KLIRING
KLIRING
KLIRING
AKUNTANSI KLIRING
Transaksi yang cukup banyak volumenya dalam lalu lintas pembayaran dalam bank
adalah transaksi kliring. Kliring merupakan mekanisme perhitungan hutang – piutang antara
satu bank dengan bank lainnya karena transaksi yang di akibatkan oleh para nasabah.
Transaksi kliring yang di selenggarakan oleh Bank Indonesia, dalam hal ini sebagai
penyelenggara kliring, dewasa ini sudah di proses secara komputerisasi atau diproses otomatis,
tidak lagi secara manual. Dengan adanya otomatis kliring yang telah di prakarsai oleh Bank
Indonesia, telah menciptakan suatu sistim yang lebih cepat dan akurat dari sistim manual yang
sebelumnya di terapkan.
Pada bagian ini akan di bahas kedua macam transaksi kliring, yaitu manual dan otomatis.
Bab 4 akan mengupas mekanisme transaksi kliring secara manual sebagai dasar pengetahuan
bagi para profesi atas mekanisme transaksi kliring di Indonesia. Pada bab selanjutnya akan di
bahas kliring otomasi yang kini sedang di terapkan pada Bank Indonesia.
BAB 4
AKUNTANSI KLIRING MANUAL
Kliring merupakan sarana untuk menyelesaikan transaksi giral. Kegiatan ini merupakan
kegiatan paling lazim di temukan dalam setiap bank, karena pada kegiatan ini akan di
selesaikan hutang dan piutang antar bank yang berasal dari transaksi giral para nasabah.
PENGERTIAN KLIRING
Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalulintas pembayaran yang di maksudkan untuk
memudahkan penyelesayan hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral.
Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring melalui perantara Bank Indonesia
sebagai Lembaga Kliring.
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud agar
penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalulintas pembayaran giral.
Lalulintas pembayaran giral ini adalah suatu proses kegiatan bayar-membayar dengan
warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan di antara bank-bank, baik
atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan.
Akibatnya, setiap bank diwajibkan memelihara sejumlah saldo alat likuid dalam bentuk
rekening Giro pada Bank Indonesia untuk menampung semua penarikan dan penyetoran
nasabah masing-masing yang akan mangakibatkan bertambah atau berkurangnya saldo giro
tersebut. Alat likuid yang harus dipelihara oleh suatu bank pada rekening Giro di Bank
Indonesia harus memenuhi syarat tertentu. Hal ini akan di bahas pada bab lain.
Warkat Kliring
Warkat kliring adalah alat atau sarana yang di pakai dalam lalulintas pembayaran giral
yang di perhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas cek, bilyet giro, surat bukti
penerimaan transfer dari luar kota (kiriman uang), wesel bank untuk transfer atau wesel unjuk,
nota debet atau kredit, dan jenis-jenis warkat lain yang telah di setujui penyelenggara.
Warkat kliring yang dapat dikliringkan adalah harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah
dan bernilai nominal penuh (seratus persen nilai nominal) serta telah jatuh tempo pada saat di
kliringkan. Nota atau warkat yang diikutsertakan dalam kliring dapat di kelompokkan menjadi
empat macam nota atau warkat kliring.
Nota debet keluar
Merupakan warkat yang di setorkan oleh nasabah untuk keuntungan rekeningnya. Bank
penarik akan mendebit rekening giro pada Bank Indonesia.
Nota kredit masuk
Merupakan warkat yang di terima oleh suatu bank untuk keuntungan suatu rekening
nasabah Bank tersebut. Disini bank penerima warkat ini akan mendebit rekening giro
pada Bank Indonesia.
Nota debit masuk
Merupakan warkat yang di terima oleh suatu bank atas cek sendiri yang telah di tarik
oleh nasabahnya. Bank ini akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia.
Nota kredit keluar
Merupakan warkat dari nasabah sendiri untuk di setorkan kepada nasabah pada bank
lain. Disini akan tercipta perhubungan giro. Bank yang menyerahkan warkat kepada
bank lain akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia.
JENIS-JENIS KLIRING
Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan, antara lain kliring umum, kliring local, dan
kliring antar cabang.
Penyelanggaraan Kliring
Kliring di Indonesia hanya dapat dilaksanakan oleh Bank sentral,dalam hal ini adalah
Bank Indonesia.Namun demikian,apabila di suatu derah belum terdapat Bank Indonesia maka
akan diatur lain pelaksanaan kliring oleh Bank Indonesia. Dengan demikian penyelenggaraan
kliring dapat dilakukan sebagai berikut.
