Makalah Kelompok 3 Hukum Pajak IH F Semester 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah Dosen Pengampu

“ HUKUM PAJAK “ “ DASMAR ALI, SH.,MH “

TEORI DAN PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK

Disusun oleh : 3

ECHO SYAHPUTRA PANJAITAN ( 12020713032 )


ELSI AGUS MELAN ( 12020723425 )
DAHLIA ( 12020723353 )

ILMU HUKUM F

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 2022/2023 GA
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Teori dan prinsip pemungutan pajak”.

Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Bapak DASMAR ALI,
SH.,MH Makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca
serta bagi penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DASMAR ALI, SH.,MH, pada


mata kuliah Hukum Pajak. yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis,
sehingga sangat membantu penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang pajak.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
demi kesempurnaan dari makalah ini.

Pekanbaru, September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak Oleh Negara (Rechtsfilosofis)............. 2
A. Prinsip – Prinsip Pemungutan Pajak .................................................................. 5
B. Fungsi Pajak ........................................................................................................... 6
C. Peran Pajak Dalam Pembangunan .................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan........................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disebut asas rechtsfilosofis karena asas ini mencari dasar pembenar
terhadap pengenaan pajak oleh negara. Oleh karena itu pertanyaan
mendasar yang ingin dicari jawabannya dari asas ini adalah mengapa negara
mengenakan pajak terhadap rakyat? Atau atas dasar apa negara mempunyai
kewenangan memungut pajak dari rakyat? Terhadap permasalahan itu ada
beberapa jawaban yang ada di dalam beberapa teori:Teori Asuransi,
Kepentingan (Aequivalentie), Teori Kewajiban Pajak Mutlak, Teori Daya
Beli, Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila
Dalam buku An Inguiry into the Nature and Causes of The Wealth
of Nations yang ditulis oleh Adam Smith pada abad ke-18 mengajarkan
tentang asas-asas pemungutan pajak yang dikenal dengan nama four
cannons atau the four maxims dengan uraian sebagai berikut., Prinsip
Keadilan ( Equality ), Prinsip kepastian ( Certainty ), Prinsip Kecocokan /
Kelayakan ( Convenience of payment ), Prinsip Ekonomi ( Ecomomic of
collections )
Pajak sebagai sebuah realitas yang ada di masyarakat mempunya
fungsi tertentu. Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama pajak.
yakni fungsi budgeter (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur).

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan teori pemungutan pajak
2. Menjelaskan prinsip-prinsip pemungutan pajak
3. Menjelaskan fungsi pajak
4. Menjelaskan peran pajak dalam pembangunan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah HUKUM PAJAK dan mempelajari lebih dalam mengenai
pemungutan pajak atapun Hukum pajak itu sendiri mulai dari membahas
teori, prinsip-prinsip, fungsi dan peran pajak dalam pembangunan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak Oleh Negara (Rechtsfilosofis)

Disebut asas rechtsfilosofis karena asas ini mencari dasar pembenar terhadap
pengenaan pajak oleh negara. Oleh karena itu pertanyaan mendasar yang ingin
dicari jawabannya dari asas ini adalah mengapa negara mengenakan pajak terhadap
rakyat? Atau atas dasar apa negara mempunyai kewenangan memungut pajak dari
rakyat? Terhadap permasalahan itu ada beberapa jawaban yang ada di dalam
beberapa teori:

1. Teori Asuransi

Menurut teori asuransi ini pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang
harus dibayar oleh setiap orang karena orang mendapatkan perlindungan atas hak-
haknya dari pemerintah. Teori ini menyamakan pajak dengan premi asuransi, di
mana pembayar pajak (wajib pajak) disamakan dengan pembayar premi asuransi,
yakni pihak tertanggung Sementara itu negara dipersamakan dengan pihak
penanggung dalam perjanjian asuransi.

