Modul 2 Standar Manajemen Risiko As NZS Dan Coso Juli 2020
Modul 2 Standar Manajemen Risiko As NZS Dan Coso Juli 2020
Modul 2 Standar Manajemen Risiko As NZS Dan Coso Juli 2020
BAB 2
RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO
2
2. Mendorong manajemen bersifat proaktif. Artinya perusahaan sudah mengantisipasi
dan menyiapkan mitigasi bila terjadi risiko.
3. Telah mengidentifikasi dan menangani risiko di perusahaan
4. Memiliki profil risiko perusahaan
5. Patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan norma-norma internasional
6. Pelaporan wajib dan sukarela menjadi tepat waktu
7. Meningkatkan tata kelola perusahaan atau organisasi
8. Meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan
9. Membangun dasar untuk pengambilan keputusan dan perencanaan
10. Meningkatkan pengendalian
11. Efektif dalam mengalokasikan dan menggunakan sumber daya untuk penanganan
risiko
12. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan
13. Meningkatkan Health, Safety and Environmental (HSE) dengan lebih baik
14. Meningkatkan kemampuan mengelola risiko dan pencegahan serta meminimalkan
kerugian perusahaan.
15. Meningkatkan ketahanan perusahaan dan pembelajaran bagi perusahaan.
Secara umum, manajemen risiko mengacu pada arsitektur (prinsip, kerangka kerja dan
proses) dalam mengelola risiko secara efektif. Sedangkan pengelolaan risiko mengacu pada
penerapan arsitektur yang mengandung risiko tertentu saja.
Penerapan manajemen risiko membutuhkan analisis stakeholders dimana stakeholders
yang mempunyai pengaruh dan berdampak kuat yang dapat menimbulkan risiko untuk
perusahaan harus menjadi perhatian utama dari manajemen perusahaan. Dengan memperhatikan
kebutuhan stakeholders dalam penerapan manajemen risiko akan memudahkan dalam
mengidentifikasikan risiko dalam analisis tersebut.
Kebutuhan stakeholders, antara lain:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan manajemen risiko
dalam perusahaan.
2. Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan risiko tersebut telah dikelola secara
efektif dalam perusahaan.
3. Manajemen mengevaluasi efektivitas perusaaan dalam mengelola risiko.
4. Manajemen mengembangkan standar, panduan, prosedur, dan kode praktek yang
secara keseluruhan atau sebagian dalam mengelola risiko
Standar internasional manajemen risiko memberikan prinsip-prinsip dan pedoman umum.
Standar internasional ini dapat digunakan oleh setiap masyarakat, perusahaan atau organisasi
swasta atau komunitas, asosiasi, kelompok atau perorangan sehingga standar ini tidak spesifik
untuk setiap industri atau sektor tertentu. Standar ini dapat diterapkan di seluruh kehidupan suatu
organisasi, dan untuk berbagai kegaiatan, termasuk strategi dan keputusan, operasi, proses,
fungsi, proyek, produk, jasa dan aset. Standar ini dapat diterapkan ntuk setiap jenis risiko, apapun
sifatnya, apakah memiliki dampak positif atau negatif. Meskipun standar internasional ini
memberikan pedoman umum, tidak dimaksudkan untuk keseragaman manajemen risiko di
3
perusahaan. Desain dan implementasi dari rencana manajemen risiko dan kerangka kerja akan
perlu mempertimbangkan berbagai kebutuhan organisasi tertentu, tujuan tertentu, konteks,
struktur, operasi, proses, fungsi, proyek, produk atau aset dan praktik tertentu yang digunakan.
Standar internasional ini dugunakan untuk menyelaraskan proses manajemen risiko dalam
standar yang ada dan standar masa depan. Standar internasional ini tidak dimaksudkan untuk
tujuan sertifikasi karena manajemen risiko tidak dapat dipastikan.
4
8. Standar mempertimbangkan komunikasi dan konsultasi pada awal standar
9. Standar memperhatikan opsi-opsi untuk memperlakukan risiko terpisah terhadap
risiko yang mempunyai hasil positif dengan risiko yang mempunyai hasil negatif.
10. Perlakuan risiko dapat meliputi; menghindari, memodifikasi, berbagi risiko atau
menahan risiko.
