Uji PKCSM, Ikatan Docking, Pembahasan DLL
Uji PKCSM, Ikatan Docking, Pembahasan DLL
Uji PKCSM, Ikatan Docking, Pembahasan DLL
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FAWWAZ HARIZ
NIM. 15670015
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
UJI SITOTOKSIK, TOKSISITAS DAN PREDIKSI SIFAT FISIKOKIMIA
SENYAWA ISOLIQUIRITIGENIN DAN OXYRESVERATROL TERHADAP
RESEPTOR B-CELL LYMPHOMA 2 (4AQ3) DAN VASCULAR
ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR RECEPTOR-2 (2RL5) SEBAGAI
TERAPI KANKER SERVIKS SECARA IN SILICO
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FAWWAZ HARIZ
NIM. 15670015
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Roihatul Muti’ah, M.Kes., Apt Yen Yen Ari I M.Farm.Klin., Apt
NIP. 19800203 200912 2 003 NIDT. 19930130 20180201 2 203
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FAWWAZ HARIZ
NIM. 15670015
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Farmasi
NIM : 15670015
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-banar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan data,
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Tidak ada yang tidak mungkin jika tetap terus berusaha dan terus berdoa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 8
1.5 Batasan Masalah .......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9
2.1 Metode In silico (Molecular Docking) dalam Perspektif Islam .................. 9
2.2 Pemodelan Molekul................................................................................... 10
2.3 Molegro Virtual Docker ............................................................................ 12
2.4 B-cell lymphoma 2 ..................................................................................... 12
2.5 Vascular Endothelial Growth Factor Receptor -2 .................................... 15
2.6 Interaksi Obat-Reseptor ............................................................................. 18
2.6.1 Ikatan Kovalen .................................................................................... 19
2.6.2 Ikatan Ionik ......................................................................................... 19
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Hasil penentuan sifat fisikokimia dan penerapan hukum lima
Lipinski terhadap senyawa isoliquiritigenin, oxyresveratrol,
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor dan
Phenylacylsulfonamide inhibitor................................................. 52
Tebel 5.7 Nilai Rerank Score terhadap reseptor 4AQ3 (E) dan 2RL5 ........ 66
Tabel 5.8 Asam amino dan gugus fungsi yang terlibat dalam proses ikatan
hidrogen dan interaksi sterik pada 4AQ3 (E) .............................. 69
Tabel 5.9 Asam amino yang terlibat dalam proses ikatan hidrogen dan
interaksi sterik pada reseptor 4AQ3 (E) ...................................... 69
Tabel 5.10 Asam amino dan gugus fungsi yang terlibat dalam proses ikatan
hidrogen dan interaksi sterik pada reseptor 2RL5 ....................... 74
Tabel 5.11 Asam amino yang terlibat dalam proses ikatan hidrogen dan
interaksi sterik pada reseptor 2RL5 ............................................. 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Ikatan asam amino yang berperan antara 4AQ3 dengan
phenylacylsulfonamide inhibitor ........................................... 15
Gambar 2.4 Ikatan asam amino yang berperan antara 2RL5 dengan
sorafenib ................................................................................. 18
Gambar 2.8 Peran utama E5, E6, dan E7 dalam mekanisme molekuler
HPV 16 dan 18 pada infeksi kanker serviks .......................... 28
Gambar 5.3 Hasil deteksi lubang (cavity) pada (A) reseptor 4AQ3 dan (B)
2RL5 ....................................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Analisis Statistik ANOVA Pada reseptor 4AQ3 (E). .... 99
DAFTAR SINGKATAN
ABSTRAK
Prediksi sifat fisikokima mengacu pada hukum lima Lipinski serta dilihat
dari hasil absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi dengan menggunakan
pkCSM online tool Prediksi toksisitas senyawa dengan menggunakan Protox II
online tool dan prediksi interaksi ligan dengan reseptor menggunakan Molegro
Virtual Docker (MVD). Dilakukan validasi dengan parameter valid jika nilai
RMSD < 2. Protein reseptor kanker yang digunakan adalah BCL-2 (PDB:4AQ3)
dan VEGFR-2 (PDB:2RL5).
ABSTRACT
مستخلص البحث
حارس ،حممد فواز .2019 .اختبار سمية الخاليا ( ،)Sitotoksikالتأثير السمي ( )Toksisitasوالتنبؤ بخصائص المركبات
الفيزيائية الكميائية إيسوليقويريتغين ( )Isoliquiritigeninو اوكسيريسفيراترول ( )Oxyresveratrolعلى مستقبل
خلية سرطان الغدد الليمفاوية ) (4AQ3ومستقبل عامل نمو بطانة األوعية الدموية (2RL5) 2-كعالج لسرطان عنق
الرحم في السيليكون ()In silico
PENDAHULUAN
rahim/serviks. Kanker ini akan mengenai epitel serviks dan akan menggandakan
dan berubah secara patologi anatomi (Prawihardjo, 2010). Kanker serviks dianggap
sebagai salah satu penyakit kanker yang paling mematikan selain kanker payudara
(Bhatla et al., 2018). Biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90%
penyebab kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran serviks yang menuju ke
Kanker serviks didunia diperkirakan terdapat lebih dari 570.000 kasus baru.
Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi dinegara berkembang dan
sebanyak 23,4 per 100.000 perempuan per tahun (Bruni et al., 2018). Di indonesia
setiap tahun terdapat lebih dari 15.000 kasus kanker serviks baru dan kurang lebih
8.000 kematian. Setiap hari sekitar 40-45 kasus baru ditemukan dan 20-25
seperti tes pap smear, dan tes molekul HPV DNA. Pengobatan kanker yang paling
1
2
banyak digunakan hingga saat ini meliputi kemoterapi, radiasi dan operasi
kemoradioterapi (Liu, 2018). Salah satu agen kemoterapi yang sering digunakan
dalam penanganan kanker serviks adalah cisplatin (Dipiro et al., 2008). Resistensi
terhadap obat kemoterapi termasuk cisplatin telah menjadi masalah penting dalam
pencarian sumber obat baru yang berasal dari alam. Pemilihan obat dari bahan alam
sel normal (Wijaya dan Muchtaridi, 2017). Obat dari bahan alam juga memiliki efek
samping yang rendah dan aman (Katno dan Pramono, 2017). Sumber obat dari
“Dan Dia-lah yang menurunkan air hujan dari langit lalu Kami tumbuhkan dari
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami kelurakan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pula) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman” (QS. AL-An’am : 99)
tumbuhan dengan air hujan tersebut pepohonan, seperti zaitun, kurma, anggur, dan
semua jenis pepohonan lainnya, juga buah-buahan dan sayuran (Aidh, 2008).
Menurut pada mufasir tumbuhan, tumbuh melalui beberapa fase hingga buah
tersebut matang. Pada fase kematangan, buah ataupun bagian tanaman yang lain
menunjukkan fraksi etil asetat Bawang dayak memiliki potensi sebagai anti kanker
terhadap sel hela dengan nilai IC50 sebesar 44.335 µg/ml. Senyawa mayor yang
2017).
regulasi dari ekspresi HPV16 E6 dengan jalur penghambatan melalui p53 dan Bcl-
fase G2/M namun pada konsentrasi yang berbeda efek sitotoksik ditunjukkan pada
saat ini belum ditemukan. Tetapi penelitian andrabi et al (2004) telah menunjukan
apoptosis.
apoptosis adalah sebagai anti apoptosis. Ketika jumlah protein Bcl-2 berlebih akan
migrasi atau invasi ke jaringan sekitar, dan pembentukan pembuluh darah kapiler
(Hoi et al., 2014). Apabila jalur VEGFR-2 dihambat tidak akan terbentuk pembuluh
darah baru yang berfungsi pada kelangsungan hidup sel kanker. Kode PDB protein
dan kode PDB Vascular endothelial growth factor receptor-2 adalah 2RL5 dengan
Kemajuan teknologi komputer pada saat ini dapat menjadi salah satu cara
untuk dilakukan penelitian dan penemuan obat baru. Penemuan obat baru dengan
metode komputer atau in silico merupakan metode yang baru dan tidak ada
bepikir dan berilmu sehingga dapat memahami ilmu pengetahuan baru. Salah
perumpamaan ini) yang ada dalam Alquran (Kami buatkan) Kami jadikan (untuk
dalam merancang obat. Metode yang digunakan pada suatu kondisi ke dalam
mengetahui interaksi antara suatu ligan (senyawa) dengan molekul target yaitu
reseptor, enzim dan protein. Interaksi ligan (senyawa) dengan reseptor dapat
farmakofor dari suatu senyawa (Ekins et al., 2007). Untuk melakukan simulasi
fisikokimia. Obat berdasarkan bahan alam diharapkan dapat menjadi salah satu
solusi dalam pemilihan obat kanker. Pengembangan obat kanker berdasarkan bahan
alam dikarenakan bahan alam tidak memiliki efek samping seperti obat kemoterapi
yang dapat membunuh sel normal. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
sitotoksik, uji toksisitas dan prediksi sifat fisikokimia senyawa isoliquiritigenin dan
yang terjadi, serta afinitas dan interaksi dengan asam amino antara senyawa dengan
reseptor 4AQ3 dan 2RL5. Keamanan dari suatu senyawa yang masuk di dalam
tubuh akan ditunjukkan dengan LD50, skin sensitization, Ames toxicity dan
ini adalah:
secara in silico?
1.3 Tujuan
adalah:
sebagai obat kanker serviks terhadap reseptor B-cell lymphoma 2 (4AQ3) dan
in silico.
8
oxyresveratrol sebagai anti kanker melalui B-cell lymphoma 2 (4AQ3) dan Vascular
2. Protein target yang digunakan adalah B-cell lymphoma 2 (4AQ3) dan Vascular
koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah ikatan antar atom yang dapat
(HBD) dan Polar Surface Activity (PSA) menggunakan aplikasi pkCMS online
tool.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai penemuan dan pengembangan suatu obat. Metode ini termasuk cara untuk
Informasi kimia pada metode in silico dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam
Kemajuan teknologi komputer pada saat ini dapat menjadi salah satu cara
untuk dilakukan penelitian dan penemuan obat baru. Penemuan obat baru dengan
metode komputer atau in silico merupakan metode yang tidak ada dizaman nabi
sehingga dapat memahami ilmu pengetahuan baru. Salah satunya pada Qur’an
Makna dari ayat ini menurut Tafsir al-Jalalain adalah (Dan perumpamaan-
perumpamaan ini) yang ada dalam Alquran (Kami buatkan) Kami jadikan (untuk
9
10
Salah satu metode in silico adalah Simulasi Docking yang menunjukkan suatu
proses yang terjadi oleh dua molekul secara bersamaan dalam ruang tiga dimensi.
Moleculer docking telah memberikan kontribusi yang sangat penting dalam proses
penemuan obat. Merancang dan mengembangkan obat baru baik yang berasal dari
bahan alam maupun hasil sintesis, memerlukan teknik untuk menentukan dan
memprediksi sifat fisika kimia molekul obat dan mengetahui gambaran senyawa
kimia untuk mengetahui dan evaluasi sifat sifat molekul dan struktur menggunakan
kimia komputasi modern dan grafik molekul dengan teknik visualisasi tiga dimensi
(Siswandono, 2016). Molecular docking banyak digunakan dalam bidang kimia dan
biologi komputasional untuk mempelajari sifat molekul dari sistem yang kecil
(obat) hingga molekul biologis yang besar (reseptor), serta proses interaksi aksi
obat pada tingkat molekul dan atom melalui simulasi proses interaksi obat-reseptor
konformasi protein atau molekul asam nukleat (DNA atau RNA), dan ligan. Dengan
antarmolekul yang kompleks terbentuk antara dua atau lebih konstituen molekul
(Dias, 2008).
perangkat lunak berupa aplikasi. Aplikasi yang sering digunakan pada basis
2008). Pemodelan molekul ini membutuhkan biaya yang lebih ringan dan waktu
molekuler dalam perancangan obat, yaitu adalah rancangan obat berbasis ligan
apabila telah diketahui struktur molekul aktif beserta reseptornya (ligand based
drug design) yang dapat disebut rancangan obat secara tidak langsung, dan yang
kedua adalah rancangan berbasis struktur apabila belum diketahui struktur molekul
aktifnya dan telah didapatkan reseptor target yang di inginkan (structure based drug
Ligand based drug design merupakan prediksi ikatan pada protein target
dengan menggunakan metode komputasi yang struktur 3 dimensi target yang telah
diketahui. Tujuan utama dari ligand based drug design adalah mencari gugus gugus
Structure based drug design dilakukan apabila struktur tiga dimensi dari
protein target tidak ada ataupun apabila diharuskan untuk mencari kesimpulan
menemukan kandidat obat. Pada prinsipnya metode ini adalah merancang molekul-
molekul yang dapat masuk dalam lubang (cavity) pada sisi reseptor dan dapat
2016).
ikatan ligand dilakukan dengan evaluasi secara berulang ulang dan memperkirakan
2013).
akurasi docking MVD terbukti lebih baik dari program docking yang sejenisnya
dengan presentase MVD 87%, Glide 82%, Surflex 75%, Flex 58% (Thomson and
Christensen, 2006).
dalam apoptosis sel kanker serviks. Peran dari Bcl-2 pada pembentukan sel kanker
serviks adalah ketika jumlah protein Bcl-2 berlebih akan menyebabkan kemampuan
komplek teraktivasi dari (d)ATP, sehingga caspase-3 tidak teraktivasi dan akan
dkk., 2012).
keluarga protein yaitu B-cell lymphoma 2 antagonist/ killer (BAK) dan B-cell
smac dan protein intramembran mitokondria lainya yang kemudian dilepas dan
diaktivasi oleh downstream caspases sehingga terjadi apoptosis (Gambar 2.1) (Dai
et al., 2016).