Dalam perjanjian asuransi, hubungan antara prestasi dan kontraprestasi itu


terjadi secara langsung. Adanya pembayaran premi yang merupakan kewajiban
tertanggung berhubungan langsung dengan haknya untuk menerima ganti rugi bila
terjadi evenement. Sebaliknya, hak dari si penanggung untuk menerima
pembayaran premi itu diimbangi dengan adanya kewajiban untuk membayar ganti
bila terjadi evenement. Dalam kenyataannya negara tidak memberikan ganti rugi
begitu saja bila mengalami musibah, dan sebagainya, dan tidak menerima klaim
kerugian dari rakyat atas kerugian yang dideritanya bila terjadi evenement. Justru
pada pajak tidak diterima suatu imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk. Oleh
karena mengandung banyak kelemahan itu maka teori ini ditinggalkan..1

1 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak ( Edisi Revisi ), ( Yogyakarta: ANDI ),Hlm 34

2
2. Kepentingan (Aequivalentie)

Teori ini menyatakan bahwa negara mengenakan pajak terhadap rakyat karena
negara telah melindungi kepentingan rakyat. Teori ini mengukur besarnya pajak
sesuai dengan besarnya kepentingan wajib pajak yang dilindungi. Jadi bila lebih
besar kepentingan yang dilindungi maka lebih besar pajak yang harus dibayar."

Teori ini menunjukkan bahwa dasar pembenar mengapa negara mengenakan


pajak adalah karena negara telah berjasa kepada rakyat selaku wajib pajak, di mana
pembayaran pajak itu besarnya equivalen (setara) dengan besarnya jasa yang sudah
diberikan oleh negara kepadanya. Dari teori tersebut kiranya dapat muncul
pertanyaan: Apakah hanya terhadap mereka yang membayar pajak saja negara
memberikan perlindungan ataupun jasanya? Bukankah terhadap semua rakyat,
termasuk yang tidak menjadi wajib pajak, juga memperoleh perlindungan? Apabila
besar kecilnya jasa yang diberikan oleh negara didasarkan pada besar kecilnya
pajak yang dibayarkan oleh orang yang bersangkutan, bukankah hal itu
menimbulkan diskriminasi? Dalam kenyataannya memang tidak seperti itu. Teori
ini menyamakan pajak dengan retribusi, di mana hubungan antara prestasi dan
kontraprestasi terjadi secara langsung.

3. Teori Kewajiban Pajak Mutlak

Teori ini sering disebut juga Teori Bhakti. Teori tersebut didasarkan pada
orgaan theory dari Otto von Gierke, yang menyatakan bahwa negara merupakan
suatu kesatuan yang di dalamnya setiap warga negara terikat. Tanpa ada "organ"
atau lembaga itu maka individu tidak mungkin dapat hidup. Lembaga tersebut, oleh
karena memberi hidup kepada warganya, dapat membebani setiap anggota
masyarakatnya dengan kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban membayar
pajak,2

2 IBID, Hlm 35

3
kewajiban ikut mempertahankan hidup masyarakat negara dengan milisi atau
wajib militer."

4. Teori Daya Beli

Menurut teori ini pajak diibaratkan sebagai pompa yang menyedot daya beli
seseorang atau anggota masyarakat, yang kemudian dikembalikan lagi kepada
masyarakat. Jadi sebenar nya uang yang berasal dari rakyat itu dikembalikan lagi
kepada masyarakat melalui saluran lain. Jadi pajak yang berasal dari rakyat kembali
lagi kepada masyarakat tanpa dikurangi, sehingga pajak hanya berfungsi sebagai
pompa, menyedot uang dari rakyat yang akhirnya dikembalikan lagi kepada
masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Jadi pajak pada hakikatnya tidak
merugikan rakyat. Oleh sebab itu maka pungutan pajak dapat dibenarkan.

5. Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila

Pancasila mengandung sifat kekeluargaan dan gotong royong. Gotong royong


dalam pajak tidak lain daripada pengorba nan setiap anggota keluarga (anggota
masyarakat) untuk kepentingan keluarga (bersama) tanpa mendapatkan imbalan.
Jadi, berdasarkan Pancasila, pungutan pajak dapat dibenarkan karena pembayaran
pajak dipandang sebagai uang yang tidak keluar dari lingkuingan masyarakat
tempat wajib pajak hidup. Jadi akhirnya untuk diri sendiri, untuk kesejahteraan
sendiri, untuk masyarakat sendiri. Individu, dalam hubungan ini, tidak dapat dilihat
terlepas dari keluarganya, dan anggota masyarakat tidak pula dapat dipandang
terlepas dari masyarakat dan lingkungan nya. Hak asasi individu dihormati dan
hanya dapat dikurangi demi kepentingan umum.3

