Wakaf 133 166
Wakaf 133 166
Wakaf 133 166
Wakaf
PENGERTIAN WAKAF
Secara bahasa, wakaf berasal dari kata waqf yang
berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis (terta
han), al-tasbil (tertawan), dan al-man’u (men
cegah). Secara istilah, para ulama mendefinisikan
wakaf sebagai berikut:
1. Muhammad al-Syarbini al-Khatib berpen
dapat bahwa wakaf ialah penahanan harta
yang memungkinkan untuk dimanfaatkan
disertai dengan kekalnya zat benda dengan
memutuskan (memotong) tasharruf (per
tolongan) dalam penjagaannya atas mushrif
(pengelola) yang dibolehkan adanya.
2. Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan wakaf ialah menahan
harta yang dapat diambil manfaatnya yang
tidak musnah seketika, dan untuk penggu
naan yang dibolehkan serta dimaksudkan
untuk mendapat rida Allah.
3. Idris Ahmad berpendapat, wakaf ialah me
nahan harta yang mungkin dapat diambil
manfaatnya, kekal zatnya, dan menyerah
kannya ke tempat-tempat yang telah ditentu
kan syara’ serta dilarang leluasa pada benda-
benda yang dimanfaatkannya itu.
Wakaf 121
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan oleh para ulama, kiranya
dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan se
suatu benda yang kekal zatnya dan memungkinkan untuk diambil manfaat
nya guna diberikan di jalan kebaikan.
UNSUR-UNSUR WAKAF
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, disebutkan
ada enam unsur wakaf, yaitu wakif, nazir, harta wakaf, tujuan wakaf, akad
wakaf, dan jangka waktu wakaf.
Wakaf 123
Nazir bisa diberhentikan dan diganti dengan nazir lain bila yang ber
sangkutan:
1. Meninggal dunia bagi nazir perseorangan.
2. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku untuk nazir organisasi badan hukum.
3. Atas permintaan sendiri.
4. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan/atau melanggar ketentu
an perundang-undangan yang berlaku.
5. Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuat
an hukum tetap.
Wakaf 125
2. Dalam keadaan tertentu, penyimpangan daripada ketentuan dimaksud
dalam ayat (1) dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan Menteri Agama.
MACAM-MACAM WAKAF
Ada beberapa macam wakaf yang dilihat berdasarkan tujuan, batasan waktu,
dan penggunaan barangnya.
Wakaf 127
mempunyai hak penuh untuk menentukan kepada siapa wakaf itu akan
diberikan, apakah untuk anaknya, cucunya, fakir miskin, atau diberikan
untuk tempat ibadah, bahkan bisa saja untuk dirinya sendiri.
Mengenai wakaf untuk dirinya sendiri, ulama berbeda pendapat
dalam memandangnya. Abu Yusuf, dari golongan Hanafi, memperboleh
kan wakaf untuk dirinya sendiri dan mensyaratkannya bahwa hasilnya
untuk dirinya sendiri selama wakif tersebut masih hidup. Akan tetapi,
menurut Muhammad, yang juga dari golongan Hanafi, tidak memboleh
kan wakaf untuk dirinya sendiri karena bertentangan dengan tujuan
pokok amalan wakaf. Bila dalam pengikrarannya wakaf kepada diri
sendiri disertakan dalam syaratnya, perwakafannya batal. Malik juga
berpendapat sama dengan Muhammad bahwa tidak memperbolehkan
wakaf untuk dirinya sendiri, tetapi syarat ini tidak membatalkan amalan
wakaf bila disertai dengan orang lain.
Mayoritas ulama Syafi’iah juga tidak memperbolehkan syarat per
wakafan untuk dirinya sendiri karena akan membatalkan perwakafan
harta benda wakaf yang akan diwakafkan.