Kode protein dari reseptor B-cell lymphoma 2 pada protein data bank
cell lymphoma 2 sebagai agen anti-apoptosis dengan kode protein 4AQ3. 4AQ3
al (2012) merupakan senyawa yang telah dilakukan penelitian dan memiliki ikatan
Asam amino yang berperan pada 4AQ3 adalah Arg 105, Leu 96, Phe 157, Tyr161,
Val 92, Tyr 67, Asp 70, Met 74, Arg 66, Phe 71 and Phe 63 (Gambar 2.2) (Mala et
al., 2015).
15
Gambar 2.2 Ikatan asam amino yang berperan antara 4AQ3 dengan
phenylacylsulfonamide inhibitor (perez et al., 2012).
salah satu reseptor yang berikatan antara Vascular endothelial growth factor
menstimulasi endotelial cell survival pada pembuluh darah yang baru terbentuk.
VEGF juga merupakan stimulator kuat untuk proliferasi sel endotel, serta produksi
pengobatan pada kanker. VEGFR telah divalidasi secara klinis dan banyak
migrasi atau invasi ke jaringan sekitar, dan pembentukan pembuluh darah kapiler.
Pada epitel serviks normal VEGFR-2 tidak terdeteksi, tetapi positif pada neoplasia
serviks intraepitel dan kanker serviks sel skuamosa (Jach et al. 2010). Hal ini
dapat menghambat aktivitas kinase VEGFR-2, dengan dosis IC50 100 nM.
Kode protein dari VEGFR-2 pada protein data bank (PDB) yaitu 2RL5.
yang efektif dari angiogenesis. Penelitian Meng (2013) telah menggunakan protein
molekul yang dapat menghambat berbagai reseptor tyrosin kinase salah satunya
18
adalah VEGFR-2 (Seno, dkk., 2011). Keseluruhan asam amino yang berperan
Leu889, Val899, Phe918, Tyr916, and Leu1035. Namun asam amino yang
berikatan pada ligan sorafenib hanya Asp1046, Cys919 dan Glu885. (gambar 2.4)
(Meng, 2013).
Gambar 2.4 Ikatan asam amino yang berperan antara 2RL5 dengan
sorafenib (Meng, 2013).
informasi dan elektronik dari molekul obat dan reseptor. Perkembangan teori kimia
dari molekul obat dan reseptor menjadi fungsi energi, dan dengan meminimalkan
fungsi energi akan didapat dalam bentuk geometri yang optimal dan paling stabil,
19
inilah yang dapat menunjukan aktivitas biologis obat, yang dinyatakan dengan
Nilai Root Mean Square Deviation (RMSD) adalah metode validasi yang
dapat digunakan dalam proses docking (Marcou dan Rognan, 2007). Nilai RMSD
(Ferwadi dkk, 2017). Kemiripan tersebut diukur bedasarkan perbedaan jarak atom
sejenis (Ruswanto, 2015). Struktur yang memiliki energi paling rendah merupakan
strutur yang sangat mirip dengan struktur hasil docking (Prasojo et al, 2010).
Ikatan kovalen terbentuk bila ada dua atom saling menggunakan sepasang
elektron secara bersama-sama. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang paling
kuat. Dengan ikatan yang kuat ini pada suhu normal ikatan bersifat ireversibel dan
hanya dapat dipecah bila ada pengaruh katalisator enzim tertentu. Interaksi obat-
reseptor melalui ikatan kovalen menghasilkan kompleks yang cukup stabil, dan
sifat ini dapat digunakan untuk tujuan pengobatan tertentu. (Siswandono, 2016).
Ikatan ionik adalah ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik
akan makin berkurang bila jarak antar ion makin jauh dan pengurangan tersebut
seperti O dan N, akan membentuk distribusi elektron tidak simetrik atau dipol, yang
mampu membentuk ikatan dengan ion atau dipol yang lain, baik yang mempunyai
daerah kerapatan elektron tinggi maupun yang rendah. Gugus karbonil, ester,
amida, eter, dan nitril merupakan gugus-gugus yang memiliki fungsi dipolar
(Siswandono, 2016).
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara hidrogen (atom H) dengan
atom yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron bebas dengan
oktet lengkap, seperti F,O,N (Bruice, 2003). Ikatan hidrogen yang kekurangan
elektron pada umumnya akan terikat melalui ikatan kovalen dengan atom yang
hidrogen paling kuat ketika molekul berada dalam orientasi interaksi elektrostatik
yang maksimum. Keadaan ini terjadi ketika atom hidrogen dan dua atom lain yang
berikatan berada dalam satu garis, dimana atom akseptor berada segaris dengan
ikatan kovalen antara atom donor dan atom H (Nelson & Cox, 2001). Dalam sistem
biologis, baik donor maupun akseptor biasanya merupakan atom nitrogen atau
oksigen, khususnya atom dalam gugus amina (-NH2) dan hidroksil (-OH). Karena
ikatan antara N-H dan O-H bersifat polar, atom H-nya dapat berikatan hidrogen
Ikatan Van der Waal’s merupakan kekuatan tarik menarik antar molekul
atau atom yang tidak bermuatan, dan letaknya berdekatan. Ikatan ini terjadi karena
sifat kepolaran molekul atom (siswandono, 2016). Ketika dua atom mendekat satu
sama lain, kedua atom ini membentuk gaya tarik yang lemah dan nonspesifik yang
menyebabkan interaksi van der Waals. Kekuatan interaksi van der Waals berkurang
drastis ketika jarak molekul meningkat sehingga interaksi ini hanya terbentuk
ketika atom-atom terletak dekat. Jika atom terletak terlalu dekat, maka atom-atom
tersebut saling tolak menolak karena adanya muatan negatif pada kulit elektron
memiliki momen dipol atau terhidrasi. Karena molekul tersebut tak larut atau
hampir tak larut dalam air (Lodish, et al., 2000). Ikatan ini merupakan salah satu
kekuatan penting pada proses penggabungan daerah non polar molekul obat dengan
daerah nonpolar reseptor biologis. Daerah non polar molekul obat yang tidak larut
dalam air dan molekul-molekul air disekelilingnya, akan bergabung melalui ikatan
distabilkan melalui daya tarik menarik elektrostatik antara molekul donor elektron
dua yaitu senyawa yang berfungsi sebagai donor elektron dan sebagai aseptor
mempunyai gugus protein atau asam amino yang dapat membentu omplek melalui
Lipinski et al.(1997) telah menganalisis 2.245 obat dari data dasar WorLD
Drugs Index. Hasil analisis menyimpulkan bahwa senyawa akan sulit diabsorpsi
500, nilai log koefisien partisi oktanol/air (log P) lebih besar +5; ikatan-H donor
(HBD), yang dinyatakan dengan jumlah gugus O-H dan N-H, lebih besar 5; dan
ikatan-H aseptor (HBA), yang dinyatakan dengan jumlah atom O dan N, lebih besar
10. Analisis tersebut dikenal sebagai hukum lima Lipinski karena semua nilai
merupakan kelipatan dari angka lima. Analisa dengan menggunakan hukum lima
Lipinski dapat digunakan untuk membuktikan bahwa senyawa yang diuji mudah
seperti: berat molekul (BM), logaritma koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah
ikatan antar atom yang dapat berotasi (Torsion); Hydrogen Bond Acceptors (HBA),
Hydrogen Bond Donors (HBD), dan Polar Surface Activity (PSA) dilakukan
dengan menggunakan pkCSM online tool (Gambar 2.5) (Kesuma dkk., 2018).
23
2.8 Toksisitas
toksisitas suatu bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat
dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan uji toksisitas jangka
panjang (Donatus, 2005). Uji Ames Toxicity adalah metode yang digunakan secara
(Kesuma et al., 2018). LD50 digunakan untuk menilai potensi toksisitas jangka
pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat menyebabkan
kematian 50% hewan uji (Priyanto, 2010). Uji toksisitas secara eksperimental
System (GHS), kelas toksisitas antara lain adalah kelas I: fatal jika tertelan (LD50 ≤
5 mg/kg), kelas II : fatal jika tertelan (5 <LD50 ≤ 50 mg/kg), kelas III: beracun jika
tertelan (50 <LD50 ≤ 300 mg/kg), kelas IV: berbahaya jika tertelan (300 <LD50 ≤
2000 mg/kg), kelas V: bisa berbahaya jika tertelan (2000 <LD50 ≤ 5000 mg/kg),
kelas VI: tidak beracun (LD50> 5000 mg/kg) (El-din et al., 2016)
2.9 Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel pada
jaringan tubuh secara terus-menerus dan tidak terkendali (Dipiro et al., 2008).
Kanker merupakan penyakit yang heterogen dan kompleks yang disebabkan oleh
Siklus sel memiliki empat fase berurutan. Fase yang paling penting adalah
fase S, ketika terjadi replikasi DNA, dan fase M ketika sel membelah menjadi dua.
25
Interfase terdiri dari fese S, G1 dan G2. G1 memiliki fungsi yaitu memproduksi
enzim yang diperlukan untuk DNA. G2 adalah fase setelah fase S ketika sel
mempersiapkan untuk masuk pada fase mitosis (Murray dan Hunt, 1993). G0
adalah fase istirahat, Sel pada fase G0 masih potensial untuk berproliferasi yang
disebut sel klonogenik atau sel induk (steam sel). Jadi yang dapat menambah jumlah
sel kanker adalah sel yang dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0 (Gambar 2.6)
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher rahim/serviks, bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina, kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke dalam rahim (Amalia ,2009). Kanker serviks timbul dari leher rahim, di mana
sel-sel serviks menjadi tidak normal mulai tumbuh tidak terkendali, dan membentuk
tumor. Sekitar 90% dari neoplasia intraepitel dapat dikaitkan dengan infeksi human
papillomavirus (HPV). Hanya HPV tipe tertentu yang menyebabkan lesi intraepitel
tingkat tinggi dan kanker. HPV yang paling umum adalah HPV-16, HPV-18, HPV-
31, HPV-33, HPV-35, HPV-39, HPV-45, HPV-51, HPV-52, HPV-56, dan HPV-
58. Tipe 16 adalah bentuk paling umum dari HPV yang ditemukan dalam
Genomnya memiliki tujuh area pengkodean fungsional yaitu; E1 / E2: kode protein
yang mengontrol fungsi E6 dan E7 gen, E4: fungsi gen pengkode protein ini
sebagian besar tidak diketahui tetapi dapat mengontrol pelepasan virus dari sel, E5:
kode untuk protein hidrofobik yang meningkatkan kekebalan sel, E6: gen pengkode
protein yang menghambat regulator negatif dari siklus sel dan lebih lanjut
menghambat p53 yang merupakan faktor transkripsi untuk apoptosis, E7: kode
untuk protein virus yang mengikat ke protein retinoblastoma tumor suppressor yang
berperan dalam supressor poliferasi sel, L1 / L2: kode protein struktural yang
memiliki fungsi pada pembentukan virus yang terlambat, LCR (Long Control
Region) adalah tempat yang terletak diantara E dan L yang diperlukan untuk
replikasi virus normal dan kontrol ekpresi gen. (Faridi et al., 2011). Replikasi HPV
16 dimulai dengan replikasi DNA virus yang berbeda dengan kromosom seluler. Di
proses pembagian ini, satu sel anak bergerak terpisah dari lamina basal untuk
pengenalan dan regulator untuk transkripsi awal virus (Gambar 2.7) ( Levinson,
2008).
