Laporan Akhir MMRW (Revisii)
Laporan Akhir MMRW (Revisii)
Laporan Akhir MMRW (Revisii)
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan MMRW
sesuai yang di harapkan.
Dalam proses pengerjaan laporan ini, kami melakukan berbagai penelitian yang tak
lupa mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, dan
terutama rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Metode Penulisan 3
1.4 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 4
TINJAUAN TEORI 4
2.1. Konsep Dasar Masyarakat 4
A. Definisi Masyarakat 4
B. Ciri-Ciri Masyarakat 4
C. Tipe-Tipe Masyarakat 5
D. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia 7
E. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat 8
F. Indikator Masyarakat Sehat 8
G. Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakat Di Indonesia 9
2.2. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 10
A. Pengertian Keperawatan Komunitas 10
B. Tujuan Keperawatan Komunitas 10
C. Fungsi Keperawatan Komunitas 11
D. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA
(American Nurse Association) 12
E. Falsafah Keperawatan Komunitas 12
F. Area Keperawatan Komunitas 15
G. Sasaran Keperawatan Komunitas 18
2.3. Konsep Dasar Keluarga 19
iii
A. Pengertian Keluarga 19
B. Tipe Keluarga 19
C. Struktur Keluarga 22
D. Fungsi Keluarga 23
E. Tugas Keluarga 24
F. Tahapan Keluarga Sejahtera 25
G. Teori Perkembangan Keluarga 26
2.4. Konsep Dasar Gerontik 27
A. Definisi 27
B. Proses Menua 27
C. Batasan Lansia 28
D. Tipe-Tipe Lansia 29
E. Teori Penuaan 29
F. Perubahan-Perubahan Multisistem Yang Terjadi Pada Lansia 32
G. Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia 33
H. Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia 35
I. Peran Perawat Pada Klien Lansia Sesuai Proses Penuaan 36
2.5. Konsep Pendidikan Promosi Kesehatan 38
A. Konsep Pendidikan Kesehatan 38
B. Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan 39
C. Tujuan Pendidikan Kesehatan 40
2.6. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan 40
A. Definisi Kesehatan Lingkungan 40
B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungansasaran Kesehatan Lingkungan 41
C. Sasaran Kesehatan Lingkungan 42
D. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia 42
2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas 45
BAB III 48
HASIL SURVEI MAWAS DIRI 48
3.1 Profil RW 48
49
3.2 Hasil Survei Mawas Diri 49
3.3 Analisa SWOT 90
3.4 ANALISA DATA 91
iv
3.5 Daftar masalah Keperawatan 95
3.6 Prioritas masalah 95
3.7 Prioritas masalah keperawatan 95
3.8 POA ( Rencana Asuhan Keperawatan ) 96
DAFTAR PUSTAKA 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 14
Gambar 2 48
Gambar 3 49
v
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran
yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
juga memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi
kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di
dunia maupun di Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program Visi Indonesia
Sehat 2015 telah dirancang Kementrian Kesehatan RI sesuai Milenium Development
Goals (MDG’s). Tujuan utamanya adalah tercapainya kesejahteraan yang merata di
seluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam program tersebut
juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu garapannya
adalah bidang kesehatan. Program kesehatan yang dapat langsung meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan status kesehatannya adalah menekankan
pada pola piker paradigma sehat. Paradigma sehat artinya lebih menekankan promotive
dan preventif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitative.
1
Untuk membahas permasalahan yang ditemukan selama survey tersebut diadakan
kegiatan untuk berumbuk bersama warga melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat
Rukun Warga 03 (MMRW 03). Untuk lebih memasyarakatkan kegiatan tersebut, nama
kegiatannya adalah Musyawarah Masyarakat Rukun Warga 03 (MMRW 03). Kegiatan
MMRW nantinya akan melibatkan Tokoh Masyarakat, Pukesmas, Kader desa, RW dan
RT. Dalam kegiatan tersebut nantinya mahasiswa mampu menggali permasalahan yang
ditemukan dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat untuk mengatasi
masalah tersebut. MMRW dilakukan dengan tujuan agar masyarakat mengenal masalah
kesehatan di wilayahnya, masyarakat sepakatuntuk menanggulangi masalah kesehatan
dan masyarakat dapat menyusun rencana rencanakerja untuk menanggulangi masalah
kesehatan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah yang sedang dihadapi pada masyarakat di wilayah desa rw
03 babakan ciparay dan menggali potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah
tersebut. Dan mahasiswa dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan pemeliharaan status
kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
1. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan, dan perilaku
yang paling menonjol di masyarakat
2. Menginventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung
upaya mengatasi masalah kesehatan
3. Menyusun rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan
4. Diperolehnya dukungan semua lapisan masyarakat dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan
5. Merumuskan persepsi yang sama antara masyarakat, lintas sector dan
pukesmas
6. Memberikan informasi tentang kebutuhan masyarakat berdasarkan survey
mawas diri maupun berdasarkan usulan dalam bentuk komunikasi
terbuka
2
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah :
a. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil masalah komunitas
yang terdapat di wilayah Caringin RW 03 untuk diberikan asuhan keperawatan.
Dalam pengumpulan data metode yang 6 digunakan adalah : wawancara, observasi
dan pengukuran terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
b. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur yang mendasari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa inggris memakai istilah society yang berasal dari bahasa
latin socius, yang berarti “kawan”.
1. Koentjaraningrat (1990:144) dalam Cholila,I.M. (2022). mengemukakan
pandangannya mengenai Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang
saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”.
2. Maclver dan Page (dalam Soekanto, 2015:21) dalam Cholila,I.M. (2022).
Menyatakan Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara,
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang
selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah. Untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam, manusia
menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Selain itu demi
menyesuaikan dan menghadapi manusia lain sering kali ada proses komunikasi
untuk menyempurnakan dan memperluas relasi agar tercapainya kedamaian di
lingkungannya.
B. Ciri-Ciri Masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
4
1. Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat. Di dalam masyarakat terjadi
interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok,
maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi
sosial harus ada 2 syarat, yaitu :
● Kontak Sosial, dan
● Komunikasi.
2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu. Suatu kelompok masyarakat
menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai
tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW),
desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan negara.
3. Saling tergantung satu dengan yang lainnya. Anggota masyarakat yang hidup
pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai
keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan saling
melengkapi.
4. Memiliki adat istiadat/budaya tertentu. Adat istiadat dan budaya diciptakan
untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup bidang yang
sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada
di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian
ataupun sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Memiliki identitas bersama. Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas
yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk
menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok
dapat berupa lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari
perumahan, benda-benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam,
kepercayaan dsb.
C. Tipe-Tipe Masyarakat
1. Berdasarkan perkembangannya
a. Cresive Institution
5
Merupakan lembaga masyarakat yang paling Primer, yang secara tidak
sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang berkaitan
dengan hak milik, perkawinan, agama dsb.
b. Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu. Misalnya : lembaga utang-piutang, perdagangan, pertanian,
pendidikan.
2. Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a. Basic Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya adalah keluarga
dan sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Yaitu lembaga-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Misalnya : pembentukan panitia, pelantikan, dsb.
3. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution
Sebuah lembaga masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat yang
lain. Misalnya : Sekolah-sekolah, Koperasi tau Perusahaan dsb.
b. UnSanctioned Institution
Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat
yang lain, walaupun kadang-kadang tidak mungkin untuk diberantas.
Misalnya : kelompok penjahat, gelandangan dan pengemis, kelompok tuna
susila, dsb.
4. Berdasarkan penyebarannya
a. General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas factor
penyebarannya, seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat
dunia.
b. Restricted Institution
Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama tertentu saja,
seperti Budha banyak dianut oleh masyarakat Thailand, Vietnam ;
6
KristenKatolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam banyak
dianut masyarakat Arab, dsb.
5. Berdasarkan fungsinya
a. Operative Institution Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-
pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti misalnya lembaga industri.
b. Regulative Institution Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi
adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari
lembaga itu sendiri. Misalnya : lembaga-lembaga hukum.
7
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai semakin terbuka
terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan
terhadap kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf mulai berkurang.
f. Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran,
sehingga uang mulai semakin dominan penggunaannya.
h. Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan social
dikalangan keluarga dan tetangga saja, selebihnya kegiatan-kegiatan umum
lainnya didasarkan pada upah.
3. Masyarakat modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b. Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling
pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan.
e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.
8
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status social
ekonomi.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit
9
● Tingkat pendidikan yang masih rendah
● Tingkat penghasilan yang rendah
● Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan
2. Gaya hidup dan perilaku masyarakat
● Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan
● Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
3. Lingkungan masyarakat
● Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
● Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. System pelayanan kesehatan
● Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
● Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih berorientasi
pada pelayanan kuratif.
10
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni,
& Supriyono, 2017).
11
C. Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006)
12
E. Falsafah Keperawatan Komunitas
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4
hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
13
Gambar 1
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga,
komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko
tinggi antara lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan.
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
4. Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
14
F. Area Keperawatan Komunitas
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan
utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang
melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat. Meskipun praktik
yang dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua
perawat kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan
pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga,
komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik atau ras khusus yang
mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan yang rendah. Populasi juga
dapat berpartisipasi dalam progra khusus seperti perawatan maternitas untuk remaja
yang hamil, atau mereka yang terkena penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS
atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi, kurangnya akses terhadap
erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas melayani indvidu dan keluarga,
fokus utama adalah populasi.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
meliputi :
15
kebijakan pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan
komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan
harapan populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh
melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk
memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan
komunitas atau ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi
ketersediaan, bisa diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan
ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan
dengan pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti
bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi.
16
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri,
pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan
kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok
serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan
yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan
kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan
panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan
(Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang
Dengan Hiv-Aids), dan WTS.
17
G. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran yang dituju untuk keperawatan komunitas dibagi menjadi beberapa,
diantaranya :
1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila
18
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti wredha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d) Penitipan balita
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan.
Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.
Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga
B. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal
bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
19
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini
biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone),
yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang
tuadinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut
20
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
21
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
C. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga.
2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).