2. Wakaf ahli (dzurri)
Wakaf yang bertujuan untuk memberi manfaat kepada wakif, keluar
ganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat kaya
atau miskin, sakit atau sehat, tua atau muda. Seperti telah kita ketahui,
sedekah terbaik adalah sedekah kepada kerabat/keluarga. Misalnya,
seseorang mewakafkan buku-buku yang ada di perpustakaan pribadinya
untuk keturunannya yang mampu menggunakannya. Wakaf semacam
ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf adalah orang-
orang yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf ahli terkadang juga
disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan kepentingan
kalangan keluarga sendiri dan kerabat.
Wakaf untuk keluarga secara hukum Islam dibenarkan berdasarkan
hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin
Malik tentang adanya wakaf keluarga Abu Thalhah kepada kaum dan
kerabatnya.
Wakaf 129
Dalam pandangan Ahmad Azhar Basyir, keberadaan jenis wakaf
ahli sudah selayaknya ditinjau kembali untuk dihapus.
3. Wakaf gabungan (musytarak)
Wakaf yang bertujuan untuk kepentingan umum dan keluarga secara
bersamaan. Termasuk wakaf gabungan, di antaranya wakaf untuk pem
binaan anak-anak, seperti penyediaan susu untuk anak-anak bagi keluar
ga yang membutuhkan; wakaf penyediaan obat-obatan untuk penyakit
anak-anak; wakaf pembinaan perempuan, terutama bagi perempuan-
perempuan yang berasal dari kalangan yatim piatu atau perempuan yang
disakiti suaminya dan kabur dari rumahnya agar ditampung di asrama.
Wakaf Uang
Wakaf benda bergerak berupa uang diatur secara khusus dalam Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004. Ketentuan mengenai wakaf uang adalah:
1. Wakif boleh mewakafkan uang melalui lembaga keuangan syariah yang
ditunjuk oleh menteri.
2. Wakaf uang yang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak
wakif dilakukan secara tertulis.
3. Wakaf diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
4. Sertifikat wakaf uang diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan
syariah kepada wakif dan nazir sebagai bukti penyerahan harta dengan wakaf.
5. Lembaga keungan syariah atas nama nazir mendaftarkan harta benda
wakaf berupa uang kepada menteri selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak
diterbitkannya sertifikat wakaf uang.
Wakaf 131
Ketentuan mengenai wakaf uang:
1. Jenis harta yang diserahkan wakif dalam wakaf uang adalah uang
dalam valuta rupiah. Oleh karena itu, uang yang akan diwakafkan harus
dikonversikan terlebih dahulu ke dalam rupiah jika masih dalam bentuk
valuta asing.
2. Wakaf uang dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah yang ditinjau
oleh Menteri Agama sebagai LKS Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
Adapun aturan teknis yang menyangkut wakaf uang adalah:
1. Wakif wajib hadir di Lembaga Keuangan Syariah sebagai penerima wakaf
uang (LKS-PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya. Bila
berhalangan, wakif bisa menunjuk wakil atau kuasanya.
2. Wakif wajib menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan
diwakafkan.
3. Wakif wajib menyerahkan secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU.
4. Wakif wajib mengisi formulir pernyataan kehendaknya yang berfungsi
sebagai AIW.
Wakaf uang dapat dilakukan dalam jangka tertentu (mu’aqqad). Uang
yang diwakafkan harus dijadikan modal usaha (ra’s al-mal) sehingga secara
hukum tidak habis sekali pakai, dan yang disedekahkan adalah hasil dari
usaha yang dilakukan oleh nazir atau pengelola.
Wakaf uang dapat dilakukan secara mutlak dan secara terbatas (muqo
yyad). Wakaf uang secara mutlak dan terbatas dapat dilihat dari segi usaha
yang dilakukan oleh nazir (bebas melakukan berbagai jenis usaha yang halal
atau terbatas pada jenis usaha tertentu), dan dari segi penerima manfaatnya
(ditentukan atau tidak ditentukan pihak-pihak yang berhak menerima
manfaat wakaf).
