Skripsi ELSILA
Skripsi ELSILA
Skripsi ELSILA
SKRIPSI
Oleh
NIM : 112019030638
PEMBIMBING :
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes
2. Sri Karyati, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
i
EFEKTIVITAS PEMBERIAN SERBUK BAWANG
PUTIH TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI DESA GADING KECAMATAN PURWODADI
KABUPATEN GROBOGAN
JAWA TENGAH
SKRIPSI
Oleh
NIM : 112019030638
PEMBIMBING :
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes
2. Sri Karyati, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui
UniversItas Muhammadiyah Kudus
Rektor
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
UniversItas Muhammadiyah Kudus
Rektor
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
D. Ruang Lingkup.....................................................................................4
E. Manfaat Penelitian................................................................................5
F. Keaslian Penelitian...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Variabel Penelitian...............................................................................7
1. Pengertian hipertensi.......................................................................7
a. Klasifikasi Hipertensi ..................................................................7
b. Klasifikasi Hipertensi ..................................................................7
c. Etiologi .......................................................................................9
d. Manifestasi Klinis ........................................................................9
e. Patofisiologi ................................................................................10
f. Pengobatan Hipertensi................................................................11
g. Penatalaksanaan Hipertensi .......................................................12
h. Komplikasi Hipertensi .................................................................19
i. Pemeriksaan Penunjang ............................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian...............................................................................26
B. Hipotesis Penelitian..............................................................................26
C. Kerangka Konsep Penelitian................................................................27
D. Rencana Penelitian..............................................................................27
E. Jadwal Penelitian.................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
Jurusan S1 Keperawatan
Abstrak
ix
Nursing S1 Department
Holy Muhammadiyah University
thesis, October 2021
Elsila Winurya Tisani
Introduction : The elderly are at high risk for degenerative diseases such as
coronary heart disease (CHD), hypertension, diabetes mellitus, rheumatism, and
cancer. In Indonesia, according to surveys conducted on the community so far,
the numbers have been collected, the prevalence of hypertension ranges from 6-
15% of the entire population in Indonesia (Santosa, 2014 General management
of hypertension is pharmacological and non-pharmacological. Non-
pharmacological treatment is in great demand by many people). community
because it is very easy to practice and does not cost too much.Non-
pharmacological treatment also does not have dangerous side effects unlike
pharmacological treatment, so people prefer non-pharmacological. Many plants
can be used for herbal therapy in the treatment of hypertension, Among them are
garlic, celery, rosella flowers, starfruit, cucumber and avocado leaves. Objective:
To find out "The Effectiveness of Giving Garlic Powder to Blood Pressure in the
Elderly in Gading Village, Purwodadi District, Grobogan Regency, Central Java.
Design: This type of research is a Q method. uasi Experiment (quasi-
experimental) and approach to data collection time in a cross sectional. This
research design uses Non Equivalent Control Group Design. Results: (1) there is
an effect of giving garlic powder on blood pressure and (2) there is a different
effect on the intervention group with the control group with a p value of 0.001.
keywords: Hypertension, blood pressure, garlic
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-
penyakit degeneratif seperti penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi,
diabetes mellitus, rematik, dan kanker. Salah satu penyakit yang sering
dialami oleh lansia adalah hipertensi.Hipertensi sering disebut sebagai
pembunuh terselubung.Hepertensi tidak memberikan gejala kepada
penderita.Namun bukan berarti hal ini tidak berbahaya.Pada umumnya
semua gangguan medis yang timbul biasanya diikuti dengan tanda dan
gejalanya.Namun hal ini tidak berlaku pada hipertensi. Hipertensi
cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Fakta yang ada
menunjukkan hipertensi lebih banyak menyerang pada: orang usia
dewasa, muda dan awal paruh baya. Perbandingan hipertansi lebih
banyak menyerang laki-laki dari pada perempuan (Santoso, 2010).
Di Indonesia sesuai survey yang dilakukan pada masyarakat
selama ini yang telah dikumpulkan angka-angkanya, prevelensi hipertensi
berkisar 6-15% dari seluruh penduduk di Indonesia (Santosa, 2014).
WHO mrnyatakan bahwa di seluruh dunia sekitar 972 juta orang
atau 26,4 % orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemunginan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972
pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016).
Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
3 tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥75 tahun
(Infodatin Kemenkes RI, 2016). Penelitian epidemiologi tahun 2016
didapatkan bahwa meningkatnya umur dan tekanan darah meningggi,
hipertensi menjadu masalah bagi lanjut usia karena sering ditemukan dan
menjadi factor utama payah jantung dan penyakit jantung coroner. Lebih
dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit
jantung dan serebrovaskuler (Nugroho, 2017).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2016, menunjukkan sekiar 972
juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan
perbandingan 50,54% pria dan 49,49% wanita. Jumlah ini cenderung
1
2
B. Rumusan Masalah
Apakah pemberian serbuk bawang putih efektif untuk penurunan tekanan
darah pada lansia di Desa Gading Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan tahun 2021 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui “Efektivitas Pemberian Serbuk Bawang Putih
Terhadap Tekanan Darah pada Lansia di Desa Gading Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah”
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui tekanan darah tinggi pada kelompok kontrol
sebelum mengkonsumsi diit rendah garam.
b) Untuk mengetahui tekanan darah tinggi pada kelompok kontrol
setelah mengkonsumsi diit rendah garam.
c) Untuk mengetahui tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi
sebelum mengkonsumsi diit rendah garam dan ekstrak bawang
putih.
d) Untuk mengetahui tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi
setelah mengkonsumsi diit rendah garam dan ekstrak bawang
putih.
e) Untuk mengetahui pengaruh diit rendah garam terhadap
penurunan darah tinggi pada kelompok kontrol.
f) Untuk mengetahui pengaruh diit rendah garam dan ekstrak
bawang putih terhadap penurunan darah tinggi pada kelompok
intervensi.
5
D. Ruang Lingkup
Lansia di Desa Gading Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan untuk pengobatan non farmakologis pada penyakit
hipertensi.
2. Manfaat praktis
a) Bagi responden
Menambah informasi responden, sehingga hasil penelitian
ini menjadi bahan pertimbangan utuk memilih pengobatan
alternative yang praktisdan tepat dengan memanfaatkan bawang
putih sebagai terapi non farmakologis untuk mengontrol tekanan
darah.
b) Bagi peneliti
Menmbah pengetahuan keperawatan dan wawasan
tentang terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah
dengan meggunakan serbuk bawang putih.
c) Bagi ilmu pengetahuan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan serta sebagai
perbendaharaan kepustakan yang berkaitan dengan efektifitas
ekstrak bawang putih terhadap penurunan darah.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti dan
No Metode dan Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan atau tekanan diastolik > 90 mmHg yang terjadi pada
seorang klien pada 3 kejadian terpisah.WHO menyatakan bahwa
batasan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,
sedangkan tekanan darah > 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi (Udjianti, 2010).
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg.Pada lansia hipertensi adalah tekanan
sistolik 60 mmHg dan tekanan sistolik 90 mmHg (Hasdianah, 2014).
Jadi kesimpulannya adalah hipertensi adalah tekanan darah
lansia dimana tekanan siastolik dan diastolik >60/90 mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Nurarif dan Hardi Kusuma (2015) klasifikasi hipertensi
antara lain :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolic kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141 –
149 mmHg dan diastolic 91 – 94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolic lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.
d. Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (systolie kurang dari sama dengan 180
mmHg dan kurang dari sama dengan 120 mmHg). Pada penderita
hipertensi yang membutuhkan penaggulangan seger yang di
tandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target
(otak, mata, ginjal, jantung dan pembuluh darah).
7
8
3. Etiologi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,
hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara
90% - 95%.Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang
dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat
multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, &
Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan
tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor
genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan
hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell,
Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan
darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan
arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab
lainnya.Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang
menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
4. Manifestasi klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan di percaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi.Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, keluar darah dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal. Jika hipertensi berat atau kronis dan tidak diobati,
gejala yang timbul sakit kepala, rasa pegal di tengkuk, pusing,
kelelahan, mual, sesak nafas, gelisah, sulit tidur, palpitasi, keringat
10
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontrifiksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak.Dari pusat
vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan kedua dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatos di thorax dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor di
hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre
ganglion melepaskan astikolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan di lepaskannya
norepenin mengakibatkan kontriksi pembluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.Klien dengan
hipertensi sangat sensitif pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor (Aspiani, 2015).
Seorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepineprin.Pada saat bersamaan, ketika sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi.Medula adrenal menyekresi kortekol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menebabkan pelepasan renin (Hasdianah, Sentot, 2014)
Perubahan struktusal dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubaha tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada akhirnya akan menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
11
6. Pengobatan Hipertensi
Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Diuretika
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses
pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium
kemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan
konsumsi potasium harus dilakukan.
b. Beta Blockers
Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan
tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung
dan memperlebar pembuluh darah.
c. Calsium channel blocker
Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi
atau hipertensi14melalui proses relaksasi pembuluh darah
yang juga memperlebar pembuluh darah (Muhamadun, 2010).
8. Komplikasi hipertensi
Menurut Aspiani pada tahun 2015 komplikasi dari hipertensi adalah
sebagai berikut :
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi
pada otak, atau akibat dan ambolus yang terlepas dari pembuluh
darah selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi
b. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila dalam bentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.Pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.Hipertensi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik membatasi
ventrikel sehingga terjadi disretmia, hipoksia jantung dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomelurus aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksis dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid berkurang dan menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya).Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.Neuron di
sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
20
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hipertensi, atau bagaimana keadaan hipertensi
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin / Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas, anemia
2) BUN / Kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisasi
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
ada diabetes melitus.
b. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral dan enselopati.
c. EKG
Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada
Menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub dan
pembesaran jantung (Nuratif & Hardi, 2015).
21
B. Lansia
1. Pengertian lanjut usia
Undang – undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia bab 1 pasal 1 ayat 2 berbunyi bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang usianya lebih dari 60 tahun baik itu pria maupun
wanita (Nugroho, 2017).
Undang – undang No 4 tahun 1965 pasal 1 menyatakan
bahwa seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia
setelah mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidup sehari –
hari, dan menerima nafkah dari orang lain (Mubarak, Nurul, &
Bambang, 2009).
2. Tipe lanjut usia
Menurut WHO 2009, lansia dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Usia lanjut 60 - 70 tahun
b. Usia tua 77- 89 tahun
c. Usia sangat lanjut >90 tahun
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama dalam Nugroho
2017 menyebutkan bahwa orang tua lanjut (lanjut usia di bagi
dalam 2 literatur jawa) :
a. Wong sepuh
Orang yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”
yakni mampu membedakan antara yang baik dan buruk, sejati
dan palsu, Gusti dan kawulanya.
b. Wong sepah
Lanjut usia yang kosong tidak tahu rasa, bicaranya muluk –
muluk tanpa isi, tingkah lakunya di buat buat dan berlebihan
serta memalukan.
Di zaman pembangunan yang paling menonjol, tipe lanjut usia :
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, dll
22
b. Tipe mandiri
Lanjut usia pada tipe ini senang mengganti kegiatan yang
hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
dan pemarah.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mampunyai konsep (habislah gelap datang terang), mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
e. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif dan acuh
tak acuh.
D. Kerangka Teori
Farmakologi
Pengertian
1. Amlodipine
Hipertensi dapat di definisikan sebagai 2. Captopril
tekanan darah persisten dimana tekanan 3. Candesartan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
lansia hipertensi adalah tekanan sistolik
60 mmHg dan tekanan sistolik 90 mmHg
Non farmakologis
Allicin
(Pelebar pembuludarah
dan penghancur
pembekuan darah)
(Hasdianah (2014), Nurarif & Hardi Kusuma (2015), Tanto dan Muttaqin (2014))
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel didefiniskan sebagai ukuran atau ciri yang dipunyai para
anggota kelompok tertentu dan berbeda-beda dengan yang dipunyai
kelompok lainnya (Notoatmodjo, 2012). Variabel merupakan objek dari
penelitian yang sifatnya banyak variasi (Sutrisno Hadi, 2010).Variabel
pada penelitian ini yaitu terdiri dari 2 variabel sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang keberadaannya
mempengaruhi variabel terikat (Notoatmodjo, 2012).Variabel bebas
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu serbuk bawang putih.
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang keberadaannya
dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2012).Variabel terikat
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu tekanan darah tinggi.
