik, yakni adanya
e. Tetangga
Klien dengan tetangganya hidup damai dimana sebagian mau berkunjung ke tempat
3.4 REKREASI
a. Hobi
Sebelumnya klien memiliki hobi bertani, namun sejak sulit untuk beraktivitas, klien hanya
Hari minggu:
Pukul 08.00 s/d 12.00 klien selalu ingin mengobrol dengan orang yang menemaninya. Klien
mandi dan membersihkan badan dikamar yang dibantu oleh anaknya. Klien BAB di kamar
a. Keluhan utama
Klien tidak memilki penyakit keturunan atau menular, klien saat ini mengeluh nyeri pada
pinggangnya karena sebelumnya klien pernah jatuh di kamar mandi. Sejak jatuh klien
hanya terbaring di tempat tidur tidak dapat beraktivitas. Saat berpindah ke kursi roda klien
harus dibantu orang lain. Di area kedua kaki tidak ada nyeri, namun kaki terasa lemah,
R = Pinggang.
S = Saat diam / baring tanpa aktivitas nyeri dengan skala 0-1 saat merubah posisi skala
nyeri = H-5 pada posisi berdiri tegak tanpa menggoyang kaki dipegangi skala 1-2.
Klien bisa menerima dalam menjalani proses penuannya, walaupun sesekali klien
menangis saat bercerita tentang kesulitannya untuk beraktivitas. Meski demikian klien
tetap merasa senang karena selalu ada anak nya disisinya, sehingga klien selalu tampak
Klien tidak ada menderita sakit yang lain kecuali sakit pada punggungnya dan sesekali
c. Trauma
Klien pernah mengalami jatuh di kamar mandi dan sejak saat itu klien tidak bisa
beraktivitas.
3.8 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
GENOGRAM KELUARGA
X X
KET: = Laki
= Perempuan
X = Meninggal
=Klien
Kedua orang tua dari klien sudah meninggal dunia, klien memiliki Sembilan
bersaudara dua diantara saudara laki-lakinya meninggal. klien memiliki tiga orang anak,
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serius,
3.9
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik itu dari obat, makanan, dll
3.11 NUTRISI
- Jenis makanan klien adalah nasi biasa dengan lauk dan sayur.
- Klien mengatakan tidak ada penurunan BB secara banyak, +/- hanya 1-2 kg saja.
- Frekuensi makanan = klien hanya makan setangah porsi dari yang disediakan
c. Breating
Inspeksi = bentuk dada simetris, tidak ada alat bantu nafas (spontan).
Palpasi = vocal premitus sama ka/ki, tidak terata adanya massa tidak ada nyeri dada.
Auskultasi = vesikuler.
d. Bledding (kardiovaskuler)
Palpasi = ictus cordis terata di kanan ics 2 digaris parasetamol, kiri ics 2 , ics 4 dan ics 5
di garis midelavikula.
Perkusi = Redup
e. Brain
GCS = 15
Kejang = tidak ada
Daya ingat klien masih baik, pusing atau sakit kepala tidak ada.
f. Bladder
Kandung kemih tidak ada masalah, klien tidak pasang katater, klien memakai pampers.
Skor Kriteria
Klasifikasi:
A : Mandiri untuk 6 fungsi
E : Mandiri kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
F : Mandiri kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toielt dan 1 fungsi lain
G : Tergantung 6 fungsi
Klien termasuk dalam kategori G dimana klien ketergantungan dalam hal mandi,
SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI
3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
DS:
Klien mengatakan susah/tidak bisa
duduk sendiri,
Klien mengtakan semua
aktivitasnya dibantu keluarga.
Klien mengatakan pinggangnyaa
nyeri saat merubah posisi.