Wakaf uang pada dasarnya mendorong bank syariah untuk menjadi
nazir yang profesional. Pihak bank sebagai penerima titipan harta wakaf
dapat menginvestasikan uang tersebut pada sektor-sektor usaha halal
yang menghasilkan manfaat. Pihak bank, sebagai nazir, berhak mendapat
imbalan maksimal 10% dari keuntungan yang diperoleh.
Wakaf Saham
Objek wakaf yang diatur dalam peraturan perundang-undangan setelah uang
adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perseroan
terbatas. Manfaat saham adalah (1) dividen, yaitu bagian dari keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham; (2) capital gain, yaitu
keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya; dan (3)
manfaat nonmateriel, yaitu timbulnya kekuasaan atau memperoleh hak suara
dalam menentukan jalannya perusahaan.
Dari segi pencantuman nama pemiliknya, saham dibedakan menjadi
dua, (1) saham atas nama, yaitu saham yang mencantumkan nama peme
gang atas pemiliknya; (2) saham atas unjuk, yaitu saham yang tidak men
cantumkan nama pemegang atau pemilik. Saham atas nama lebih mudah
untuk dijadikan objek wakaf sebab wakif (pihak yang mewakafkan saham)
harus diketahui identitasnya dan dicantumkan dalam Akta Ikrar Wakaf.
Wakaf saham tidak perlu dipersoalk an karena dapat dijadikan objek
wakaf. Pemilik saham dapat mendaftarkan wakaf saham kepada Lembaga
Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). Di samping itu,
wakaf saham perlu melibatkan tranfer agent, registrat, dan clearing agent.
Wakaf saham memerlukan institusi yang bekerja secara profesional
yang bertugas mengelola saham-saham wakaf. Institusi tersebut bisa
berupa perusahaan pengelola dana wakaf atau reksa dana syariah (Islamic
invesment fund) agar saham yang diwakafkan dapat mendatangkan man
faat yang maksimal. Perusahaan pengelola dana wakaf berkedudukan
sebagai nazir yang berhak mendapat imbalan yang layak.
Dari segi pihak yang berhak menerima manfaat wakaf (mauqul lahu),
wakaf dapat dilakukan secara mutlak (penerima manfaat wakaf saham
Wakaf 133
tidak ditentukan secara spesifik) dan secara terbatas (muqoyyad) (penerima
manfaat wakaf saham ditentukan secara pasti).
Aspek ekonomi bisnis dari wakaf saham adalah diterimanya dividen.
Saham adalah objek wakaf, sedangkan dividen adalah manfaat wakaf.
Hanya saja, saham yang menjadi objek wakaf harus diinvestasikan pada
bidang-bidang usaha yang halal dan terhindar dari riba. Oleh karena itu,
institusi yang lebih tepat untuk mengelola wakaf saham adalah reksa dana
syariah (Islamic invesment fund).
Wakaf Tanah
Menurut Boedi Harsono (2003: 45), perwakafan tanah hak milik merupa
kan suatu perbuatan hukum yang suci, mulia, dan terpuji yang dilakukan
oleh seseorang atau badan hukum dengan memisahkan sebagian dari
harta kekayaannya yang berupa tanah hak milik dan melembagakannya
untuk selama-lamanya menjadi wakaf sosial.
Dasar hukum perwakafan tanah milik pada Pasal 49 ayat 3 UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peratuan Dasar Pokok-Pokok Agararia menentukan
bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan PP No. 28
Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Unsur-Unsur Perwakafan Tanah
Tanah yang diwakafkan adalah tanah hak milik atau tanah milik yang bebas
dari segala pembebanan, ikatan, sitaan, atau perkara. Perwakafan tanah milik
harus dilakukan atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak lain.