3 IBID, Hlm 36

4
A. Prinsip – Prinsip Pemungutan Pajak

Dalam buku An Inguiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations
yang ditulis oleh Adam Smith pada abad ke-18 mengajarkan tentang asas-asas
pemungutan pajak yang dikenal dengan nama four cannons atau the four maxims
dengan uraian sebagai berikut.

a. Prinsip Keadilan ( Equality )

Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang dengan


kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah
perlindungan pemerintah. Jika equality ini tidak diperbolehkan suatu negara
mengadakan diskriminasi di antara sesama Wajib Pajak. Dalam keadaan yang
sama, Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda, Wajib
Pajak harus diperlakukan berbeda.

b. Prinsip kepastian ( Certainty )

Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi
kompromis (not arbitrary). Dalam asas ini, kepastian hukum yang diutamakan
adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai
pembayarannya.

c. Prinsip Kecocokan / Kelayakan ( Convenience of payment )

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu
saat sedekat dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang
dikenakan pajak.4

4 Erly Suandy, Hukum Pajak, ( Jakarta: Salemba Empat Cetakan Kedua 1 jil, 2017 ), Hlm 25

5
d. Prinsip Ekonomi ( Ecomomic of collections )

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan


sampa biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Tidak
akan ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
penerimaan pajak yang akan diperoleh.5

B. Fungsi Pajak

Pajak sebagai sebuah realitas yang ada di masyarakat mempunya fungsi


tertentu. Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama pajak. yakni fungsi
budgeter (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur).

1) Fungsi Anggaran

Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk
memasukkan dana sebesar-besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal ini fungsi
pajak lebih diarahkan sebagi instrumen penarik dana dari masyarakat untuk
dimasukkan ke dalam kas negara. Dana dari pajak itulah yang kemudian digunakan
sebagai penopang bagi penyelenggaraan dan aktivitas pemerintahan. Fungsi
semacam itu kiranya sudah dikenal seja lama, bahkan ada yang menyebut sejak
zaman purbakala.

Sejak 1983 Indonesia mencanangkan pajak sebag sumber pemasukan dana


alternatif untuk menggantikan posis dominan minyak dan gas bumi, sehingga sudah
tentu fungs budgeter inilah yang mengemuka. Bahkan apabila menengok negara-
negara lain, hampir semua negara memasukkan dana dar masyarakat antara lain
melalui pajak ini. Memang ada negar negara tertentu yang disebut-sebut tidak
memungut pajak dan rakyatnya, atau kalaupun memungut maka pajaknya bertan6

5 IBID, Hlm 26
6 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, ( Edisi Terbaru), ( Yogyakarta: ANDI ),Hlm 16

6
rendah, tetapi tak banyak negara yang melakukannya. Dana yang sudah masuk ke
dalam kas negara kemudian digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.7

2) Fungsi Mengatur

Di samping mempunyai fungsi sebagai alat penarik masyarakat untuk


dimasukkan ke dalam kas negara sepertitersebut di atas, pajak mempunyai fungsi
yang lain, yakni fungsi mengatur. Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur
dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendaki pemerintah. Oleh
karenanya fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk dapat mendorong dan
mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan
pemerintah. Dengan adanya fungsi mengatur, kadang kala dari sisi penerimaan
(fungst budgeter) justru tidak menguntungkan. Terhadap kegiatan masyarakat yang
dipandang bersifat negatif, apabila fungsi regulerend yang dimaksudkan untuk
menekan kegiatan itu dikedepankan, pemerintah justru dipandang berhasil apabila
pemasukan pajaknya kecil. Sebagai contoh adalah cukai minuman keras. Bila
pemasukan dari cukai minuman keras sangat sedikit, yang mengindikasikan bahwa
masyarakat tidak lagi banyak mengonsumsi minuman keras, maka hal itu justru
disebut keberhasilan, sekalipun dari sisi budgeter tidak menguntungkan. Apabila
dikaitkan dengan salah satu dimensi hubungan antara pemerintah dengan rakyat,
kiranya fungsi ini tidak lepas dari fungsi pengendalian (sturen).