Peserta Kliring
Ada dua macam peserta kliring. Yang pertama adalah Peserta Kliring Langsung yang
merupakan bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat memperhitungkan
warkatnya secara langsung dalam pertemuan kliring. Peserta lainnya adalah Peserta Kliring
Tidak Langsung yang merupakan bank-bank yang belum tercatat sebagai peserta dan yang
memperhitungkan warkatnya dengan kantor pusat atau kantor cabang lainnya yang sudah
tercatat menjadi peserta kliring.
MEKANISME KLIRING
Mekanisme kliring dapat diilustrasikan seperti berikut ini
Bank Penerima
Tertarik Cek
Menyetorkan cek
Untuk di kliringkan
Otorisasi
Pendebetan Bank
Penarik
Warkat
Debet
Masuk Menyetorkan warkat
Kliring “debet keluar”
Pengkreditan
BANK INDONESIA
Dalam transaksi kliring akan melibatkan pihak tertarik (yang menarik cek), pihak
penarik (yang menerima cek), dan Bank Indonesia. Kegiatan kliring di atas masih berjalan
secara manual, artinya belum adanya otomatisasi kliring.
Dewasa ini bagian kliring dilakukan secara otomatisasi melalui suatu Automated
Clearing House (ACH). Semua kegiatan kliring akan dilakukan tanpa adanya pertemuan
dengan bank-bank yang terlibat dalam lembaga kliring. Pertemuan kliring dapat dilakukan
secara on-line dan pisik warkatnya akan di kirimkan ke Bank Sentral setelah data entry
dilakukan oleh para peserta kliring. Mekanisme suatu ACH dapat dijabarkan sebagai berikut.
Penarik cek
Penyerahan cek
cek
Mengkliring kan
Otomasi Bank Penarik
Perpindahan dana
Automatic
clearing house
(ACH) On-line clearing
BANK INDONESIA
Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatisasi melalui ACH, bank penarik tidak
perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta kliring yang terlibat dalam
transaksi kliring akan saling mengkliringkan warkat-warkatnya melalui media elektronik
komputer yang on-line dengan ACH. Warkat secara pisik akan di kirim langsung ke Bank
Indonesia untuk tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring ACH. Disini pihak
bank penarik akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik.
Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar atas warkat
debet keluarnya. Disini ia akan bersikap mempercepat (accelerate) penarikan dana dari
warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam pengendapan dana kliring
tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan membiarkan dananya menganggur belum
tertarik walau sehari. Dipihak lain bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank
tertarik akan melakukan kliring.
Bank Indonesia, sebagai bank penyelenggara kliring melalui ACH, di tuntut untuk
memiliki administrasi yang sempurna yang dapat memantau seluruh arus dana yang masuk
dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.
ILUSTARSI KLIRING
Tn.Ali, nasabah giro pada Bank Omega Cabang Jakrta, membeli barang dari Tn.
Badu,nasabah giro Bank ABC-cabang Jakarta. Seharga Rp. 30 JUTA. Tuan Ali membayar
dengan menerbitkan cek Bank Omega. Ilustrasi kegiatan kliring dapat di jabarkan sebagai
berikut.
Bank Penyelenggara
Kliring (B.I )
TRANSAKSI
Membayar dengan menerbitkan cek
Setelah Badu menerima cek Bank Omega dari Ali, Badu akan segera mengkliringkan
cek tersebut di lembaga kliring-Bank Indonesia untuk di setorkan bagi keuntungan
rekeningnya. Badu menyerahkan cek dari Ali tersebut ke Bank ABC dan Bank ABC akan
menyerahkan cek tersebut kepada Bank Omega di lembaga kliring. Apabila transaksi melalui
kliring ini tidak mengalami hambatan, pada akhirnya akan terjadi mutasi pembukuan sebagai
berikut:
Simpanan giro Badu akan bertambah pada Bank ABC cabang Jakarta sebesar Rp. 30 juta.
Simpanan giro Ali pada Bank Omega cabang Jakarta akan berkurang sebesar Rp. 30 juta.
Simpanan giro Bank Omega pada Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp. 30 juta
karena penarikan cek nasabahnya.
Simpanan giro Bank ABC pada Bank Indonesia akan bertambah sebesar Rp. 30 juta
karena menerima penyetoran dari Bank Omega.
Bagi Bank ABC cek giro yang di terima dari Badu, nasabahnya, di anggap sebagai
Warkat Debet Keluar, karena Bank ABC akan mendebet rekening giro pada Bank Indonesia
dan mengkredit rekening giro Badu. Sedangkan bagi Bank Omega, setelah menerima tagihan
untuk mencairkan cek dari Bank ABC, warkat yang di terimanya di anggap sebagai Warkat
Debet Masuk, karena Bank Omega akan mendebet rekening Ali dan mengkredit rekening Giro
pada Bank Indonesia.
Transaksi antar Badu dan Ali dapat pula di lakukan dengan perjanjian bahwa Ali
menghendaki agar Bank Omega menyetorkan cek giro untuk keuntungan Badu nasabah Bank
ABC. Dalam hal ini warkat cek yang di serahkan oleh Ali akan di anggap oleh Bank Omega
sebagai Warkat Kredit Keluar, karena akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia
dan mendebet rekening giro Ali. Transaksi ini di sebut dengan perhubungan giro. Sedangkan
bagi Bank ABC yang menerima cek untuk keuntungan rekening giro Badu, akan mengaggap
warkat tersebut sebagai Warkat Kredit Masuk, karena akan mengkredit rekening giro Badu
dan mendebet rekening Bank Indonesia.
Pertemuan kliring
Kliring yang di laksankan tidak melalui Automated Clearing House, pertemuan kliring
biasanya di lakukan sebanyak dua kali. Pertama kali bertemu, Bank-bank yang terlibat dalam
transaksi kliring akan saling menyerahkan warkat. Pada pertemuan kedua, Bank peserta
kliring akan saling mengembalikan warkat apabila terjadi penolakan.
Sabtu :
Peserta yang karena satu atau lain hal tidak dapat ikut serta dalam pertemuan kliring, di
haruskan mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia melalui penyelenggara 10 hari
sebelumnya, untuk kemudian di umumkan kepada semua peserta sekurang-kurangnya 2hari
kerja. Hal ini di kecualikan apabila terjadi force majeur, seperti bencana alam, kebakaran,
pemogokan, sabotase, dan lain sebagainya.
Dalam pertemuan kliring pertama, setiap peserta kliring akan berkumpul di tempat
kliring untuk menyerahkan warkat-warkat kliring kepada bank peserta lainnya. Warkat-warkat
yang di terima dan di serahkan oleh bank-bank peserta kliring, sebagaimana telah di singgung
di atas, dapat di jabarkan sebagai berikut
Warkat Kliring yang di serahkan suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) Debet Keluar
b. Warkat (nota) Kredit Keluar
Warkat Kliring yang di terima suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) Debet Masuk
b. Warkat (nota) Kredit Masuk
Hubungan antara warkat debet keluar dan warkat debet masuk dapat di jabarkan sebagai
berikut :
1. warkat Debet Keluar 2. warkat Debet Keluar
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, atau warkat debet keluar, akan
menikmati penambahan giro pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang menerima
warkatnya sendiri, atau warkat debet masuk, saldo gironya pada Bank Indonesia akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut.
Hibungan antara warkat kredit keluar dan warkat kredit masuk dapat di jabarkan sebagai
berikut :
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, dalam hal ini warkat kredit keluar, akan
menyebabkan pengurangan dalam rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang
menerima warkat tersebut, atau warkat kredit masuk, saldo gironya pada Bank indinesia akan
bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.
Suatu bank akan menang kliring apabila mutasi debet giro pada Bank Indonesia lebih
besar daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank Indonesia
akan bertambah. Suatu bank akan kalah kliring apabila mutasi debet giro lebih kecil daripada
mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank Indonesia akan berkurang.
Bank yang kalah kliring mengakibatkan semakin kecilnya reserve requirement yang harus di
pelihara pada Bank Indonesia.
Rekapitulasi Rekapitulasi
Pengeluaran Pengeluaran
Saldo Bilyet
Kliring
Keluar Masuk
Pembukuan transaksi kliring ini dapat di tampung pada rekening sementara “kliring”
atau dapat langsung ke Rekenung Giro pada Bank Indonesia.
Pada saat terima warkat dari Tn. Ali untuk di setorkan bagi keuntungan rekening giro
Badu di butuhkan sebagai berikut :
D : Kliring ……………………………… Rp. 30.000.000,-
K : Giro – Rekening Tn. Badu …………….. Rp. 30.000.000,-
Setelah di ketahui hasilnya baik, biasanya pada waktu kliring ke dua, akan dinihilkan
rekening kliring.
D : Bank Indonesia – Giro ……………… Rp. 30.000.000,-
K : Kliring ……………………………… Rp. 30.000.000,-
Pada saat menerima warkat nasabahnya sendiri (warkat giro Ali) akan membebenkan
rekening giro Ali dengan jurnal sebagai berikut :
D : Giro Rekening Tn. Ali ………………… Rp. 30.000.000,-
K : Bank Indonesia – Giro ………………… Rp. 30.000.000,-
Bank Omega dapat langsung mengkredit Rekening Giro pada Bank Indonesia karena cek
tersebut adalah cek dari nasabahnya sendiri.