27
kanker servis adalah protein HPV 16 E5, E6, E7, (Narisawa-Saito dan Kiyono,
2007). Protein E6 dan E7 penting untuk penghambatan gen supresor tumor yaitu
p53 dan pRb (Tsai dan Chen, 2003). Protein E5 diketahui memiliki sifat onkogenik
Infeksi HPV pada sel kanker serviks Hela akan berikatan dengan tumor
suppressor protein p53, dimana p53 ini akan tertekan expresinya. (Goodwin dan
2017).
2.10.1 Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki ciri khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan berbeda akibat jumlah dan
posisi gugus OH yang berbeda. Antioksidan dari senyawa turunan polifenol dapat
29
radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
dibagi menjadi 2 yaitu flavonoid dan nonflavonoid. Flavonoid dibagi menjadi tujuh
2.10.1.1 Oxyresveratrol
banyak ditemukan pada akar, daun, batang dan buah yang banyak tersebar termasuk
pada tanaman famili moraceae, liliaceae dan gnetaceae (Xu et al., 2014).
aktifitas biologi sebagai anti-virus herpes simplek (herpes Simplex Virus atau HSV-
antiherpetic and anti-HIV dan pada penelitia Andrabi et al (2004) memiliki efek
jam dan 24 jam setelah treatment. Oxyresveratrol juga dapat mencegah aktivasi
2.10.2 Flavonoid
fenolik dan ditemukan pada tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
(ER-α). Esterogen Reseptor-α (ER-α) adalah salah satu anggota reseptor inti yang
2.10.2.1 Isoliquiritigenin
flavonoid alami golongan khalkon yang ditemukan pada fraksi etil acetat umbi
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), akar kayumanis atau Licorice
(Glycine max). (Mutiah dkk, 2017; Cao et al., 2004; Pan et al., 2000; Chan et al.,
beberapa target molekuler dan mengatur aktivitas apoptosis dan autophagic (Wang
et al., 2014). Selain itu juga memediasi aktivitas kemopreventif yang signifikan.
menghambat sel pertumbuhan dan menginduksi apoptosis pada sel B16 melanoma
apoptosis dari kanker paru paru pada sel a549. Isoliquiritigenin memiliki efek
sitotoksik yang sangat sedikit pada jaringan normal in vitro dan in vivo (Wu et al.,
2016).
regulasi dari ekpresi HPV16 E6. Penelitian Hirchaud (2013) menunjukan bahwa
efek sitotoksik pada 4 sel line yaitu Ca Ski, SiHa, Hela dan C-33A berlangsung pada
fase G2/M namun pada konsentrasi yang berbeda efek sitotoksik ditunjukan pada
Docking
Terdapat perbedaan
Memiliki sifat fisikokimia interaksi dan Tidak memiliki
yang baik afinitas toksisitas
33
34
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Memicu
: Menghambat
dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) memiliki aktifitas sebagai antikanker pada
antikanker terhadap sel hela dengan nilai IC50 sebesar 44.335 µg/ml.
sebagai ligan dari reseptor B-cell lymphoma 2 yang memiliki code protein 4AQ3
dan Vascular endothelial growth factor receptor-2 yang memiliki kode protein
2RL5. Penyiapan ligan dilaukan dengan aplikasi menggunakan Chem Bio Draw
Ultra versi 12 dan Chem Bio 3D Ultra versi 12. Selanjutnya dilakukan docking dari
interaksi dan afinitas yang berbeda yang ditandai dengan ikatan hidrogen, interaksi
dengan asam amino pada reseptor dan ikatan sterik serta energi ikatan yang
dapat dilakan uji fisikokimia dengan mengetahui berat molekul (BM), logaritma
koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah ikatan antar atom yang dapat berotasi
(Torsion); Hydrogen Bond Acceptors (HBA), Hydrogen Bond Donors (HBD), dan
Polar Surface Activity (PSA) sehingga akan terpenuhinya hukum lima lipinski.
toksistas dengan mengetahui nilai LD50, skin sensitization, Ames toxicity dan
System (GHS). kelas I: fatal jika tertelan (LD50 ≤ 5 mg/kg), kelas II : fatal jika
tertelan (5 <LD50 ≤ 50 mg/kg), kelas III: beracun jika tertelan (50 <LD50 ≤ 300
mg/kg), kelas IV: berbahaya jika tertelan (300 <LD50 ≤ 2000 mg/kg), kelas V: bisa
berbahaya jika tertelan (2000 <LD50 ≤ 5000 mg/kg), kelas VI: tidak beracun (LD50>
5000 mg/kg).
36
berikut:
ditunjukkan dengan nilai LD50 >2000 mg/kg dan ≤ 5000 mg/kg secara in silico.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Docker 6.0 (Molegro ApS), SMILES Translator, pkCSM online tool, Protox online
tool.
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
a. Variabel Bebas
oxyresveratrol
37
38
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai RMSD, Rerank Score,
ikatan hidrogen, ikatan sterik, jarak ikatan, berat molekul (BM), logaritma
koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah ikatan antar atom yang dap berotasi
Hepatotoxycity
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah B-cell lymphoma 2 (4AQ3) dan
4.4.1 Alat
Alat yang perangkat keras berupa satu set laptop dengan spesifikasi:
Processor tipe Intel® CoreTM i3 InsideTM, RAM 4 GB, dan harddisk 500 GB serta
perangkat lunak sistem operasi WindowsTM Seven Ultimate, Chem Bio Draw Ultra
4.4.2 Bahan
(CambridgeSoft).
A B
Gambar 4.1 Struktur tiga dimensi A. Isoliquiritigenin, B. Oxyresveratrol
sebagai protein reseptor antikanker serviks yang dapat diuduh dari situs protein
A B
dengan kode protein (2RL5) sebagai protein reseptor antikanker serviks yang dapat
A B
Studi In silico
Chem Bio Draw Ultra versi 12, kemudian dikopi pada program Chem Bio 3D Ultra
versi 12 untuk membuat struktur 3-D. Program ini dapat digunakan untuk melihat
bentuk stereokimia senyawa dan mengatur bentuk yang paling stabil dari senyawa
dengan cara meminimalkan energi, seperti MM2, MM3, MMFF94, OPLS dll.
Tetapi yang sering digunakan adalah metode MMFF94. Setelah itu dilakukan
minimalisasi energi untuk melihat bentuk stereokimia senyawa dan bentuk yang
Virtual Docker 6.0. Pada tahap ini dilakukan eliminasi molekul air dan ligan
Molegro Virtual Docker 6.0 (Molegro ApS). Terdapat beberapa langkah dalam
1. Mengunduh reseptor dari situs Protein Data Bank. Reseptor yang diunduh
IUPAC n-(4-chlorophenyl)-7-[(6,7-dimethoxyquinolin-4-yl)oxy]-2,3-dihydro-
1,4-benzoxazine-4-carboxamide
dihilangkan atom H-nya) dan memperbaiki protein reseptor yang diunduh. Hal
3. Deteksi tempat pada reseptor dimana obat akan terikat (berinteraksi). Tempat
Virtual Docker dilakukan dengan cara “allign” yaitu menempelkan tiga atom
senyawa ke tiga atom yang sama pada ligan yang ada pada reseptor. Atom yang
5. Melihat gambaran (view) letak senyawa dalam lubang reseptor (cavities). Ada
H senyawa dan reseptor. Asam-asam amino yang terlibat pada proses interaksi
oleh program Molegro Virtual Docker. Hal yang perlu diperhatikan dalam
proses ini adalah pemilihan senyawa yang di docking dan cavity dimana obat
akan berinteraksi. Parameter yang diukur dalam proses docking adalah nilai
energi yang terlibat, berupa MolDock Score, Rerank Score, dan Hbond. Untuk
molekul 2-D dengan program Chem Bio Draw Ultra Versi 12, kemudian dikopi
pada program Chem Bio 3D Ultra Versi 12 untuk membuat struktur 3-D,
memprediksi toksisitas (LD50) per oral pada rodent, klasifikasi toksisitas senyawa
Analisis data dari hasil docking dengan diketahui nilai Root Mean Square
Deviation (RMSD), Rerank Score (RS), ikatan hidrogen, ikatan sterik, jarak ikatan,
interaksi dengan asam amino dan dibandingan aktivitas antara reseptor B-cell
lymphoma 2 (4AQ3) dan jumlah ikatan antar atom yang dapat berotasi (Torsion),
Hydrogen Bond Acceptors (HBA), Hydrogen Bond Donors (HBD), dan Polar
mengetahui berat molekul (BM), logaritma koefisien partisi oktanol/air (Log P),
menggunakan Protox II online tool. Hasil akan dipaparkan dalam bentuk tabel.
Analisis statistik menggunakan aplikasi SPSS 24.0 for windows dengan metode
analisis ANOVA Uji ini dapat mengetahui senyawa uji lebih baik dibandingkan
senyawa pembanding dengan melihat perbedaan nilai rata rata Rerank Score.
BAB V
odorifera dan Glycine max. Kedua senyawa tersebut telah dilaporkan memiliki
aktivitas anti kanker secara in vitro (Minggarwati, 2018, Cao et al., 2004; Pan et al,
2000 ; Chan et al, 1998; kape et al., 1992). Isoliquiritigenin merupakan senyawa
Studi In silico yang dilakukan antara lain prediksi absorbsi dengan melihat
sifat fisikokimia, prediksi aktivitas dengan dilakukan docking molecular, dan juga
prediksi toksisitas.
Target protein reseptor VEGFR-2 dan reseptor Bcl-2 diunduh melalui situs
VEGFR-2 dan BCL-2 berdasarkan protein reseptor yang sudah memiliki ligan.
Protein reseptor VEGFR-2 dengan code pdb: 2RL5 dan protein reseptor Bcl-2
46
47
Ultra 12.0. Setelah itu gambar dua dimensi digunakan untuk membuat struktur
senyawa secara tiga dimensi hal ini dikarenakan pada semua tahap docking harus
dimensi digunakan program ChemBio 3D ultra 12.00. Hasil struktur dua dimensi
A B
C D
Gambar 5.1 Struktur dua dimensi isoliquiritigenin (A). Struktur dua dimensi
senyawa oxyresveratrol (B). Struktur tiga dimensi senyawa isoliquiritigenin (C).
Struktur tiga dimensi senyawa oxyresveratrol (D).
48
tiga dimensi dari isoliquiritigenin dan oxyresveratrol (C dan D). Struktur tiga
stereokimia yang paling stabil dan disimpan dalam bentuk *mol2. Penentuan energi
stereokimia dan bentuk yang paling stabil untuk dilakukan docking dengan reseptor
Tabel 5.1 Hasil penentuan energi minimal (kkal/mol) senyawa oxyresveratrol dan
isoliquiritigenin dengan MMFF94
Energi Minimal (Kkal/mol)
Rerata
Senyawa Replikasi Replikasi Replikasi
(kkal/mol)
I II III
Oxyresveratrol
Keterangan nama senyawa (IUPAC):
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-hydroxyphenyl)-2-
propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-1,3-benzenediol)
49
adalah sebesar 43,7543 kkal/mol dan pada oxyresveratrol adalah sebesar 6,93930
kkal/mol. Energi tersebut merupakan rerata energi seminimal mungkin pada bentuk
senyawa uji didapatkan dengan mencari database dari situs PubChem setelah
didapatkan disimpan code SMILES untuk dilakukan uji selanjutnya. Code SMILES
dari Senyawa pembanding didapatkan dari senyawa yang berperan sebagai inhibitor
pada reseptor VEGFR-2 (2RL5) dan BCL-2 (4AQ3). Senyawa pembanding dari
C1=CC(=CC=C1/C=C/C(=O)C2=C(C=C(C=C2)O)O)O
Isoliquiritigenin
C1=CC(=C(C=C1O)O)/C=C/C2=CC(=CC(=C2)O)O
Oxyresveratrol
COC1=CC2=C(C=CN=C2C=C1OC)OC3=CC4=C(C=C3)N
(CCO4)C(=O)NC5=CC=C(C=C5)Cl
CCCCN(CCCC)C(=O)C1=NN(C(=C1Cl)C)C2=C(C=C(C=C2)
C(=O)NS(=O)(=O)C3=CC4=C(C=C3)C=CC(=C4)I)C(=O)N5
CCC6=CC=CC=C6C5
Phenylacylsulfonamide inhibitor
Keterangan: Nama Senyawa (IUPAC)
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-hydroxyphenyl)-
2-propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-1,3-
benzenediol)
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor :N-(4-Chlorophenyl)-7-[(6,7-Dimethoxyquinolin-4-
Yl)oxy]-2,3-Dihydro-1,4-Benzoxazine-4-Carboxamide
Phenylacylsulfonamide inhibitor :N,N-dibutyl-4-chloro-1-[2-(3,4-dihydro-1H-
isoquinoline-2-carbonyl)-4-[(7-iodonaphthalen-2-yl)
sulfonylcarbamoyl]phenyl]-5-methylpyrazole-3-
carboxamide
Dari tabel 5.2 diatas didapatkan Code SMILES yang akan digunakan untuk
prediksi fisikokimia dan toksisitas. Code SMILES tersebut yang selanjutnya akan
digunakan pada aplikasi Protox Online tool dan pkCSM online tool.
