Research or Data
Research or Data
Research or Data
SIFAT BELAJAR
Pada dasarnya mengajar atau belajar adalah mengajar siswa. Jadi, dari pengertian pembelajaran di atas,
dapat diartikan bahwa guru merupakan aktor utama dalam proses pembelajaran, karena guru
merupakan sumber informasi atau pengetahuan utama, sedangkan siswa hanya sebagai penerima
pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Menurut Biggs (Rastodio, 2009) membagi konsep belajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai
berikut.
1. Secara kuantitatif, pembelajaran diartikan sebagai transmisi pengetahuan, yaitu guru bertugas
menyampaikan pengetahuan kepada pelajaran bagi siswa.
2. Secara kelembagaan, belajar diartikan sebagai fasilitasi belajar, yaitu upaya membantu memfasilitasi
kegiatan belajar agar siswa menemukan makna dan pemahamannya sendiri. Dalam hal ini guru harus
mampu mengadaptasi teknik mengajar yang baik dari kemampuan siswa yang berbeda-beda.
3. Secara kualitatif, belajar diartikan sebagai fasilitasi belajar, yaitu upaya membantu memperlancar
kegiatan belajar agar siswa menemukan makna dan pemahamannya sendiri. Guru bertugas
mengarahkan siswa untuk terlibat dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan proses pembelajaran.
Jadi, dari ketiga definisi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang profesional, artinya mereka dilatih keahliannya sebagai guru yang
mampu mempertanggungjawabkan kewajibannya.
Menurut Joni & Wardani (1985) bahwa belajar juga sekaligus merupakan unsur teknologi, ilmu
pengetahuan, seni, serta pilihan nilai, dan keterampilan. Jadi disini dapat diartikan bahwa belajar tidak
hanya sebatas pengetahuan atau materi saja, tetapi pembelajaran juga dapat berupa teknologi, seni dan
keterampilan yang dapat dicapai dengan berlatih berdasarkan materi yang dipelajari.
Menurut Nasution (1995) pengertian mengajar yang baik adalah pengertian mengajar yang mempunyai
arti luas. Sebagaimana dikemukakan Nasution di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran meliputi
tujuan pembelajaran, bahan ajar, pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik; media dan sumber
belajar serta penilaian baik proses maupun hasil belajar. Oleh karena itu, disini guru berperan aktif
untuk dapat menjadi fasilitator bagi siswa agar dapat mengikuti hal-hal yang berkaitan dengan
pembelajaran di atas.
Jadi, dari beberapa definisi pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran guru
sangat penting dalam proses pembelajaran karena tugas guru harus lebih memperhatikan kepentingan
perkembangan siswa, sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar,
berinisiatif atau berkreativitas, dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajarnya. Siswa memiliki
berbagai keterampilan belajar, keterampilan sosial, kemandirian yang dapat membantu siswa untuk
mengembangkan potensinya secara optimal.
2. MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF
Pada umumnya setiap siswa memiliki profil kecerdasan yang berbeda dan minat belajar yang berbeda
pula. Oleh karena itu, seorang guru yang efektif akan memasukkan masing-masing faktor ini ke dalam
perencanaan dan ke dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif, sesuai dengan kebutuhan belajar setiap siswa sehingga setiap siswa mampu memiliki
pengalaman belajar yang terbaik.
Menurut Powell & Powell (2011) ada beberapa hal yang harus disadari oleh seorang guru dalam
memberikan pelayanan agar setiap siswa belajar secara mandiri dan efektif:
c) Mengetahui kurikulum.
d) Mengetahui penilaian, termasuk memilih dan merancang alat atau instrumen penilaian yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Idealnya, menurut Permendikbud nomor 22 tahun 2016 untuk menciptakan pembelajaran yang efektif,
proses pembelajaran harus menjadi implementasi dari rencana pembelajaran yang meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
1. Mempersiapkan siswa secara psikis dan fisik semaksimal mungkin untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2. Memberikan motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan penerapan bahan ajar
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengajukan pertanyaan yang menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.