Untuk melaksanakan fungsi mengatur ini umumnya fiskus menggunakan dua


cara, yaitu cara umum dan cara khusus.

a) Cara umum Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tarif-tarif


pajak untuk mengadakan perubahan terhadap tarif yang bersifat umum.
Tarif yang merupakan persentase atau jumlah yang dikenakan terhadap
basis pajak (tax base), yang berlaku secara umum, dijadikan instrument8

7 IBID, Hlm 16
8 IBID, Hlm 16-17

7
perwujudan fungsi pajak ini. Macam-macam tarif yang ada akan
dibicarakan di belakang.
b) Cara khusus Pelaksanaan fungsi mengatur dari pajak yang bersifat khusus
ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat positif (insentif) dan
yang bersifat negatif (dis-insentif).9

c) Fungsi Lainnya

Di Indonesia, fungsi pajak berkembang tidak hanya dalam fung si anggaran


tetapi juga fungsi pengaturan. Menurut Mar'ie Muhammad fungsi pajak adalah; (i)
Pajak merupakan alat atau instrumen peneri maan negara, (ii) Pajak merupakan alat
untuk mendorong investasi, dan (iii) Pajak merupakan alat redistribusi. Pajak
sebagai alat atau instrumen penerimaan negara, merupakan manifestasi fungsi
anggaran. Sementa ra, pajak sebagat alat pendorong investasi dan alat redistribusi
mengarah pada fungsi mengatur. Dalam hal tertentu, antara fungsi anggaran (bud
geter) dan fungsi mengatur (reguler) terdapat pertentangan.

Dengan demikian, pajak sebagai sumber pendapatan negara selain memiliki


fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (reguler), pajak juga memiliki
fungsi-fungsi lainnya yang tidak kalah penting, seperti: fungsi stabilitas terhadap
produk dan harga, fungsi redistribusi pen dapatan untuk kesejahteraan sosial, fungsi
peningkatan investasi, dan fungsi pendorong pertumbuhan ekonomi.

➢ Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalan kan


kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga in flasi
dapat dikendalikan.10

9IBID, 17
10 M.Farouq. S, Hukum Pajak Diindonesia: Suatu Pengantar Ilmu Hukum Terapan Dibidang
Perpajakan, ( Kencana: Perpustakaan Nasional;Katalok Dalam Terbitan, 2018 ) Hlm 142-143

8
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan cara penerapan besaran tarif
pemungutan pajak dan penggunaan dana pajak secara efektif dan efisien,
guna mengatur peredaran uang di masyarakat. Pengenaan pajak ekspor
untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
menjaga stabilitas ketersediaan produk dalam negeri; pengenaan bea
masuk, pajak dalam rangka impor dan pajak pen jualan atas barang mewah
untuk produk impor tertentu dalam rangka melindungi atau memproteksi
harga produk-produk dalam negeri.11

➢ Fungsi Redistribusi Pendapatan

Adanya pengeluaran dan belanja pemerintah (serapan APBN) untuk


membi belarga rutin dan pembangunan nasional merupakan bentuk
penyebaran pendapatan bagi masyarakat. Karena dengan penyebaran
APBN, berarti nang tersebut beredar kepada masyarakat melalui belanja
Konsumsi dan produksi sehingga berdampak pada perluasan kesempatan
usaha dan membuka kesempatan kerja, yang pada akhimya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.