22
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity),
struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi
status atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa amanbagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan
sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut:
23
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
E. Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah
terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit,
adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah
dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
24
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga
terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang
dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap
keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
25
kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan
melaksanakan kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai
lauk pauk minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2, kondisi
anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas
memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu
membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak
atau lebih PUS menggunakan Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal pada
masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan belum berperan serta
dalam lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya
keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal
satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya
dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak maupun media
elektronik, anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
26
- Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah) Tahap
- VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
- Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan
meninggal dunia).
A. Definisi
Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih, yang disebabkan
faktor tertentu yang menghalanginya untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik, mental
dan sosial (Nugrogo, 2014).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
B. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan
secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan
27
kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada
lansia seringkali terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
28
C. Batasan Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
D. Tipe-Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. Teori Penuaan
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua
29
merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan
orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia
timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.
30
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan-bahan organik seperti KH dan protein.
radikal ini menyebabkan sel–sel tidak dapat beregenerasi. Tidak stabilnya
redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti
karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan selsel tidak dapat
regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan (disengagement teori). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usia seseorang secara berangsur–angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
● Kehilangan peran
● Hambatan kontrol social
● Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
● Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
● Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
31
● Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan
dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
1. Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii setelah
umur 30 tahun
2. Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa
manis,asin,pahit
3. Rasa lapar menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
5. Fungsi absorbsi melemah
6. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang
32
Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem
pencernaannya. Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami
erosi super fisial, bagian ini mengekskresi sejumlah gerak lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat
terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasian dapat mengalami ketidak
nyamanan, sakit kepala, mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai dengan muntah
dan cegukan.
● Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
● Rambut kepala mulai memutih atau beruban
● Gigi mulai lepas (ompong)
● Penglihatan dan pendengaran berkurang
● Mudah lelah dan mudah jatuh
● Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
● otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
● Gangguan gaya berjalan
● Sinkope-dizziness;
33
1. Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia.
Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak
dikemukakan. Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat
meningkat dalam proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini
yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat
sepintas mengenai beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin
perasanya orang yang memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang
berpengaruh terhadap penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa,
seseorang dianggap tampil paling cakap, tampan atau paling cantik.
Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membuat membuat yang
bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka
miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya.
34
3) Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
● Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya
gairah hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa
menurun
● Adanya penyakit kronis
● Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
● Faktor sosio
● Ekonomis (pensiunan)
c. Gangguan Kardiovaskuler
1) Nyeri dada
2) Sesak nafas pada kerja fisik
3) Palpitasi
4) Edema kaki
d. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Nyeri pinggang atau punggung
2) Nyeri sendi pinggul
e. Keluhan pusing
f. Kesemutan pada anggota badan
g. Berat badan menurun
h. Gangguan eliminasi
1) Inkontinensia urin atau ngompol
2) Inkontinensia alvi
i. Gangguan ketajaman penglihatan
j. Gangguan pendengaran
k. Gangguan tidur
l. Mudah gatal
35
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb
36
bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai
pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal
makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur
atau sebaliknya.
2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah
satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama
lansia. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan
kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta
menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan
pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang
membutuhkan kehadiran orang lain.
3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan
orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu
yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab Peran perawat
disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang
perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator
atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa
putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu
dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan
psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja
terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari
dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan
37
dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru
tetap memberikan rasa puas dan bahagia.
Notoatmodjo (2003: 16) menjelaskan bahwa pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku
pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif.
38
masyarakat yang selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan
(lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan sebagainya).
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa
saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat
mengerjakan sesuatu, namun tidak semua perubahan semacam itu terjadi karena
belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat
berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses
kematangan.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil
belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo 2011: 112).
Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu
juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari konsep
pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.
39
1. Health promotion (peningkatan/ promosi kesehatan)
2. Specific promotion (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3. Early diagnosis an prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)\
4. Rehabilitation (pemulihan)
1. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur
2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan
4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan
5. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari
6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan
(proporsional)
7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan
sehari-hari
8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus informasi dan
daya hidup tidak sehat)
9. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunya daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit
40
2.6. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
41
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat
(3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
42
● Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
● Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
● Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml
air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
● Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
● Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
● Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
● Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
● Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
● Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
● Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
43
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
● Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
● Penyimpanan sampah
● Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
● Pengangkutan
● Pembuangan Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut
agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk
Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada
lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi. Binatang pengganggu yang dapat menularkan
penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa
dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan
sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari
kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
44
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi
umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi:
● Persyaratan lokasi dan bangunan
● Persyaratan fasilitas sanitasi
● Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
● Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
● Persyaratan pengolahan makanan
● Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
● Persyaratan peralatan yang digunakan
● Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan
problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan
bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya
infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan.
Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil
kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadwal penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
45
2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan promotif, pencegahan preventif, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
kuratif, pemulihan kesehatan rehabilitatif dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya resosialisasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah home nursing.
46
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan
rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta,
patah tulang mapun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok- kelompok
yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS.
47
BAB III
3.1 Profil RW
A. Data Demografi
Gambar 1
Wilaya RW 3 Kecamatan Babakan Ciparay yang terdiri dari 1433 Kepalah Keluarga
( KK ) . Berdasarkan metode pengkajian “ Windshield survey “ Data demografi masyarakat
akan disajikan sebagai berikut :
48
Elemen Deskripsi
Lingkungan Sebagian besar rumah tidak memiliki halaman . depan warga rumah
/ daerah langsung berbatasan dengan jalan . jalan utama di RW 3 Kec. Babakan
ciparay cukup sempit .
Transportas Jalan utama terdiri jalan aspal . dan mayoritas penduduk memiliki
i transportasi pribadi yaitu sepeda motor .
Gambar 2
49
PENYAKIT YANG DIDERITA KELUARGA DALAM 6 BULAN
TERAKHIR
3% 1%
7%
18%
35%
42%
1%
15%
2%
35%
10%
38%
7%
5%
33% 55%
1. Jenis Kelamin
50
Jenis Kelamin
48; 20%
Laki-laki
Perempuan
252; 85%
Gambar 3.1
Diagram jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Jalan Caringin RW. 03 Bandung,
tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas bahwa jumlah laki-laki sebanyak 85% dan jumlah perempuan
sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk RW.03 jumlah kepala keluarga
sebanyak 252 dengan jenis kelamin laki – laki dan sebanyak 48 dengan jenis kelamin
perempuan. Jadi total keseluruhan jumlah penduduk kepala keluarga berdasarkan jenis
kelamin adalah 300 orang.
2. Pendidikan
DIPLOMA;
DIPLOMA IV/STRATA 1; 6; 2% tidak tamat SD; 4; 1%
23; 8% SD; 87;
SARJANA; 2; 1% 29%
SLTP; 51;
17%
pendidikan
SLTA; 127; 42%
Gambar 3.2
Diagram jumlah penduduk menurut pendidikan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal
29 Juli 2022.
Interprestasi:
51
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sebagian masyarakat RW.03 Berpendidikan
SLTA 42%, SD 29%, SLTP 17%, DIPLOMA 8%, SIPLOMA IV/STRATA I 2%, dan
Sarjana 1%.
3. PEKERJAAN
Lainnya; 10;Tidak
3% bekerja; 10; 3%
Buruh harian lepas;
Karyawan BUMN; 1; Guru; 2; 1% 80; 27%
0%
Karyawan Swasta;
60; 20% pedagang; 20; 7%
Gambar 3.3
Diagram jumlah penduduk menurut pekerjaan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sebagian masyarakat di RW. 03 yang
pekerjaannya berprofesi Buruh harian lepas dengan jumlah sekitar 27%.
245; 82%
Gambar 3.4
Diagram jumlah penduduk menurut keyakinan keluarga mendukung kesehatan di Jalan
Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
52
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa keluarga mempunyai keyakinan mendukung
Kesehatan di RW.03 ada dengan jumlah 82%
5. KONSEP AGAMA MENDUKUNG KESEHATAN
117; 39%
183; 61%
Gambar 3.5
Diagram jumlah penduduk menurut konsep agama mendukung kesehatan di Jalan Caringin
RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Konsep agama mendukung Kesehatan di
RW.03 tidak dengan jumlah 61%.
3%
Gambar 6.1
Diagram jumlah penduduk menurut keberadaan keluarga Bersama anggota keluarga di Jalan
Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
53
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Keberadaan keluarga kumpul Bersama
anggota keluarga di RW.03 tidak dengan jumlah 62% pada malam hari.
40; 13%
160; 53%
90; 30%
05.00 WIB 06.00 WIB 07.00 WIB 08.00 WIB Diam dirumah
Gambar 3.7
Diagram anggota keluarga keluar dari rumah di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Keberadaan anggota keluarga keluar dari
rumah di RW.03 setiap pukul 06.00 WIB dengan jumlah 53%.
8. ANGGOTA KELUARGA YANG SERING KELUAR RUMAH
1%
8%
7%
Ayah
Ibu
Anak
Menantu
Cucu
83%
Gambar 3.8
Diagram anggota keluarga yang sering keluar di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29
Juli 2022.
54
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa keluarga yang sering keluar dari rumah di
RW.03 yaitu ayah dengan jumlah 83%.
9. STATUS KEPEMILIKAN
30; 10%
45; 15%
35; 12%
190; 63%
Gambar 3.9
Diagram status kepemilikan di Jalan Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan status kepemilikan RW.03 yaitu Milik sendiri
dengan jumlah 190 dan 63%.
10. TIPE RUMAH
TIPE RUMAH
12; 4%
44; 15%
244; 81%
Gambar 3.10
Diagram Tipe rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
55
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan tipe rumah RW.03 yaitu permanen dengan jumlah
81%.
11. LANTAI
LANTAI
50; 17%
Tegel
semen
250; 83%
Gambar 3.11
Diagram Lantai Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan lantai rumah di RW.03 yaitu Tegel sekitar 83%.
103; 34%
197; 66%
Tidak Ya
Gambar 3.12
Diagram Jendela di setiap kamar Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di setiap kamar di RW.03 yaitu ya dengan
jumlah 66%.
56
JENDELA DI SETIAP RUMAH
112; 37%
188; 63%
Tidak Iya
Gambar 3.13
Diagram Jendela di setiap kamar Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di setiap rumah di RW.03 yaitu ya dengan
jumlah 63%.