5. Menyampaikan ruang lingkup materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Pada tahap kegiatan pendahuluan guru menciptakan kondisi agar siswa memiliki motivasi belajar yang
tinggi dan siap belajar. Menurut Brophy (Burden&Byrd, 1994): Brown (2009) yang perlu dilakukan guru
untuk mengatasi kondisi tersebut adalah sebagai berikut.
a) Menciptakan keakraban antara guru dan peserta didik sehingga tercipta suasana belajar yang
demokratis.
b) Mengajukan pertanyaan apersepsi meliputi; peta yang berkaitan dengan materi sebelumnya,
kemudian memberikan komentar atas jawaban yang diberikan siswa dan membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
c) Mengajukan pertanyaan pre-test atau penilaian awal, untuk mengetahui sejauh mana pengalaman
peserta didik berkaitan dengan bahan ajar yang akan dipelajarinya.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam bahasa yang memacu semangat
belajar siswa.
e) Mengedepankan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan peserta didik untuk memotivasi dan
menantang peserta didik untuk belajar.
f) Berikut hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan antara lain:
Sebaiknya guru mengecek kehadiran siswa dan mendata siswa yang datang terlambat, kegiatan ini akan
sangat bermanfaat baik bagi guru maupun guru yang akan mengajar di jadwal selanjutnya.. 2. Memohon
perhatian peserta didik
Pendekatan ini dirancang untuk mengamankan perhatian peserta dan mengurangi gangguan yang
mungkin terjadi dalam kegiatan pengenalan pembelajaran. Beberapa sarana yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
• Memilih isyarat baik verbal atau nonverbal untuk memfokuskan perhatian pelajar.
Beberapa pekerjaan rumah berikut yang dapat dilakukan guru untuk memeriksa pengalaman siswa
antara lain:
• Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan keterampilan atau konsep yang telah diajarkan pada
pembelajaran sebelumnya.
• Minta siswa untuk saling mengoreksi dokumen pekerjaan rumah atau kuis.
• Menginstruksikan peserta didik untuk bertemu dalam kelompok kecil untuk meninjau pekerjaan
rumah mereka masing-masing.
• Mintalah siswa menjawab pertanyaan tentang pekerjaan rumah atau pelajaran sebelumnya.
• Minta peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang masalah pekerjaan rumah dan guru
meninjau ulang pengajaran atau memberikan latihan tambahan.
• Selain pemeriksaan pengalaman sehari-hari peserta didik, juga dapat ditingkatkan menjadi
pemeriksaan mingguan atau bulanan.
Membangun kesiapan merupakan kegiatan awal pada awal pembelajaran yang digunakan untuk
mempengaruhi siswa pada suatu situasi yang diperlukan dalam pembelajaran. Langkah ini dilakukan
untuk mengembangkan kesiapan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Serangkaian kegiatan
persiapan yang efektif memenuhi beberapa kriteria, yaitu: membangkitkan minat siswa, harus dikaitkan
dengan pelajaran, siswa harus memahami kegiatan/materi pembelajaran dan harus berkaitan dengan
kehidupan siswa atau pembelajaran sebelumnya.
Guru perlu menguraikan secara jelas tujuan pembelajaran, kegiatan dan evaluasi serta menelaah tata
cara penggunaannya secara jelas, atau menuliskan unsur-unsurnya secara tertulis. Dengan
memanfaatkan kesiapan siswa, kegiatan pengenalan tujuan pembelajaran berarti guru menyediakan
advances organizer yang memberikan kerangka bagi materi pembelajaran baru dan membantu siswa
untuk mempresentasikan materi pelajaran yang sudah mereka ketahui. Pengorganisir lanjutan
membantu peserta didik untuk memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran yang akan
dipertimbangkan, memberi tahu arah, menghubungkan dengan materi sebelumnya dan memberikan
struktur maeri berikutnya.
Guru harus sering membagikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Lembar kerja siswa dapat
dibagikan di awal pembelajaran agar dapat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang
penting untuk menghindari gangguan selama pembelajaran. Bahan ajar juga harus ditempatkan secara
strategis: ditempatkan di dalam kelas, misalnya buku sumber yang sering digunakan ditempatkan di
ruangan yang mudah dijangkau. Siswa juga harus menerima buku sebagai sumber bahan ajar. Sehingga
siswa dapat mempelajari bahan ajar.