3) Resiko jatuh
N DIAGNOSA
NIC NOC
O KEPERAWATAN
1 Gangguan mobilitas fisik NOC Label : Body Mechanics NIC Label Exercise
berhubungan dengan Performance Therapy: Joint Mobility
kelemahan, nyeri
Setelah dilakukan asuhan Kaji keterbatasan gerak
keperawatan diharapkan pasien sendi
dapat tetap mempertahankan Kaji motivasi klien
pergerakannya, dengan criteria: untuk mempertahankan
pergerakan sendi
Menggunakan posisi duduk
Jelaskan alasan/rasional
yang benar
pemberian latihan
Mempertahankan kekuatan
kepada pasien/ keluarga
otot
Monitor lokasi
Mempertahankan
ketidaknyamanan atau
fleksibilitas sendi
nyeri selama aktivitas
Lindungi pasien dari
cedera selama latihan
Bantu klien ke posisi
yang optimal untuk
latihan rentang gerak
Anjurkan klien untuk
melakukan latihan
range of motion secara
aktif jika
memungkinkan
Anjurkan untuk
melakukan range of
motion pasif jika
diindikasikan
Beri reinforcement
positif setiap kemajuan
klien
2 Defisit perawatan diri Self care : Activity of Daily Self Care assistane :
berhubungan dengan Living (ADLs) ADLs
kelemahan
Setelah dilakukan tindakan Monitor kemempuan
keperawatandiharapkan defisit klien untuk perawatan
perawatan diri pasien tidak diri yang mandiri.
terjadi dengan kriteria hasil: Monitor kebutuhan
klien untuk alat-alat
Klien terbebas dari bau bantu untuk kebersihan
badan. diri, berpakaian,
Menyatakan kenyamanan berhias, toileting dan
terhadap kemampuan untuk makan.
melakukan ADLs. Sediakan bantuan
Dapat melakukan ADLS sampai klien mampu
dengan bantuan secara utuh untuk
melakukan self-care.
Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
3 Resiko jatuh Trauma Risk For Fall Preventation
berhubungan dengan Injury risk for Mengidentifikasi
penurunan ekstremitas deficit kognitif atau
Setelah dilakukan tindakan
bawah fisik pasien yang
keperawatanresiko jatuh tidak
dapat meningkatkan
terjadi dengan kriteria hasil:
potensi jatuh dalam
lingkungan tertentu
Keseimbangan :
Mengidentifikasi
kemampuan untuk
perilaku dan factor
mempertahankan
yang mempengaruhi
ekuilibrium
resiko jatuh
Gerakan terkoordinasi :
Mengidentifikasi
kemampuan otot untuk
karakteristik
bekerjasama secara
lingkungan yang
volunteer untuk melakukan dapat meningkatkan
gerakan yang bertujuan potensi untuk jatuh
Perilaku pencegahan jatuh : (misalnya lantai yang
tindakan individu atau licin, dan tangga
pemberi asuhan untuk terbuka)
meminimalkan factor resiko Sarankan perubahan
yang dapat memicu jatuh dalam gaya berjalan
dilingkungan individu kepada pasien
Kejadian jatuh : tidak ada Mendorong pasien
kejadian jatuh untuk menggunakan
Pengetahuan : pemahaman tongkat atau alat
Pencegahan jatuh pembantu berjalan
pengetahuan : keselamatan Kuci roda dari kursi
anak fiaik roda, tempat tidur,
Pengetahuan : keamanan atau brankar selama
pribadi transfer pasien
Pelanggaran perlindungan Tempat artikel mudah
tingkat kebingungan akut dijangkau dari pasien
Tingkat agitasi Ajarkan pasien
Komunitas pengendalian bagaimana jatuh
resiko: kekerasan untuk meminimalkan
kekerasan Memantau
3.15 IMPLEMENTASI
09.15
Membantu dan
memantau
kemampuan untuk
mentransfer dari
tempat tidur ke kursi
roda
Menggunakan teknik
yang tepat dan
mengajarkan keluarga
untuk memindahkan
klien kekursi roda
Mengunci kursi roda
saat klien berkumpul
diruang tamu
3.16 EVALUASI
O:
P:
O:
Indeks Katz = 6
Klien tidak dapat kekamar
mandi secara mandiri
Klien tidak bisa duduk untuk
makan
A:
Masalah deficit perawatan diri
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan sesuai
implementasi
O:
A:
P: