41121110028-Muhammad Fadil
41121110028-Muhammad Fadil
41121110028-Muhammad Fadil
Disusun oleh:
Muhamamd Fadil – 41121110028
Dosen Pengampu:
Sekar Mentari, ST, MT
DAFTAR ISI
2
BAB I................................................................................................................................3
1.1. Data Struktur...................................................................................................3
1.2. Sistem Struktur................................................................................................3
1.3. Acuan................................................................................................................3
1.4. Spesifikasi Material..........................................................................................4
1.6. Kombinasi Pembebanan..................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
2.1. Layout Bangunan.............................................................................................7
2.2. Properti Material..............................................................................................8
2.3. Perencanaan Awal Dimensi Struktur.............................................................8
2.4. Dimensi Komponen........................................................................................16
2.5. Pembebanan Struktur....................................................................................16
2.6. Permodelan Struktur.....................................................................................26
3
BAB I
DATA UMUM STRUKTUR
1.1. Data Struktur
1.1.1. Fungsi Bangunan : Klinik
1.1.2. Sistem Struktur : Beton Bertulang
1.1.3. Jumlah Lantai :4
1.1.4. Elevasi Tiap Lantai : a. Tingkat 1 = 4,5 m
b. Tingkat lainnya = 3,7 m
1.2. Sistem Struktur
Sistem struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan berbagai
elemen struktur secara tiga dimensi, yang cukup rumit. Fungsi utama dari
sistem struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang
bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui fondasi.
Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari beban vertikal, horizontal,
perbedaan temperatur, getaran dan sebagainya. Sistem struktur dalam proses
perancangannya selalu menghadapi beberapa kendala, diantaranya:
persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal, metode konstruksi
dan aspek ekonomi. Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan
bahan beton bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen
(subsistem) yang dapat dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk
menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral.
1.3. Acuan
Beberapa acuan/peraturan yang digunakan pada perencanaan struktur ini
antara lain:
SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung
SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
4
BAB II
PERENCANAAN & PEMODELAN STRUKTUR
1.
2.
2.1. Layout Bangunan
Pada perencanaan struktur kali ini, bangunan yang didesain adalah berupa
Klinik yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Layout bangunan yang
didesain adalah sebagai berikut:
2 3
1 2 2 1
1 4 5 1
1 3 2 3 3 1
4 4
190
240
2.3.2. Balok
Pada perhitungan ini, bentang yang digunakan adalah bentang dengan
dimensi terbesar, yaitu 6,5 m.
(0,263−0,25)
→ Fa = 1,6 + × (1,4 – 1,6) → 1,59
(0,5−0,25)
Koefisien situs untuk untuk perioda 1 detik (Fv):
Tabel Koefisien Situs, Fv
(0,234−0,2)
→ Cu = 1,5 + × (1,4 – 1,5)
(0,3−0,2)
= 1,47 (Berdasarkan Tabel Koefisien untuk Batas Atas pada
Perioda yang Dihitung di bawah)
→ Ct = 0,00466 (Berdasarkan Tabel Nilai Parameter Perioda
Pendekatan Ct dan x di bawah)
→x = 0,9 (Berdasarkan Tabel Nilai Parameter Perioda
Pendekatan Ct dan x di bawah)
Tabel Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung
= 30% × 1,23
= 0,37
30
BAB III
HASIL DAN ANALISA
3.
3.1. Karakteristik Dinamik Struktur
Karakteristik yang ditinjau meliputi periode getar fundamental, pola getar dan
partisipasi massa pola ragam getar fundamental yang didapat dari analisis 3
dimensi ETABS, yaitu ada di bawah berikut ini.
Periode fundamental (Ta) yang digunakan memiliki nilai batas minimum dan
batas maksimum, yaitu:
a. Untuk Arah X
Ta = Ct × hnx
= 0,0466 × 15,20,9 → 0,539
Tmaks = Cu × T a
= 1,47 × 0,539 → 0,791
TETABS = 1,014
b. Untuk Arah Y
Ta = Ct × hnx
= 0,0488 × 15,20,75 → 0,376
Tmaks = Cu × T a
= 1,47 × 0,376 → 0,552
TETABS = 0,924
Maka, periode fundamental yang digunakan yaitu untuk arah x maupun
arah y adalah:
Tx = 0,791
Ty = 0,552
Berikut adalah pola ragam getar yang terjadi pada pemodelan struktur untuk
mode pertama, kedua, dan ketiga beserta gambarnya:
31
Dapat dilihat, pada pola ragam getar ke-4, jumlah partisipasi massa dalam
arah x sebesar 96,12%, pada pola ragam getar ke-5 arah y sebesar 96,54%
dan rotasi z sebesar 96,56% pada pola ragam getar ke-6. Dimana nilai
ketiganya telah melebihi nilai minimum yaitu 90%.