Untuk memberikan penjelasan dan petunjuk kepada siswa, pertama-tama guru harus merencanakan
dengan matang segala sesuatu dalam proses pembelajaran. Instruksi tidak hanya diberikan pada awal
pembelajaran, tetapi instruksi juga dapat diberikan sepanjang kegiatan untuk semua kegiatan
pembelajaran. Kapan merencanakan petunjuk? Dimana guru membutuhkan
(a) tidak lebih dari tiga tindakan yang diperlukan peserta didik untuk memberikan bimbingan dalam
kegiatan;
(b) menyampaikan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik,
(d) menggambarkan setiap tahap tertentu secara singkat, padat dan jelas
(e) memberikan instruksi baik secara tertulis (misalnya di papan tulis, transparan, atau handout dan
lisan)
(g) membuat bekal untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan.
(c) membantu jika satu atau lebih peserta didik tidak mengikuti instruksi.
Memberikan instruksi sering membantu untuk menunjukkan kegiatan di mana peserta didik diharapkan
untuk melakukan suatu masalah atau kegiatan bersama-sama. Peserta didik kemudian melihat apa yang
mereka harapkan sebelum mereka mulai bekerja dengan bebas. Setelah peserta didik mulai bekerja,
guru harus berjalan di sekitar mereka untuk mengamati mereka dan melihat apakah mereka mengikuti
instruksi dan bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peserta didik. Jika banyak
pertanyaan muncul, mungkin berguna bagi setiap pelajar untuk memperhatikan petunjuk selanjutnya.
Dari beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam menciptakan kondisi yang kondusif sejak awal
pembelajaran g, yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan kegiatan pembelajaran awal menurut
penulis adalah mengajak siswa untuk berdoa sebelum belajar dan menyerahkan segala aktivitas dan
kehidupan kepada sang pencipta.
b. Kegiatan inti
Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, disebutkan bahwa kegiatan inti menggunakan model
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Pemilihan tematik dan/atau terpadu tematik dan/atau
ilmiah dan/atau inkuiri dan pengungkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis masalah (project based learning) yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
Pendidikan.
1) sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Semua kegiatan pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan tersebut.
2) Pengetahuan
3) keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba. menalar, menyajikan, dan
mencipta, seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang berasal dari keterampilan harus
mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut, perlu dilaksanakan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
berbasis pengungkapan penelitian (discovery/inquiry learning dan pembelajaran yang menghasilkan
project-based learning problem solving). Selama membuat kegiatan inti perabelajaran, setiap kinerja
guru diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas pengelolaan kelas. Menurut Burden
& Byrd (1994) manajemen kelas meliputi: langkah-langkah pembelajaran, memberikan transisi yang
merata, mengurangi hambatan, mengatur kursi secara elektrik, memiliki orientasi tugas, jelas dan
menunjukkan antusiasme.
4) langkah-langkah pembelajaran
Belajar itu seperti air yang mengalir. Langkah-langkah pembelajaran yang efektif tidak terlalu lambat dan
tidak terlalu cepat. Langkah-langkahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Langkah-langkah pembelajaran
yang efektif, guru tidak boleh terlalu lama dalam pemberian petunjuk, mendistribusikan bahan ajar
secara tepat waktu dan efisien, serta berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya secara merata
dan tanpa gangguan. Langkah-langkah pembelajaran yang kurang efektif akan memakan waktu atau
akan bergerak terus menerus pada langkah-langkah dimana peserta didik tidak dapat menguasai materi
pembelajaran dan akan menimbulkan rasa bosan. Namun, guru harus mengenali setiap momen siswa
baik secara spiritual maupun fisik transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Berikut adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah pembelajaran yang efektif.
A) mengembangkan kesadaran akan tempo/kecepatan belajar guru itu sendiri. Alat yang baik untuk
membantu langkah-langkah pembelajaran adalah dengan menggunakan kaset audio atau kaset video.
Dengan cara ini, guru akan dapat menentukan bagaimana mengatur kecepatan pidatonya, bagaimana
guru bergerak di sekitar kelas, atau berapa banyak waktu yang diberikan kepada peserta didik.
B) mengamati isyarat nonverbal yang ditunjukkan peserta didik apakah pembelajaran menjadi menarik
atau membosankan. Pantau perhatian peserta didik dan kemudian modifikasi langkah-langkah
pembelajaran sesuai kebutuhan. Jika dianggap prestasi siswa tinggi dan mungkin juga kurang. Cakupan
materi mungkin menjadi terlalu rumit atau menjadi lebih cepat. Petunjuk yang baik adalah apakah
kecepatan belajar terlalu lambat jika peserta didik menjadi ribut dan tidak memperhatikan.