51
yang dibutuh adalah Log P, Berat Molekul, jumlah ikatan antar atom yang dapat
(HBD) dan Polar Surface Activity (PSA) dengan memasukkan code SMILES pada
aplikasi pkCSM Online tool. Hasil prediksi sifat fisikokimia ditunjukkan pada tabel
5.3.
Tabel 5.3 Hasil penentuan sifat fisikokimia dan penerapan hukum lima Lipinski
terhadap senyawa isoliquiritigenin, oxyresveratrol, 2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine
inhibitor dan Phenylacylsulfonamide inhibitor
Parameter Hukum Lima Lipinski Penerapan
Senyawa Hukum Lima
BM LogP Torsion HBD HBA PSA (A2)
Lipinski
Oxyresveratrol
500, nilai log koefisien partisi oktanol/air (log P) lebih besar dari +5; Hydrogen
Bond Donors (HBD), yang dinyatakan dengan jumlah gugus O-H dan N-H, lebih
besar dari 5; dan Hydrogen Bond Acceptors (HBA), yang dinyatakan dengan
berat molekul kurang dari 500, log P kurang dari 5, Jumlah ikatan H donor kurang
dari 5 dan ikatan H aseptor kurang dari 10. Sehingga senyawa isoliquiritigenin dan
senyawa tersebut mudah untuk diabsorbsi dan memiliki permeabilitas yang baik.
Dilakukan juga prediksi sifat fisikokimia terhadap senyawa pada reseptor asli yaitu
didapatkan kedua ligan tersebut tidak dapat memenuhi Hukum Lima Lipinski.
Sehingga tidak dapat diabsorbsi dengan baik dan memiliki permeabilitas yang tidak
baik
inhibitor pada aplikasi pkCSM online tool. Hasil prediksi absobsi, distribusi,
Kategori Prediksi
2,3-dihydro-1, 4- Phenylacyl
Isoliquiritigenin benzoxazine
Oxyresveratrol sulfonamide
inhibitor inhibitor
Absobsi pada usus
91,096 87,586 92,086 96,021
(%)
Permeabilitas pada
-2,752 -2,783 -2,736 -2,735
kulit (Log Kp)
Permeabilitas Caco-2
(Log Ppap in 10-6 0,955 1,005 0,992 1,082
Absorbsi cm/s)
P-glycoprotein
Iya Iya Tidak Tidak
substrate
P-glycoprotein I
Tidak Tidak Iya Iya
inhibitor
P-glycoprotein II
Tidak Tidak Iya Iya
inhibitor
Vdss (Log L/kg) 0,485 -0,024 -0,433 -1,158
Permeabilitas BBB
-0,717 -0,899 -1,093 -1,567
Distribusi (Log BB)
Permeabilitas CNS
-2,205 -2,304 -2,789 -2,961
(Log PS)
CYP2D6 substrate Tidak Tidak Tidak Tidak
CYP3A4 substrate Tidak Iya Iya Iya
CYP1A2 inhibitior Iya Iya Tidak Tidak
Metabolisme CYP2C19 inhibitior Iya Iya Iya Iya
CYP2C9 inhibitior Tidak Tidak Iya Iya
CYP2D6 inhibitior Tidak Tidak Tidak Tidak
CYP3A4 inhibitior Tidak Tidak Iya Iya
Total Clearance (Log
0,087 0,195 0,36 -0,381
mg/kg/hari)
Eksresi
Renal OCT2
Tidak Tidak Tidak Iya
substrate
Keterangan :
Vdss : (Volume of Distribution at Steady State)
BBB : (Blood Brain Barier)
CNS : (Central Nervous System)
CYP2D6 : Sitokrom P2D
CYP3A4 : Sitokrom 3A4
CYP1A2 : Sitokrom 1A2
CYP2C19 : Sitokrom 2C19
CYP2C9 : Sitokrom 2C9
Renal OCT2 : Renal Organic Cation Transporter 2
54
Pada tabel 5.4 yaitu prediksi ADME menggunakan pkCSM online tool
didapat bahwa absorbsi dari kedua senyawa uji dan kedua senyawa pembanding
memiliki nilai % absorbsi pada usus antara 87,586 hingga 96,021 sehingga dapat
diprediksi memiliki absorbsi yang baik. Absobsi yang baik menurut Chander et al
(2017) apabila memiliki nilai absorbsi > 80% dan absorbsinya kurang baik jika <
30%.
mempunyai nilai Log Kp> -2.5. Dari keempat senyawa yang terdapat pada
biasanya sering digunakan sebagai model invitro dari mukosa usus sehingga dapat
(2015) senyawa dianggap memiliki permeabilitas Caco-2 yang tinggi jika Papp > 8
diterjemahkan kedalam nilai log Papp dengan dinyatakan tinggi bila memilki nilai >
0.90 Pada peneltiain ini kesemua senyawa dapat diprediksi memilki permeabilitas
P-gp akan menangkap obat lipofilik saat obat tersebut akan melakukan perjalanan
melalui lipid bilayer dan membalik molekul dari dalam ke luar dan akhirnya sampai
CNS. Volume Distribusi at Steady State (VDSS) adalah volume teoritis bahwa
dosis total obat perlu didistribusikan secara merata untuk memberikan konsentrasi
yang sama seperti pada plasma darah. Semakin tinggi nilai VDSS, semakin banyak
nilai Log VDSS < -0,15, dan tinggi bila > 0,45. Dari tabel 5.4 nilai Log VDSS yang
didapat adalah antara -0,024 hingga 0,485. Yang memiliki VDSS rendah adalah
merata untuk memberikan konsentrasi yang sama seperti pada plasma darah.
menembus sawar darah otak. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi efek
samping dan toksisitas ataupun dapat meningkatkan khasiat obat yang memilki
mampu menembus sawar otak jika memilki logBB > 0,3 dan tidak terdistribusi
dengan baik bila logBB < -1. Pada tabel 5.4 didapatkan nilai LogBB antara -1,567
hingga -0,899. Keempat senyawa tidak memilki kemampuan yang baik dalam
menembus sawar otak karena LoggBB tidak ada yang > 0,3.
56
suatu obat untu menembus sistem saraf pusat. Hal ini juga penting untuk
mengurangi efek samping dan toksisitas ataupun dapat meningkatkan khasiat obat
yang memilki tujuan pengobatan pada sistem saraf pusat. Menurut Pires et al (2015)
senyawa dikatakan LogPS >-2 dianggap dapat menembus CNS sedangkan logPS
<-3 dianggap tidak dapat menembus CNS. Pada tabel 5.4 didapatkan nilai LogPS
antara -2,961 hingga -2,205. Keempat senyawa memliki LogPS < -3 sehingga tidak
Proses metabolisme adalah suatu proses kimiawi dimana obat akan diubah
adalah hati. Sitokrom P450 merupaakan enzim detosifikasi yang banyak ditemukan
didalam hati. Enzim CYP2D6 merupakan salah satu enzim yang berperan dalam
CYP2C9. CYP2D6 inhibitor juga merupakan inhibitor dari enzim CYP2D6 dan
clearance (metabolisme di hati dan empedu) dan renal clearance (ekskresi melalui
ginjal). Hal ini berkaitan dengan bioavailabilitas, dan penting untuk menentukan
tingkat dosis untuk mencapai konsentrasi steady-state. Dari tabel 5.4 didapat nilai -
memegang peran penting dalam disposisi dan clearance obat-obatan dan senyawa
komputasi dan dapat digunakan untuk mengetahui farmakofor dari suatu senyawa
pertumbuhan sel kanker melalui jalur anti-apotosis yaitu protein reseptor 4AQ3 dan
jalur pensinyalan sebagai jalur proangiogenik pada tahap angiogenesis yaitu protein
Docker (MVD) 6.0. Sebelum dilakukan simulasi Docking dilakukan terlebih dahulu
Preparasi protein mula mula diunduh dari data file PDB (Protein Data Bank)
melalui (www.rcsb.org). Protein yang diunduh adalah protein BCL-2 dengan kode:
4AQ3 dan VEGFR-2 dengan kode: 2RL5 dengan masing masing protein memiliki
native ligan inhibitornya yaitu pada 4AQ3 memilki native ligan 2,3-dihydro-1,4-
A B
Gambar 5.2 (A) Reseptor 4AQ3 dan (B) reseptor 2RL5
Program MVD akan secara otomatis mengkoreksi protein yang telah ada
dan secara langsung melakukan penambahan atom H dan mengkoreksi apabila ada
beberapa asam amino residu yang salah baik valensi maupun muatannya
berinteraksi antara ligan dan reseptor (cavity) pada reseptor 4AQ3 dan 2RL5.
Cavity yang terdapat pada reseptor ditunjukkan dengan warna hijau. Hasil
A B
Gambar 5.3 Hasil deteksi lubang (cavity) pada (A) reseptor 4AQ3 dan (B)
(2RL5)
Keterangan :
(A) (B)
Cavity 1 Vol=936,448 Surface 2732.8 Cavity 1 Vol=107,52 Surface 304,64
Cavity 2 Vol= 416.256 Surface 1436.15 Cavity yang digunakan
Cavity yang digunakan Cavity 2 Vol= 95.744 Surface 290,56
Cavity 3 Vol= 394.726 Surface 1338.88 Cavity 3 Vol= 34,304 Surface 122,88
Cavity 4 Vol= 297.472 Surface 995.84 Cavity 4 Vol= 32,256 Surface 122.88
Cavity 5 Vol=99.328 surface 250.73 Cavity 5 Vol=31,232 surfaace 134,3
Lubang yang digunakan pada gambar 5.3 (A) adalah lubang yang
adalah lubang pada volume 416.256 dengan luas permukaan 1436.15 (Cavity 2).
Lubang tersebut digunakan karena merupakan lubang dengan area dimana native
ligan reseptor 4AQ3 berinteraksi dengan asam amino residu spesifik. Tempat native
ligan yang berikatan memiliki potensial sebagai lubang aktif reseptor. Lubang yang
digunakan pada gambar 5.3 (B) adalah lubang yang dimungkinkan memiliki
interaksi pada reseptor 2RL5. Lubang yang digunakan adalah lubang pada volume
107,52 dan luas permukaan 304,64 (Cavity 1). Lubang tersebut digunakan karena
merupakan lubang dengan area dimana native ligan reseptor 2RL5 berinteraksi
dengan asam amino residu spesifik. Tempat native ligan yang berikatan memiliki
61
potensial sebagai lubang aktif reseptor. Setelah dilakukan pemilihan lubang (cavity)
Docker:
• Scoring Function
• Search Alogarithm
Alogarithm : MolDock SE
Number of runs : 10
• Parameter Setting
reseptor. Hasil validasi ditunjukkan dengan nilai Root Mean Square Deviation
selanjutnya jika memiliki nilai RMSD ≤ 2 (Hevener et al., 2009). Hasil validasi
Berdasarkan tabel 5.5 Reseptor 2RL5 memiliki nilai RMSD 1.18875 yang
protein yang berbeda diantaranya yaitu 4AQ3 (A), 4AQ3 (B), 4AQ3 (C), 4AQ3
(D), 4AQ3 (E), 4AQ3 (F). Nilai RMSD yang didapatkan secara berurut-urut yaitu
merupakan protein yang digunakan untuk proses docking karena memiliki nilai
Hasil Simulasi Docking dapat dilihat dari rerata nilai Scoring yang
didapatkan. Digunakan tiga paramater yaitu MolDock Score. Rerank Score, dan
Ikatan H nya. Nilai MolDock Score. Rerank Score, dan Ikatan H merupakan score
yang dapat mengukur kekuatan ikatan obat-reseptor (CLCbio, 2013). Energi ikatan
juga dapat digunakan sebagai prediksi aktivitas senyawa. Energi ikatan antara ligan
dan reseptor dapat dilihat melalui Rerank Score. Rerank Score atau energi ikatan
merupakan perhitungan total dari semua ikatan yang ada. Energi ikatan menyatakan
jumlah energi yang diperlukan untuk mengadakan interaksi antara ligan dengan
Hasil docking score yang diperoleh dari simulasi docking pada ligan
Dari tabel 5.6 rerata nilai yang digunakan yaitu MolDock Score, Rerank
Score, dan Ikatan H. Pada reseptor BCL-2 (4AQ3) nilai MolDock Score, Rerank
9,0403. Nilai MolDock Score, Rerank Score dan ikatan H untuk senyawa
(2RL5) nilai MolDock Score, Rerank Score dan ikatan H untuk senyawa
Nilai MolDock Score, Rerank Score dan ikatan H untuk senyawa oxyresveratrol
Energi ikatan antara ligan dan reseptor ditunjukkan dengan nilai Rerank
Score yang telah didapat dari simulasi docking yang telah dilakukan. Nilai Rerank
mencari konformasi ligan yang relevan dengan melihat nilai terendah, dapat juga
digunakan untuk menggolongkan ligan aktif dan tidak aktif (Virtual Screening) dan
Tebel 5.7 Nilai Rerank Score terhadap reseptor 4AQ3 (E) dan 2RL5
Rerank Score
Reseptor Senyawa
(Kkal/mol)
Isoliquiritigenin -78.5041
4AQ3 (E) Oxyresveratrol -87.9985
Phenylacylsulfonamide inhibitor -123.174
Isoliquiritigenin -68.0282
2RL5 Oxyresveratrol -73.0413
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor -123.998
Keterangan : Nama Senyawa (UIPAC)
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-
hydroxyphenyl)-2-propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-
1,3-benzenediol)
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor :N-(4-Chlorophenyl)-7-[(6,7-
Dimethoxyquinolin-4-Yl)oxy]-2,3-
Dihydro-1,4-Benzoxazine-4-
Carboxamide
Phenylacylsulfonamide inhibitor :N,N-dibutyl-4-chloro-1-[2-(3,4-
dihydro-1H-isoquinoline-2-carbonyl)-4-
[(7-iodonaphthalen-2-
yl)sulfonylcarbamoyl]phenyl]-5-
methylpyrazole-3-carboxamide
Pada tebel 5.7 hasil Rerank Score pada reseptor BCL-2 sebesar sebesar -
dengan nilai Rerank Score dari native ligan Phenylacylsulfonamide inhibitor pada
reseptor BCL-2. Rerank Score dari native ligan tersebut adalah sebesar -123.174
Kkal/mol yang artinya memiliki energi lebih rendah dari kedua senyawa tersebut.