14. DIBUKA ATAU TIDAK SETIAP HARI
140; 47%
160; 53%
Ya Tidak
Gambar 3.14
Diagram Jendela sering dibuka atau tidak Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jendela di buka atau tidak di RW.03 yaitu tidak
dengan jumlah 53%.
57
PENCAHAYAAN RUMAH DI SIANG HARI
110; 37%
190; 63%
Terang Remang
Gambar 3.15
Diagram pencahyaaan rumah di siang hari Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan pencahayaan rumah di siang hari di RW.03 Terang dengan
jumlah 63%.
129; 43%
168; 56%
Gambar 3.16
Diagram kondisi ventilasi rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi ventilasi rumah di RW.03 Baik dengan jumlah
56%.
17. Kondisi pencahayaan rumah
58
kondisi pencahayan rumah
24% 25%
cukup
baik
kurang
51%
Gambar 3.17
Diagram kondisi penchayaan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi pencahayaan rumah di RW.03 Baik dengan
jumlah 51%.
6%
bersih
tidak bersih
94%
Gambar 3.18
Diagram kondisi kebersihan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi pencahayaan rumah di RW.03 bersih dengan
jumlah 94 %.
19. Halaman di sekitar rumah
59
halaman di sekitar rumah
20%
tidak ada
ada
80%
Gambar 3.19
Diagram halaman di sekitar rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan halaman di sekitar rumah di RW.03 ada dengan jumlah 20
%.
di samping
depan
tidak ada
79%
Gambar 3.20
Diagram lokasi halaman rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan lokasi halaman rumah di RW.03 tidak ada dengan jumlah
79 %.
60
pemanfaatan pekarangan
1% 1% 1%
8%
1%
kebun
teras
garasi
tidak ada
jemuran baju
kolam
89%
Gambar 3.21
Diagram pemanfaatan pekarangan rumah Caringin RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan pemanfaatan pekarangan rumah di RW.03 kebun dengan
jumlah 8 %.
22. Sumber air masak dan minum
sumber air masak dan minum
41%
46%
air mineral
sumur
PAM
13%
Gambar 3.22
Diagram sumber air masak dan minum RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan sumber air masak dan minum di RW.03 PAM dengan
jumlah 41 %.
61
jika di PAM/Sumur
26%
dimasak
tidak ada
74%
Gambar 3.23
Diagram jika di PAM/SUMUR RW. 03 Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram jika di PAM/SUMUR RW di RW.03 di masak dengan jumlah 74%.
24. SUMBER AIR MANDI
PAM
SUMUR
78%
Gambar 3.24
Diagram Sumber air mandi atau mencuci di RW.03. Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan sumber air mandi dan mencuci di RW.03 dengan jumlah
78%.
62
TEMPAT PENAMPUNGAN AIR SEMENTARA
31%
36%
BAK
GENTONG
EMBER
33%
Gambar 3.25
Diagram Tempat penampungan air sementara di RW.03. Bandung, tanggal 29 Juli 2022.
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan tempat penampungan air sementara di RW.03 dengan
jumlah 36%.
26. KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR
113; 38%
187; 62%
tertutup terbuka
Gambar 3.26
Diagram kondisi tempat penampungan air RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan kondisi tempat penampung air RW.03 dengan jumlah
62%.
27. KONDISI AIR DALAM PENAMPUNGAN
63
KONDISI AIR DALAM PENAMPUNGAN
50; 17%
1; 0%
249; 83%
Gambar 3.27
Diagram kondisi air dalam penampungan RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa kondisi air penampungan di RW.03 tidak
berasa/berwarna dengan jumlah 83%.
28. ADA JENTIK DALAM PENAMPUNGAN AIR
295; 98%
Ya Tidak
Gambar 3.28
Diagram jentik dalam penampungan air di RW.03.
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa jentik dalam penampungan air di RW.03 ya
berjumlah 98%.
29. PEMBUANGAN SAMPAH
64
ada yang
ada pengelola;
ambil; 30; 17; 6%
10%
ditimbun; 70;
23% pasar; 183;
61%
Gambar 3.29
Diagram pembuangan sampah RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram menunjukkan bahwa pembuangan sampah di RW.03 masyarakat
biasanya membuang sampah di pasar dengan jumlah 61%.
30. PEMBUANGAN LIMBAH
PEMBUANGAN LIMBAH
69; 23%
231; 77%
Gambar 3.30
Diagram pembuangan limbah RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa pembuangan limbah di RW.03 Ada
dengan jumlah 77%.
31. JENIS JAMBAN YANG DIGUNAKAN
65
JENIS JAMBAN YANG DIGUNAKAN
PLESENGAN;
62; 21%
CEMPLUNG; LEHER ANGSA
10; 3%
CEMPLUNG
PLESENGAN
LEHER ANGSA;
228; 76%
Gambar 3.31
Diagram jenis jamban yang digunakan RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa jenis jamban yang digunakan
masyarakat di RW.03 yaitu leher angsa dengan jumlah 76%.
32. PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Gambar 3.32
Diagram pembuangan air limbah di RW.03
22; 7%
278; 93%
Got Resapan
Interpretasi:
Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa pembuangan limbah di RW.03 yaitu
got dengan jumlah 93%.
33. KONDISI SALURAN PEMBUANGAN
66
kondisi saluran pembuangan
34; 11%
266; 89%
Lancar tersumbat
Gambar 3.33
Diagram kondisi saluran pembuangan RW.03
Interpretasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kondisi saluran pembuangan di RW.03
Lancar dengan jumlah 89%.
34. KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK
286; 95%
Gambar 3.34
Diagram kondisi kendang ternak di RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kondisi kadang ternak di RW.03 tidak ada
dengan jumlah 95%.
35. TINGKAT PENDIDIKAN YANG ADA
67
TINGKAT PENDIDIKAN YANG ADA
31%
35%
SMP
TK
SD
TK, SD, SMP
5%
29%
Gambar 3.35
Diagram Tingkat pendidikan yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan yang ada di RW.03 TK,
SD, SMP dengan jumlah 29%.
ada
tidak ada
86%
Gambar 3.36
Diagram Protap penanganan bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa T Protap penanganan bencana yang ada di
RW.03 Tidak ada dengan jumlah 86%.
45%
tidak ada
ada
55%
68
Gambar 3.37
Diagram pertolongan bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa pertolongan bencana yang ada di RW.03
Tidak ada dengan jumlah 55%.
ada
tidak ada
86%
Gambar 3.37
Diagram kelompok kerja bencana yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kelompok kerja bencana yang ada di RW.03
Tidak ada dengan jumlah 86%.
tidak ada
ada
86%
Gambar 3.39
Diagram Program penanganan bencana yang ada RW.03
69
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Program penanganan bencana yang ada di
RW.03 Tidak ada dengan jumlah 86%.
ada
tidak ada
93%
Gambar 3.40
Diagram dana kesehatan masyarakat dikelola secara mandiri yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa dana kesehatan masyarakat dikelola secara
mandiri yang ada di RW.03 Tidak ada dengan jumlah 93%.
jalan kaki
angkot
kendaraan pribadi
55%
27%
Gambar 3.41
Diagram sarana transportasi pelayanan kesehatan keluarga yang ada RW.03
Interprestasi:
70
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa sarana transportasi pelayanan kesehatan
keluarga yang ada di RW.03 kendaraan pribadi dengan jumlah 55%.
42. SARANA KESEHATAN TERDEKAT
sarana kesehtan terdekat
22%
puskesmas
klinik kesehatan
78%
Gambar 3.42
Diagram Sarana kesehatan terdekat keluarga yang ada RW.03
Interprestasi:
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa Sarana kesehatan terdekat yang ada di
RW.03 puskesmas dengan jumlah 78%.
kehamilan ke berapa
18%
4%
3 KALI
4 KALI
6%
2 KALI
1 KALI
TIDAK ADA
7%
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.72 diatas didapatkan jumlah kehamilan ke berapa 3 kali
sebanyak 54 orang dengan jumlah presentase 18%, 4 kali sebanyak 12 orang dengan
presetase 4%, 2 kali sebanyak 18 orang dengan presentase 6%, 1 kali sebanyak 21 orang
dengan presentase 7% dan tidak ada sebanyak 195 orang dengan presentase 65%.
44. Jarak kehamilan
71
jarak kehamilan
35%
kurang dari 2 th
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.73 diatas didapatkan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
sebanayak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
45. Usia ibu hamil
usia ibu hamil
35%
20-35 tahun
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.74 diatas didapatkan usia ibu hamil 20-35 tahun sebanayak
106 orang dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 orang dengan presentae 65 %.
35%
YA
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.75 diatas didapatkan apakah ibu memeriksa kehamilannya ya
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
72
bila iya 1 bulan berapa kali
35%
2 KALI
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.76 diatas didapatkan 1 bulan berapa kali memeriksa
kehamilannya 2 kali sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194
dengan presentae 65 %.
35%
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.77 diatas didapatkan makanan yang di konsumsi nasi, sayur
dan lauk sebanyak 106 orang dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 orang
dengan presentae 65 %.
49. Apakah mendapat immunisasi TT
35%
YA
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.78 diatas didapatkan apakah mendapatkan immunisasi TT ya
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
73
50. Bila iya apakah immunisasi, apakah lengkap
bila iya apakah immunisasi apakah
lengkap
35%
LENGKAP
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.79 diatas didapatkan apakah immunisasi lengkap, lengkap
sebanyak 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
51. Berat badan ibu hamil
35%
NORMAL
TIDAK ADA
65%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.80 diatas didapatkan apakah berat badan ibu hamil lengkap
normal 106 dengan presentase 35% dan tidak ada sebanyak 194 dengan presentae 65 %.
52. Apakah ada ibu menyusui
apakah ada ibu menyusui
11%
ADA
TIDAK ADA
89%
74
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.81 diatas didapatkan ibu menyusui ada sebanyak 33 orang
dengan presentase 11% dan tidak ada sebanyak 267 orang dengan presentae 89 %.
53. Bila iya apakah ibu menyusui anaknya
apakah ibu menyusui anaknya
11%
ADA
TIDAK ADA
89%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.82 diatas didapatkan apakah ibu menyusui anaknya, ada
sebanyak 33 orang dengan presentase 11% dan tidak ada sebanyak 267 orang dengan
presentae 89 %.