C. menghentikan aktivitas untuk waktu yang singkat. Banyak guru melanjutkan seluruh kegiatan sebelum
memulai diskusi atau review. Bagaimanapun, lebih efektif untuk menghentikan aktivitas pada bagian
tertentu dan mengajukan pertanyaan atau mengunjungi kembali bagian tertentu dari keseluruhan
aktivitas.
d) memberikan waktu istirahat setelah pembelajaran berlangsung selama 30 menit atau lebih atau lebih.
Waktu belajar yang lama dapat menyebabkan kurangnya perhatian dan gangguan. Tiga sampai lima
menit memungkinkan siswa istirahat dapat membuat siswa menjadi Fresh (segar) kembali melakukan
aktivitas belajarnya. Mengisi waktu istirahat pendek dapat dilakukan dengan permainan singkat yang
berhubungan dengan pembelajaran atau dengan aktivitas gerak tubuh atau relaksasi.
E) membuat variasi isi pembelajaran. Siswa seringkali menjadi putus asa atau kurang berminat untuk
belajar jika hanya melalui satu cara belajar. Rencana pembelajaran yang mencakup beberapa strategi
pembelajaran akan menghasilkan perhatian peserta didik yang lebih baik.
(C) tidak banyak menyela selama pelajaran. Distraksi adalah suatu bentuk yang mengarah pada perilaku
yang mengganggu aktivitas belajar , misalnya dengan menghentikan banyak aktivitas melalui interupsi.
Hal ini terjadi ketika Guru (1) menyela selama kegiatan pembelajaran tanpa peringatan : dan
memberikan instruksi untuk memulai kegiatan lain (2) interupsi berulang untuk menjelaskan kembali
penjelasan sebelumnya saat pelajar sedang melakukan kegiatan. Kondisi seperti ini akan
membingungkan peserta didik.
G) menghindari penjelasan yang berulang-ulang dan terlalu mendetail pada bagian tertentu. Hal ini
dapat terjadi, ketika guru menggunakan terlalu banyak waktu untuk memberikan penjelasan atau
arahan. Misalnya seorang guru kimia yang akan mempersiapkan siswa untuk melakukan eksperimen,
guru memberikan penjelasan yang terlalu detail terkait peralatan laboratorium, sedangkan siswa hanya
memiliki sedikit waktu untuk melakukan eksperimen. Peserta didik yang terlalu lama mendapatkan
penjelasan dan menunggu kegiatan eksperimen akan membuat peserta didik menjadi bosan.
h) memberikan ringkasan di akhir pelajaran. Tugas membuat ringkasan dapat dilakukan setelah setiap
bagian aktivitas berakhir. Misalnya, peserta didik diminta untuk menulis satu kalimat sebagai ringkasan
dari kegiatan membaca nyaring.
Brown (2009) menyarankan bahwa masa transisi harus dikelola dengan baik, agar kelas tetap kondusif.
Transisi adalah perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Transisi yang mulus membuat
aktivitas yang berjalan mengalir ke aktivitas lain tanpa masalah atau gangguan. Peralihan yang tidak
mulus dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelaksanaan pembelajaran. Rosenshine (Burden & Byrd,
1994) memperkirakan bahwa sekitar 15 persen dari waktu kelas digunakan untuk transisi. Transisi waktu
dapat terjadi ketika
(a) peserta didik tetap di tempat duduknya dan berpindah dari satu masalah atau topik ke masalah atau
topik lain,
(b) siswa berpindah tempat duduk, berpindah dari tempat duduknya ke suatu kegiatan,
(d) siswa meninggalkan kelas untuk pergi ke luar atau ke bagian lain dari gedung sekolah, atau
(e) siswa kembali ke kelas dari luar atau dari bagian lain gedung sekolah.
Kekacauan dan perilaku tak terduga dapat muncul selama transisi waktu ini. Seperti terjadinya tawuran
antar pelajar, teriakan dan tindakan lain yang tidak diharapkan. Ada beberapa pertimbangan mengapa
transisi ini dipermasalahkan. Pertama, guru mungkin mengalami kesulitan mengharapkan siswa untuk
menyelesaikan suatu kegiatan, terutama jika mereka sangat takut akan hal itu. Kedua, transisi
memberikan kebebasan daripada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik menjadi lebih bebas
untuk bersosialisasi, bergerak di sekitar kelas. Dengan kondisi seperti itu, pada akhirnya guru menjadi
sulit untuk mengkondisikan kembali siswa untuk memulai kegiatan pembelajaran selanjutnya. Untuk
mengurangi potensi kekacauan selama masa transisi, guru perlu mempersiapkan peserta didik secara
efisien. Ross & Jones (Beban & Byrd, 1994); Coklat (2009); menawarkan beberapa proposal untuk
menciptakan transisi yang efektif:
a) menata atau menata ruang kelas agar siswa dapat bergerak secara efisien. Guru harus menata kelas
sedemikian rupa, dengan memperhatikan siswa dapat bergerak bebas, tanpa mengganggu yang sedang
belajar.
