Genap-Bahan Ajar Ruang Lingkup Hukum Perdata-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Istilah Hukum Perdata pertama kali diperkenalkan oleh

Profesor Djoyodiguno sebagai terjemahan dari burgerlijkrecht. Di


samping istilah itu, sinonim Hukum Perdata adalah civielrecht dan
privatrecht.
Dalam arti luas, meliputi Hukum Privat Materiil, yaitu segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan, sedang dalam arti yang sempit, sebagai lawan
Hukum Dagang, seperti dalam Pasal 102 Undang-undang Dasar
Sementara, yang menitahkan pembukuan (kodifikasi) hukum di
negara Indonesia terhadap Hukum Perdata dan Hukum Dagang,
Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara
Perdata dan Hukum Acara Pidana, serta Susunan dan Kekuasaan
Pengadilan Dr. SALLE, SE., SH., MH
1. Konstitusi RIS yang
dicantumkan dalam
Istilah Perdata Pasal 15 ayat 2, Pasal
telah diterima secara 144 ayat (1), Pasal 156
resmi untuk pertama ayat (1) dan Pasal 158
kali dan dicantumkan ayat (1).
dalam perundang- 2. UUDS yang
undangan Indonesia, dicantumkan dalam
Pasal 15 ayat (2), Pasal
yaitu : 101 ayat (1) dan Pasal
106 ayat (3).

Dr. SALLE, SE., SH., MH


Hukum Perdata dapat dibagi dalam dua macam, yaitu :
1. Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formil. Hukum
Perdata Materil lazim disebut Hukum Perdata;
2. Hukum Perdata Formil disebut Hukum Acara Perdata, yaitu
yang mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan
haknya apabila dilanggar oleh orang lain.
Berikut pengertian Hukum Perdata oleh beberapa pakar
hukum, yaitu:

➢ Soebekti, Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yang


mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
➢ Sri Soedewi, Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur
kepentingan antara warga negara perseorangan dengan satu
warga negara perseorangan yang lain.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
➢ Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum
antara orang-orang atau badan satu sama lain tentang hak dan
kewajiban.
➢ Sudikno Merto Kusumo, Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan
yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang
lain di dalam hubungan keluarga dan didalam masyarakat.
Pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak.
➢ Safioedin, Hukum Perdata adalah hukum yang memuat peraturan dan
ketentuan hukum yang meliputi hubungan hukum antara orang yang satu
dengan yang lain didalam masyarakat dengan menitik beratkan kepada
kepentingan perorangan.
➢ Vollmar, Hukum Perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang
memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam
perandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain
dari orang-orang didalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.
➢ Van Dunne, Hukum Perdata adalah suatu peraturan yang mengatur
tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti
orang dan keluarganya,hak milik dan perikatan.
Unsur-unsur Hukum Perdata :
1. Adanya kaidah hukum;
2. Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang
lain;
3. Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi
hukum orang, hukum keluarga, hukum benda, hukum waris,
hukum perikatan, serta hukum pembuktian dan kadaluarsa.

Jadi, subtansi yang diatur dalam Hukum Perdata antara lain, yaitu:
1. Hubungan keluarga. Dalam hubungan keluarga akan
menimbulkan hukum tentang orang dan hukum keluarga.
2. Pergaulan masyarakat. Dalam hubungan pergaulan masyarakat
akan menimbulkan hukum harta kekayaan, hukum perikatan,
dan hukum waris.

Dr. SALLE, SE., SH., MH


B. Sumber-Sumber Hukum Perdata
1. Sumber Hukum Materiil
Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materi hukum
itu diambil. Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti
“tempat“ adalah Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana
dirumusan ketentuan undang-undang Hukum Perdata dapat dibaca
oleh umum. Contoh, Stbl. 1847-23 memuat B.W, L.N. 1974-1
memuat Undang-Undang Perkawinan.

2. Sumber Hukum Formal


Sumber Hukum Formal merupakan tempat memperoleh kekuatan
hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum formal itu berlaku