Pada tabel 5.7 hasil Rerank Score pada reseptor VEGFR-2 sebesar -68.0282
benzoxazine inhibitor reseptor VEGFR-2. Rerank Score dari ligan tersebut adalah
sebesar -123.998 Kkal/mol yang artinya memiliki energi yang lebih rendah dari
ikatan, Semakin stabil ikatan ligan dengan reseptor maka dapat di prediksikan
Kusumaningrum et al 2014).
Terdapat interaksi ligan dengan beberapa asam amino yang aktif dari
reseptor 4AQ3 (E) dan 2RL5. Salah satu sifat dari reseptor adalah terdiri dari asam
amino yang akan berinteraksi dengan ligan sehingga dapat menentukan interaksi
yang terjadi pada ikatan ligan dengan asam amino (Yahalom et al., 2011.,
Khazanov dan karlson 2013). Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang spesifik jarak
dekat dan berinteraksi langsung. Ikatannya terjadi antara atom hidrogen terikat
secara kovalen dan atom elektronegatif (biasanya F,N,S atau O), dan sebuah atom
ligan uji isoliquiritigenin dan oxyresveratrol ditunjukkan pada gambar 5.4 dan
ikatan dengan asam amino ditunjukkan pada gambar 5.5, tabel 5.8 dan tabel 5.9.
A B
Gambar 5.4 Gambar A. Posisi terbaik Isoliquiritigenin (warna ungu),
Oxyresveratrol (warna biru) dan Phenylacylsulfonamide inhibitor (warna kuning)
terhadap reseptor 4AQ3 (E) dengan Residu asam amino ditunjukkan stick style dan
ligan dengan thick lines with fixed colour. Gambar B. Posisi terbaik
Isoliquiritigenin (warna ungu), Oxyresveratrol (warna biru) dan
Phenylacylsulfonamide inhibitor (warna kuning) terhadap reseptor 4AQ3 (E).
A B C
Gambar 5.5 Bentuk 2 Dimensi ikatan Hidrogen antara (A) Phenylacylsulfonamide
inhibitor (B) Isoliquirtigenin dan (C) Oxyresveratrol dengan reseptor 4AQ3 (E)
garis biru sebagai ikatan hidrogen dan garis merah sebagai ikatan sterik.
69
Tabel 5.8 Asam amino dan gugus fungsi yang terlibat dalam ikatan hidrogen dan
interaksi sterik pada reseptor 4AQ3 (E)
Ikatan hidrogen antara Interasi sterik
Jarak
Senyawa Asam Gugus asam Gugus ligan dan jarak (Ǻ)
(Ǻ)
amino
Phenylacylsulfonamide Gly 162 (A) N-H Atom O Nomor 40 3,11 Phe 63(E) (3,15)
inhibitor Gln 58 (A) N-H Atom O Nomor 41 2,81 Leu 96(E) (3,07)
Tyr 67 (E) O-H Atom N Nomor 38 3,10 Glu 95(E) (3,14)
O-H Atom O Nomor 41 3,19
Isoliquiritigenin Arg 66 (E) N-H Atom O Nomor 10 3,04 Gly 104(E) (2,98)
Asp 62 (A) C=O Atom O Nomor 10 2,74 Arg 66 (E) (3,06)
Arg 105 (E) N-H Atom O Nomor 17 2,63
Tyr 67 (E) O-H Atom O Nomor18 3,05
Oxyresveratrol Leu 160 (A) C=O Atom O Nomor 16 3,06
Ala 59 (E) C=O Atom O Nomor 17 2,58
Gln 58 (A) N-H Atom O Nomor 7 3,09
Tyr 67 (E) O-H Atom O Nomor7 3,12
Pada gambar 5.5 menunjukkan ikatan hidrogen dan juga ikatan sterik. Ikatan
hidrogen ditandai dengan garis putus putus berwarna biru dan pada ikatan sterik
ditunjukkan dengan gari putus putus berwarna merah. Pada tabel 5.8 dan 5.9
menunjukkan ikatan hasil docking menggunakan reseptor 4AQ3 (E). Pada native
yaitu Gly 162 (A), Gln 58 (A) Tyr 67 (E). Pada ligan isoliquiritigenin yaitu Arg 66
(E), Asp 62 (A), Arg 105 (E), Tyr 67 (E). Pada ligan oxyresveratrol berikatan
dengan asam amino Leu 160 (A), Ala 59 (E), Gln 58 (A), dan Tyr 67 (E).
native ligan Phenylacylsulfonamide inhibitor yaitu asam amino Tyr 67 (E). Jika
dengan asam amino Arg 105 namun tidak dengan Arg 66 (E) dan Asp 62 (A).
Berdasarkan tabel 5.8 dan 5.9 Interaksi yang terlibat dalam ikatan hidrogen
ditunjukkan pada atom O pada gugus OH pada O nomor 18 dengan jarak ikatan
sebesar 3.05 Ǻ dengan mengikat gugus O-H pada gugus asam amino Tyr 67 (E),
dan atom N pada gugus N-H pada O nomor 17 dengan jarak ikatan sebesar 2.63 Ǻ
dengan mengikat gugus N-H pada gugus asam amino Arg 105 (E).
yaitu asam amino yang sama yaitu Tyr 67 (E). Ikatannya dengan asam amino yang
aktif hanya pada Tyr 67 namun tidak dengan Leu 160 (A), Ala 59 (E), Gln 58 (A).
Berdasarkan tebel 5.8 dan 5.9 Interaksi yang terlibat dalam ikatan hidrogen
71
ditunjukkan pada atom O pada O-H pada O nomor 7 dengan jarak ikatan 3,12 Ǻ
dengan mengikat gugus O-H pada gugus asam amino Tyr 67 (E).
Asam amino Gly 162 (A), Gln 58 (A), Asp 62 (A), Leu 160 (A) tidak
memiliki peran apapun karena memang asam amino tersebut merupakan asam
amino pada protein reseptor 4AQ3 (A) yang ikut terikat di dalam melakukan
docking.
Adanya kesamaan asam amino Tirosin (Tyr) 67 (E) pada kedua ligan uji dan
native ligan didapatkan bahwa asam amino Tyr 67 (E) merupakan sisi aktif pada
reseptor 4AQ3(E). Residu asam amino Tyr 67 (E) ini terdapat pada domain BH3
dari Bcl-2. Ikatan ini akan mengaktifkan BH-3 sehingga akan menjadi Pro-
Apoptosis. Pro-apoptosis ini akan bersaing dengan anti apoptosis. Sehingga ketika
oleh Apaf-1 (Apoptosis Activating Factor), Lalu akan diikat dan membentuk CARD
Apoptosome ini lah yang akan mengaktivasi caspase 9. Sehingga caspase 9 akan
Ikatan Tyr 67 (E) pada native ligan dapat dikatakan lebih baik dari senyawa
uji karena pada native ligan terdapat gugus ligan atom N nomor 38 dan atom O
nomor 41. Ikatan hidrogen pada atom O nomor 41 memiliki ikatan hidrogen yang
sangat kuat dibanding ikatan atom N (Muchtaridi et al, 2018). Sedangkan pada
72
Asam amino Arginin (Arg) 105 (E) yang berikatan pada senyawa
isoliquiritigenin merupakan sisi aktif dari reseptor Bcl-2 (Mala et al, 2015).
Sehingga ikatanya untuk mengaktivasi BH3 meningkat. Namun pada residu asam
amino Arg 66 (E) dan Ala 59 (E) bukan merupakan sisi aktif dari resepror. Ikatan
terhadap sisi yang tidak aktif yang dapat memungkinkan untuk mengurangi efek
dari senyawa tersebut (Clemente at al, 2004). Untuk menjadikan sisi tidak aktif
menjadi aktif dapat dilakukan Penambahan gugus fosfat (Yamamoto et al, 1999).
Ikatan sterik yang terdapat pada uji kali ini pada native ligan terdapat asam
amino Phe 63(E), Leu 96(E) dan Glu 95(E). Lalu pada ligan Isoliquiritigenin
terdapat asam amino Gly 104(E) dan Arg 66 (E). Namun pada ligan Oxyresveratol
tidak terdapat ikatan sterik yang terjadi. Asam amino tersebut dapat lebih
menstabilkan suatu ikatan, Karena ikatan sterik (Van der Waals) ketika terdapat dua
atom yang saling berdekatan akan membentuk gaya tarik yang lemah dan non
spesifik. Interaksi sterik (Van der Waals) ini kekuatanya akan berkurang derastis
ketika jarak molekul meningkat. Ikatan sterik dapat memberikan tempat bagi
interaksi hidrogen dengan asam amino yang aktif. Suatu ikatan sterik sangat
pada gambar 5.6 dan ikatan dengan asam amino ditunjukkan pada gambar 5.7, tabel
A B
Gambar 5.6 Gambar A. Posisi terbaik senyawa isoliquiritigenin (warna ungu),
oxyresveratrol (warna biru) dan 2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor (warna
kuning) terhadap reseptor 2RL5 dengan Residu asam amino ditunjukkan stick style
dan ligan ditunjukkan dengan thick lines with fixed colour. Gambar B Posisi terbaik
isoliquiritigenin (warna ungu), oxyresveratrol (warna biru) dan 2,3-dihydro-1, 4-
benzoxazine inhibitor (warna kuning) terhadap reseptor 2RL5.