33
Di mana:
δmax = adalah perpindahan maksimum di tingkat x (mm) yang dihitung
dengan mengasumsikan Ax = 1 (mm)
δavg = adalah rata-rata perpindahan di titik-titik terjauh struktur di
tingkat
x yang dihitung dengan mengasumsikan Ax = 1 (mm)
Faktor pembesaran torsi (Ax) tidak diisyaratkan melebihi 3,0.
Dalam pemeriksaan ketidakberaturan, diketahui dua tipe peryaratan, antara
lain:
- Tipe 1.a, apabila rasio Δmax dan Δavg < 1,2
- Tipe 1.b, apabila rasio Δmax dan Δavg < 1,4
a. Pengecekan pada arah-x
TABLE: Story Max Ove r Avg Drifts
Story Output Case Case Type Step Type Step Numbe r Direction Max Drift Avg Drift Ratio
Story4 ELF-X LinStatic Step By Step 2 X 3,922 3,63 1,081
Story3 ELF-X LinStatic Step By Step 2 X 5,813 5,362 1,084
Story2 ELF-X LinStatic Step By Step 2 X 6,516 6,002 1,086
Story1 ELF-X LinStatic Step By Step 2 X 6,127 5,63 1,088
Nilai Δmax dan Δavg diambil dari tabel “Story Max Over Avg Drifts” dengan
output case ELF-X, step number 2, dan direction X.
Δmax/Δa
Δmax Δavg Tipe 1.a Tipe 1.b Ax
vg
0,003922 0,00363 1,080441 OK OK 0,810661
0,005813 0,005362 1,08411 OK OK 0,816177
0,006516 0,006002 1,085638 OK OK 0,818479
0,006127 0,00563 1,088277 OK OK 0,822463
34
Pada tabel di atas, didapatkan bahwa rasio Δmax dan Δavg masih lebih
kecil dari 1,2 maupun 1,4, sehingga ketidakberaturan torsi tidak
ditemukan.
35
Nilai Δmax dan Δavg diambil dari tabel “Story Max Over Avg Drifts” dengan
output case ELF-Y, step number 2, dan direction Y.
Δmax/Δa
Δmax Δavg Tipe 1.a Tipe 1.b Ay
vg
0,002903 0,002698 1,075982 OK OK 0,803985
0,004523 0,004204 1,07588 OK OK 0,803832
0,005218 0,004851 1,075655 OK OK 0,803495
0,005229 0,004874 1,072835 OK OK 0,799289
Pada tabel di atas, didapatkan bahwa rasio Δmax dan Δavg masih lebih
kecil dari 1,2 maupun 1,4, sehingga ketidakberaturan torsi tidak
ditemukan.
3.3. Pengecekan gaya geser dasar struktur
Dari pemodelan struktur yang telah dilakukan didapatkan nilai gaya geser
dasar hasil analisis dinamik dengan menggunakan program ETABS kemudian
nilai gaya geser dasar ini dibandingkan dengan nilai gaya geser dasar hasil
analisis statik ekuivalen.
Dalam pada SNI 1726-2012 disyaratkan bahwa gaya geser dasar dari hasil
analisa dinamik harus mempunyai nilai minimal 85% dari gaya geser dasar
analisa statik ekivalen (pasal 7.9.4.1).