54. Menurut ibu ap aitu ASI eksklusif
38%
62%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.83 diatas didapatkan menurut ibu apa itu ASI eksklusif,
memebri asi 6 bulan sebanyak 114 dengan presentase 38% dan tidak ada sebanyak 186
dengan presentae 62 %.
55. Apakah anggota keluarga yang berusia balita
75
apakah ada anggota keluarga yang berusia balita
29%
44%
TIDAK ADA
TIDAK
ADA
27%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.84 diatas apakah ada anggota keluarga berusia balita, tidak
ada sebanyak 86 dengan presentase 29%, tidak sebanyak 82 dengan presentae 27 %, ada
sebanyak 132 dengan presentase 44%.
56. Apakah setiap bulan balita di bawah ke posyandu
apakah setiap bulan balita di bawah ke posyandu
3%
45%
YA
TIDAK ADA
TIDAK
52%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.84 diatas apakah apakah setiap bulan balita di bawah ke
posyandu, ya sebanyak 135 dengan presentase 45%, tidak ada sebanyak 157 dengan
presentae 52 %, tidak sebanyak 8 dengan presentase 5%.
57. Apakah di immunisasi
apakah di immunisasi
43%
YA
TIDAK ADA
57%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.86 diatas apakah di immunisasi, Ya sebanyak 128 dengan
presentase 43%, tidak ada sebanyak 172 dengan presentae 57%,.
76
58. Immunisasi yang di dapatkan
1% 0%2%
6%
POLIO,CAMPAK,TBC,DPT,HEPATITI
S
35%
TIDAK ADA
POLIO
LENGKAP
POLIO 3 KALI
POLIO 1 KALI
HEPATITIS
55%
1
%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.87 diatasimmunisasi yang di dapatkan, polio,
campak,TBC,dpt,hepatitis sebanyak 17 dengan presentase 16%, tidak ada sebanyak 167
dengan presentae 55%, polio sebanyak 4 dengan presentase 2%, lengkap sebanyak 106
dengan presentase 35%, polio 3 kali sebanyak 4 dengan presentase 2%, polio 1 kali sebanyak
1 dengan presentase 0%, hepatitis sebanyak 5 dengan presetase 2%.
59. Bila tidak di immunisasi alasanya
11%
TIDAK ADA
YA
89%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.88 diatas bila tidak di immunisasi alasannya, tidak ada
sebanyak 267 dengan presentase 89%, Ya sebanyak 33 dengan presentae 11%.
60. Hasil penimbangan KMS
77
hasil penimbangan KMS
39%
61%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.89 diatas, hasil penimbangan KMS,di depan garis hijau
sebanyak 118 dengan presentase 39%, tidak ada sebanyak 182 dengan presentae 61%.
ada
tidak ada
91%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.90 diatas, apakah keluarga memiliki anak remaja,ada
sebanyak 219 dengan presentase 91%, tidak ada sebanyak 21 dengan presentae 9%.
62. Jika iya usia anak saat ini
11-15 TAHUN
16 - 21 TAHUN
21% 6 - 10 TAHUN
6-15 tahun
27%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.91 diatas, 11-15 tahun sebanyak 49 dengan presentase 16%,
16-21 tahun sebanyak 63 dengan presentae 21%, 6-10 tahun sebanyak 82 dengan presentase
27% dan 6-15 tahun sebanyak 106 dengan presentase 36%
63. Tingkat Pendidikan
78
tingkat pendidikan
29% 10%
SD,SMP,SMA
SD
SMA
31% SMP
TIDAK SEKOLAH
TK
2% TIDAK ADA
10% 11% 7%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.92 diatas, SD, SMP, SMA sebanyak 30 dengan presentase
10%, SD sebanyak 92 dengan presentae 31%, SMA sebanyak 22 dengan presentase 7%, SMP
sebanyak 32 dengan presentase 11%, Tidak sekolah sebanyak 30 dengan presentase 10%, TK
sebanyak 6 dengan presentase 2% dan tidak ada sebanyak 88 dengan presentase 29%
72. Kegiatan anak di luar sekolah
kegiatan anak di luar sekolah
36%
44%
KEAGAMAAN
OLAHRAGA
TIDAK ADA
20%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.93 diatas, keagamaan sebanyak 116 dengan presentase 44%,
olahraga sebanyak 53 dengan presentae 20%, dan tidak ada sebanyak 94 dengan presentase
36%.
73. Apakah anak menderita penyakit
apakah anak menderita penyakit
17%
2%
TIDAK
YA
TIDAK ADA
81%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.94 diatas, tidak sebanyak 243 dengan presentase 81%, ya
sebanyak 7 dengan presentae 2%, dan tidak ada sebanyak 50 dengan presentase 17%.
64. Apakah sudah di obati
79
apakah sudah di obati
2%
29%
Sudah Berobat
tidak
tidak ada
69%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.95 diatas, sudah berobat sebanyak 7 dengan presentase 2%,
tidak sebanyak 86 dengan presentae 29%, dan tidak ada sebanyak 207 dengan presentase
69%.
65. Jika sudah berobat ke
2%
29%
sarana kesehatan
tidak ada
tidak
69%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.96 diatas, sarana kesehatan sebanyak 7 dengan presentase
2%, tidak ada sebanyak 207 dengan presentae 69%, dan tidak sebanyak 86 dengan
presentase 29%.
66. Apakah ibu memberi suplemen atau vitamin kepada anak
49%
51% ya
tidak ada
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.97 diatas, ya sebanyak 153 dengan presentase 51%, tidak ada
sebanyak 147 dengan presentae 49%.
67. Apakah anak mengalami maslah gigi
80
anak mengalami masalah gigi
26%
ya
tidak ada
74%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.98 diatas, ya sebanyak 79 dengan presentase 26%, tidak ada
sebanyak 220 dengan presentae 74%.
74. Berapa kali anak menggosok gigi
tidak ada
2 kali
81%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.99 diatas, ditemukan 59 presentase 19% tidak menggosok
gigi, 147 dengan presentae 81% menggosok gigi 2x sehari.
38%
tidak pernah
pernah
62%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.101 diatas, tidak pernah sebanyak 79 dengan presentase 38%,
pernah sebanyak 115 dengan presentae 62%
81
69. Penggunaan waktu luang anak
penggunaan waktu luang anak
24%
musik/tv
tidak ada
76%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.101 diatas, music/tv sebanyak 229 dengan presentase 24%,
tidak ada sebanyak 71 dengan presentae 24%.
70. Kegiatan yang di lakukan setelah usia dewasa, setelah lulus sekolah
kuliah
bekerja
tidak bekerja
tidak ada
89%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.102 diatas, kuliah sebanyak 1 dengan presentase 0%, bekerja
sebanyak 268 dengan presentae 89%, tidak bekerja sebanyak 2 dengan presentase 1%, tidak
bekerja sebanyak 29 dengan presentase 10%.
71. Bagaimna kondisi usia dewasa saat ini
bagaimana kondisi usia dewasa saat ini
37%
tidak ada
sehat
63%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.103 diatas, tidak ada sebanyak 111 dengan presentase 37%,
sehat sebanyak 189 dengan presentae 63%.
72. Kalau iya terlibat di
82
kalau iya terlibat di
4%
tidak ada
ada
96%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.104 diatas, tidak ada sebanyak 289 dengan presentase 96%,
ada sebanyak 11 dengan presentae 4%.
73. Apakah anggota keluarga memiliki keluarga lansia
43%
ada
tidak ada
57%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.105 diatas, ada sebanyak 129 dengan presentase 43%, tidak
ada sebanyak 171 dengan presentae 57%.
74. Apakah lansia memiliki keluhan penyakit
40%
ada
tidak ada
60%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.106 diatas, ada sebanyak 119 dengan presentase 40%, sehat
sebanyak 181 dengan presentae 60%.
75. Jika iya jenis penyakitnya
83
jika iya jenis penyakitnya
12% 4%
6%
hipertensi
dm
vertigo
5% RHEUMATIC/ ARTHTRITIS
asma
asam urat
4% tidak ada
63%
5%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.107 diatas, hipertensi sebayak 37 dengan presentase 12%,
DM sebanyak 12 dengan presentase 4%, vertigo sebanyak 19 dengan presentase 6%,
rheumatic/ arthtritis sebanyak 14 dengan presentase 5 %, asma sebanyak 12 dengan
presentase 4 %, asam urat sebanyak 16 dengan presentase 5 %, tidak ada sebanyak 190
dengan presentase 64%.
76. Upaya yang telah di lakukan
upaya yang telah dilakukan
12%
di obati sendiri
28% ke sarana kesehatan
tidak ada
60%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.108 diatas, di obati sendiri sebanyak 35 dengan presentase
12%, kesarana kesehatan sebanyak 85 dengan presentae 28% dan tidak ada sebanyak 180
dengan presentase 60%
77. Penggunaan waktu senggang lansia
38% jalan-jalan
pekerjaan rumah
pengajian
tidur
57% tidak ada
0%
1%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.109 diatas, jalan-jalan sebanyak 12 dengan presentase 4%,
pekerjaan rumah sebanyak 113 dengan presentae 38%, pengajian sebanyak 1 dengan
presentase 0%, tidur sebanyak 3 dengan presentase 1% dan tidak ada sebanyak 171 dengan
presentase 57%.
78. Lansia mengikuti posyandu
84
lansia mengikuti posyandu
36%
ada
tidak ada
64%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.110 diatas, ada dengan presentase 64%, tidaak ada dengan
presentase 36%.
79. Jika tidak alasannya
jika tidak alasannya
6% 31%
tidak mau
tidak ada
tidak mampu
63%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.111 diatas, tidak mau dengan presentase 31%, tidak ada dengan
presentae 63%, tidak mampu dengan presentase 6%.
10%
balai desa
mesjid
90%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.112 diatas, balai desa sebanyak 29 dengan presentase 10%,
mesjid sebanyak 271 dengan presentae 90%.
81. Informasi yang sering di sampaikan
32%
38%
agama
kebijakan pemerintah
kesehatan
30%
Interpretasi Data:
85
Berdasarkan data pada bagan 3.113 diatas, agama sebanyak 115 dengan presentase 38%,
kebijakan pemerintah sebanyak 89 dengan presentae 30%, kesehatan sebanyak 96 dengan
presentase 32%.