Selain manusia, badan hukum juga dapat melakukan perwakafan tanah
milik, tetapi hanya badan hukum tertentu yang menguasai tanah hak milik
yang dapat mewakafkan tanah miliknya. Badan hukum yang dimaksud adalah
bank pemerintah, lembaga keagamaan, dan badan sosial, sesuai dengan
ketentuan Pasal 8 ayat 1 huruf b Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertahanan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
Wakaf 135
PENGALIHAN BENDA WAKAF
Memanfaatkan benda wakaf berarti menggunakan benda wakaf tersebut.
Benda asalnya/pokoknya tidak boleh dijual, dihibahkan, dan diwariskan.
Namun, jika suatu ketika benda wakaf itu sudah tidak ada manfaatnya atau
kurang memberi manfaat banyak atau demi kepentingan umum, kecuali
harus melakukan perubahan pada benda wakaf tersebut, seperti menjual,
mengubah bentuk/sifat, memindahkan ke tempat lain, atau menukar dengan
benda lain, boleh dilakukan perubahan terhadap benda wakaf tersebut.
Dalam pandangan fikih, para ulama berbeda pendapat. Sebagian mem
bolehkan dan sebagian yang lain melarangnya. Sebagian ulama Syafi’iah dan
Malikiah berpendapat, benda wakaf yang sudah tidak berfungsi tetap tidak
boleh dijual, ditukar, diganti, atau dipindahkan. Dasar wakaf bersifat abadi
sehingga dalam kondisi apa pun harus dibiarkan sedemikian rupa. Dasar
yang digunakan oleh mereka adalah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu
Umar yang mengatakan bahwa benda wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan,
dan diwariskan.
Imam Ahmad Ibnu Hanbal, Abu Tsaur, dan Ibnu Taimiyah berpen
dapat tentang bolehnya menjual, mengubah, mengganti, atau memindah
kan benda wakaf yang sudah atau kurang berfungsi lagi; sudah tidak sesuai
dengan peruntukan yang dimaksud si wakif. Alasannya, supaya benda wakaf
tersebut bisa berfungsi atau mendatangkan maslahat sesuai dengan tujuan
wakaf, atau untuk mendapatkan maslahat yang lebih besar bagi kepenting
an umum, khususnya kaum muslim.
Dalil atau argumentasi yang digunakan Imam Ahmad adalah ketika
‘Umar bin Khatab ra. memindahkan Masjid Kufah yang lama, kemudian di
jadikan pasar bagi penjual kurma. Hal tersebut merupakan penggantian
tanah masjid. ‘Umar dan ‘Utsman pernah membangun Masjid Nabawi tanpa
mengikuti konstruksi pertama dan melakukan tambahan serta perluasan.
Begitu pun yang terjadi pada Masjidil Haram, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Bukhari Muslim, Rasulullah Saw. bersabda kepada ‘Aisyah ra.: “Seandainya
kaummu itu bukan masih dekat dengan Jahiliah, tentulah Kakbah itu akan aku
runtuhkan dan aku jadikan dalam bentuk rendah serta aku jadikan baginya dua pintu:
satu untuk masuk dan satu untuk keluar”.
Wakaf 137
Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf juga meng
atur tentang perubahan dan pengalihan harta wakaf yang sudah dianggap
tidak atau kurang berfungsi, sebagaimana maksud wakaf itu sendiri. Secara
prinsip, harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang untuk dijadikan
jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, dan dialihkan dalam
bentuk pengalihan hak lainnya.
Ketentuan tersebut dikecualikan bila harta benda wakaf yang telah di
wakafkan digunakan untuk kepentingan umum, sesuai dengan rencana umum
tata ruang (RUTR), berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat. Pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah mem
peroleh izin tertulis dari menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.
Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan
pengecualian tersebut wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan
nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
Dengan demikian, perubahan dan/atau pengalihan benda wakaf pada prinsip
nya bisa dilakukan selama memenuhi syarat-syarat tertentu dan dengan
mengajukan alasan-alasan sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-
undang yang berlaku. Ketatnya prosedur perubahan dan/atau pengalihan
benda wakaf bertujuan untuk meminimalisasi penyimpangan peruntukan
dan menjaga keutuhan harta wakaf agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang
dapat merugikan eksistensi wakaf itu sendiri.6
Wakaf 139
Pengalihan Benda Wakaf Perspektif Mazhab
1. Mazhab Maliki
Malikiah menyebutkan ada tiga macam benda wakaf yang boleh dan
tidak boleh dijual. Pertama, masjid. Masjid sama sekali tidak boleh dijual
berdasarkan ijma ulama. Kedua, pekarangan. Pekarangan tidak boleh
dijual meskipun rusak dan tidak boleh diganti dengan barang lainnya
dari barang sejenis, seperti mengganti dengan sejenisnya yang tidak
rusak. Dalam satu kasus dikecualikan, yakni penjualan pekarangan
yang diwakafkan karena pekarangan itu dibutuhkan untuk memperluas
masjid atau jalan. Ketiga, barang dagangan dan hewan, seperti kuda
sudah tua, pakaian usang yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Barang
wakaf tersebut boleh dijual dan hasil penjualannya diberikan untuk
barang yang sejenis. Jika hasil penjualan tidak cukup untuk membeli
barang utuh (seperti barang wakaf), hasil penjualan itu digunakan untuk
membeli satu bagian dari barang itu.
2. Mazhab Syafi’i
a. Jika masjid roboh atau rusak, salat di masjid tersebut menjadi
terputus (tidak dapat digunakan salat lagi) dan pengembaliannya ke
kondisi semula sulit, atau tidak bisa digunakan sama sekali karena
negeri itu porak poranda. Masjid tidak menjadi milik siapa pun,
dan tidak boleh dikelola sama sekali dengan bentuk jual-beli, atau
sebagainya. Sebab kepemilikan yang telah hilang karena menjadi
hak Allah. Kepemilikan tersebut tidak bisa kembali menjadi milik
seseorang karena adanya kerusakan. Misalnya, jika seseorang me
merdekakan budak kemudian sakit menahun, budak itu tidak lagi
menjadi milik mantan tuannya. Pengelolaan hasil wakaf tersebut
adalah dengan mewakafkannya pada masjid terdekat jika masjid itu
tidak bisa diharapkan pengembalian dalam fungsinya semula.
b. Pendapat yang paling shahih adalah kebolehan menjual pagar masjid
yang diwakafkan jika pagar itu rusak. Demikian juga batangnya, jika
telah pecah dan tidak layak, kecuali dibakar, supaya tidak sia-sia dan
tempat dalam masjid menjadi sempit tanpa faedah. Harga pagar
Wakaf 141
Sebab hukum asalnya adalah keharaman penjualan wakaf. Wakaf
hanya boleh dijual dalam keadaan darurat demi menjaga tujuan
wakaf yang sesungguhnya. Jika suatu wakaf hanya memiliki sedikit
manfaat sampai pada batas tidak bisa disebut manfaat, keberadaan
manfaat seperti tidak ada.
e. Tidak boleh memindahkan masjid, mengganti atau menjual hala
mannya, menjadikannya tempat perairan, kedai-kedai, kecuali jika
sulit untuk memanfaatkannya dalam tujuan semula.
f. Pagar masjid yang berlebih, juga hiasannya, padahal tidak dibutuh
kan, boleh dijadikan (dipindahkan) ke masjid lain, atau disedekahkan
kepada orang-orang fakir tetangga masjid dan sebagainya. Demikian
juga jika ada kelebihan dari tiang atau sedikit dari reruntuhannya.7
7 Wahbah Al-Zuhayli. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. (Jakarta: Darul Fikir, 2011). hlm. 325-330.
8 Rachmadi Usman. Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 132.
Wakaf 143
6. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar
negeri dalam pengembangan serta pemberdayaan wakaf.