A B C
Gambar 5.7 Bentuk dua dimensi ikatan hidrogen antara 2,3-dihydro-1, 4-
benzoxazine inhibitor (A) isoliquirtigenin (B) dan oxyresveratrol (C) pada reseptor
74
2RL5 dengan garis biru sebagai ikatan hidrogen dan garis merah sebagai ikatan
sterik
Tabel 5.10 Asam Amino dan gugus fungsi yang terlibat dalam ikatan hidrogen
dan interaksi sterik pada reseptor 2RL5
Senyawa Asam Ikatan hidrogen antara Interaksi sterik
Jarak
amino Gugus asam Gugus ligan dan jarak (Ǻ)
(Ǻ)
amino
2,3-dihydro-1,4- Cys 919 N-H Atom N nomor 11 2,86 Asp 1046 (3,15)
benzoxazine inhibitor Asp 1046 N-H Atom N nomor 25 3,43
Isoliquiritigenin Thr 916 C-H Atom O nomor 3 3,16 Cys 919 (3,04)
Cys 919 C=O Atom O nomor 17 3,06 Val 848 (3,02)
Lys 868 N-H Atom O nomor 10 2,93 Val 914 (2,99)
Val 914 C=O Atom O nomor 10 2,18
Oxyresveratrol Glu 917 C=O Atom O nomer 6 3,01 Ala 866 (3,07)
Cys 919 N-H Atom O nomer 6 2,94
Lys 868 N-H Atom O nomer 16 3,14
Val 914 C=O Atom O nomer 16 3,14
Keterangan :Nama Senyawa (UIPAC)
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-
hydroxyphenyl)-2-propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-1,3-
benzenediol)
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor :N-(4-Chlorophenyl)-7-[(6,7-
Dimethoxyquinolin-4-Yl)oxy]-2,3-Dihydro-1,4-
Benzoxazine-4-Carboxamide
Tabel 5.11 Residu asam amino yang telibat dalam proses ikatan hidrogen dan
interaksi sterik pada reseptor 2RL5
Ikatan Hidrogen Interaksi sterik
Senyawa Asp Cys Lys Tyr Val Glu Asp Cys Val Val Ala
1046 919 868 916 914 917 1046 919 848 914 966
Isoliquiritigenin - + + + + - - + + + -
Oxyresveratrol - + + - + + - - - - +
2,3-dihydro-1,4- + + - - - - + - - -
benzoxazine
inhibitor
Keterangan: Nama Senyawa (IUPAC)
+ : Satu gugus asam amino yang terlibat
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-
hydroxyphenyl)-2-propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-1,3-
benzenediol)
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor :N-(4-Chlorophenyl)-7-[(6,7-
Dimethoxyquinolin-4-Yl)oxy]-2,3-Dihydro-1,4-
Benzoxazine-4-Carboxamide
75
kuning) terhadap reseptor 2RL5 dengan residu asam amino ditunjukkan stick style
dan ligan ditunjukkan dengan thick lines with fixed colour. Pada gambar 5.7
menunjukkan ikatan hidrogen dan ikatan sterik dengan garis biru sebagai ikatan
hidrogen dan garis merah sebagai ikatan sterik. Pada tabel 5.10 dan tabel 5.11
menunjukkan ikatan hasil docking menggunakan reseptor 2RL5. Pada native ligan
yang diikat yaitu Cys 919 dan Asp 1046. Pada ligan isoliquiritigenin yaitu Thr 916,
Cys 919, Lys 868, Val 914. Pada ligan oxyresveratrol yaitu Glu 917, Cys 919, Lys
dengan native ligan yaitu Cys 919. Jika dibandingkan dengan residu asam amino
yang aktif isoliquiritigenin juga menunjukkan ikatanya pada Thr 916, Lys 868, Val
914. Berdasarkan tabel 5.10 dan 5.11 Interaksi ikatan hidrogen senyawa
O gugus OH pada O nomor 17 dengan jarak ikatan sebesar 3.05 Ǻ dengan gugus
C=O pada gugus asam amino Cys 919, atom C gugus C-H pada O nomor 3 dengan
jarak ikatan sebesar 3.14 Ǻ dengan gugus C-H pada gugus asam amino Thr 916,
dan atom N gugus N-H pada O nomor 10 dengan jarak ikatan sebesar 2.18 Ǻ dengan
dengan kontrol pada asam amino Cys 919. Jika dibandingkan dengan residu asam
76
amino yang aktif, Oxyresveratrol juga menunjukkan ikatannya dengan asam amino
Lys 868 namun tidak dengan Glu 917 dan Val 914. Berdasarkan tebel 5.8 Interaksi
ikatan hidrogen senyawa dengan residu asam amino ditunjukkan dengan terlibatnya
atom O gugus OH pada O nomor 6 dengan jarak ikatan sebesar 2.94 Ǻ dengan
gugus N-H pada gugus asam amino Cys 919 dan atom N gugus N-H pada O nomor
16 dengan jarak ikatan sebesar 3.14 Ǻ dengan gugus N-H pada gugus asam amino
Lys 868.
Adanya kesamaan residu sistein (Cys) 919 yang terlibat dalam proses
dengan asam amino Cys 919 sebagai sisi aktif akan meningkatkan ikatan dengan
terlibatnya ikatan amida NH atau aryl C-H dari asam amino sistein. Pada asam
amino Lys 868 pada penelitian Ebadi et al (2012) dapat bertanggung jawab dan
meningkatkan ikatan pada sisi aktif reseptor. Penelitian ini juga menyatakan bahwa
asam amino Valin (Val) memiliki ikatan namun ikatan tersebut tidak sesuai pada
sisi aktif reseptor. Asam Glutamat (Glu) 917 bukan merupakan asam amino aktif
dari reseptor. Asam amino Glu yang aktif pada reseptor 2RL5 yaitu Glu 885 (La et
al, 2008, Ugale et al, 2017). Peran dari Asam Glutamat (Glu) telah dilaporkan pada
melalui jalur VEGFR-2. Pada ikatan Thr 916 pada reseptor 2RL5 merupakan ikatan
Interaksi sterik (Van der Waals) pada tabel 5.10 dan 5.11 menunjukkan
ikatan sterik dengan asam amino Asp 1046, Cys 919, Val 848, Val 914 dan Ala866.
Asam amino tersebut dapat lebih menstabilkan suatu ikatan. Karena ikatan sterik
(Van der Waals) ketika terdapat dua atom yang saling berdekatan akan membentuk
gaya tarik yang lemah dan non spesifik. Interaksi sterik (Van der Waals) ini
kekuatanya akan berkurang derastis ketika jarak molekul meningkat. Suatu ikatan
sterik sangat mempengaruhi ikatan hidrogen yang terjadi (muchtaridi et al, 2018).
Ikatan sterik dapat memberikan tempat bagi ikatan hidrogen dengan asam amino
Selain itu berdasarkan Globally Harmonized System (GHS) kelas toksisitas dapat
menggunakan ambang batas LD50 dari 5, 50, 300, 2000 dan 5000 mg/kg berat badan
aplikasi Protox II online tool dan pkCSM online tool hasil ditunjukkan pada tabel
5.11
78
Tabel 5.12 Prediksi toksisitas menggunakan Protox II Online tool dan pkCSM
Online tool
Nama Senyawa Toksisitas
LD50 Uji Toksik Sensitivitas Kelas
(mg/kg)* Mutagenik terhadap kulit** toksisitas*
AMES** hepar**
Isoliquiritigenin 1048 Tidak Tidak Tidak 4
Oxyresveratrol 1560 Iya Tidak Tidak 4
2,3-dihydro-1,4-
5000 Tidak Iya Tidak 5
benzoxazine inhibitor
Phenylacylsulfonamide
370 Tidak Iya Tidak 4
inhibitor
Keterangan :
* Menggunakan Protox II Online Tool
** Menggunakan pkCSM Online Tool
LD50 : Letal Dose 50
Nama UIPAC
Isoliquiritigenin :((2E)-1-(2,4-Dihydroxyphenyl)-3-(4-
hydroxyphenyl)-2-propen-1-on)
Oxyresveratrol :(4-[(E)-2-(3,5-Dihydroxyphenyl)vinyl]-1,3-
benzenediol)
2,3-dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor :N-(4-Chlorophenyl)-7-[(6,7-
Dimethoxyquinolin-4-Yl)oxy]-2,3-Dihydro-
1,4-Benzoxazine-4-Carboxamide
Phenylacylsulfonamide inhibitor :N,N-dibutyl-4-chloro-1-[2-(3,4-dihydro-
1H-isoquinoline-2-carbonyl)-4-[(7-
iodonaphthalen-2-
yl)sulfonylcarbamoyl]phenyl]-5-
methylpyrazole-3-carboxamide
memiliki nilai LD50 pada hewan coba (rodent) sebesar 1048 mg/kg dan dapat
skin sensitization. Senyawa Oxyresveratrol memiliki nilai LD50 pada hewan coba
(rodent) sebesar 1560 mg/kg dan dapat diklasifikasikan dalam class toxicity class
kedua senyawa pembanding dapat diprediksi toksik terhadap hepar namun tidak
79
menimbulkan mutagenik dan juga sensitif pada kulit. Nilai LD50 dari senyawa 2,3-
dihydro-1, 4-benzoxazine inhibitor cukup tinggi yaitu 5000mg/kg hal ini dapat
mg/kg yang termasuk dalam kelas toksisitas kelas 4. Berdasarkan hasil diatas nilai
LD50 antara 500-2000 mg/kg dan toksisitas kelas 5 dan 4 menunjukkan toksisitas
yang relatif rendah. Semakin tinggi nilai LD50 maka semakin rendah toksisitasnya
SPSS 24,0 for windows. Untuk menentukan suatu senyawa aktif atau inaktif dapat
dilakukan dengan cara uji banding antar dan inter kelompok menggunakan uji
statistik ANOVA. Dengan menggunakan nilai Rerank Score yang telah dilakukan
replikasi tiga kali sehingga dapat dilakuan uji statistika ANOVA. Uji ini dapat
untuk mengetahui ligan uji lebih baik dibandingkan native ligan. Hasil analisis dara
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan hasil analisis uji beda dengan masing
masing ligan uji terhadap native ligan. Hasil pengolahan data statistik ANOVA
yang didapat nilai p-value pada reseptor 4AQ3 (E) pada masing masing ligan uji
terhadap native ligan menunjukkan nilai signifikan kurang dari 0,005 dan Hasil
pengolahan data statistik ANOVA nilai p-value pada reseptor 2RL5 pada masing
masing ligan uji terhadap native ligan menunjukkan nilai signifikan kurang dari
0,005. Hasil yang didapatkan pada reseptor 4AQ3 (E) dan 2RL5 ligan uji terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap native ligan. Dengan nilai p-value kurang dari
0,005 yang berarti ligan uji pada masing masing reseptor berbeda aktivitasnya
dengan native ligan atau dapat dinyatakan tidak memiliki efek yang sama dengan
native ligan. Sedangkan apabila didapatkan p-value lebih dari 0,005 maka dapat
dinyatakan skor ligan uji tidak berbeda dengan native ligan atau dapat dinyatakan
PENUTUP
6.1 Simpulan
isoliquiritigenin pada reseptor 4AQ3 (E) dan 2RL5. Tetapi tidak lebih baik
dengan ikatannya pada ligan aktif Tyr 67 pada resepror 4AQ3(E) dan Cys
relatif rendah.
81
82
6.2 Saran
mengetahui ikatan asam amino yang lebih lengkap, dilakukan perubahan struktur
dan modifikasi turunan senyawa, dan juga dilakukan uji sitotoksik terhadap kultur
Andrabi, S.A., Spina, M.G., Lorenz, P., Ebmeyer, U., Wolf, G and Horn, T.F.,
2004. Oxyresveratrol (trans-2,3,4,5-tetrahydroxystilbene) is
neuroprotective and inhibits the apoptotic cell death in transient
cerebral ischemia. Brain Res., 1017: 98-107
Arung, E. T., Wicaksono, D. B., Sandra F., 2009. Prenylated Flavonoid sebagai
Senyawa Anti Kanker yang Berpotensi. CDK 167. Vol 36 No 1
Baek, Y.Y., Lee, D.K., Kim, J., Kim, J.H., Park, W., Kim, T., Han, S., Jeoung,
D., You, J.C., Lee, H., Won, M.H., Ha, K.S., Kwon, Y.G., Kim, Y.M.,
2017. Arg-Leu-Tyr-Glu Tetrapeptide Inhibits Tumor Progression By
Suppressing Angiogenesis And Vascular Permeability Via Vegf Receptor-
2 Antagonism. Oncotarget, 2017, Vol. 8, (No. 7), Pp: 11763-11777
Becker, C. A., and Van den Brink, R. C. B., 1968. Flora of Jawa
(Spermatophytesonly) vol II. Groningan-The Netherlands: Wolters-
Noordhoff.
Bhatla, N., Aoki D., Sharma D, N., Sankaranarayanan R, 2018. Cancer of the cervix
uteri. Int J Gynecol Obstet 143 (Suppl. 2): 22–36.
Bleicher, K. Fl., H.-J. Böhm, K. Müller, and A. l. Alanine. 2003. A guide to drug
discovery: Hit and lead generation: Beyond high-throughput screening. Nat.
Rev. Drug Disco-a. 2(5): 369-378.
83
84
Botta, B., Vitali, A., Menendez, P., Misiti, D., and Monache, G.D., 2015. Prenylated
flavonoids : Pharmacology and biotechnology. Curr Med Chem. Volume
12: 713-739
Bruice, P, 2003. Organic Chemistry. Ed ke-4. New Jersey (US): Prentice Hall
Bruni, L., Albero, G., Serrano, B., Mena, M., Gómez, D., Muñoz, J., Bosch, F.X.,
de Sanjosé, S.. ICO/IARC. 2018. Information Centre on HPV and Cancer
(HPV Information Centre). Human Papillomavirus and Related Diseases in
Asia. Summary Report 10 December 2018
Burk, R. D., Chen, Z., and Van Doorslaer, K., 2009. Human papillomaviruses:
genetic basis of carcinogenicity. Public Health Genomics, 12(5-6), 281-290
Cao, Y., Wang, Y., Ji, C., and Ye, J., 2004. Determination Of Liquiritigenin And
Isoliquiritigenin In Glycyrrhiza Uralensis And Its Medicinal Preparations
By Capillary Electrophoresis With Electrochemical Detection. J
Chromatogr A ;1042:203–209. [Pubmed: 15296407]
Chan, SC., Chang, YS., Wang, JP., Chen, SC., and Kuo, SC., 1998. Three new
flavonoids and antiallergic, anti-inflammatory constituents from the
heartwood of Dalbergia odorifera. Planta Med 64:153–158.