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
( Arikunto, 2010)
Dari kajian diatas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Hiposesis Nihil (H0) :
Tidak ada pengaruh pemberian serbuk bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia di Desa Gading RW 18,
Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
2. Hipotesis Alternatif (H1) :
Ada pengaruh dalam pemberian serbuk bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia di Desa Gading RW 18,
Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan
26
27
Kelompok eksperimen O1 O2
X1 Y1=O1:O2
Kelompok kontrol O3 O4
X0 Y2=O3:O4
28
Keterangan :
O1 : Tekanan darah tinggi pre test kelompok ekperimen
O2 : Tekanan darah tinggi postest kelompok eksperimen
O3 : tekanan darah tinggi pre test kelompok kontrol
O4 : Tekanan darah tinggi postest kelompok kontrol
X1 : Pemberian diit rendah garam dan serbuk bawang putih
X0 : Tanpa terapi farmakologi dan diit rendah garam
Y1 : Penurunan tekanan darah tinggi kelompok ekperimen
Y2 : Penurunan tekanan darah tinggi kelompok kontrol
3. Metode Pengumpulan Data
Data diambil secara actual dan studi retrospektif berdasarkan hasil
wawancara dan pengecekan tekanan darah yang ada. Prosedur
pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dan responden
mendapatkan hasil yaitu pengkajian identitas, keluhan yang di
rasakan pasien, konsumsi obat rutin atau tidak, menawarkan obat
herbal untuk menurunkan tekanan darah agar di konsumsi setiap
hari, menanyakan apakah klien sudah memahmi tentang penyakit
hipertensi atau belum.
b. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dan responden yaitu
penulis menanyakan apakah responden sudah mengetahui
tentang penyakitnya, penulis menanyakan apakah responden
sudah megetahui sejak lama bahwa responden menderita
hipertensi, penulis menanyakan apakah responden sudah
mengetahui jika menderita hipertensi harus mengkonsumsi obat
dari dokter secara rutin dan obat herbal yang dapat di manfaatkan
untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan penulis menanyakan
apakah selalu mengukur tekanan darahnya rutin kepada fasilitas
kesehatan terdekat.
c. Pemeriksaan fisik
Pada pengkajian yang dilakukan oleh penulis, penulis melakukan
pemeriksaan fisik dan mengukur tekanan darah pasien yang
menderita hipertensi tersebut.
29
d. Dokumentasi
Dari hasil dilakukannya pengkajian, di dapatkan dokumentasi
dengan hasil yaitu pasien membuat jus bawang putih sesuai
dengan prosedur yang di berikan dan di ajarkan, pasien
mengkonsumsi serbuk bawang putih setiap hari untuk
menurunkan tekanan darah, pasien merasakan perbedaan setelah
mengkonsumsi serbuk bawang putih setiap hari, dan pasien lebih
tertarik dengan pengobatan herbal daripada obat dari dokter.
4. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk lanjut usia
yang berusia 60 tahun ke atas yang tercatat sebagai anggota
Posyandu Lansia di Desa Gading RW 18 Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan sebesar 54 orang.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
Subjek pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah lansia dengan
hipertensi di Desa Gading Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan Jawa Tengah. Adapun dengan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi
oleh setap anggota populasi yang diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Lanjut usia (elderly) yang berusia antara 60 – 74 tahun.
b. Lansia yang menderita hipertensi sistolik terisolasi dengan
tekanan darah >140 - <90 mmHg.
c. Lansia yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian (Hidayat, 2009). Adapun kriteria eksklusi yaitu :
a. Lansia (old) yang berusia antara 80 – 89 tahun.
b. Lansia yang menderita hipertensi >220 - <80 mmHg.
c. Lansia yang mengundurkan diri menjadi responden.
30
4. hipertensi tahap 2
>160/100 mmHg
E. Jadwal Penelitian
Yaitu peneliti akan menjelaskan bahwa rencana waktu untuk
melakukan penelitian yang akan diperlukan oleh peneliti untuk
meyelesaikan tugas penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti meliputi,
penelitian pendahuluan, pengumpulan data, pengelolaan data, dan
penyusunan tugas peneliti yaitu proposal skripsi.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
C. Analisa Univariat
1. Frekuensi tekanan darah kelompok intervensi
Tabel 4.3
Tabel tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi
T
36
abel 4. Tabel 4.4 merupakan tabel frekuensi tekanan darah sebelum dan
sesudah tanpa pemberian serbuk daun bawang putih. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rata-rata tekanan darah sistol pre 172 rata-rata
tekanan darah diastol pre 80.36, tekanan darah sistol post tanpa
intervensi 167,50 dan tekanan darah diastol post tanpa intervensi 77.14.