Vdinamik > 0,85 Vstatik
Gaya geser static pada ETABS di rangkum pada tabel di bawah ini:
TABLE: Story Forces
Story Output Case Case Type Step Type Step Numbe r Location P VX VY
Story4 Earthquake LinStatic Bottom 0 -96,052 -96,051
Story3 Earthquake LinStatic Bottom 0 -214,692 -214,692
Story2 Earthquake LinStatic Bottom 0 -297,844 -297,843
Story1 Earthquake LinStatic Bottom 0 -351,548 -351,546
Vstatik-x = 351,548 kN
Vstatik-y = 351,546 kN
Gaya geser dinamik pada ETABS di rangkum pada tabel di bawah ini:
36
Vdinamik-x = 199,978 kN
Vdinamik-y = 199,978 kN
Geser Gaya Geser Gaya Geser Statik 85% Gaya Geser
Keterangan
Dasar Dinamik (kN) (kN) Statik (kN)
X 199,978 351,547 298,815 TIDAK OK
Y 199,978 351,547 298,815 TIDAK OK
Dari tabel di atas, dijelaskan bahwa Gaya Geser Dinamik yang didapatkan
pada ETABS sebesar 199,978 kN. Nilai tersebut masih lebih kecil dari 85%
Gaya Geser Statik (298,815 kN), sehingga harus dilakukan perubahan pada
factor scale pada ETABS.
Factor Scale = 298,815 kN / 199,978 kN
= 1,494 → 1,5
TABLE: Story Forces
Story Output Case Case Type Step Type Step Numbe r Location P VX VY
Story4 ELF-X LinStatic Step By Step 2 Bottom 0 -113,9935 0
Story3 ELF-X LinStatic Step By Step 2 Bottom 0 -204,801 0
Story2 ELF-X LinStatic Step By Step 2 Bottom 0 -266,0985 0
Story1 ELF-X LinStatic Step By Step 2 Bottom 0 -299,9669 0
Grafik di atas merupakan gaya static dari tiap story/lantai, baik dari arah-x
maupun arah-y.
3.4. Kontrol simpangan antar lantai
Penentuan simpangan antar tingkat desain (Δ) harus dihitung sebagai
perbedaan simpangan pada pusat massa di atas dan di bawah tingkat yang
ditinjau. Apabila pusat massa tidak segaris dalam arah vertikal, diizinkan
untuk menghitung simpangan di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal
dari pusat massa tingkat di atasnya. Jika desain tegangan izin digunakan, Δ
38
Untuk mendapatkan nilai δye, digunakan tabel “Story Max Over Avg
Displacements” pada ETABS dengan output case ELF-Y, step number 2, dan
direction Y.
TABLE: Story Max Over Avg Displacements
Story Output Case Case Type Step Type Step Number Dire ction Maximum Average Ratio
Story4 ELF-Y LinStatic Step By Step 2 Y 17,832 16,628 1,072
Story3 ELF-Y LinStatic Step By Step 2 Y 14,938 13,929 1,072
Story2 ELF-Y LinStatic Step By Step 2 Y 10,43 9,726 1,072
Story1 ELF-Y LinStatic Step By Step 2 Y 5,229 4,874 1,073
f. Design Drift
Drift arah-x dan arah-y dirangkum pada grafik di bawah ini:
42
BAB IV
PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR
Untuk perhitungan tulangan elemen struktur, digunakan output yang dikeluarkan
oleh program ETABS.
4.
4.1. Perhitungan Penulangan Pelat
1 2 2 1
1 3 3 1
4 4
43
1 2 2 1
1 3 3 1
4 4
Maka pada perencanaan pelat atap ini, selimut beton yang digunakan
adalah 40 mm.
1
dx = tebal pelat – selimut beton - × d tulangan
2
1
= 170 – 40 - × 10 → 125 mm
2
1
dy = tebal pelat – selimut beton - d tulangan - × d tulangan
2
1
= 170 – 40 – 10 - × 10 → 115 mm
2
1,4
ρ min =
fy
1,4
= → 0,0033
420
45
As× fy
A =
0,85× fc ' × b
349,45× 420
= → 4,94 mm
0,85× 35 ×1000
Maka, As aktual dapat ditentukan sebagai berikut,
Mn
As =
( a2 )
fy . d−
6
16,52×10
=
420 × 125−( 2 )
4,933 → 320,9 mm2
As
ρ =
b.d
320,9
= 1000× 125 → 0,00258
Maka pada perencanaan pelat atap ini, selimut beton yang digunakan
adalah 40 mm.