11. Standar menjelaskan bagaiamana pembentukan manajemen risiko yang efektif,
melalui:
a. Mengevaluasi praktik yang ada, meyakinkan adanya dukunganmanajemen senior
b. Membentuk wewenang dan tanggung jawab dan meyakinkan kecukupan sumber
daya
Tahapan Kerangka kerja Standar AS/NZS 4360:2004, yaitu
Gambar 2.1
Proses Manajemen Risiko
Menentukan Konteks
Risk Assessment
Komunikasi & Konsultasi
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Perlakuan Risiko
5
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif sangat penting untuk menerapkan
manajemen risiko dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk memahami dasar
pengambilan keputusan dan mengapa tindakan-tindakan tertentu diperlukan.
6
besar, tingkat politis sedang
4 Besar Cidera yang meluas, kerugian finansial besar, tingkat
politis yang besar
5 Luar Biasa Kematian, kerugian finansial sangat besar, kekacauan
politis tingkat tinggi
7
Menentukan Pengendalian yang Ada
Menentukan pengendalian yang ada meliputi; aktivitas-aktivitas identifikasi pengelolaan, sistem
teknik, dan prosedur yang ada untuk mengendalikan risiko dan penaksiran kekuatan dan
kelemahannya. Perangkat yang digunakan dalam menentukan ada tidaknya pengendalian dengan
melakukan review internal-control yang layak digunakan, di samping pendekatan seperti inspeksi
dan teknik Control Self-Assessment (CSA).
Jenis-jenis Analisis
Analisis risiko dapat berupa analisis kualitatif, semi kuantitatif, kuantitatif atau kombinasi di
antaranya, tergantung pada informasi risiko dan data yang tersedia. Tingkat kerumitan dan biaya
dari analisis-analisis tersebut dalam urutan atas menaik adalah kualitatif, semi-kuantitatif dan
kuantitatif. Praktiknya, analisis kualitatif sering digunakan pertama kali untuk mendapatkan
indikasi umum mengenai level risiko. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan analisis kuantitatif
yang lebih spesisifik. Adapun jenis-jenis analisis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan istilah atau skala deskriptif untuk menggambarkan
besaran dampak yang potensial dan probabilitas bahwa dampak akan terjadi. Skala
tersebut dapat diadaptasikan atau disesuaikan dengan keadaan, dan uraian yang berbeda
dapat digunakan untuk risiko yang berbeda.
Analisis kualitatif digunakan:
1) Sebagai suatu aktivitas penyaringan awal untuk mengidentifikasikan risiko-risiko
yang memerlukan analisis yang lebih rinci;
8
2) Ketika level risiko tidak memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih penuh
karena faktor waktu dan sumber daya; atau
3) Ketika data numerik tidak memadai bagi suatu analisis kuantitatif.
b. Analisis Semi-kuantitatif
Dalam analisis semi kuantitatif, skala kualitatif seperti diuraikan di atas diberi nilai
tertentu. Angka yang dialokasikan kepada masing-masing uraian tidak harus
mengandung hubungan yang akurat dengan besaran yang sebenarnya dari dampak dan
probabilitas. Angka-angka dapat dikombinasikan dengan salah satu dari sekian formula
yang disajikan oleh sistem yang digunakan untuk keperluan prioritisasi, dicocokkan
dengan sistem yang dipilih untuk menunjuk angka-angka dan mengkombinasikannya.
Tujuannya untuk memperoleh prioritisasi yang lebih detail daripada yang biasanya
diperoleh dalam analisis kualitatif, tidak untuk memberikan nilai realistis suatu risiko
seperti dihasilkan dalam analisis kuantitatif.
Analisis semi kuantitatif harus digunakan secara cermat, karena angka-angka yang dipilih
dapat merefleksikan hubungan yang tidak wajar, yang dapat menghasilkan outcome yang
tidak konsisten. Analisis semi kuantitatif mungkin tidak mampu membedakan secara
layak risiko-risiko, terutama yang memiliki dampak atau probabilitas yang ekstrim.
Terkadang layak untuk mempertimbangkan bahwa probabilitas terdiri dari dua elemen,
biasanya merujuk kepada probabilitas sebagai frekuensi eksposure dan probabilitas.