c) mempersiapkan bahan untuk pelajaran berikutnya. Guru harus mempersiapkan dan mengumpulkan
materi untuk pelajaran selanjutnya agar tidak tersita waktu dan kegiatan pembelajaran untuk kegiatan
tersebut.
d) tidak melepaskan perhatian siswa sampai guru memberikan penjelasan yang jelas untuk setiap
kegiatan. Pada umumnya siswa menjadi kurang memperhatikan pembelajaran, seringkali karena guru
kurang mampu menarik perhatiannya. Menarik perhatian siswa setiap saat membutuhkan tenaga,
tenaga dan memerlukan berbagai cara untuk mendapatkannya.
6) Menghindari Kelelahan
Kejenuhan berarti bahwa pembelajar telah merasa cukup terhadap sesuatu yang dalam hal ini dapat
menyebabkan kebosanan, kecemasan, dan tidak mampu menyelesaikan tugas. Misalnya, siswa dapat
menikmati menonton tayangan ulang video di TV, menulis cerita kreatif, atau secara aktif mengerjakan
proyek. Akan tetapi, ketika kegiatan ini digunakan terlalu sering atau terlalu banyak waktu, siswa akan
mulai kurang tertarik, bahkan menjadi bosan dan tidak peduli. Dengan demikian, guru harus waspada
terhadap perencanaan kegiatan yang akan mendorong ke arah kejenuhan.
Ada tiga cara untuk menghindari burnout seperti yang dikemukakan Kounin (Burden & Byrd, 1994).
Pertama, jika siswa telah mengalami kemajuan bergerak memberikan tujuan penting. Hindari waktu
menunggu yang terlalu lama untuk menunjang kemajuan belajar peserta didik. Kedua, mengadakan
berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mengundang rasa ingin tahu, kegembiraan, dan minat
siswa. sebagai cara yang efektif untuk menghindari terjadinya burnout. Ketiga, kegiatan yang menantang
siswa untuk menunjukkan kemampuannya secara pribadi. Kegiatan menantang ini merupakan upaya
terbaik untuk membentengi kejenuhan siswa.
Tempat duduk merupakan tempat siswa mengerjakan tugas-tugas selama di kelas baik untuk latihan
ataupun mereview materi pembelajaran yang telah diperkenalkan sebelumnya. Siswa selama ratusan
jam dalam satu tahun pelajaran menciptakan tempat kerja pribadi di meja mereka. Berikut ini adalah
beberapa pedoman agar guru dapat berhasil mengatur tempat kerja siswa.
a) mengetahui terlebih dahulu apakah kursi tersebut dimaksudkan untuk latihan atau peninjauan materi
pelajaran. Apakah itu tidak cocok untuk pembelajar mempelajari materi baru.
B) mencurahkan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada dialokasikan untuk kegiatan pengembangan
materi pembelajaran.
C) memberikan paparan yang jelas, pertanyaan, dan umpan balik untuk berlatih secara memadai,
sebelum pelajar mulai bekerja di tempat kerjanya.
d) menjawab terlebih dahulu secara singkat dengan siswa masalah masalah yang akan dikerjakan
sebelum mereka melanjutkan pekerjaannya dengan bebas.
E) tentukan apakah guru akan mengizinkan siswa untuk berbicara saat bekerja. Hal ini sering diinginkan
sebelum memulai tugas tanpa seorang pun untuk diajak bicara selama pelajar bekerja sendiri.
f) berpindah dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama mereka berada di tempat belajar
masing-masing, menjelaskan, mengamati, mengajukan pertanyaan, dan memberi umpan balik.