1
dx = tebal pelat – selimut beton - × d tulangan
2
1
= 170 – 40 - × 10 → 125 mm
2
1
dy = tebal pelat – selimut beton - d tulangan - × d tulangan
2
1
= 170 – 40 – 10 - × 10 → 115 mm
2
48
1,4
ρ min =
fy
1,4
= → 0,0033
420
Mutu beton (fc’) yang digunakan pada perencanaan ini adalah 35
MPa. Maka sesuai SNI 2847:2019 Pasal 22.2.2.4.3, nilai β1
digunakan adalah:
'
0,05 ×( f c −28)
β1 = 0,85−
7
0,05 ×(35−28)
= 0,85−
7
= 0,8
0,85× fc ' × β 1 600
ρ bal = ×
fy 600+fy
0,85× 35 ×0,8 600
= × → 0,033
420 600+420
ρ max = 0,75 × ρ bal
= 0,75 × 0,033 → 0,025
b. Perhitungan momen pada pelat
Nilai momen pada pelat dapat diambil berdasarkan perhitungan pada
ETABS. Nilai tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Ly Lx Mmax
Nama Pelat
(m) (m) (kN.m)
Pelat 1 6,5 1,2 7,652
6,5
c. Perhitungan penulangan pelat 1,2 8,125
Penulangan Lentur
Contoh perhitungan pada pelat 2.
Mn = Momen Ultimit / Faktor Reduksi (θ)
= 7,652 kN.m / 0,8 → 9,57 kN.m
Mn
As =
fy .0,9 . d
6
9,57 ×10 N . mm
= → 202,54 mm2
420 ×0,9 × 125
49
As× fy
A =
0,85× fc ' × b
202,54 × 420
= → 2.86 mm
0,85× 35 ×1000
Maka, As aktual dapat ditentukan sebagai berikut,
Mn
As =
( a2 )
fy . d−
6
9,57 × 10
=
(
420 × 125−
2 )
2.86 → 185,96 mm2
As
ρ =
b.d
185,96
= 1000× 125 → 0,00149
ρ = (0,0018 ×420)/fy
= (0,0018 ×420)/420 → 0,0018
As =ρ×b×d
= 0,0018 × 1000 × 125 → 225 mm2
Dengan menggunakan tulangan diameter 10 mm, jarak antar
tulangan adalah:
Ab = π × r2
= π × 52 → 78,54 mm2
s = 1000 × Ab/As
= 1000 × 78,54/180 → 349,206 mm
Maka tulangan susut menggunakan D10 – 200
d. Rekap perhitungan pelat atap dua arah
Tulangan Lentur
Mn As Awal a As aktual p Ab Jarak Dipakai
Nama Pelat p Keterangan
(KNm) (mm2) (mm) (mm2) dipakai (mm2) (mm) (mm)
Pelat 1 9.57 202.5397 2.859384 185.96 0.001488 0.0033 416.67 188.6 150 Dua Lapis
Tulangan Susut
As aktual Ab s1 s2 s3 Dipakai
Nama Pelat ρ 2 2
(mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm) (mm)
Pelat 1 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Pelat 2 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
4.1.2. Perhitungan Pelat Lantai
51
1 2 2 1
1 3 3 1
4 4
475,39× 420
= → 6,71 mm
0,85× 35 ×1000
Maka, As aktual dapat ditentukan sebagai berikut,
Mn
As =
( a2 )
fy . d−
6
22,46 ×10
=
420 × 145−
2(
6,71 → 439.66 mm2
)
As
ρ =
b.d
439.66
= 1000× 145 → 0,0035
1,4
ρ min =
fy
1,4
= → 0,0033
420
Mutu beton (fc’) yang digunakan pada perencanaan ini adalah 35
MPa. Maka sesuai SNI 2847:2019 Pasal 22.2.2.4.3, nilai β1
digunakan adalah:
'
0,05 ×( f c −28)
β1 = 0,85−
7
0,05 ×(35−28)
= 0,85−
7
= 0,8
0,85× fc ' × β 1 600
ρ bal = ×
fy 600+fy
0,85× 35 ×0,8 600
= × → 0,033
420 600+420
ρ max = 0,75 × ρ bal
= 0,75 × 0,033 → 0,025
b. Perhitungan momen pada pelat
Nilai momen pada pelat dapat diambil berdasarkan perhitungan pada
ETABS. Nilai tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Ly Lx Mmax
Tingkat Nama Pelat
(m) (m) (kN.m)
Pelat 1 6,5 1,2 10,577
Lantai 4
Pelat 2 6,5 1,2 10,103
Pelat 1 6,5 1,2 12,086
Lantai 3
Pelat 2 6,5 1,2 11,23
Pelat 1 6,5 1,2 12,333
Lantai 2
Pelat 2 6,5 1,2 11,386
c. Perhitungan penulangan pelat
Penulangan Lentur
Contoh perhitungan pada pelat 1 lantai 2.