Sifat rekening kliring hamper serupa dengan rekening bersyarat atau tangent account
yang harus di bukuka karena memiliki nilai moneter yang cukup material mengingat transaksi
giral dalam suatu bank cukup besar. Karena sifatnya yang masih sementara sambil menunggu
di terima atau di tolaknya hasil kliring. Maka saldo harian rekening kliring harus nihil pada
akhir hari kliring dimana sudah jelas di perhitungkan hubungan hutang dan piutang.
Apabila Broto, seorang nasabah Bank Omega – cabang Jakarta menyerahkan sebuah
warkat giro senilai Rp. 50 juta kepada bank untuk di serahkan kepada Sutrisno, salah seorang
nasabah bank Lippo cabang Jakarta, oleh kedua bank akan di bukukan sebagai berikut.
Pada saat menerima amanat dan warkat dari Broto, akan di bukukan sebagai berikut.
D : Giro – Rekening Broto …………………… Rp. 50.000.000,-
K : Bank Indonesia – Giro …………………… Rp. 50.000.000,-
Pada saat menerima warkat setoran untuk keuntungan Sutrisno di bukukan sebagai
berikut :
D : Bank Indonesia – Giro ……………………. Rp. 50.000.000,-
K : Giro – Rekening Sutrisno ………………… Rp. 50.000.000,-
Sifat transaksi di sini sudah pasti karena bank yang di beri amanat sudah mengetahui
hasil kliring sebelum kliring di laksanakan, dengan demikian kedua bank yang terlibat
langsung membukukan transaksi diatas kedalam rekening giro pada Bank Indonesia.
Neraca Kliring
Pada akhir hari kliring akan di buatkan neraca kliring sebagai laporan akhir transaksi
kliring. Dari neraca ini akan di ketahui apakah rekening giro pada Bank Indonesia mengalami
kenaikan atau penurunan, yang lazimnya di kenal dengan menang atau kalah kliring.
Apabila penjumlahan debet neraca lebih besar dari penjumalah kredit, berarti bank yang
bersangkutan menang kliring, artinya besarnya hasil penagihan lebih besar dari pada
besarnya kewajiban kepada bank-bank lain. Dengan demikian, untuk menutup transaksi
kliring pada hari yang bersangkutan akan di bukukan semua seldom rekening kliring dan giro
pada Bank Indonesia.
Pada kedua contoh di atas, bagi Bank Omega cabang Jakarta transaksi kliring ini
mengakibatkan saldo giro Bank Omega pada Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar
Rp 80 juta (dari pengkreditan Rp 30 juta ditambah Rp 50 juta). Dengan demikian Bank Omega
cabang Jakarta akan menyelesaikan transaksi tersebut sebagai kalah kliring.
Bagi Bank ABC, transaksi ini di anggap sebagai menang kliring karena saldo rekening
giro pada Bank Indonesia bertambah sebesar Rp 30 juta. Sedangkan untuk Bank Lipo juga
sebagai bank yang menang kliring karena ia hanya akan mendebet rekening giro pada Bank
Indonesia sebesar 50 juta.
Apabila BankOmega membuat neraca kliring ,akan dapat diketahui kekalahan kliring
nya seperti tampak sebagai berikut.
PT. Bank Omega
NERACA KLIRING
Warkat Debet
Masuk ……….. Rp. 30 jt
Warkat Kredit
Keluar ………... Rp. 50 jt
Kalah
Kliring ………….. Rp. 80 jt
Keseimbangan ………… Rp. 80 jt Keseimbangan ……….. Rp. 80 jt
Dilihat dari sudut Bank Indonesia atau sebagai penyelenggara kliring, tidak akan
terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan rekening giro masing-masing bank peserta
kliring. Neraca kliring Bank Indonesia dapat di jabarkan sebagai berikut :
Nama Bank Yang Kalah Kliring Nama Bank Yang Menang Kliring
Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh Bank Indonesia akan di
bukukan sebagai berikut :
D : GIRO – BANK OMEGA …………………… Rp. 80.000.000,-
K : GIRO – BANK ABC ……………………….. Rp. 30.000.000,-
K : GIRO – BANK LIPPO ……………………... Rp. 50.000.000,-
Dengan demikian, pada Bank Indonesia hanya akan terjadi perpindahan dana dari satu
bank yang kalah kliring kepada bank lainnya yang menang kliring. Pada contoh di atas, dan
giro Bnk Omega di Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp 80 juta dan giro Bank ABC
serta Lippo bertambah masing-masing sebesar Rp 30 juta dan Rp 50 juta.
Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh Bank Indonesia akan di pantau saldo
minimum dari reserve requirement. Bila suatu bank reserve requirementnya lebih rendah dari
pada apa yang seharusnya di pelihara, maka kepada bank yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut akan di kenakan dendaoleh Bank Indonesia.