Monitoring bagi peserta didik yang memberikan umpan balik positif dan korektif ini merupakan kegiatan
yang sangat penting.
g) menentukan bagaimana siswa akan mencari bantuan dari guru. Ketika siswa sedang mengerjakan
tempat duduk mereka dan membutuhkan bantuan, mintalah mereka untuk mengangkat tangan.
menentukan kapan mereka akan bisa keluar dari tempat duduk mereka. Agar siswa tidak perlu
berkeliaran di sekitar ruangan selama pekerjaan siswa, tetapkan aturan kapan dan untuk tujuan apa
siswa dapat melarikan diri dari tempat duduknya. Misalnya, peserta didik dapat beranjak dari tempat
duduknya jika perlu menyiapkan, mengasah pensil, atau memasukkan dokumen hanya jika diperlukan.
I) mengatur waktu sesuai kegiatan, seperti waktu untuk kegiatan kerja dalam kelompok lebih sedikit
daripada waktu untuk penyajian laporan hasil kegiatan kelompok.
J) mengatur tempat duduk untuk memudahkan pemantauan siswa (seperti, tempat duduk untuk
kegiatan kelompok maupun untuk kegiatan individu).
K) menetapkan rutinitas yang digunakan selama kegiatan berupa Keenan apa yang akan dilakukan siswa
setelah menyelesaikan latihan. Peserta didik dapat melengkapi dengan memperkaya tugas mereka
untuk nilai tambahan atau menggunakan waktu mereka untuk membaca gratis, dan sebagainya.
8) Orientesi bertugas
Orientasi tugas berkaitan dengan perhatian guru terhadap ruang lingkup semua materi yang relevan dan
harus dipelajari secara prosedural oleh peserta didik. Guru yang berorientasi tugas menyediakan waktu
yang cukup setelah ceramah dengan mengajukan pertanyaan, melibatkan peserta didik dalam kegiatan
yang berkaitan langsung dengan materi yang dipelajari. Prestasi siswa lebih tinggi di kelas yang gurunya
berorientasi tugas, dibandingkan kelas yang gurunya tidak berorientasi tugas. bertugas termasuk guru
yang berorientasi pada tujuan, dan mereka merencanakan strategi pembelajaran dan kegiatan yang
mendukung pencapaian tujuan. Dengan kata lain, guru yang berorientasi tugas memiliki sejumlah
harapan yang tinggi dari siswa mereka, tetapi mereka juga realistis. Untuk menjadi guru yang
berorientasi pada tugas, guru harus
(d) memilih berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
dan
(e) melakukan tinjauan, umpan balik, dan penilaian secara berkala dan objektif
Guru berorientasi tugas, menurut Stringer, et al. (2010) akan mampu menciptakan keterlibatan belajar
yang tinggi pada siswanya, sehingga mereka akan bersemangat mencari informasi, antusias dalam
berbicara, bersemangat dalam berbagi pekerjaan dengan orang lain, tersenyum, ceria, dan positif
mempertahankan keterlibatan aktif dalam pekerjaan mereka untuk waktu yang lama. lama
mengungkapkan rasa puas, dan menghasilkan produk kualitas kerja mereka.
Waktu belajar akademik adalah semua waktu yang berhasil melibatkan peserta didik dalam kegiatan
belajar. Lagi pula, seluruh waktu siswa terlibat secara aktif dalam suatu tugas bisa sangat melelahkan di
dalam kelas. Prestasi siswa yang rendah, seringkali berangkat dari tugas yang tidak dipahami sehingga
menjadi frustasi. Sedangkan prestasi siswa tinggi, di lain pihak pemikiran cenderung berangkat karena
sudah mampu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Bagaimanapun, guru harus menjamin bahwa
semua peserta didik dapat terlibat dengan sukses dalam tugas-tugas di kelas jadi menjainin bahwa
prestasi siswa yang tinggi karena mereka terlibat dalam semua pembelajaran. Memberikan umpan balik
dan membantu peserta didik sesuai kebutuhan.membantu, dan pada saat yang sama terus memantau
tingkat kemajuan peserta didik selama pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
peserta didik diberikan tugas-tugas yang berarti untuk diselesaikan, memberikan umpan balik dan
memperbaikinya saat dibutuhkan, dan pada akhirnya berhasil menyelesaikan semua tugas yang
diberikan.