Mn = Momen Ultimit / Faktor Reduksi (θ)
= 12,333 kN.m / 0,8 → 15,416 kN.m
57
Mn
As =
fy .0,9 . d
12,333× 106 N . mm
= → 281,267 mm2
420 ×0,9 ×145
As× fy
A =
0,85× fc ' × b
281,267 × 420
= → 3,971 mm
0,85× 35 ×1000
Maka, As aktual dapat ditentukan sebagai berikut,
Mn
As =
( a2 )
fy . d−
15,416 ×10 6
=
(
420 × 145−
2 )
3,971 → 256,655 mm2
As
ρ =
b.d
256,655
= 1000× 145 → 0,00177
ρ = (0,0018 ×420)/fy
= (0,0018 ×420)/420 → 0,0018
As =ρ×b×d
= 0,0018 × 1000 × 125 → 225 mm2
Dengan menggunakan tulangan diameter 10 mm, jarak antar
tulangan adalah:
Ab = π × r2
= π × 52 → 78,54 mm2
s = 1000 × Ab/As
= 1000 × 78,54/180 → 349,206 mm
Maka tulangan susut menggunakan D10 – 200
d. Rekap perhitungan pelat atap dua arah
Tulangan Lentur
Mn As awal a As aktual ρ As Ab Jarak Dipakai
Tingkat Nama Pelat 2 2 ρ 2
(kN.m) (mm ) (mm) (mm ) dipakai dipakai (mm ) (mm) (mm)
Pelat 1 13,221 241,22 3,405 219,677 0,00152 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Lantai 4
Pelat 2 12,629 230,41 3,253 209,721 0,00145 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Pelat 1 15,108 275,634 3,891 251,445 0,00173 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Lantai 3
Pelat 2 14,038 256,112 3,616 233,411 0,00161 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Pelat 1 15,416 281,267 3,971 256,655 0,00177 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Lantai 2
Pelat 2 14,233 259,67 3,666 236,695 0,00163 0,00333 483,333 78,571 162,562 150
Tulangan Susut
59
As aktual Ab s1 s2 s3 Dipakai
Tingkat Nama Pelat ρ 2 2
(mm ) (mm ) (mm) (mm) (mm) (mm)
Pelat 1 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Lantai 4
Pelat 2 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Pelat 1 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Lantai 3
Pelat 2 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Pelat 1 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Lantai 2
Pelat 2 0,0018 225 78,571 349,206 850 450 200
Nilai luas tulangan yang digunakan dirangkum pada tabel di bawah ini:
Lapangan Tumpuan
Lantai Atap 2 2
(mm ) (mm )
Tulangan Atas 438 438
Tulangan Bawah 474 438
b. Jumlah tulangan
Dimensi tulangan yang digunakan diameter 16 mm.
2
d
Ab =π×
4
132
=π× → 132,786 mm2
4
Untuk tulangan atas daerah lapangan:
61
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan bawah daerah lapangan:
As
Jumlah Tul =
Ab
474
= → 3,57 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan atas daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan bawah daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Jarak antar tulangan:
S =
lebar balok−( 2× selimut beton )−( 2 ×tul . sengkang ) −( jmltul × d tul)
Jumlah Tulangan−1
300 mm−( 2 × 40 )−( 2 ×10 ) −( 4 ×13)
S =
4−1
S = 49,33 mm ≥ 25 mm (Jarak min tulangan sesuai SNI 2847:2013
Pasal 7.6.)
Karena jarak tulangan > 25 mm, maka tulangan dibuat 1 baris
c. Rekap penulangan balok atap
62
Tulangan Sengkang
Nilai luas tulangan yang digunakan dirangkum pada tabel di bawah ini:
Lapangan Tumpuan
Lantai 4 2 2
(mm ) (mm )
Tulangan Atas 438 565
Tulangan Bawah 582 438
b. Jumlah tulangan
Dimensi tulangan yang digunakan diameter 16 mm.