Frekuensi eksposure adalah luasnya area dimana sumber risiko terdapat, sementara
probabilitas berarti kesempatan bahwa jika terdapat sumber risiko, dampak akan
mengikuti. Perhatian harus dipusatkan ketika terjadi situasi dimana hubungan antara
kedua elemen tidak seoenuhnya independen, misalnya terdapat hubungan yang kuat
antara frekuensi eksposure dengan probabilitas. Pendekatan ini dapat diaplikasikan dalam
analisis semi kuantitatif dan kuantitatif.
c. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menggunakan nilai angka (daripada menggunakan skala deskriptif
seperti digunakan dalam analisis kualitatif dan semi kuantitatif), baik untuk dampak
maupun probabilitas, dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Kualitas analisis
tergantung pada akurasi dan kelengkapan nilai numerik yang digunakan.
Dampak dapat diestimasi dengan pembuatan model outcome dari suatu atau beberapa
pereistiwa, atau dengan ekstrapolasi hasil kajian eksperimen atau data masa lalu. Dampak
dapat dinyatakan dalam satuan moneter (mata uang), kriteria teknik (satuan pengukuran)
atau manusia (kematian/cedera) atau kriteria lainnya. Dalam beberapa kasus, diperlukan
lebih dari satu nilai numerik untuk menentukan dampak pada waktu, tempat, kelompok
atau situasi yang berbeda.
Probabilitas biasanya dinyatakan sebagai frekuensi atau kombinasi antara eksposure dan
probabilitas. Cara menyatakan probabilitas dan dampak serta cara mengkombinasikan
keduanya untuk menyajikan suatu level risiko, akan berbeda sesuai dengan jenis risiko
dan konteks di mana level risiko tersebut digunakan. Apabila beberapa estimasi yang
9
dibuat dalam analisis kuantitatif tidak tepat, maka analisis sensitivitas harus dilakukan
untuk menguji pengaruh perubahan dalam asumsi dan data.
10
b. Mengurangi probabilitas
Opsi mengurangi probabilitas dapat dilakukan dengan;
1. Audit dan program peningkatan ketaatan
2. Persyaratan kontrak yang komprehensif
3. Penelaahan formal terhadap persyaratan, spesifikasi, rancanagan, rekayasa dan operasi
4. Inspeksi dan pengendalian proses
5. Manajemen investasi dan portofolio
6. Manajemen proyek
7. Perawatan yang bersifat preventif
8. Jaminan kualitas, manajemen dan standar
9. Penelitian dan pengembangan, pengembangan teknologi
10. Pelatihan terstruktur
11. Supervisi
12. Pengujian
13. Penyelarasan organisasi dan pengendalian secara teknik
c. Mengurangi Dampak
Opsi mengurangi dampak dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
1. Penyelarasan kontrak
2. Persyaratan kontrak yang komprehensif
3. Bentuk rancangan (design features)
4. Rencana pemulihan akibat bencama
5. Rintangan rekayasa dan struktural (engineering and structural barriers)
6. Perencanaan pengendalian kecurangan
7. Meminimalkan eksposure terhadap sumber risiko
8. Perencanaan portofolio
9. Kebijakan dan pengendalian penentuan harga
10. Pemisahan atau relokasi suatu aktivitas atau sumber daya
11. Hubungan masyarakat
d. Memindahkan risiko
Perlakuan ini melibatkan pihak lain untuk menanggung atau membagi beberapa bagian risiko.
Mekanismenya meliputi penggunaan kontrak, penutupan asuransi dan struktur organisasi seperti
kemitraan dan usaha patungan. Memindahkan risiko kepada pihak lain, atau memindahkan risiko
fisik ke tempat lain, akan mengurangi risiko bagi organisasi asal, tetapi mungkin tidak
menurunkan keseluruhan level risiko bagi masyarakat. Ketika risiko dipindahkan seluruhnya atau
sebagian, organisasi atau perusahaan yang memindahkan risiko memdapatkan risiko baru, jika
organisasi atau perusahaan tersebut tidak mengelola risiko secara efektif.
11
e. Menahan risiko
Setelah risiko dikurangi atau dipindahkan, mungkin masih terdapat risiko residual yang tertahan.
Rencana harus disusun untuk mengelola da,pak dari risiko semacam ini jika terjadi, teramasuk
pengidentifikasian cara membiayai risiko. Risiko dapat juga tertahan karena kelalaian, misalnya
terjadi kegagalan dalam mengidentifikasi dan atau memindahkan secara layak atau perlakuan
risiko lainnya.