➢ Fungsi Investasi

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan investasi ini dalam
implementasinya terlihat dalam kebijakan pajak sebagai berikut: Pemberian
insentif pajak seperti tax holiday, tax allowance, sunset poli cy, tax amnesty
dan fasilitas perpajakan lainnya dalam rangka mening katkan investasi
dalam negeri maupun asing. Dalam perekonomian kon temporer, komponen
pendapatan pajak sebagai bagian dari kebijakan fiskal dipandang sebagai
kebijakan yang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat signifikan
dalam pembangunan ekonomi, terutama karena:12

11 IBID, Hlm 143


12 IBID, Hlm 144

9
(1) Adanya pajak merupakan alat penting guna mengekang permintaan
yang semakin meningkat terhadap barang-barang konsumsi; (ii) Perpa jakan
tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan penerimaan yang lebih besar,
namun juga berperan sebagai perangsang untuk menabung dan melakukan
investasi; (iii) Untuk meransfer sumber daya manusia ke pada pemerintah
agar digunakan lebih produktif; (iv) Perpajakan harus memperbaiki pola
investasi di dalam perekonomian; (v) Salah satu tujuan. perpajakan adalah
untuk mengurangi jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin; (vi)
Perpajakan harus memobilisasikan surplus ekonomi untuk pembangunan
secara berkesinambungan.

➢ Fungsi Pertumbuhan Ekonomi

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya diperlukan


instrumen perpajakan sebagai alat kebijakan fiskal dalam rangka pening
katan konsumsi, belanja pemerintah, investasi dan perdagangan (nasional
dan internasional). Untuk meningkatkan konsumsi atau daya beli masya
rakat, peran pemerintah adalah dengan menaikan besaran penghasilan tidak
kena pajak (PTKP) sehingga jumlah disposable income yang akan
digunakan untuk konsumsi semakin besar. Sebagaimana diketahui bah wa
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang termasuk Indo nesia
masih didominasi oleh variabel konsumsi. Sebagai contoh, dengan adanya
kenaikan PTKP 2016 sebesar Rp 54 jum/tahun atau 50% diban ding tahun
2015 berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016, diharapkan sejalan dengan
tingkat inflasi dan standar hidup masyarakat Indonesia13

C. Peran Pajak Dalam Pembangunan

Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh


pemerintah selalu didengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana
pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, diharapkan masyarakat
juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan bersama.

13 IBID, Hlm 144

10
Berkaitan dengan itu sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat
dapat memahami dan mengerti akan arti dan pentingnya peran pajak dalam
kehidupan sehari-hari.

Lebih nyata lagi, ketika masyarakat menjalankan kehidupan sehari hari,


sering kali tidak disadari bahwa sebenarnya mereka telah menikmati dan
memanfaatkan sarana dan prasarana umum yang tersedia seperti sarana
transportasi, komunikasi, pendidikan, kesehatan, keamanan, hukum, dan sarana
kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan sehari-hari. Bahkan bila direnungkan
secara dalam, sebenarnya manfaat pajak sudah kita rasakan terlebih dahulu sejak
kita dalam kandungan.

Saat lahir, kita dirawat oleh dokter, bidan atau perawat di rumah sakit.
Ketika kita menuju ke rumah sakit, kita sudah menikmati fasilitas jalan dan
keamanan yang diberikan oleh pihak kepolisian/tentara hingga kita dapat selamat
tiba di tujuan. Kelahiran kitapun dicatat dan diadministrasikan di Kantor Catatan
Sipil.

Bisa dibayangkan misalnya ketika kita pergi ke rumah sakit harus


menyediakan sendiri jalan dengan baik, harus membawa pengawal agar aman di
jalan, tentunya sangat menyusahkan diri sendiri. Lalu berlanjut ketika menjalani
sekolah sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, kita sudah menikmati
fasilitas sistem pendidikan nasional yang disediakan pemerintah. Bahkan ketika
kita bisa bekerja dan berpenghasilan, itu semua sebenarnya hanya dimungkinkan
karena adanya fasilitas umum yang sudah dinkmati terlebih dahulu.14

Jadi kalau ada pertanyaan, "Mengapa kita harus membayar pajak?, maka
jawaban yang bisa diungkapkan adalah kita membayar pajak agar tersedia sarana
atau fasilitas umum yang dapat digunakan bersama atau kita membayar pajak
karena kita sudah terlebih dahulu menikmai sarana umum. Pada saat ini tentunya
penalis condong pada pemahaman bahwa kita membayar pajak karena kita sudah