Pembinaan nazir dimaksudkan wajib sekurang-kurangnya satu tahun
sekali dengan tujuan peningkatan etika dan moralitas dalam pengelola
an wakaf serta untuk peningkatan profesionalitas pengelolaan dana wakaf.
Dalam pembinaan ini, BWI bekerja sama dengan pihak ketiga, yang dilakukan
dalam bentuk penelitian, pelatihan, seminar, maupun kegiatan yang lainnya
dalam mendukung peningkatan kinerja.11 Kemudian pengawasan terhadap
perwakafan dilakukan pemerintahan dan masyrakat, baik aktif maupun pasif.
Pengawasan aktif juga dilakukan sekurang-kurang satu tahun sekali dalam
pemeriksaan secara langsung terhadap nazir atas pengelolaan wakaf.
11 Rachmadi Usman. Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 138.
Wakaf 145
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selama-selamanya guna kepentingan ibadah/keperluan umum lainnya yang
sesuai dengan ajaran Islam.12
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, wakaf adalah
perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk
selama-lamanya untuk kepantingan peribadatan atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 1 ayat (1), wakaf
adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selama jangka waktu
tertentu, sesuai dengan kepentingan, guna keperluan ibadah atau kesejahtera
an umum menurut syariat.
Regulasi Perwakafan
Sepanjang sejarah Islam, wakaf merupakan sarana dan modal yang amat
penting dalam memajukan perkembangan agama. Aturan wakaf di Indonesia
sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Pada 1905, secara administratif
peraturan tanah wakaf mulai dibuat berdasarkan surat edaran, antara lain:
1. Suarat Edaran Sekretaris Gubernement (SESG) 31 Januari 1905 (Bijblaad
1905 Nomor 6.169) tentang perintah kepada bupati untuk membuat
daftar suatu wakaf.
2. SESG 4 April 1931 (Bijblaad Nomor 12.573) sebagai pengganti Bijblaad
sebelumnya yang berisi perintah kepada bupati untuk meminta ketua
pengadilan agama mendaftar tanah wakaf.
3. SESG 24 Oktober 1934 tentang wewenang bupati untuk menyelesaikan
sengketa wakaf.
4. SESG 27 Mei 1935 tentang cara perwakafan.13
Sebelum lahir UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, perwakafan di
Indonesia diatur dalam PP No. 28 Tahun 1997 tentang Perwakafan Tanah Milik
12 Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat (1).
13 Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia, (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985), hlm. 32.
Wakaf 147
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Perincian Terhadap
PP No. 28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah Milik.
4. Instruksi Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang
Sertifikasi Tanah.
5. Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 tentang Pelaksanaan
Penyertifikatan Tanah Wakaf.
6. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam KHI.
7. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.15
Peraturan perundangan perwakafan (UU dan PP Wakaf) tersebut
memiliki substansi, antara lain: Pertama, benda yang diwakafkan (mauquh
bih). Dalam peraturan perundangan wakaf sebelumnya hanya menyangkut
perwakafan benda tidak bergerak yang lebih banyak dipergunakan untuk
kepentingan yang tidak produktif, seperti masjid, madrasah, yayasan yatim
piatu, pesantren, sekolah, dan lain-lain. Selain itu, UU dan PP wakaf juga
mengatur benda wakaf yang bergerak, seperti uang (cash waqf), saham,
surat-surat berharga lainnya, dan hak intelektual. Tentu saja ini merupakan
terobosan yang cukup signifikan dalam dunia perwakafan karena wakaf
seperti uang, saham, atau surat berharga lainnya merupakan variabel penting
dalam pengembangan ekonomi.