82. Saran transportasi yang di miliki keluarga
7%
tidak ada
kendaraan roda 2
93%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.114 diatas, tidak ada sebanyak 20 dengan presentase 7%,
kendaraan roda 2 sebanyak 280 dengan presentae 93%.
83. Sumber penghasilan
SUMBER PENGHASILAN
0
%
0% BURUH HARIAN LEPAS
0 3 4% 1% 2%
% % PEDAGANG
KARYAWAN SWASTA
13%
IBU RUMAH TANGGA
42%
WIRASWASTA
GURU
4% TNI
PNS
USTAD
PEGAWAI SWASTA
KARYAWAN BUMN
14% PENSIUNAN
16%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.114 diatas, buruh harian lepas sebanyak 112 dengan
presentase 42%, pedagang sebanyak 43 dengan presentae 16%, karyawan swasta sebanyak 37
dengan presentase 14%, ibu rumah tangga sebanyak 11 dengan presentase 4%, wiraswasta
sebanyak 34 dengan presentase 13 %, guru sebanyak 1 dengan presentase 0%, TNI sebanyak
1 dengan presentase 0%, PNS Sebanyak 9 dengan presentase 4%, ustad sebanyak 1 dengan
presentase 0%, pegawai swasta sebanyak 10 dengan presentase 4%, karyawan bumn
sebanyak 2 dengan presentase 2%, pensiunan sebanyak 4 dengan presentase 4%.
84. Penghasilan rata-rata perbulan
86
penghasilan rata-rata perbulan
22%
40%
<Rp 1.250.000
Rp 1.250.00-2.500.000
>Rp 2.500.000
38%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.116 diatas, <Rp.1.250.000 sebanyak 120 dengan presentase
40%, Rp 1.250.000-2.500.000 sebanyak 115 dengan presentae 38%, > Rp.2.500.000
sebanyak 65 dengan presentase 22%.
85. Apakah keluarga menabung
48%
52% tidak
ya
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.117 diatas, tidak sebanyak 145 dengan presentase 48%, ya
sebanyak 155 dengan presentae 52%.
86. Memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari
terpenuhi
tidak terpenuhi
98%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.118 diatas, terpenuhi sebanyak 295 dengan presentase 98%,
tidak terpenuhi sebanyak 5 dengan presentae 2%.
87. Apakah ada dana rekriasi
87
apakah ada dana rekriasi
36%
tidak ada
ada
64%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.119 diatas, tidak ada sebanyak 107 dengan presentase 36%,
ada sebanyak 193 dengan presentae 64%.
88. Apakah ada alokasi dana Kesehatan
apakah ada alokasi dana kesehatan
23%
ada
tidak
77%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.120 diatas, ada sebanyak 70 dengan presentase 23%,
kebijakan pemerintah sebanyak 230 dengan presentae 77%.
89. Bagaimana keluarga memebawa ke tempat pelayanan Kesehatan
0%
29%
ambulan
kendaraan umum
kendaraan pribadi
70%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.121 diatas,ambulan sebanyak 1 dengan presentase 1%,
kendaraan umum sebanyak 88 dengan presentae 29%,kendaraan pribadi sebanyak 211
dengan presentase 70%.
90. Apakah bersedia menjadi petugas penanggung jawab gawat darurat
88
apakah bersedia menjadi petugas penanggung jawab gawat
darurat
22%
ya
tidak
78%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.122 diatas, ya sebanyak 235 dengan presentase 78%, tidak
sebanyak 65 dengan presentae 22%.
91. Kemana keluarga mencari darah saat di butuhkan
saudara
51% PMI
keluarga
31%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.123 diatas, saudara sebanyak 154 dengan presentase 51%,
PMI sebanyak 92 dengan presentae 31%, keluarga sebanyak 54 dengan presentase 18%.
92. Apakah bersedia menjadi pendonor darah
apakah bersedia menjadi pendonor darah
14%
tidak
ya
87%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.124 diatas, tidak sebanyak 16 dengan presentase 13%, ya
sebanyak 284 dengan presentae 87%.
93. Apakah perlu adanya bank darah di desa
89
apakah perlu adanya bank darah di desa
5%
ya
tidak
95%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.125 diatas, ya sebanyak 284 dengan presentase 95%, tidak
sebanyak 16 dengan presentae 5%.
tidak
ya
87%
Interpretasi Data:
Berdasarkan data pada bagan 3.126 diatas, ya sebanyak 346 dengan presentase 87%, tidak
sebanyak 54 dengan presentae 13%.
2. Weakness ( Kelemahan )
- Banyaknya masyarakat yang menolak untuk dikaji sehingga kesulitan dalam
mengumpulkan data.
- Masih ada saluran pembuangan limbah yang bocor sehingga menyebabkan limbah
tergenang di depan rumah dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
- Jarak antar rumah yang dekat bahkan berdempetan.
- Belum adanya protap penanganan bencana di Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay
Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung.
- Belum adanyanya pertolongan bencana.
- Belum adanya kelompok kerja bencana.
90
- Belum adanya program penanganan bencana.
- Poswindu yang belum merata di tiap RT nya
3. Opportunity ( Peluang )
- Dengan adanya mahasiswa praktek di Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan
Babakan Ciparay Kota Bandung dapat membantu kader - kader dalam pendataan
kesehatan warga Rw 3 Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung.
- Dengan adanya pelayanan BPJS memudahkan warga untuk mendapatkan pelayanan
Kesehatan dengan gratis.
- Dengan tersedianya pasar induk caringin yang membantu perekonomian masyarakat.
4. Treath ( Ancaman )
- Tidak semua warga menyetujui dengan program kerja yang disusun oleh mahasiswa.
- Masih ada warga yang menolak untuk datang ke pelayanan Kesehatan ketika ada
anggota keluarga yang sakit.
91
Babakan Ciparay Kota Bandung
didapatkan :
- Sebagian masyarakat mengeluh
sakit kepala.
- Sebagian masyarakat mengatakan
jika tidak rutin memeriksa tekanan
darah
92
dengan 85 kasus
- Berdasarkan hasil wawancara,
95% warga RW 06 masih memilih
untuk menggunakan obat warung
- Sebagaian warga bahwa masih
banyak warga tidak tahu akan
penyakit nya dan jarang datang
untuk pemeriksaan
- Sebagian Warga RW 06 banyak
yg menderita TB namun mereka
enggan untuk berkata jujur dan
memeriksakan diri ke puskesmas
Prioritas Masalah
No. Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K Tota Priorita
93
l s
1 Perilaku Kesehatan 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 2 27 4
cenderung beresiko
2 Defisit Kesehatan 4 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 33 1
komunitas tidak efektif :
Rematik
3 Defisit Kesehatan 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 30 2
komunitas tidak efektif :
Hipertensi
4 Pemeliharaan Kesehatan 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 29 3
tidak efektif
Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek tersebut
a. Sangat rendah = 1
b. Rendah = 2
c. Cukup = 3
94
d. Tinggi = 4
3.5 Daftar masalah Keperawatan
- Defisit kesehatan komuntas tidak efektif: rematik
- Defisit kesehatan komuntas tidak efektif: hipertensi
- Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : TBC
- Perilaku kesehatan cenderung beresiko : kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
merokok
95
3.8 POA ( Rencana Asuhan Keperawatan )
Jenis Tujuan Sasaran PJ Petugas Sumber Waktu / Tempat Indikator
Kegiata yg Dana Jadwal Keberhasilan
n Terlibat Pelaksan
aan
Penyuluh Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Balai - Terlaksananya
an Panjang : rw03 mahasiswa agustus 2022 RW/rumah kegiatan
kesehatan Warga RW kelurahan warga penyuluhan
terkait 03 yang babakan Kesehatan
penyakit menderita ciparay tentang
rematik,h rematik, rematik.
ipertensi hipertensi - Meningkatkan
dan tbc dan TBC pengetahuan
dapat warga
menurun mengenai
bahkan penyakit
sembuh rematik,
hipertensi, dan
Tujuan TBC
pendek :
Pengetahuan
masyarakat
mengenai
rematik,
hipertensi
dan tbc
meningkat
dengan cara
masyarakat
96
mampu
menyabutka
n penyabab,
tanda, dan
gejala
rematik,
hipertensi,
dan TBC
Tujuan
jangka
pendek:
Untuk
meningkatka
n kesadaran
warga RW
03 mengenai
pentingnya
97
hidup bersih
dan sehat
98
Meningkatka
n
kenyamanan
lingkungan
serta
kerjasama
yang baik
antar warga
sehingga
menciptakan
kebersihan,k
enyaman dan
terhindar
dari sarang
virus.