Tekanan darah sistol pre tertinggi adalah 185 dan diastol pre 86.
Sedangkan tekanan darah post, tekanan darah sistol tertinggi 178 dan
diastol 88.
D. Analisa bivariat
1. Uji normalitas
Tabel 4.6
Uji normalitas
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
TD Sebelum Sistol Intervensi .966 14 .822
TD Sebelum Diastol
.928 14 .290
Intervensi
TD Setelah Sietelah stol
.924 14 .249
Intervensi
TD Setelah Diastol Intervensi .933 14 .333
TD Sebelum Sistol Kontrol .933 14 .339
TD Sebelum Diastol Kontrol .876 14 .051
TD Setelah sistol Kontrol .917 14 .201
TD Setelah Diastol Kontrol .966 14 .814
Tabel 4.6 merupakan tabel hasil uji normalitas pada data kedua
kelompok. Uji normalitas menggunakan shapiro-wilk karena jumlah
responden kurang dari 50. Dari hasil data tersebut diketahui semua data
berdistribusi normal dengan nilai p value di atas 0.05.
b. Kelompok kontrol
1) Tekanan darah sistol
Tabel 4.9
Uji paired t test tekanan darah sistol
Tabel 4.9 merupakan tabel hasil uji hipotesis pada tekanan darah
sistoll kelompok kontrol menggunakan uji paired t test karena
sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil tersebut diketahui nilai
mean pre tanpa intervensi sebesar 172 mmHg sedangkan nilai post
tanpa diberikan intervensi sebesar 167.50 mmHg. Untuk nilai p
value diperoleh 0.182 yang artinya dibawah nilai derajat alpa 0.05
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah.
Tabel 4.10
Uji paired t test tekanan darah daistol
Tabel 4.10 merupakan tabel hasil uji hipotesis pada tekanan darah
diastoll kelompok kontrol menggunakan uji paired t test karena sebaran
data berdistribusi normal. Dari hasil tersebut diketahui nilai mean pre
tanpa intervensi sebesar 80.36 mmHg sedangkan nilai post tanpa
diberikan intervensi sebesar 77.14 mmHg. Untuk nilai p value diperoleh
0.182 yang artinya dibawah nilai derajat alpa 0.05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk bawang putih
terhadap tekanan darah.
3. Uji independent sampel t test
Tabel 4.11
Uji Independent sampel t-tes
N StdDeviatio P value
n
Tabel 4.11 menunjukan hasil uji independent sampel t test sebagai uji
hipotesis yang dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh setiap
kelompok. Hasil penilitian tersebut menunjukan bahwa nilai p value 0.000
yang berarti dibawah nilai alpha 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan
terdapat perbedaan pengaruh pada kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol.
BAB V
HASIL PENELITIAN
B. Analisa univariat
1. Kelompok intervensi
Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukan bahwa rata-rata
tekanan darah sistol pre 177.57, rata-rata tekanan darah diastol pre 80.64
mmHg, tekanan darah sistol post intervensi 170.21 mmHg dan tekanan
darah diastol post setelah intervensi 75.50 mmHg. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Nugroho (2014) tentang pengaruh pemberian
bawang putih tunggal (allium sativum linn) terhadap penurunan tekanan
41
dapatkan sebaran data semua normal. Uji hipotesis dengan paired t test
dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh serbuk daun bawang
putih terkadan tekanan darah penderita hipertensi. Dari hasil tersebut
diketahui nilai mean sebelum pemberian intervensi sebesar 177.57 mmHg
sedangkan sesudah diberikan intervensi sebesar 170.21 mmHg. Untuk
nilai p value diperoleh 0.000 yang artinya dibawah nilai derajat alpa 0.05
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah.
Dalam proses penelitian, kelompok intervensi diberikan serbuk daun
bawang putih 25 mg/hari selama 7 hari. Sehingga menurut peneliti
adanya perubahan tekanan darah responden dapat disebabkan karena
bawang putih mengandung zat alisin dan hidrogen sulfida. Zat tersebut
memiliki efek selayaknya obat darah tinggi, yakni memperbesar pembuluh
darah dan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga tekanan darah
akan turun. Mekanisme kerja bawang putih dalam menurunkan tekanan
darah berhubungan dengan efek vasodilatasi pembuluh darah yang
menyebabkan tertutupnya kanal dan terbukanya kanal sehingga terjadi
hiperpolarisasi. Dengan demikian, otot akan mengalami
relaksasi.Tingginya konsentrasi ion intraseluler menyebabkan
vasokontriksi yangberdampak terhadap terjadinya kondisi hipertensi.