Wakaf uang, saham, atau surat berharga lainnya, sebagaimana diatur
dalam UU Wakaf, bukan untuk dibelanjakan secara konsumtif, seperti ke
khawatiran sebagian orang. Pemanfaatan secara konsumtif berarti menya
lahi konsep dasar wakaf karena esensinya adalah agar wakaf uang, saham,
atau surat berharga lainnya yang diamanatkan kepada nazir dapat dikelola
secara produktif sehingga manfaatnya dapat digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat banyak.16
Wakaf 149
mengenai wakaf, khususnya yang berkaitan dengan harta benda wakaf tidak
bergerak. UU dan PP Wakaf menekankan pentingnya pemberdayaan dan
pengembangan benda-benda wakaf yang mempunyai potensi ekonomi tinggi
untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
Kelima, catatan penting dalam UU dan PP Wakaf adalah adanya ketentuan
pidana dan sanksi administrasi. Ketentuan pidana yang dimaksud ditujukan
kepada para pihak yang dengan sengaja menyalahgunakan benda wakaf
dengan ancaman pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00, sedangkan bagi pihak yang dengan
sengaja mengubah peruntukan benda wakaf akan dipidana penjara paling
lama empat tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp400.000.000,00.
Sanksi administrasi akan dikenakan kepada lembaga keuangan syariah dan
pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang melanggar dalam masalah
pendaftaran benda wakaf. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi merupa
kan terobosan yang cukup penting dalam rangka mengamankan benda-benda
wakaf dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan bertujuan untuk
memberikan efek jera bagi yang telah melakukan pelanggaran hukum.17
Dengan adanya UU dan PP Wakaf tersebut, yang memiliki semangat
pemberdayaan benda-benda wakaf secara produktif, diharapakan dapat ter
cipta kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Namun, regulasi
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perekonomian
(khususnya perekonomian berbasis syariat) harus juga segera dilakukan untuk
mendukung semangat UU dan PP Wakaf dalam rangka memberdayakan
wakaf secara produktif.
Wakaf 151
Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik. Dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik, menentukan setiap pihak yang akan mewakafkan
tanahnya harus menyatakan kehendaknya untuk mewakafkan tanah (me
nyampaikan ikrar wakaf) kepada nazir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf (PPAIW), dan selanjutnya setelah dibuat Akta Ikrar Wakafnya berdasar
kan ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
dan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) berkewajiban untuk
mendaftarkan tanah wakaf tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional
setempat untuk diterbikan sertifikat tanah wakafnya. Pentingnya pendaftaran
tanah wakaf guna mendapatkan sertifikat tanah wakaf adalah untuk kepastian
hukum dari tanah wakaf tersebut. Jika telah memiliki sertifikat tanah wakaf,
tanah wakaf tersebut menjadi jelas status kepemilikannya, yakni untuk kepen
tingan masyarakat dan dilindungi oleh hukum.
Untuk dapat memberikan jaminan kepastian hukum status tanah
wakaf yang telah diwakafkan oleh wakif, tata cara pelaksanaan wakaf harus
memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Pasal
17 menentukan bahwa:
1. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazir di hadapan Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan disaksikan oleh dua orang
saksi.19
2. Ikrar wakaf, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan secara lisan
dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
19 Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia, (Yogyakarta: Dua Diemnsi, 1985). hlm. 37.
Wakaf 153
5. Setelah dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik dalam buku tanah
dan sertifikatnya. seperti dimaksudkan dalam ayat (2) dan (3), nazir
yang bersangkutan wajib melaporkannya kepada pejabat yang ditunjuk
Menteri Agraria.
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah milik, dapat dinyatakan bahwa Pejabat Pem
buat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) diwajibkan untuk mendaftarkan tanah wakaf
kepada Badan Pertanahan setempat guna memperoleh sertifikat tanah wakaf.
Kesimpulannya, dengan adanya UU dan PP Wakaf tersebut yang me
miliki semangat pemberdayaan benda-benda wakaf secara produktif, diharap
kan dapat tercipta kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.