12
Opsi perlakuan risiko harus mempertimbangkan bagaimana risiko dirasakan oleh pihak-pihak
yang terpengaruh, dan cara yang paling layak dilakukan adalah berkomunikasi dengan pihak-
pihak tersebut.
Memantau
Sangat penting untuk memantau risiko, efektivitas rencana perlakuan risiko, strategi dan sistem
manajemen yang disusun untuk mengendalikan pengimplementasian. Risiko dan efektivitas
tindakan pengendalian perli dipantau untuk meyakinkan bahwa perubahan kondisi tidak
mengubah prioritas risiko, karena sedikit sekali risiko yang bersifat statis. Pemantauan terus-
menerus sangat penting untuk meyakinkan bahwa rencana manajemen tetap relevan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi probabilitas dan dampak suatu outcome mungkin berubah,
sama seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian dan biaya berbagai opsi perlakuan.
Oleh karena itu perlu secara reguler dilakukan pengulangan siklus manajemen risiko. Penelaahan
merupakan bagian integral rencana perlakuan manajemen risiko.
13
Framework tahun 2004 sebagai pengembangan COSO framework. Ada 8 komponen dalam
Enterprise Risk Management, yaitu:
1. Internal Environment
2. Objective Setting
3. Event Identification
4. Risk Assessment
5. Risk Response
6. Control Activities
7. Information and Communication
8. Monitoring
Tujuan perusahaan dapat dilihat dari empat kategori, yaitu:
1. Strategis
2. Operasi
3. Pelaporan
4. Kepatuhan
Sedangkan tingkatan dalam organisasi menurut COSO adalah:
1. Enterprise-level
2. Divisi
3. Subsidiary
4. Unit bisnis
Gambar 2.2
COSO
1. Dokumen standar terdiri dari 2 buku, yaitu: Executive Summary Framework (125 halaman)
dan Application Techniques (105 halaman)
14
2. Standar memuat proses manajemen risiko dengan penekanan lebih pada risiko bisnis,
penciptaan nilai dan pengendalian internal
15
Perusahaan yang telah menerapkan standar manajemen risiko AS/NZS 4360: 2004,
memiliki kemiripan antara proses manajemen risiko yang diperkenalkan ISO 31000:2009 dengan
proses manajemen risiko menurut AS/NZS 4360: 2004. Memang demikian karena ISO
mengadopsi proses manajemen risiko AS/NZS 4360: 2004 untuk mendukung kerangka kerja
yang dikembangkannya. ISO 31000 merupakan suatu standar penerapan manajemen risiko yang
komprehensif diterbitkan oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun
2009. ISO 31000: 2009 merupakan standar yang mengadopsi juga dan meng-update dari Standar
Manajemen Risiko COSO: 2004.
ISO 31000 merupakan standar yang ditujukan untuk dapat diterapkan dan disesuaikan
untuk semua jenis perusahaan dengan memberikan pedoman yang berlaku generik terhadap
semua operasi perusahaan berbagai industri yang terkait dengan penerapan manajemen risiko,
sifatnya generik untuk implementasi manajemen risiko di semua bidang.
Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko berbasi ISO 31000:2009 perlu memperhatikan
tiga aspek penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, penerapan manajemen risiko harus disertai komitmen yang tinggi dari Dewan Direksi
perusahaan dan Komisaris
Kedua, manajemen risiko harus diintegrasikan ke dalam seluruh proses bisnis dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari tanggung jawab risk owner dan manajemen risiko harus
merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan manajemen.
Ketiga, perencanaan manajemen risiko harus dimonitoring dan dikendalikan agar penerapan
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif. Penerapan manajemen risiko harus dikaitkan
dengan Key Performance Indicator (KPI) dari pemilik risiko (risk owner).
4. Dapat diaplikasikan untuk perusahaan dari semua industri baik perusahaan besar ataupun
perusahaan kecil
16
tersedia dam fleksibel. Menurt ISO 31000, risiko adalah efek ketidakpastian pada tujuan, dan
efek adalah penyimpangan positf atau negatif dari apa yang diharapkan. Jadi, risiko adalah
kemungkinan bahwa akan ada deviasi positif atau negatif daro tujuan yang telah ditetapkan,
sedangkan manajemen risiko adalah aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan sebuah organisasi dalam menangani risiko.
17