Senyawa aktif dalam bawang putih diduga dapat menghambat masuknya
ion ke dalam sel. Dengan demikian, akan terjadi penurunan konsentrasi
ion intraseluler dan diikuti relaksasi otot.
Beberapa penelitian mengenai konsumsi air rebusan jahe dan bawang
putih adalah penelitian Arta dan Suarnata (2014), Perubahan rata-rata
tekanan darah sistolik saat pre-test dan post-test pada kelompok yang
diberikan air jahe selama 7 hari yaitu dari 148 mmHg menjadi 140,233
mmHg sedangkan perubahan rata-rata tekanan darah diastolik saat
pre-test dan post-test yaitu dari 92 mmHg menjadi 86,300
mmHg.
Selanjutnya hasil penelitian Cristina (2020) didapatkan rata- rata tekanan
darah sistolik (pretest kontrol) 151.50 dan diastolik (pretest kontrol) 99.75.
Rata-rata tekanan darah sistolik (pretest intervensi) 152.88 dan diastolik
(pretest intervensi) 101.25. Rata-rata tekanan darah sistolik (postest
kontrol) 151.50 dan diastolik (postest kontrol) 99.75. Rata-rata tekanan
44
penderita hipertensi.
2. Kelompok kontrol
Untuk melihat perubahan tekanan darah pada kelompok kontrol
digunakan uji paired t test karena sebaran data berdistribusi normal. Dari
hasil tersebut diketahui nilai mean sebelum pemberian intervensi sebesar
80.64 mmHg sedangkan sesudah diberikan intervensi sebesar 75.50
mmHg. Untuk nilai p value diperoleh 0.000 yang artinya dibawah nilai
derajat alpa 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan
tekanan darah pre dan post pada kelompok kontrol. Dalam proses
penelitian responden pada kelompok kontrol tetap melakukan terapi
farmakologi dan melakukan diit rendah garam. Sehingga asumsi peneliti
perubahan tekanan darah tersebut dapat disebabka karena faktor
konsumsi obat dan diit rendah garam yang dilakukan.
Peneliti berpendapat bahwa Diit rendah garam bertujuan untuk
membantu menurunkan tekanan darah tinggi serta mempertahankan
tekanan darah menuju normal. Selain itu, bertujuan untuk menghilangkan
retensi garam dalam tubuh. Dasar diit hipertensi yang perlu diperhatikan
adalah membatasi penggunaan garam natrium serta jenis makanan
berlemak. Fungsi natrium dalam tubuh ialah menjaga keseimbangan
cairan dan asam basa tubuh, namun apabila asupan natrium berlebihan
dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh sehingga
menimbulkan penimbunan cairan (edema)(Pratiwi, 2015) .
Selain diet rendah garam I, faktor pendukung lain yang perlu diperhatikan
ialah konsumsi obat penurun tekanan darah. Obat antihipertensi seperti
diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),
penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium
merupakan obat aintihipertensi utama dari 9 jenis obat yang biasa
digunakan. Agar mencapai tekanan darah yang diinginkan, biasanya
pasien akan diberikan dua atau lebih obat antihipertensi. Penambahan
obat kedua dari jenis obat antihipertensi akan diberikan jika obat yang
pertama tidak dapat mencapai tekanan darah yang diinginkan (Almatzier,
2012). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Misda
45
ekstrak umbi bawang putih. Senyawa aktif umbi bawang putih yang
diketahui mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+ untuk kontraksi otot
jantung dan otot polos pembuluh darah adalah ajoene. Senyawa aktif
tersebut dapat menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, sehingga
konsentrasi ion Ca2+ intraseluler menurun dan terjadi hiperpolarisasi,
diikuti relaksasi otot. Relaksasi menyebabkan ruangan dalam pembuluh
darah melebar, sehingga tekanan darah menurun (Hernawan &
Setyawan, 2013).
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Hasil diketahui nilai mean sebelum pemberian intervensi sebesar 177.57
mmHg sedangkan sesudah diberikan intervensi sebesar 170.21 mmHg.