Melakukan Tujuan Masyarakat, Mahasiswa Mahasiswa Swadaya Tanggal 4-7 Di SMP 21 - Terlaksananya
kegiatan jangka rw03 mahasiswa Agustus 2022 Bandung kegiatan
senam Panjang: kelurahan senam lansia
lansia babakan - Meningkatkan
Untuk ciparay Kesehatan
menurunkan pada lansia
resiko
penderita
rematik dan
hipertensi
Tujuan
jangka
pendek :
99
untuk
meningkatka
n Kesehatan
pada lansia
100
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN
101
lebih dari
140/90 mmHg
102
03 menerima kesehatan di
mengenai
kesehatan dan puskesmas
karena pada menyetujui Caringin dalam
tahun 2020 :
5,34% dengan rencana membangun
89 kasus kegiatan yang kesadaran
2021 : 11,44% akan masyarakat
dengan 104 dilakukan agar senantiasa
kasus
memperhatikan
2022 : ‘Januari- 2. Proses
tingkat
Juli’ 11,05%
dengan 85 Pada tanggal kesehatan untuk
kasus 02 Agustus meningkatkan
2022 kualitas hidup
dilakukan
b. Sosialisasi :
penyuluhan
tentang Sosialisasi
kesehatan mengenai
kesehatan
103
2. Proses kesehatan untuk
merokok
meningkatkan
Sebanyak Pada tanggal
53% tidak kualitas hidup
02 Agustus
membuka
jendela nya 2022 b. Sosialisasi
setiap hari. dilakukan
Sosialisasi
Sebagian penyuluhan
masyarakat mengenai
tentang
RW 03 yang meningkatkan
merokok meningkatkan
perilaku
mengalami perilaku
kerusakan kesehatan
gigi: gigi kesehatan
berlubang
3. Hasil
Didapatkan
bahwa semua
warga desa
Babakan
Ciparay RW
03 dapat
memahami
dan
menjawab
pertanyaan
dengan benar
sesuai
penyuluhan
yang
diberikan
104
aktivitas pada untuk menjaga dan agustus 2022 puskesmas
Rheumatoid artritis menstabilkan aktivitas caringin
bagi penderita
rheumathoid artritis agar
dapat mengatasi masalah
persendian
2 Penyuluhan dan pola hidup sehat Rabu 31 agustus RW 03 dan
Penerapan pola hidup merupakan hal pokok 2022 puskesmas
sehat dengan cara yang diperlukan oleh caringin
menjaga kesehatan masyarakat guna
lingkungan menjaga kesehatan maka
dar itu diperlukannya
pola hidup sehat agar
masyarakat dapat
terhindar dari penyakit
3 Pemenuhan sarana dan Dengan adanya sarana Minggu 4 RW 03 dan RT
prasarana tekait dan prasarana yang september 2022
pemeliharaan kesehatan menunjang kebutuhan
masyarakat maka
masalah kesehatan yang
ada di masyarakat dapat
terdeteksi dan teratasi
dengan baik
4 Mengadakan pelatihan Dengan adanya pelatihan Sabtu 24 Puskesmas
kader tekait dengan kader informasi dan september 2022 caringin
masalah kesehatan pengetahuan terkait
yang muncul di masalah kesehatan yang
masyarakat ada di masyarakat dapat
tersampaikan dengan
baik sesuai dengan
kelolaannya masing
masing
105
C. Pembahasan
Dari hasil survey mawas diri terdapat 4 diagnosa yang muncul di masyarakat
diantaranya :
1. Defisit Kesehatan komunitas tidak efektif : Hipertensi
Berdasarkan data yang didapatkan hipertensi merupakan salah satu penyakit yang
di derita oleh sebagian masyarakat RW 03, seperti yang telah diketahui hipertensi
merupakan penyakit degenerative yang mana kondisi kesehatan yang
menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu. Maka perlu di
adakannya upaya pencegahan guna mengatasi penyakit hipertensi yang terus
berkembang dikalangan masyarakat RW 03. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
memberikan edukasi/pendidikan kesehatan yang berisi pengertian hipertensi,
penyebab hipertensi, tanda gejala dan cara penanganannya.
2. Deficit Kesehatan komunitas tidak efektif : Rematik
Berdasarkan data yang didapatkan rematik merupakan salah satu penyakit yang
di derita oleh sebagian masyarakat RW 03 khususnya pada lansia, penyakit
rematik sering ditemukan pada lansia sehingga dalam kesehariannya
mengganggu pola aktivitas, gangguan rasa nyaman dan gangguan citra tubuh.
Upaya untuk menangani penyakit ini bisa dilakukan dengan melakukan senam
lansia, upaya ini dapat mengatasi pada masalah penyakit rematik yang
mengganggu pada persendiannya.
3. Defisit kesehatan komunitas tidak efektif : TBC pada warga RW 03
Berdasarkan data dari puskesmas didapatkan peningkatan pasien tbc merupakan
salah satu penyakit yang diderita oleh sebagian masyarakat RW 03. Seperti yang
sudah diketahui TBC dapat menular dengan cepat jika tidak ditangani dengan
baik, penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif
memercikan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Dan bakteri TB akan masuk ke
tubuh orang lain melalui udara yang dihirupnya. Upaya yang dapat dilakukan
bagi sebagian masyarakat yang menderita TBC yaitu menutup mulut saat batuk
dan bersin, TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut, jangan
meludah atau membuang dahak sembarangan, mengurangi interaksi sosial,
biarkan sinar matahari masuk kedalam ruangan, dan membatasi kontak dengan
kelompok rentan.
106
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : kesehatan gigi dan mulut dan perilaku
merokok
Berdasarkan data yang didapatkan Sebagian masyarakat RW 03 mengalami
kerusakan gigi akibat meroko, seperti yang sudah diketahui meroko selain dapat
merusak organ tubuh akibat asap rokok, dapat juga menimbulkan karies gigi atau
gigi berlubang. Kandungan nikotin dan tar pada rokok dapat menyebabkan
kerusakan lapisan jaringan gigi. Kandungan ini dapat mengurangi produksi
saliva, sehingga mulut terasa kering dan bakteri lebih mudah berkembang biak,
upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan edukasi/pendidikan
kesehatan tentang bahayanya meroko, dan periksa gigi ke pelayanan kesehatan .
107
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
- Asma 7%, Batuk pilek 35%, TBC 1%, Hipertensi 42%, Asam urat 18%, hipertermi 3%, dan
IMS 1%
B. Saran
1. Masyarakat
Masyarakat melaksanakan perilaku hidup sehat dengan melakukan pencegahan
peningkatan penyakit
2. Puskesmas
Puskesmas memberikan secara berkala atau menindak lanjuti penyuluhan
kesehatan terkait penyakit yang di temukan di banyak masyarakat.
Melakukan Pemeriksaan kesehatan masyarakat yang lebih rutin ke lingkungan
masyarakat untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat pada wilaya tersebut
serta melalkukan upaya- upaya pencegahan sebelum dan sesudah masalah itu
terjadi.
108
3. Peneliti
Hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat memperdalam kembali mengenai
faktor-faktor kebutuhan apa saja yang dibutuhkan wanita berkaitan dengan
kemudahan yang akan didapat setelah mengakses media online. Hendaknya para
peneliti selanjutnya lebih mengembangkan ruang lingkup penelitian, mengingat
penelitian yang dilaksanakan ini belum sepenuhnya bisa menggambarkan
pemenuhan kepuasan yang diperoleh kaum wanita. Dalam proses pengumpulan
data, hendaknya menggunakan teknik yang diperkirakan dapat lebih optimal
dalam mendapatkan data yang diperlukan.
109
DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing Practise,
Washington, DC : Author.
Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. 5.
Trisutrisno, I., Hasnidar, H., Lusiana, S. A., Simanjuntak, R. R., Hadi, S., Sianturi, E., ... &
Sofyan, O. (2022). Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Soejono Soekanto (1986), Sosisologi Suatu Pengantar, Penerbit Remaja Karya, Bandung
Rahayu, D. Y. S., Anggraini, N., Kuswanto, K., Pangaribuan, S. M., Purnawinadi, I. G.,
Hardika, B. D., ... & Mustar, M. (2022). Ilmu Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
Yayasan Kita Menulis.
Khoiron, Nur, 2014. Efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakanMedia leaflet dan
media slide power point terhadap Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini
Kanker serviks pada ibu-ibu pkk di wilayah kerja Puskesmas kartasura sukoharjo. UMS
110
Tri K, Soekidjo N, Anwar H, Ella H. 2012. Promosi Kesehatan Di Sekolah. Perpustakaan
Nasional RI; Katalong Dalam Terbitan (KDT). Jakarta.
111
LAMPIRAN
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang
menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya. Ketika
suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan -
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium,
bradikinin, prostaglandin, dan substansi yang akan mengakibatkan respon nyeri
(Kozier dkk, 2009)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit tentang Manajemen Nyeri
diharpkan Ny. Y dapat mengerti tentang Manajemen Nyeri
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan Ny. D mampu :
o Menjelaskan pengertian Nyeri
o Menyebutkan factor – factor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri
o Menyebutkan cara mengatasi nyeri
o Melakukan Teknik relaksasi nafas dalam
112
1. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi tanya jawab
3. Susunan Kegiatan
113
disampaikan oleh penyuluh
- Salam penutup
4. Materi
C. Definisi
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas,
gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
E. Manajemen Nyeri
Bisa dilakukan dengan pharmacologic dan non pharmacologic, terapi
pharmacologic untuk mengatasi nyeri diberikan oleh dokter melalui intra vena atau
rute epidural (Smeltzer & Barre, 2013)
o Manajemen Nyeri Pharmakologic
Management pharmakologic untuk mengatasi nyeri di ruang ICU
adalah Opioid, Non opioid, dan adjuvant (anti convulsan, anti depresan,
dan obat bius lokal). Analgesik golongan opiod yaitu morfin, fentanil,
kodein, efek samping analgesik opoid adalah depresi pernafasan, hipotensi,
retensi urin, penurunan cardiac output, pusing mual dan bahkan
mengancam nyawa pasien. Golongan analgesik non opiod yang dipakai
untuk mengatasi nyeri di ruang ICU adalah Acetaminophen, Ketorolac dan
Adjuvant.
o Manajemen Nyeri Non Pharmakologic
Dalam rangka mengembangkan management nyeri non
pharmacologic yang efektif dibidang keperawatan pada pasien yang
114
terpasang ventilator mekanik maka perawat perlu mengetahui jenis-jenis
management nyeri non pharmakologic yang bisa dilakukan oleh seorang
perawat.. Management nyeri non pharmakologic yang dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri adalah musik therapy , relaksasi, hypnosis therapy,
distraksi therapy, terapi bermain, terapi aktivitas, akupuntur therapy,
kompres dan pijat
115
Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali.
Instruksikan pasien melakukan nafas dalam perlahan sebanyak 10 kali
setiap 2 jam pada saat pasien terjaga selama periode paska operasi sampai
pasien dalam melakukan mobilisasi.
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
Menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi ini, bila pasien
merasakan nyeri
Berpamitan pada pasien
Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan perawatan
5. Media
Leaflet
116
Lampiran 2
117
menyeluruh dan teratur memperhatikan.
Materi:
1. Pengertian Perilaku Hidup
bersih Dan Sehat.
2. Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Dirumah Tangga
3. Apa manfaat ruma tangga ber
PHBS ?
3. 1 jam 8 Evaluasi Merespon dan bertanya
mnt 1. Memberikan kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
118
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
119
c. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
d. Menunda kehamilan berikutnya.
e. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
a. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b. Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
a. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
3. Menimbang balita setiap bulan.
a. Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap
bulan.
b. Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5
tahun diposyandu.
c. Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu menuju
sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat
perkembangannya)
4. Menggunakan air bersih.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air harus berwarna bening/jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran
lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit
harus bebas dari bahan kimia beracun.