2
d
Ab =π×
4
132
=π× → 132,786 mm2
4
Untuk tulangan atas daerah lapangan:
65
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan bawah daerah lapangan:
As
Jumlah Tul =
Ab
582
= → 4,38 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan atas daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
565
= → 4,25 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan bawah daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Jarak antar tulangan:
S =
lebar balok−( 2× selimut beton )−( 2 ×tul . sengkang ) −( jmltul × d tul)
Jumlah Tulangan−1
300 mm−( 2 × 40 )−( 2 ×10 ) −(5 ×13)
S =
5−1
S = 33,75 mm ≥ 25 mm (Jarak min tulangan sesuai SNI 2847:2013
Pasal 7.6.)
Karena jarak tulangan > 25 mm, maka tulangan dibuat 1 baris
c. Rekap penulangan balok lantai 4
66
Tulangan Sengkang
Nilai luas tulangan yang digunakan dirangkum pada tabel di bawah ini:
Lapangan Tumpuan
Lantai 3 2 2
(mm ) (mm )
Tulangan Atas 438 631
Tulangan Bawah 580 438
b. Jumlah tulangan
Dimensi tulangan yang digunakan diameter 16 mm.
d2
Ab =π×
4
2
13
=π× → 132,786 mm2
4
Untuk tulangan atas daerah lapangan:
69
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan bawah daerah lapangan:
As
Jumlah Tul =
Ab
580
= → 4,37 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan atas daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
631
= → 4,75 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan bawah daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Jarak antar tulangan:
S =
lebar balok−( 2× selimut beton )−( 2 ×tul . sengkang ) −( jmltul × d tul)
Jumlah Tulangan−1
300 mm−( 2 × 40 )−( 2 ×10 ) −(5 ×13)
S =
5−1
S = 33,75 mm ≥ 25 mm (Jarak min tulangan sesuai SNI 2847:2013
Pasal 7.6.)
Karena jarak tulangan > 25 mm, maka tulangan dibuat 1 baris
c. Rekap penulangan balok lantai 3
70
Tulangan Sengkang
Nilai luas tulangan yang digunakan dirangkum pada tabel di bawah ini:
Lapangan Tumpuan
Lantai 2 2 2
(mm ) (mm )
Tulangan Atas 438 626
Tulangan Bawah 581 438
b. Jumlah tulangan
Dimensi tulangan yang digunakan diameter 16 mm.
d2
Ab =π×
4
2
13
=π× → 132,786 mm2
4
Untuk tulangan atas daerah lapangan:
73
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Untuk tulangan bawah daerah lapangan:
As
Jumlah Tul =
Ab
581
= → 4,37 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan atas daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
626
= → 4,71 ≈ 5 Tulangan
132,786
Digunakan 5D13
Untuk tulangan bawah daerah tumpuan:
As
Jumlah Tul =
Ab
438
= → 3,29 ≈ 4 Tulangan
132,786
Digunakan 4D13
Jarak antar tulangan:
S =
lebar balok−( 2× selimut beton )−( 2 ×tul . sengkang ) −( jmltul × d tul)
Jumlah Tulangan−1
300 mm−( 2 × 40 )−( 2 ×10 ) −(5 ×13)
S =
5−1
S = 33,75 mm ≥ 25 mm (Jarak min tulangan sesuai SNI 2847:2013
Pasal 7.6.)
Karena jarak tulangan > 25 mm, maka tulangan dibuat 1 baris
c. Rekap penulangan balok lantai 3
74
Tulangan Sengkang
As/Ag = 1%-8%
77
As 2321,4
= =1 , 4 % (Masuk kedalam1−8 %)
Ag 400 x 400
d2 2
Ab = π × = π × 16 = 200.96 mm2
4 4
Untuk tulangan utama:
As 2321,4
Jumlah Tul = = =11,55 ≈ 12 Buah
Ab 200.96
DIGUNAKAN 12 D16
Tulangan Geser
Gaya Geser yang digunakan: 921 kN
4
Vnxfy 921 x 10 x 420
As geser = = =734,4 mm 2
0.85 x f c x Ag 0.85 x 30 x 400 x 400
'
BAB V
GAMBAR DETAIL STRUKTUR
79