10) kejelasan
Kejelasan mengacu pada kesamaan komunikasi antara guru dan peserta didik terjadi seperti yang
diharapkan. Kejelasan dalam pembelajaran membantu peserta didik untuk memahami lebih baik,
bekerja lebih akurat, dan menjadi lebih sukses. Penjelasan di kelas dapat dilakukan ketika guru
(a) menyampaikan tujuan pembelajaran,
(c) memeriksa kesesuaian tugas sebelum belajar dan mengajar kembali jika perlu,
(e) mengetahui tingkat kemampuan siswa dan mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
(g) memberikan kesimpulan atau ulasan pada setiap akhir pelajaran, semuanya harus diberikan atau
dilakukan dengan jelas agar peserta didik dapat melakukan atau melakukan seperti yang diharapkan
oleh guru.
Antusiasme adalah ekspresi kegembiraan dan antusiasme. Sangat jelas bahwa guru yang antusias dan
bersemangat lebih menyenangkan untuk diamati daripada guru yang tidak antusias. Namun, antusias
guru erat kaitannya dengan tingginya prestasi siswa. Antusiasme memiliki dua dimensi penting, yaitu
minat dan keterlibatan dengan materi pembelajaran, dan kekuatan mental dinamis. Guru yang antusias
sering digambarkan sebagai sosok yang merangsang, dinamis, ekspresif, dan energik. Perilakunya
mempengaruhi memiliki tanggung jawab kepada siswa dan untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru sering mengharapkan siswa tertarik dengan apa yang dikatakannya, sehingga siswa lebih giat
menanggapi apa yang disampaikan guru.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Stringer, et al. (2010) bahwa salah satu tugas utama mengajar
adalah membangkitkan respon positif dari peserta didik. Antusiasme dapat disampaikan dengan
berbagai cara. Diantaranya dapat dilakukan melalui gerak tubuh (animasi gerak tubuh), kontak mata,
dan gerak keliling ruangan. Guru yang antusias di kelas seringkali berhasil mengembangkan antusiasme
siswanya. Mone (2003) membagi kegiatan inti menjadi tiga fase: (a) Eksplorasi; B) pemantapan
pembelajaran, dan (c) pembentukan sikap dan perilaku. Tujuan kegiatan dijelaskan di bawah ini.
sebuah. Kegiatan eksplorasi merupakan upaya untuk memperoleh atau menemukan informasi baru.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu:
• mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa terhadap materi baru.
b. Konsolidasi adalah negosiasi untuk mencapai pengetahuan baru. Dalam pemantapan kegiatan
pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah:
• melibatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami bahan ajar baru
• menekankan pada keterkaitan struktural, yaitu keterkaitan antara materi pelajaran baru dengan
berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di lingkungan
• mencari metodologi yang paling tepat agar bahan ajar dapat diolah menjadi bagian dari pengetahuan
siswa.
c. Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pengolahan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan
perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah:
• peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari
• peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
pengertian yang dipelajari
• menemukan metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa.
c. Kegiatan penutupan
Dalam kegiatan penutup sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, Guru bersama-sama dengan
siswa baik secara individu maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
1) seluruh rangkaian kegiatan belajar dan hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama-sama
menemukan manfaat langsung atau tidak langsung dari hasil belajar yang telah berlangsung
3) melakukan kegiatan tindak lanjut berupa pemberian tugas, baik tugas individu maupun tugas
kelompok
Brown (2009) mengemukakan bahwa kegiatan penutup sama pentingnya dengan kegiatan pengantar
dan kegiatan pembelajaran inti. Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran yang efektif
memiliki tiga bagian penting, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Ketiga
kegiatan tersebut harus direncanakan dan diterapkan secara efektif, jika suatu pembelajaran ingin
berhasil. Dalam kegiatan penutup ini, guru hendaknya menyediakan waktu sekitar lima sampai sepuluh
menit untuk berbagai kegiatan, termasuk untuk memberikan kesempatan belajar untuk mengajukan
pertanyaan terkait konsep yang belum dipahami, untuk kegiatan merangkum materi yang telah
dipelajari siswa, dan lain sebagainya. Keberhasilan pembelajaran, memberikan rangkuman di akhir
pembelajaran sangatlah penting. Sedangkan peserta didik membutuhkan waktu untuk bersiap-siap
meninggalkan kelas.
Terkait dengan kegiatan penutup pembelajaran ini, Winatapatra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal
yang harus dilakukan guru dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran, yaitu:
Sedangkan Mulyasa (2004) mengemukakan dua kegiatan utama di akhir pembelajaran, yaitu: (a)
penugasan dan (b) post test. Melengkapi bagian ini, Mone (2003) mengemukakan bahwa dalam
kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a)
mengembangkan cara untuk menilai hasil belajar siswa; (b) menggunakan hasil penilaian untuk melihat
kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah yang dihadapi guru.