120
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Apa manfaat menggunakan air bersih?
a. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus,
Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
b. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
a. Mata air
b. Air sumur atau air sumur pompa
c. Air ledeng atau perusahaan air minum
d. Air hujan
e. Air dalam kemasan
Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit dalam
air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan?
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar
c. Setelah menceboki bayi atau anak
d. Sebelum makan dan menyuapi anak
e. Sebelum memegang makanan
f. Sebelum menyusui bayi
Apa manfaat mencuci tangan?
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).
121
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air
besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
e. mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
122
d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat
penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun,
lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam
seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
a. Anggota rumah tangga
b. Kader
c. Juru pemantau jentik (Jumatik)
d. Tenga pemeriksa jentik lainnya.
e. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :
a. 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,
Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangannya.
3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang
pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas akua, plastik kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
a. Menggunakan kelambu ketika tidur.
123
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;
bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit
dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan
cupang, ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
b. Mengandung serat yang tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak dapat
dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang
melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi dapat menunda
pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.
Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
a. Mencegah Diabetes .
b. Melancarkan buang air besar.
c. Menurunkan berat badan.
d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)
124
e. Mencegah kanker
f. Memperindah kulit, rambut dan kuku.
g. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)
h. Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
a. Olah raga
b. Jalan santai
c. Maraton
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti Tar
dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat menimbulakan kanker dan penyakit lainnya.
Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
Bagi Rumah Tangga :
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.
125
126
Lampiran 3
Resiko terjadinya TBC
Bidang Studi : NP 6
Topik : Penyusuhan Infeksi Saluran Pernafas (ISPA)
Sasaran : Masyarakat Rw 03 Rt 01
Tempat : Kantor Balai Desa Rw 03
Hari/Tanggal : Kamis, 04 Agustus 2022
Waktu : 60 Menit
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah (infeksi
saluran pernafasan atas) yaitu meliputi infeksi atas saluran pernafasan bagian atas dan
infeksi saluran pernafasan bagian bawah. ISPA adalah salah satu penyakit yang
terbanyak diderita oleh anak-anak. Penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan
anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit
seperti: semusitis paranosal, penutuban tuba eustachi, lanyingitis, trachetis, bronchitis,
dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian adanya sepsis yang meluas.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak perkiraan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% -
60% dari pengunjung di puskesmas adalah penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut sutisna (2009) faktor resiko yang
menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio ekonomi, pendapatan, perumahan,
pendidikan orang tua, status gizi, tingkat pengetahuan ibu, dan faktor lingkungan
(kualitas udara).
Berdasarkan data dari Hasil Survey Mawas Diri didapatkan ISPA di Desa
Babakan Ciparay dan berdasarkan hasil pengumpulan data dan observasi yang
dilakukan oleh mahasiswa mulai tanggal 18 Juli sampai dengan 23 Juli 2022 di
127
lingkungan RT1 RW 3 Babakan Ciparay dimana terdapat separuh 56 % mengalami
batuk pilek.
Selain itu perumahan di RT 1 RW 3 Babakan Ciparay merupakan salah satu
rumah yang cukup padat dengan kondisi permanen tetapi ada juga yang semi
permanen. Jarak satu rumah dengan rumah yang lainnya sebagian besar berdekatan.
Sedangkan dari hasil observasi didapatkan data yaitu tampak beberapa selokan yang
airnya tergenang dan terbuka, saat hujan saluran pembuangan air tersumbat sehingga
mengakibatkan banjir, tampak beberapa rumah yang sirkulasi udara yang tidak
memadai dan pencahayaan kurang memenuhi syarat. Hal ini tentu akan mengalami
peningkatan penyakit ISPA dari tahun ke tahun. Sehubungan dengan hal yang di atas
maka kelompok tertarik untuk penyuluhan tentang ISPA di RT 01 RW 03 Babakan
Ciparay.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar masyarakat di RT I RW 3
Babakan Ciparay dapat memahami tentang penyakit saluran pernafasan atas
(ISPA)
2. Tujan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
Menjelaskan tentang pengertian ISPA
Menjelaskan tentang penyebab ISPA
Menjelaskan tentang tanda dan gejala ISPA
Menjelaskan perawatan ISPA dirumah
Menjelaskan cara pencegahan ISPA
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik kegiatan
Penyuluhan tentang penyakit ISPA pada masyarakat
2. Sasaran
Orang tua yang mempunyai anak balita, Masyarakat.
3. Metode: Diskusi, tanya jawab, demonstrasi
4. Media : laptop, infokus, leaflet
5. Waktu dan tempat
Hari : Kamis, 04 Agustus 2022
128
Jam : 10.00 s.d selesai
Tempat : Kawasan Rt 01
6. Pengorganisasian
a. Pelaksana
Pembawa Acara : Silvi Putri Yantika
Pembicara : Laurensia Wulandita Ansiga dan Sintia Girimis
Fasilitator : Nomi Kogoya
Nur Intan Mutia Farawahdini
Pipit Pratiwi
Tri Omega
Observer : Niken Theresia Br Barus
b. Uraian Tugas
Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu
Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada presenter
Mengarahkan alur diskusi
Memimpin jalanya diskusi
Menutup acara
Presenter
Mempresentasikan materi penyuluhan Fasilitator
Memfasilitasi jalanya kegiatan yaitu persiapan dan pelaksanaan
Mampu memotivasi audien untuk kesuksesan penyuluhan
Mampu mengatasi hambatan-hambatan selama acara penyuluhan
Mampu memfasilitasi kegiatan yang kurang aktif
Observer
Mampu mengobservasi jalannya kegiatan dari awal sampai
akhir
Mencatat jumlah klien yang hadir
Mencatat respon dan prilaku audien dalam kegiatan
Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan audien
129
Mencatat penyimpangan acara
Mencatat prilaku verbal dan non verbal selama penyuluhan
c. Setting Tempat
Keterangan :
: MC : Fasilitator
: Observer : Pembicara
: Pembimbing : Peserta
D. Strategi Pelaksanaan
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens Waktu
1. Pembukaan - Menjawab salam 5 menit
- Memberi salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan memperhatikan
anggota dan - Mengemukakan
pembimbing pendapat
- Menjelaskan kontrak - Mendengarkan dan
waktu dan tujuan memperhatikan
pertemuan
- mengkaji pengetahuan
masyarakat tentang
ISPA
- memberi reinforcement
positif
2. Pelaksanaan - Mendengarkan dan 40 menit
130
- Menjelaskan tentang memperhatikan
pengertian ISPA - Mengulangi
- Memotivasi audien kembali
untuk mengulangi - Mendengarkan
kembali - Memperhatikan
- Memberi reinforcement - Mengemukakan
positif pendapat
- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
ISPA - Mengulangi
- Menjelaskan tentang kembali
tanda gejala ISPA - Mendengarkan
- Menjelaskan tentang - Memperagakan
perawatan ISPA di - Bertanya dan
rumah menjawab
- Menjelaskan pencegehan
ISPA
- Memotivasi audien
untuk mengulangi
kembali
- Memberikan
reinforcement positif
- Demonstrasi pengobatan
tradisional dalam
mengatasi ISPA dan
- Tanya jawab kepada
masyarakat
3. - Menyimpulkan materi - Mendengarkan 15 Menit
- Menutup penyuluhan - Mendengarkan
- Memberi salam - Menjawab
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Leaflet telah selesai di cetak 1 hari sebelum kegiatan dilakukan
131
Peminjaman tempat dan alat sudah dilakukan 2 hari sebelum kegiatan
dilakukan
Mahasiswa selaku panitia kegiatan melaksanakan tugas dan peran sesuai yang
telah ditetapkan
2. Evaluasi Proses
Kegiatan dilakukan tepat pada waktu kegiatan yang telah diterapkan
Peserta penyuluhan melakukan kegiatan dari awal sampai akhir
Kegiatan selesai tepat pada waktu yang telah diterapkan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjelaskan pengertian ISPA
Peserta mampu menjelaskan 3 dari 4 penyebab ISPA
Peserta mampu menjelaskan 4 dari 6 tanda gejala ISPA
Peserta mampu menjelaskan 2 dari 4 cara perawatan ISPA
Peserta mampu menjelaskan 3 dari 5 pencegahan ISPA
MATERI
A. PENGERTIAN ISPA
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan adalah infeksi saluran pernafasan yang
terjadi pada saluran pernafasan, termasuk didalamnya hidung dan tenggorokan.
Biasanya menyerang anak menyerang anak usia 2 bulan - 5 bulan yang berlangsung
sampai 14 hari. ISPA dapat ditularkan melalui ludah, darah, bersin, udara pernafasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada musim dingin.
B. PENYEBAB
ISPA dapat disebabkan oleh:
Bakteri
Virus
132
Jamur
Aspirasi (tersedak) karena makanan
C. TANDA dan GEJALA
Pada sistem pernafasan adalah: nafas tak teratur dan cepat, retraksi tertariknya
kulit kedalam dinding dada, nafas cuping hidung/ nafas dimana hidungnya tidak
lobang, sesak kebiruan, suara nafas lemah atau hilang, suara nafas seperti ada
cairannya sehingga terdengar keras
Pada sistem peredaran darah dan jantung: denyut jantung cepat atau lemah,
hipertensi, hipotensi dan gagal jantung
Pada sistem syaraf adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma
Pada hal umum adalah: letih, berkeringat banyak, sakit tenggorokan, demam,
batuk-batuk dengan atau tanpa dahak, badan lemah
D. PERAWATAN DI RUMAH UNTUK PENDERITA ISPA
Beberapa hal yang perlu dilakukan seorang ibu/bapak untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 bulan demam diatasi dengan memberikan obat
penurun panas atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk
Mengatasi batuk
- Dianjurkan member obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.
- Berikan obat tradisional seperti bawang merah yang diiris kemudian
ditempelkan pada tulang leher bagian tekuk dan ubun-ubun, sebelumnya beri
minyak kayu putih.
Pemberian makan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusui tetap diteruskan selama 2 tahun.