Dr. SALLE, SE., SH., MH


Volmar membagi sumber Hukum Perdata menjadi 4 (empat)
macam, yaitu: KUH Perdata, Traktat, Yurisprudensi dan
Kebiasaan.
Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi 2 (dua)
macam, yaitu sumber Hukum Perdata tertulis dan sumber
Hukum Perdata tidak tertulis. Sumber Hukum Perdata tertulis,
yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah Hukum Perdata yang
berasal dari sumber tertulis.
Sumber Hukum Perdata tidak tertulis adalah tempat
ditemukannya kaidah . Hukum Perdata yang berasal dari sumber
tidak tertulis, seperti dalam hukum kebiasaan.
Secara khusus, sumber Hukum Perdata Indonesia terulis, yaitu:
➢ Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), merupakan
ketentuan-ketentuan umum Pemerintah Hindia Belanda yang
diberlakukan di Indonesia (Stbl. 1847 No. 23, tanggal 30 April
1847, terdiri atas 36 pasal)
Dr. SALLE, SE., SH., MH
➢ KUH Perdata atau Burgelijk Wetboek (BW), merupakan ketentuan
hukum produk Hindia Belanda yang diundangkan tahun 1848,
diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi
➢ KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yang terdiri atas 754
pasal, meliputi Buku I (tentang dagang secara umum) dan Buku II
(tentang hak-hak dan kewajiban yang timbul dalam pelayaran.
➢ Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria, undang-undnag ini mencabut berlakunya Buku II KUH
Perdata sepanjang mengenai hak atas tanah, kecuali hipotek.
➢ Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Perkawinan, dan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Buku I KUH Perdata, khususnya mengenai
perkawinan tidak berlaku secara penuh.
➢ Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah
diatur dalam Buku II KUH Perdata.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Dr. SALLE, SE., SH., MH
➢ Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia.
➢ Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Jaminan Simpanan (LPS) .
➢ Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam (KHI), yang mengatur 3 (tiga) hal, yaitu Hukum
Perkawinan, Hukum Kewarisan dan Hukum Perwakafan.

C. Objek dan Subjek Hukum Perdata


1. Objek Hukum Perdata
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam
pengaturan hukum dan dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum
berdasarkan hak/kewajiban yang dimilikinya atas obyek hukum
yang bersangkutan (diatur dalam Buku II KUHPerdata)
Dr. SALLE, SE., SH., MH
2. Subjek Hukum Perdata
Subyek hukum adalah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki
hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Subjek hukum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Manusia (Naturlijke Person), yaitu manusia sama dengan orang
karena manusia mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan
hukum.
Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam
kandungan (Pasal 2 KUH Perdata), namun tidak semua manusia
mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan
hukum adalah orang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun
atau sudah kawin), sedangkan orang-orang yang tidak cakap
melakukan perbuatan hukum adalah orang yang belum
dewasa, orang yang ditaruh di bawah pengampuan, seorang
wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Setiap manusia adalah sebagai subjek hukum dan pendukung hak
serta kewajiban. Tidak setiap manusia (orang) wenang berbuat atau
bertindak untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang dimilikinya.
Untuk wenang berbuat atau bertindak melaksanakan hak dan
kewajiban yang dimilikinya dibutuhkan adanya syarat kecakapan.
Syarat-syarat seseorang yang cakap hukum, yaitu:
a. Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun).
b. Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah.
c. Seseorang yang sedang tidak menjalani hukum.
d. Berjiwa sehat dan berakal sehat.
2. Badan hukum (Vicht Person), yaitu badan hukum adalah
kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta
kekayaan, serta hak dan kewajiban. Badan hukum merupakan
badan-badan atau perkumpulan. Badan hukum yakni orang yang
diciptakan oleh hukum (melakukan perbuatan hukum) seperti
manusia.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Badan hukum menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro adalah
suatu badan yang di samping menusia perorangan juga dapat
bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-
kewajiban dan kepentingan-kepentingan hukum terhadap orang lain
atau badan lain.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa baik
perhimpunan maupun yayasan kedua-duanya berstatus sebagai
badan hukum, jadi merupakan orang sebagai pendukung hak dan
kewajiban.
Badan hukum dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Badan hukum publik, adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum publik atau yang menyangkut kepentingan
publik atau orang banyak atau negara umumnya.
2) Badan hukum privat, adalah badan hukum yang didirkan
berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut
kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
a. Teori Fiksi
Teori ini dipelopori oleh Von Savigny yang mengatakan bahwa
manusia saja yang dapat bertindak hukum, badan hukum itu
terjadinya karena angan-angan saja, segala gerak-gerik dari
badan hukum itu adalah kehendak dari orang-orang yang
mengurusi, bukan dari badan hukum itu sendiri, karena itu
suatu badan hukum tidak dapat melakukan perbuatan
melanggar hukum dengan demikian badan hukum tidak dapat
dituntut, yang dapat dituntut adalah orang-orang yang
mengelolanya (pengurus).
b. Teori Organ
Teori ini dikemukakan oleh Von Gierke, yang menyatakan
bahwa badan hukum bukanlah suatu fiksi tetapi kenyataan,
bukan kenyataan seperti manusia tapi kenyataan pada
jiwanya.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
c. Teori Milik Bersama (Kolektif)
Teori ini dipelopori oleh Moleengraf, yang mengatakan bahwa
para anggota dari organisasi itulah yang dapat dipandang
sebagai yang mempunyai hak, itu terjadi apabila orang-orang
yang telah bersatu itu bersama-sama bertindak dalam satu
ikatan atas nama badan hukum itu sehingga mereka
mempunyai hak dan kewajiban bersama yang bukan hak dan
kewajiban dari tiap-tiap anggota itu sebagai perseorangan.