14 Wirawan B. Ilyas, Richard Burton, Hukum Pajak, ( Jakarta:Salemba Empat, Edisi 4, 2008 ) Hlm 9

11
terlebih dahulu menikmati sarana atau fasilitas umum tersebut. Dengan menyadari
dan memahami kondisi demikian, diharapkan peran pajak dalam membiayai
pembangunan nasional menjadi lebih nyata melalui pembayaran pajak yang benar
oleh seluruh lapisan masyarakar

Penyediaan sarana dan prasarana publik yang kita manfaatkan hanya dapat
tersedia karena peran pemerintah yang membutuhkan pengorbanan besar
mengumpulkan dana guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran
generasi mendatang sangat bergantung pada investasi generasi sekarang ini, yaitu
berupa penyediaan segala macam sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menggerakkan roda ekonomi. Semua sarana dan prasarana umum tersebut hanya
dapat tersedia bila ada pajak.

Hanya melalui sumber pembiayaan dari pajak maka negara dapat


menyediakan sarana dan prasarana untuk masyarakatnya. Swasta tidak mungkin
bisa melakukan apa yang dapat dilakukan oleh negara, karena konsep bisnis atau
usaha yang dilakukan swasta hanya untuk kepentingan kelompok mereka saja.
Untuk itu, pembayaran pajak yang kita lakukan adalah untuk meningkatkan tingkat
kehidupan generasi mendatang. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kesadaran memahami dan membayar pajak dengan benar and chi

Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah


terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu: 15

15 IBID, Hlm 10

12
a) Penerimaan dari sektor pajak; anquil
b) Penerimaan dari sektor migas (minyak dan gas bumi); dan
c) Penerimaan dari sektor bukan pajak.

Dari ketiga sumber penerimaan di atas, penerimaan dari sektor pajak


ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke
tahun dapat dilihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil
yang besar dalam penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan
merupakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Sedangkan
penerimaan dari migas, yang dahulu selalu menjadi andalan penerimaan negara,
sekarang ini sudah tidak bisa diharapkan sebagai sumber penerimaan keuangan
negara yang terus-menerus karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui
(nonrenewable resources). Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis,
sedangkan dari pajak selalu dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan ekonomi
dan masyarakat itu sendiri.16

16 IBID, Hlm 10

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Disebut asas rechtsfilosofis karena asas ini mencari dasar pembenar
terhadap pengenaan pajak oleh negara. Ada beberapa jawaban yang ada di
dalam beberapa teori:Teori Asuransi, Kepentingan (Aequivalentie), Teori
Kewajiban Pajak Mutlak, Teori Daya Beli, Teori Pembenaran Pajak
Menurut Pancasila
Dalam buku An Inguiry into the Nature and Causes of The Wealth
of Nations yang ditulis oleh Adam Smith pada abad ke-18 mengajarkan
tentang asas-asas pemungutan pajak yang dikenal dengan nama four
cannons atau the four maxims dengan uraian sebagai berikut., Prinsip
Keadilan ( Equality ), Prinsip kepastian ( Certainty ), Prinsip Kecocokan /
Kelayakan ( Convenience of payment ), Prinsip Ekonomi ( Ecomomic of
collections )
Pajak sebagai sebuah realitas yang ada di masyarakat mempunya
fungsi tertentu. Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama pajak.
yakni fungsi budgeter (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur).

B. Saran
Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah
yang berjudul “Teori dan Prinsip Pemungutan Pajak” ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi kami maupun bagi semua pihak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suandy Erly, Hukum Pajak, ( Jakarta: Salemba Empat Cetakan Kedua 1 jil, 2017
),
Pudyatmoko Sri, Y , Pengantar Hukum Pajak, ( Edisi rEVISI), ( Yogyakarta:
ANDI ),
Pudyatmoko Sri, Y , Pengantar Hukum Pajak, ( Edisi Terbaru), ( Yogyakarta:
ANDI ),
Farouq. S, M, Hukum Pajak Diindonesia: Suatu Pengantar Ilmu Hukum Terapan
Dibidang Perpajakan, ( Kencana: Perpustakaan Nasional;Katalok Dalam Terbitan,
2018 )
B. Ilyas Wirawan , Burton Richard, Hukum Pajak, ( Jakarta:Salemba Empat, Edisi
4, 2008 )

15

Anda mungkin juga menyukai