Chander, S., Tang, C.R., Al-Maqtari, H.M., Jamalis, J., Penta, A., Hadda, T.B.,
Sirat, H.M., Zheng, Y.T., Sankaranarayanan, M., 2017. Synthesis and study
of anti-HIV-1 RT activity of 5-benzoyl-4-methyl-1,3,4,5-tetrahydro-2h-
1,5-benzodiazepin-2-one derivatives. Bioorg Chem. 72:74–79.
doi:10.1016/j.bioorg.2017.03.013.
85
Chen, H.Y., Huang, T.C., Shieh, T.M., Wu, C.H., Lin, L.C., and Hsia, S.H., 2017.
Isoliquiritigenin Induces Autophagy And Inhibits Ovarian Cancer Cell
Growth. International Journal Of Molecular Sciences. 18. 2025
Chikhi, A and Bensegueni, A., 2008. Comparative Study of the Efficiency of Three
Protein-Ligand Docking Programs. Journal of Proteomics &
Bioinformatics, Volume 1(3) :161-165
Chipuk, J.E., MoLDoveanu, T., Llambi, F., Parsons, M.J., Green, D.R., The BCL-
2 family reunion. Molecular cell. 2010;37:299–310
Chuanasa, T., Phromjai, J., Lipipun, V., Likhitwitayawuid K., Suzuki, M.,
Pramyothin, P., Hattori, M., Shiraki, K.., 2008. Anti-herpes simplex virus
(HSV-1) activity of Oxyresveratrol derived from Thai medicinal plant:
Mechanism of action and therapeutic efficacy on cutaneous HSV-1
infection in mice. Antiviral research. Vol 80 Hal :62-70
Chung, KO., Kim, BY., Lee, MH., Kim, YR., Chung, HY., Park, JH., Moon, JO.,
2003. In-vitro and in-vivo anti-inflammatory effect of Oxyresveratrol from
Morus alba L.J Pharm Pharmacol. Vol 55(12):1695-700
Chung, S.H., and Lambert P.F., 2009. Prevention And Treatment Of Cervical
Cancer In Mice Using Estrogen Receptor Antagonists. Usa; Proc Natl Acad
Sci.
Chung, S.H., Franceschi, S., Lambert, P.F., 2010. Estrogen and ERa: Culprits in
cervical cancer?. Trends in Endocrinology and Metabolism. Hal 504–51
Chung, S.H., Shin, M.K., Korach, K.S., Lambert, P.F. 2013. Requirement For
Stromal Estrogen Receptor Alpha In Cervical Neoplasia. Horm Cancer.
4(1). 50–59
Chung, SH., Shin, MK., Korach, KS., and Lambert, PF.. Requirement for
stromal estrogen receptor alpha in cervical neoplasia. Horm Cancer.
2013;4:50–9
CLCbio, 2013, Molegro Virtual Docker User Manual, MVD 2013.6.0 for Windows,
Linux, and Mac OS X, Molegro A CLC bio company
86
Cuendet, M., Guo, J., Luo, Y., Chen, S., Oteham, C.P., Moon, R.C., Breemen, R.B.
Van., Marler, L.E., And Pezzuto, J.M., 2010. Cancer Chemopreventive
Activity And Metabolism Of Isoliquiritigenin, A Compound Found In
Licorice. Cancer Prev Res (Phila) 3(2)
Dai, H., Meng, X.W., Kaufmann, S. H., 2016. BCL2 Family, Mitochondrial
Apoptosis, and Beyond. Cancer Translational Medicine 2(1):7–20
Dias, R., de Azevedo, W.F., 2008. Molecular Docking Algorithms. Current Drug
Targets 9:1040-1047.
Dipiro.J.T, Talbert R.I. and Yee G.C., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th
edition,. New York. Mc Graw Hill
Drwal, M. N., Banerjee, P., Dunkel, M., Wettig, M. R., & Preissner, R. 2014.
ProTox: a web server for the in silico prediction of rodent oral toxicity.
Nucleic Acids Research, 42(W1), W53–W58.
http://doi.org/10.1093/nar/gku401
87
Ebadi, A., Razzaghi-Aslc,N., Shahabipour, S., And Miri, R., 2014. Ab-Initio And
Conformational Analysis Of A Potent Vegfr-2 Inhibitor: A Case Study On
Motesanib. Iranian Journal Of Pharmaceutical Research, 13 (2): 405-415
Ekins, S., Mestres, J and Testa, B., 2007. In Silico Pharmacology For Drug
Discovery: Methods Fo Virtual Ligand Screening And Profiling. British
Journal Of Pharmacology, 152, 9-20.
El-Din, H. M. A., Loutfy, S. A., Fathy, N., Elberry, M.H, Mayla, A.M., Kassem,
S., Naqvi, A., 2016. Molecular docking based screening of compounds
against VP40 from Ebola virus. Bioinformation. 12(3): 192-196
Fang, S.C., C.L. Hsu and G.C. Yen, 2008. Anti-inflammatory effects of
phenolic compounds isolated from the fruits of Artocarpus
heterophyllus. J. Agric. Food Chem. 56: 4463-4468.
Faridi, R., Zahra, A., Khan, K., and Idrees, M., 2011. Oncogenic Potential Of
Human Papillomavirus (Hpv) And Its Relation With Cervical Cancer.
Virology Journal. 8:269
Ferwadi, S., Gunawan, R., Astuti, W., 2017. Studi Docking Molekular Senyawa
Asam Sinamat Dan Derivatnya Sebagai Inhibitor Protein 1J4X Pada Sel
Kanker Serviks. Jurnal Kimia Mulawarman. Volume 14 Nomor 2.
GeLDenhuys, W,J., Gaasch Kevin E., Watson M., Allen David D., and Van der
Schyf Cornelis J. 2006 . Optimizing the use of open-source software
applications in drug discovery. DDT, 11 (3/4), 127-132
Guedes, I.A., & Magalhães, C.S.D., Dardenne, L.E., 2014. Review : Receptor–
Ligand Molecular Docking. Biophys Rev 6:75–87
Guo, S., Colbert L.s, McGlothen, T.Z and Gonzalez-Perez R. R., 2012. Regulation
of Angiogenesis in Human Cancer via Vascular Endothelial Growth Factor
Receptor-2 Tumor Angiogenesis, Sophia Ran, IntechOpen, DOI:
10.5772/27370.
88
Haliemariam, T., Yohannes, B., Aschenaki, H., Mamaye, E., Orkaido, G., and Seta,
M., 2017. Prevalence Of Cervical Cancer And Associated Risk Factors
Among Women Attending Cervical Cancer Screening And Diagnosis
Center At Yirgalem General Hospital, Southern Ethiopia. Journal Cancer
Science & Therapy. Volume 9 (11) 730-735
Hamzah, N., Najib, A., Dan S, Fatmawati., 2014. Studi Farmakofor Reseptor
Estrogen. Jf Fik Uinam Vol.2 No.4
Hevener KE, Zhao W, Ball DM, Babaoglu K, Qi J, White SW, et al. Validation of
molecular docking programs for virtual screening against dihydropteroate
synthase. J Chem Inf Model. 2009;49(2):444-60.
Hewitt SC, Harrell JC, Korach KS. 2005. Lessons in estrogen biology from
knockout and transgenic animals. Annual review of physiology.Volume
67:285–308.
Hinchliffe, A., 2008. Molecular Modeling for Beginners. 2nd ed., Chichester : John
Wiley and Sons Ltd.
Hirchaud, F., Hermetet, F., Ablise, M., Fauconnet, S., Vuitton, D. A., Prétet, J.,
Mougin, C., 2013. Isoliquiritigenin induces caspase-dependent apoptosis
via downregulation of HPV16 E6 expression in cervical cancer Ca Ski cells.
Planta Med. 79(17):1628-35
89
Hoi, P.M.,Li, S., Vong, C.T., Tseng, H.H.L., Kwan, Y.W., Lee, S.M-Y., 2015.
Recent Advances In Structure-Based Drug Design And Virtual Screening
Of Vegfr Tyrosine Kinase Inhibitors. Methods,71, Pp. 85-91
Hsu, Y.L., Kuo, P.L., Chiang, L.C ., and Lin, C.C., 2004 , Isoliquiritigenin Inhibits
The Proliferation And Induces The Apoptosis Of Human Non-Small Cell
Lung Cancer A549 Cells. Clinical And Experimental Pharmacology And
Physiology. 31, 414–418
Iwashita, K., Kobori, M., Yamaki, K., Tsushida, T., 2000. Flavonoids Inhibit Cell
Growth And Induce Apoptosis In B16 Melanoma 4a5 Cells. Bioscience
Biotechnology And Biochemistry. 64: 1813
Jach, R., Dulinska-Litewka, J., Laidler, P., Szczudrawa, A., Kopera, A., Szczudlik,
L., Pawlik, M., Zajac, K., Mak, M., Basta, A., 2010. Expression of VEGF,
VEGF-C and VEGFR-2 in in situ and invasive SCC of cervix. Frontiers in
Bioscience. E2, 411-423
Kape, R., Parniske, M., Brandt, S., Werner, D., 1992. Isoliquiritigenin, A Strong
Nod Gene- And Glyceollin Resistance-inducing Flavonoid From Soybean
Root Exudate. Appl Environ Microbiol .;58:1705–1710. [Pubmed:
1622242]
Kartasasmita, R.E., Herowati, R., and Gusdinar, T., 2010. Docking Study Of
Quercetin Derivatives On Inducible Nitric Oxide Synthase And Prediction
Of Their Absorption And Distribution Properties. Journal Of Applied
Sciences 10(23): 3098-3104.
Katno, S dan Pramono, 2002, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Kesuma, D., Siswandon., Purwanto, B.T dan Hardjon S., 2018. Uji In silico
Aktivitas Sitotoksik dan Toksisitas Senyawa Turunan N-(Benzoil)-N’-
90
Khazanov, N.A and Carlson, H.A., 2013 Exploring the Composition of Protein-
Ligand Binding Sites on a Large Scale. PLoS Comput Biol 9(11): e1003321.
https://doi.org/10.1371/journal.pcbi.1003321
Kotadiya, R., and Georrge, J.J., 2015. In silico Approach To Identify Putative Drugs
From Natural Products For Human Papillomavirus (Hpv) Which Cause
Cervical Cancer. Life Science Leaflets. Volume 25., Hal 1-13
Kumar, M.M., Davuluri, S., Poojar, S., Mukherjee, G., Bajpai, A.K., Bafna, U.D.,
Devi, U.K.., Kallur, P. P. R., Kshitish, A. K., Jayshree, R. S., 2015.
Role Of Estrogen Receptor Alpha In Human Cervical Cancer-Associated
Fibroblasts: A Transcriptomic Study. International Society Of Oncology
And Biomarkers (Isobm)
Kusumaningrum, S., Budianto, E., Kosela, S., Sumaryono, W., Juniarti, F., 2014.
The molecular docking of 1,4-naphthoquinone derivatives as inhibitors of
Polo-like kinase 1 using Molegro Virtual Docker. Journal of Applied
Pharmaceutical Science. Vol. 4 (11), pp. 047-053
La, DS., Belzile, J., Bready, JV., Coxon, A., DeMelfi, T., Doerr, N., Estrada,
J., Flynn, JC., Flynn, SR., Graceffa, RF., Harriman, SP., Larrow, JF., Long,
AM., Martin, MW., Morrison, MJ., Patel, VF., Roveto, PM., Wang,
L., Weiss, MM., Whittington, DA., Teffera, Y., Zhao, Z., Polverino,
AJ., Harmange, JC., 2008. Novel 2,3-dihydro-1,4-benzoxazines as potent
and orally bioavailable inhibitors of tumor-driven angiogenesis. J Med
Chem. 51(6):1695-705.
91
Liana, L.F.A, 2017. Ektrak Metanolik Daun Rosemary (rosmarinus officinalis L.)
sebagai Agen Kemopreventif Terhadap Sel Kanker Serviks (hela) Melalui
regulasi Bcl-2. [SKIRPSI]. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma
Lipinski, CA., Lombardo, F., Dominy, BW and Feeney, FJ., 1997. Experimental
and computational approaches to estimate solubility and permeability in
drug discovery and development settings. Advanced Drug Delivery
Reviews. 23: 3-25.