d. Teori Kenyataan Yuridis


Lembaga yang berwenang membuat undang-undang
mencantumkan dalam undang-undnag bahwa yang
melaksanakan apa yang ditetapkan oleh undang-undang
tentang perkumpulan orang-orang maka perkumpulan itu
disebut badan hukum.

Dr. SALLE, SE., SH., MH


D. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika KUH Perdata yang ada dan berlaku di Indonesia, ternyata
bila dibandingkan dengan KUH Perdata yang ada dan berlaku di
negara lain, tidaklah terlalu jauh berbeda. Hal ini dimungkinkan
karena mengacu atau dipengaruhi dari Hukum Romawi (Code Civil).
Adapun hal-hal yang diatur dalam KUH Perdata sebagaimana berlaku
di Indonesia saat ini ada 4 (empat) buku, (kecuali beberapa bagian
yang sudah dinyatakan tidak berlaku), yaitu:
1. Buku Kesatu tentang Orang (van persoon), yang memuat hukum
mengenai Diri Seseorang dan Hukum Keluarga, terdiri dari 18 Bab
2. Buku Kedua tentang Kebendaan (van zaken), yang memuat
Hukum Benda dan Hukum Waris, terdiri dari 21 Bab.
3. Buku Ketiga tentang perihal Perikatan (van verbentennissen), yang
teridiri dari 18 Bab.
4. Buku Keempat tentang perihal Pembuktian dan Kadaluarsa (van
bewijs en varjaring), yang terdiri dari 7 Bab
Dr.Dr.
SALLE, SE.,SE.,
SALLE, SH.,SH.,
MHMH
➢ Hukum Keluarga di dalam KUH Perdata dimasukkan dalam
bagian hukum tentang Diri Seseorang, karena hubungan-
hubungan keluarga memang berpengaruh besar terhadap
kecakapan seseorang untuk memiliki hak-hak serta
kecakapannya untuk mempergunakan hak-haknya itu.
➢ Hukum Waris dimasukkan dalam bagian tentang Hukum Benda,
karena dianggap Hukum Waris itu mengatur cara-cara untuk
memperoleh hak atas benda-benda, yaitu benda-benda yang
ditinggalkan seseorang. Perihal Pembuktian dan Lewat Waktu
sebenarnya adalah soal hukum acara, sehingga kurang tepat
apabila dimasukkan dalam Hukum Perdata Materil. Oleh karena
itu, substansi KUH Perdata terdapat dalam 2 (dua) bagian,
yaitu: Buku I, II dan III berisi ketentuan Hukum Perdata Materiil,
sedangkan dalam Buku IV berisi ketentuan Hukum Perdata
Formil.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan, ada
4 (empat) bagian, yaitu :
1) Hukum Perorangan atau Badan Pribadi (personenrecht),
memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang
seseorang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban
(subyek hukum), tentang umur, kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum dan hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu, tempat tinggal (domisili) dan
sebagainya.
2) Hukum Keluarga (familierecht), memuat peraturan-peraturan
hukum yang mengatur hubungan hukum yang timbul karena
hubungan keluarga/kekeluargaan seperti perkawinan,
perceraian, hubungan orang tua dan anak, perwalian,
pengampuan dan hubungan dalam lapangan hukum
kekayaan antara suami dan isteri.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
3) Hukum Harta Kekayaan (vermogenrecht), memuat peraturan-
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang
dalam lapangan harta kekayaan seperti perjanjian, milik, gadai dan
sebagainya. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seorang, yang
dimaksudkan, ialah jumlah segala hak dan kewajiban orang itu,
dinilai dengan uang. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
demikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain. Hak-
hak kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap
orang dan karenanya dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang
hanya berlaku terhadap seorang atau suatu pihak yang tertentu
dan karenanya dinamakan hak perseorangan.
4) Hukum Waris (erfrecht), memuat peraturan-peraturan hukum
yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang
yang telah meninggal dunia, dengan perkataan lain hukum yang
mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia
kepada orang yang masih hidup. Jadi, Hukum Waris mengatur
akibat-akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggalan
seseorang. Dr. SALLE, SE., SH., MH

Anda mungkin juga menyukai