1) Tutup pembelajaran
Pembelajaran penutup mengacu pada tindakan yang dirancang untuk memberikan arahan yang
mengarah pada kesimpulan yang tepat. Shostak (Beban & Byrd, 1994); Brown (2009) menetapkan
tujuan utama untuk sampul pembelajaran, di antaranya sebagai berikut:
sebuah. Menarik perhatian di akhir pembelajaran. Seringkali peserta didik membutuhkan bimbingan
sehubungan dengan apa yang telah mereka peroleh atau capai.
b. Membantu mengatur apa yang telah dipelajari peserta didik. Merupakan tanggung jawab guru untuk
menghubungkan berbagai bagian atau bagian dari bahan pembelajaran sehingga menjadi sesuatu yang
utuh. Beberapa siswa mungkin dapat melakukannya sendiri, sementara siswa lain membutuhkan
bantuan guru. Untuk memenuhi tujuan ini, guru dapat memberikan diagram, ilustrasi, garis besar, atau
jenis ringkasan lainnya yang dapat menandai relevansi materi pembelajaran.
c. Perkuat atau perkuat poin-poin utama. Guru dapat menekankan atau menonjolkan konsep-konsep
tertentu dalam posisi ini. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pelajar mempertahankan informasi
atau konsep yang telah dipelajari di bagian pelajaran ini untuk digunakan di masa mendatang.
Kegiatan pembelajaran penutup merupakan bagian yang penting, karena siswa secara naluriah
mengorganisasikan informasi ke dalam pola-pola yang dapat dipahami. Jika suatu pengalaman belajar
meninggalkan berbagai ketidakpastian dan keraguan, maka siswa akan menarik kesimpulan yang tidak
tepat seperti ketika mengalami proses belajar. Hal ini akan merugikan siswa dalam menghadapi
pembelajaran selanjutnya.
2). Meringkas materi pembelajaran
Memberikan ringkasan poin-poin utama pelajaran dapat membantu siswa untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang materi pembelajaran atau untuk memperjelas kesalahpahaman.
Guru perlu merencanakan untuk menutup pelajaran dalam beberapa menit untuk mengingat materi
pembelajaran ini. Guru harus memastikan bahwa semua peserta didik memperhatikan sebelum
memulai meringkas materi pembelajaran. Guru hendaknya menghindari pengulangan penjelasan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Kegiatan tugas akhir ini membutuhkan waktu, oleh karena itu
guru harus menjadwalkannya pada saat merencanakan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran sangatlah penting, dalam hal ini penunjang keberhasilan
proses pembelajaran akan semakin besar jika ada kegiatan pembelajaran yang efektif, dalam dunia
pendidikan Dunkin' & Dible (1974) telah mengemukakan beberapa variabel penting dalam pembelajaran
yang efektif, yaitu; sebuah. Variabel Utama, B. Variabel Karakter Siswa, C. Variabel Proses Interaksi Guru
dan Siswa dan D. Variabel Hasil. Melihat keempat variabel di atas, dapat dipastikan bahwa proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks dan membutuhkan banyak unsur yang harus
dipenuhi untuk membuatnya berhasil.
Apakah kondisi guru dan kondisi siswa, kondisi guru meliputi pengalaman formatif, pengalaman kerja
dan karakteristiknya. Kondisi siswa adalah pengalaman formatif dan karakteristiknya.
Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan belajar seperti sekolah dan masyarakat sekitar yang
meliputi cuaca, budaya, suku dan letak geografis. Ini termasuk variabel seperti ruang kelas, buku
pembelajaran, bahan ajar dan fasilitas lain yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar.
Dalam proses pembelajaran interaksi merupakan hal yang lumrah, dimana guru berkomunikasi
dengan siswa untuk menyampaikan materi agar siswa mengalami perubahan tingkah laku seperti yang
diharapkan, dalam hal ini guru mendukung pentingnya, misalnya pengetahuan seorang guru tentang
bagaimana mengajar secara efektif dan kemampuan guru dalam menguasai materi. Mengajar.
D. Variabel Hasil
Variabel ini merupakan variabel yang sangat penting untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran
berjalan