Loddo, M., Kingsbury, Sr., Rashid, M., Proctor, I., Holt, C, Young, J., El-Sheikh,
S., Falzon, M., Eward, Kl., Prevost, T., Sainsbury, R., Stoeber, K and
Williams, Gh., 2009. Cell-Cycle-Phase Progression Analysis Identifies
Unique Phenotypes Of Major Prognostic And Predictive Significance In
Breast Cancer. British Journal Of Cancer .Vol 100, 959 – 970.
Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S., Matsudaira, P., Baltimore, D and Darnell, J.,
2000. Molecular Cell Biology 4th Edition. New York: W.H. Freeman
Company.
Lorenz, P., Roychowdhury, S., Engelmann, M., Wolf, G., Horn, T.F.W., 2003.
Oxyresveratrol and resveratrol are potent antioxidants and free radical
scavengers: Effect on nitrosative and oxidative stress derived from
microglial cells. NitricOxide. Volume 9, Issue 2. Hal 64-76
92
Ma, J., Fu, N.Y., Pang, D.B., Wu, W.Y. and Xu, A.L., 2001. Apoptosis Induced By
Isoliquiritigenin In Human Gastric Cancer Mgc-803 Cells. Planta Med. Vol
67
Mahalingam, S., Gao, L., Eisner, J., Helferich, W., Flaws and Jodi, A., 2016. Effects
of Isoliquiritigenin on ovarian antral follicle growth and steroidogenesis.
Reproductive Toxicology.Vol 66 Hal 107–114
Mala, S.K., Priya, A.P., Bincy B And Nazeem P.A.,2014. Bioactive Compounds
To Target Anti Apoptotic Proteins- Bcl 2 And Bcl Xl An In silico Approach.
Ijpsr (2015), Vol. 6, Issue 7
Marcou G and Rognan D., 2007. Optimizing fragment and scaffoLD docking by
use of molecular interaction fngerprints. Journal of Chemical Information
and Modeling. 47(1):195-207.
Martel, C.D., Plummer, M., Vignat, J and Franceschi, S., 2017. WorLDwide
burden of cancer attributable to HPV by site, country and HPV type.
international Journal of Cancer :141, 664–670
Mealey, K. L., Waiting, D., Raunig, D. L., Schmidt, K. R., Nelson, F. R. Oral
bioavailability of P-glycoprotein substrate drugs do not differ between
ABCB1- 1∆ and ABCB1 wiLD type dogs. J. vet. Pharmacol. Therap. 33,
453–460.
Minggarwati, 2017. Uji Aktivitas Antikanker dan Identifikasi Senyawa Aktif dari
Fraksi Umbi Bawang Sabrang (Eluetherine palmifolia (L.) Merr.) Terhadap
Sel Kanker Hela. [SKRIPSI]. Malang. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
Moga, M.A., Dimienescu, O.G., Arvatescu, C.A .,Mironescu, A., Dracea, L., Ples
L., 2016. The role of natural polyphenolsin the preventiions and treatmen of
cervical cancer-an overview. Moleculs. Volume 21. Nomor 1055:1-22
93
Muchtaridi., Yannuar, A., Megantara, S., Purnomo, H., 2018. Dasar-dasar dalam
perancangan obat edisi pertama. Jakarta. Prenadamedia Group
Mumpuni, E., Nurrochmad, A., Jenie, U.A., Pranowo, H.D., 2015. Penapisan
Virtual Dan Elusidasi Moda Ikatan Analog Kurkumin Pada Enzim
Siklooksigenase-2 Menggunakan Protokol Ee_Cox2_V.1.0. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Vol. 13, No.2. Hlm. 235-241
Murray and Hunt. 1993. The cell cycle, an introduction. New York: Oxford
University Press
Nelson, D., and Cox, M., 2001. Lehninger Principles of Biochemistry 4th Edition
(86-117). Wisconsin: W.H.Freeman Company.
Ng, H.W., Zhang, W., Shu, M., Luo, H., Ge, W., Perkins, R., Tong, W., Hong, H.,
2014. Competitive molecular docking approach for predicting estrogen
receptor subtype a agonists and antagonists. BMC Bioinformatics.
Vol.15(Suppl 11)
Nilsson, S., Kela, S.M., Treuter, E., Tujague, M., Thomsen, J., Andersson, G. R.,
Enmark, E, Pettersson, K., Warner, M., and Gustafsson, J.Å, 2001.
Mechanisms of esterogen action. Physol. American Psycological society
.Volume 81 : 1535-1565
OLDoni, T.L.C., Cabral, I.S.R., d’Arce, M.A.B. Regitano., Rosalen, P.L., Ikegaki,
M., Nascimento, A.M., Alencar, S.M., 2011. Isolation And Analysis Of
Bioactive Isoflavonoids And Chalcone From A New Type Of Brazilian
Propolis. Separation And Purification Technology. 77. 208-213.
Pan, X., Kong, L., Zhang, Y., Cheng, C., and Tan, R.. 2000. In Vitro Inhibition Of
Rat Monoamine Oxidase By Liquiritigenin And Isoliquiritigenin Isolated
From Sinofranchetia Chinensis. Acta Pharmacol Sin. Vol 21:949–953.
[Pubmed: 11501051]
Perez, H. L., Banfi, P., Bertrand, J. A., Cai, Z.-W., Grebinski, J. W., Kim, K., Lippy,
J., Modugno, M., Naglich, J., Schmidt, R. J., Tebben, A., Vianello, P., Wei,
D. D., Zhang, L., Galvani, A., Lombardo, L. J., Borzilleri, R. M., 2012.
Identification of a phenylacylsulfonamide series of dual Bcl-2/Bcl-xL
antagonists. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters. 22:3946–3950.
Pires, D.E.V., Blundell, T.L., and Ascher, D.B., 2015. pkCSM: Predicting Small-
Molecule Pharmacokinetic and Toxicity Properties Using Graph-Based
Signatures. Journal of Medical Chemistry. Vol 58. Hal. 4066-4072
Prasojo, SL., Hartanto, FA., Yuniarti, N., Ikawati, Z., Istyastono, EP., 2010.
Docking of 1-Phenylsulfonamide- 3Trifluoromethyl-5-parabromophenyl-
pyrazole to cyclooxygenase-2 using PLANTS. Indonesian Journal of
Chemistry. 10(3):348-51.
Prawirohardjo, S. 2010. Buku Acuan Nasional Onkologi 10. 11. 12. 13.Ginekologi.
Jakarta, Indonesia: YBP-SP.
95
Priyanto, 2007, Toksisitas radikal bebas, Dalam: Sunaryo H.ED, Toksisitas Obat,
Zat kimia dan terapi antidotum. Edisi ke 1. Depok, Leskonfi, 43-54.
Ramakrisnan, S., Partricia, S., Mathan, G., 2015. Overview of high-risk HPV’s 16
and 18 infected cervical cancer: Pathogenesis to prevention. Biomedicine &
Pharmacotherapy .Volume 70 Hal 103–110
Rizzo, D.C. 2016. Fundamentals of anatomy and physiologi, fourth edition. Boston.
Cengage Learning
Sasaki, Y., Iwanari, O., Arakawa, I., Moriya, T., Mikami, Y., Iihara, K., and K,
Ryo., 2017. Cervical Cancer Screening With Human Papillomavirus Dna
And Cytology In Japan. International Journal Of Gynecological Cancer.
Volume 27, Number 3
Seno, D.W.H, Mochtar, C.A., Umbas, R., 2011. Terapi Sistemik Terkini pada
Karsinoma Sel Ginjal Metastatik. Terapi Sistemik Terkini pada Karsinoma
Sel Ginjal Metastatik. Indonesian Journal of Cancer Vol. 5, No. 3
Shai, A., Brake, T., Somoza, C. and Lambert, P.F., 2007. The Human
Papillomavirus E6 Oncogene Dysregulates the Cell
Cycle and Contributes to Cervical Carcinogenesis through
Two Independent Activities. Cancer Res. Volume 67 (4). Hal 1626- 1635
Shibuya, M., 2011. Vascular Endothelial Growth Factor (Vegf) And Its Receptor
(Vegfr) Signaling In Angiogenesis: A Crucial Target For Anti- And Pro-
Angiogenic Therapies. Mongraph Genes & Cancer . Vol 2 No 12
Shihab, Q. 2002. Tafsir Al-misbah pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran Volume
II. Jakarta:Lentera Hati
Sulaiman, S.N., Mat-Isa, N.A., Othman, N.H., Ahmad, F., 2015. Improvement of
Features Extraction Process and Classification of Cervical Cancer for the
NeuralPap System. Procedia Computer Science .Volume 60: hal 750 – 759
Sur, T, 2014. The Role of HPV 16 E5 Protein and Its Interacting Partners inCervical
Cancer Cases. Journal of Tumor. 2(7): 179-186
Tang, Y.& Marshall, G., 2011. Drug Design and Discovery: Virtual Screening for
Lead Discovery (1-5). New York. Humana Press
Thomsen., R and Christensen, MH., 2006. MolDock: A New Technique for High-
Accuracy Molecular Docking. J Med Chem. 49(11): 3315-3321.
Tsai, T.-C and Chen, S.-L, 2003. The biochemical and biological functions of
human papillomavirus type 16 E5 protein. Archieves Virology, Volume
148:1445-1453
Ugale, V.G., Patel, H.M., Surana, S.J., 2017. Molecular modeling studies of
quinoline derivatives as VEGFR-2 tyrosine kinase inhibitors using
pharmacophore based 3D QSAR and docking approach. Arabian Journal of
Chemistry. 10, S1980–S2003
Wang, J.Y., Yeh, C.L., Chou, H.C., Yang, C.H., Fu, Y.N., Chen, Y.T., Cheng,
H.W., Huang, C.Y.F., Liu, H.P., Huang, S.F., and Chen, Y.R. 2011.
Vaccinia H1-related Phosphatase Is a Phosphatase of ErbB Receptors and
Is Down-regulated in Non-small Cell Lung Cancer. The Journal Of
Biological Chemistry Vol. 286, No. 12, hal 10177–10184
98
Wang, Z., Wang, N., Liu, P., Chen, Q., Situ, H., Xie, T., Zhang, J., Peng, C., Lin,
Y., Chen, J., 2014. MicroRNA-25 regulates chemoresistance-associated
autophagy in breast cancer cells, a process modulated by the natural
autophagy inducer isoliquiritigenin. Oncotarget. ;5:7013–7026
Wang, Z.,, Wang, N., Han, S., Wang, D., Mo, S., Yu, L., Huang, H., Tsui, K., Shen,
J., Chen, J., 2013. Dietary Compound Isoliquiritigenin Inhibits Breast
Cancer Neoangiogenesis via VEGF/VEGFR-2 Signaling Pathway. PLOS
ONE.Volume 8. Issue 7
Weyhenmeyer, B., Murphy, A.C., Prehn, J.H.M., & Murpphy, B.M., 2012.
Targeting the anti-apoptotic Bcl-2 Family Members for the Treatment of
cancer. Exprimental Oncology. 34(3) 192-199
Williams G H and Stoeber K, 2012. The cell cycle and cancer. Journal of Pathology
Volume. 226: 352–364
Wu S.., Vossius, S.., Rahmouni, S., Miletic, A.V., Vang, T., Vazquez R.J.,
Cerignoli, F., Arimura, Y., Williams, S., Hayes, T, Moutschen, M., Vasile,
S., Pellecchia, M., Mustelin, T., and Tautz, L., (2009). Multidentate Small-
Molecule Inhibitors of Vaccinia H1-Related (VHR) Phosphatase Decrease
Proliferation of Cervix Cancer Cells. . Medical Chem. Vol 52, 6716–6723
Wu, C.H., Chen, H.Y., Wang, C.W., Shieh, T.M., Huang, S., Lin, L.C., Wang, K.L.,
Hsia, S.M., 2016. Isoliquiritigenin Induces Apoptosis And Autophagy And
Inhibits Endometrial Cancer Growth In Mice. Oncotarget, Vol. 7, No. 45
Xiong, Y., D.A. Guo and H.L. Huang, 2008. Chemical constituents from
tubers of Smilax china L. Modern Chinese Med., 10: 20-22.
Xu, L., liu, C., Xiang, W., Chen, H., Xin, Q., Huan, X., 2014. Advances in the study
of Oxyresveratrol. International of journal pharcology. 10(1): 44-54
99
Yahalom. R., Reshef, D., Wiener, A., Frankel, S., Kalisman, N., Lerner, B., Keasar,
C., 2011. Structure-based identification of catalytic residues. Proteins 79:
1952–1963.
Young, D.C., 2009. Computational Drug Design, A Guide for Computational and
Medicinal Chemists. New York. Ohn Wiley and Sons.
LAMPIRAN