Pemberian minum pada batuk berdahak
133
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
E. PENCEGAHAN ISPA
Bukalah jendela setiap hari agar udara segar dapat masuk ke dalam rumah serta
menjaga kebersihan keluarga dan lingkungan sehingga ikut menghindarkan
tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus yang datang menghadang Tapi
apabila sudah menjalankan segala pencegahan tapi masih juga tertular yang harus
anda lakukan adalah menggunakan masker agar tidak menulariu orang lain untuk
anak anak segera kenakan baju hangat agar terhindar dari udara dingin beri
asupan makan hangat hindari makanan dan minuman dingin (mengandung es)
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik dengan memakan makanan yang kaya akan
protein, vitamin, karbohidrat dan sumber lainya seperti telur, ikan, sayuran, buah
dan susu
Imunisasi yang terartur dan selalu memantau perkembangan tumbuh kembang
anak seperti berat badan dan tinggi badan
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Mencegah anak terpapar dengan penderita ISPA
134
Lampiran 4
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Topik Penyuluhan : Pengendalian Tuberkulosis Paru dengan PHBS dan Rutin Pengobatan
Sasaran Peserta : Penderita Tuberkulosis Paru dengan Masalah Keperawatan
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Waktu : 30 Menit
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Agustus 2022
Tempat : Kelurahan Babakan Ciparay
Penyuluh : Mahasiswa Institut Kesehatan Immanuel & Petugas
Puskesmas
2. Media
Barcode
3. Materi :
a. Pengertian Tuberkulosis Paru
135
b. Penularan Tuberkulosis Paru
c. Faktor Resiko Tuberkulosis Paru
d. Strategi Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
e. Cara Pengobatan Tuberkulosis Paru
f. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan Tuberkulosis Paru
4. Kegiatan Penyuluhan
136
2. Menjawab salam
5. Evaluasi
a. Struktural
1) Penyuluhan dilaksanakan di ruang K.H. Mas Mansyur Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Ponorogo.
2) Peserta atau klien mengikuti penyuluhan sampai selesai.
b. Proses
1) Penyuluh bekerja sesuai dengan tugasnya.
2) Peserta atau klien antusias dengan materi penyuluhan.
c. Hasil
Peserta memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu tentang
:
1) Pengertian tuberkulosis paru.
2) Cara penularan tuberkulosis paru.
3) Faktor resiko terjadinya tuberkulosis paru.
4) Strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
5) Pengobatan tuberkulosis paru.
6) Manfaat dan efek samping obat anti tuberkulosis.
6. Media
https://bit.ly/FormTBBacip
Lampiran Materi
137
2) Tinggal di tempat yang padat penduduk
3) Sinar matahari tidak mampu masuk ke ruangan
b. Faktor Usia dan Jenis Kelamin
1) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa muda yang juga
merupakan kelompok usia produktif
2) Menurut hasil suervei prevalensi Tb, laki-laki lebih banyak daripada perempuan
c. Faktor Perilaku
1) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak tepat akan meningkatkan
paparan kuman dan risiko penularan.
2) Merokok menigkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali
138
139
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP) REMATIK
Bidang Studi : NP 6
Topik : Rematik
Sasaran : Lansia dan Masyarakat
Hari/tanggal : Kamis, 04 Agustus 2022
Waktu : 13.00 Wib
Tempat : Kawasan RW 03
A. Latar Belakang
Di dunia semakin meningkat penyakit arthritis reumatoid pada lansia terutama
banyak terjadi pada perempuan. Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005, wanita penderita Arthritis
Reumatoid mencapai 54.000 - 100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000 dari
100.000 orang (Situmorong, 2017). Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan
peradangan kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa
terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada
sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut (Sakti & Muhlisin, 2019; Masruroh &
Muhlisin, 2020).
Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik,
karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri
yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari (Nurwulan, 2017). Penyakit Rematik sering kita dengar di masyarakat, Namun
pemahaman yang benar tentang Rematik di keluarga belum memuaskan (Siahaan et
al., 2017).
Angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 yang disampaikan oleh
WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia
5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Majdah & Ramli, 2016;
Putri & Priyanto, 2019). Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid
arthritis di Indonesia mencapai 7,30%. Dan berdasarkan data dari Hasil Survey
Mawas Diri didapatkan rheumatoid arthritis di Desa Babakan Ciparay berdasarkan
hasil pengumpulan data dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa di masyarakat
lingkungan RT1 RW 3 Babakan Ciparay dimana terdapat masalah kesehatatan umum
degenerative dalam 6 bulan terakhir yaitu 36 % rematik.
140
Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia
justru tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi.
Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya
penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid arthritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah kegiatan penyuluhan, sasaran diharapkan dapat memahami pengertian,
manifestasi klinis, tanda tanda, diagnosis, klarifikasi, faktor-faktor, penanganan
Rematik
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang rematik sasaran diharapkan mampu :
- Menjelaskan kembali pengertian rematik
- Menjelaskan kembali tentang penyebab rematik
- Mengetahui tanda-tanda dan faktor rematik
- Mengetahui penanganan rematik
C. Materi (terlampir)
- Pengertian rematik
- Manifestasi klinis rematik
- Tanda-tanda rematik
- Diagnosis rematik
- Klasifikasi rematik
- Faktor-faktor rematik
D. Metode.
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Evaluasi
E. Media
- Laptop
- Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan
Mahasiswa Peserta
1 Pembukaan 5 menit - Memberi salam - Menjawab
141
- Memperkenalkan salam
diri - Mendengarkan
- Menyampaikan - Memperhatikan
tujuan - Menjawab
- Menyampaikan
kontrak waktu
- Apresiasi dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki
masyarakat
tentang rematik
2 Pelaksanaan 40 menit - Menjelaskan - Mendengarkan
materi rematik - Memahami
- Mengevaluasi - bertanya
apakah lansia dan
masyarakat
memahaminya
- Lansia dan
masyarakat
menanyakan hal-
hal yang belum
mereka mengerti
3 Penutup 15 menit - Menanyakan - Menjawab
kembali materi - Mendengarkan
yang telah - Menjawab
disampaikan salam
- Menyampaikan
hasil kesimpulan
dari kegiatan yang
berlangsung
- Mengakhiri
pertemuan dengan
142
salam
G. Pengorganisasian
Pembawa Acara : Silvi Putri Yantika
Pembicara : Laurensia Wulandita Ansiga dan Sintia Girimis
Fasilitator : Nomi Kogoya
Nur Intan Mutia Farawahdini
Pipit Pratiwi
Tri Omega
Observer : Niken Theresia Br Barus
H. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader : Fasilitator
: Observer : Co-leader
: Pembimbing : Peserta
I. Evaluasi
a. Kongnitif
Sasaran diharapkan mampu mengulas kembali materi yang sudah disampaikan
tentang:
- Pengertian rematik
- Manifestasi Klinis rematik
- Tanda-tanda rematik
- Diagnosis rematik
- Klasifikasi rematik
143
- Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rematik
b. Afektif
- Sasaran dapat mengerti tentang arti dan tanda-tanda dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya rematik
- Sasaran dapat mengerti tentang rematik
c. Psikomotor
Sasaran mengetahui rematik
MATERI
A. Pengertian rematik
Rhematik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada
system musculoskeletal yaitu sendi, tulang, jaringan ikat dan otot (Smart,2010)
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh(Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
B. Penyebab
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
144
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
C. Tanda-tanda rematik
Nyeri sendi
Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
Bengkak pada tiga atau lebih sendi pada saat yang bersamaan.
Ganguuan fungí sendi
Otot mengecil
Timbul benjolan kecil pada kulit bawah
145
2. Ambil 4 batang jahe, 2 batang lengkuas dan 2 sendok makan cengkeh kering. Tumbuk
halus semua bahan dan tambahkan 2-3 sendok makan air tajin. Oleskan sebagai obat dan
gosokkan pada bagian yang sakit 3-5 hari berturut-turut.
3. Daun seledri sebanyak 10 batang di makan sebagai lalap.
4. Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih di campur dan digunakan untuk
menggosok bagian tubuh yang sakit.
5. Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri di tumbuk dan di gosokkan pada bagian
tubuh yang sakit.
146
147
Lampiran 6
148
149
150
Lampiran 7
PRAKTIK KEPERAWATAN VI
PRODI SARJANA
KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
Jl. K.H. Wahid Hasyim / Kopo No. 161 Bandung – 40234
No : 01/Praktik
Kep./VII/2022 Lampiran : -
Perihal : Undangan Implementasi dan Pelatihan Kader
Kepada Yth :
1. Kepala RW 03 Kelurahan Babakan Ciparay
2. Kelurahan Babakan Ciparay
3. Bapak/Ibu UPT Pukesmas Caringin
4. Pembimbing Puskesmas Caringin
5. Perwakilan Kepala RT RW 03 (5 Orang)
6. Perwakilan Kader Kesehatan RW 03 (5 Orang)
6. Karang Taruna RW 03 (2 Orang)
7. Perwakilan LPM RW 03 (1 Orang)
8. Perwakilan Warga RW 03 (2 Orang)
9. Pembimbing MK Praktik Keperawatan VI
Di Tempat
Dengan hormat,
Berkenaan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Implementasi Pelatihan Kader maka kami
mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut yang akan
dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Selasa,09 Agustus 2022
Waktu : Pukul 14.00 s/d selesai
Tempat : Kantor RW 06
Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaannya, kami
ucapkan terima kasih.
Mengetahui Bandung, 06 Agustus 2022
Kordinator MK Praktik Keperawatan VI Ketua Praktik Keperawatan VI
Mengetahui
Kepala RW
03
151
Kelurahan Babakan Ciparay
Alek Akbar
152
PRAKTIK KEPERAWATAN VI
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
Jl. K.H. Wahid Hasyim / Kopo No. 161 Bandung – 40234
No : 01/Praktik Kep./VII/2022
Lampiran : -
Perihal : Undangan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga 03 (MMRW)
Kepada Yth :
1. Kepala RW 03 Kelurahan Babakan Ciparay
2. Bapak/Ibu UPT Pukesmas Caringin
3. Kepala RT 01, 02, dan 04
4. Kader Kesehatan RT 01, 02, dan 04
5. Pembimbing MK Praktik Keperawatan VI
Di Tempat
Dengan hormat,
Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaannya, kami
ucapkan terima kasih.
153
Lampiran 8
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166