Untuk nilai p value diperoleh 0.000 yang artinya dibawah nilai derajat alpa
0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah
2. Hasil diketahui nilai mean sebelum pemberian intervensi sebesar 80.64
mmHg sedangkan sesudah diberikan intervensi sebesar 75.50 mmHg.
Untuk nilai p value diperoleh 0.000 yang artinya dibawah nilai derajat alpa
0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah
3. Hasil diketahui nilai mean pre tanpa intervensi sebesar 172 mmHg
sedangkan nilai post tanpa diberikan intervensi sebesar 167.50 mmHg.
Untuk nilai p value diperoleh 0.182 yang artinya dibawah nilai derajat alpa
0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah
4. Hasildiketahui nilai mean pre tanpa intervensi sebesar 80.36 mmHg
sedangkan nilai post tanpa diberikan intervensi sebesar 77.14 mmHg.
Untuk nilai p value diperoleh 0.182 yang artinya dibawah nilai derajat alpa
0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian serbuk
bawang putih terhadap tekanan darah
5. Hhasil uji independent sampel t test untuk melihat perbedaan pengaruh
setiap kelompok didapatkan nilai p value 0.000 yang berarti dibawah nilai
alpha 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat perbedaan
pengaruh pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
B. Saran
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan untuk pengobatan non farmakologis pada penyakit
hipertensi di Institusi Universitas Muhammadiyah Kudus.
4. Bagi responden
Hasil ini dapat menambah informasi responden, sehingga hasil
penelitian ini menjadi bahan pertimbangan utuk memilih pengobatan
alternative yang praktisdan tepat dengan memanfaatkan bawang putih
sebagai terapi non farmakologis untuk mengontrol tekanan darah pada
pasien hipertensi di .Desa Gading
5. Bagi peneliti
49
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Desa Gading,Kel. Kuripan.Kec. Purwodadi, Kab. Grobogan
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Elsila Winurya Tisani
NIM : 112019030638
Adalah mahasiswa jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Pemberian Serbuk
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan darah Tinggi pada Lansia di Desa
Gading Kelurahan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara
sebagai responden. Kerahasiaan serta informasi yang Anda berikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Saudara tidak bersedia
menjadi responden, maka Saudara diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak
menjadi responden dalam penelitian ini.Apabila Saudara menyetujui, maka saya
mohon untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
Hormat saya,
Purwodadi, 2021
Responden
(……………………)
54
Responden_2
7 2 63 Kontrol 164 84 169 88 Naik
Responden_2
8 1 68 Kontrol 176 82 153 67 Turun
Lampiran 3. Ceklis Penelitian
56
Bahan :
Alat :
1. Pisau
2. Telenan
3. Oven
4. Loyang
Cara membuat :
LEMBAR KONSULTASI
Cases
Statistics
Umur
N Valid 28
Missing 0
Mean 65.11
Median 65.00
Minimum 60
Maximum 72
Kelompok
Kelompok Kelompok
Intervensi kontrol Total
Perempuan Count 4 5 9
37
38
Total Count 14 14 28
Kelompok
Kelompok Kelompok
Intervensi kontrol Total
Umur 60 Count 2 0 2
61 Count 1 0 1
39
62 Count 1 2 3
63 Count 0 1 1
64 Count 3 2 5
65 Count 2 1 3
66 Count 2 3 5
67 Count 2 1 3
68 Count 1 1 2
69 Count 0 1 1
70 Count 0 1 1
72 Count 0 1 1
Total Count 14 14 28
ANALISA UNIVARIAT
Statistics
N Valid 14 14 14 14
Missing 0 0 0 0
Statistics
N Valid 14 14 14 14
Missing 0 0 0 0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 TD_Pre_Sistol_Inter
vensi -
7.357 5.773 1.543 4.024 10.690 4.769 13 .000
TD_Post_Sistol_Inte
rvensi
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 TD_Pre_Diastol_Inter
vensi -
5.143 2.349 .628 3.787 6.499 8.193 13 .000
TD_Post_Diastol_Inter
vensi
45
N Correlation Sig.
Paired Differences
Sig.
95% Confidence Interval
(2-
of the Difference
Std. Std. Error taile
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df d)
Pair 1 TD_Pre_Sistol_K
ontrol - .11
4.500 10.036 2.682 -1.295 10.295 1.678 13
TD_Post_sistol_ 7
Kontrol
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 TD_Pre_Diastol_Kontr
ol -
3.214 6.290 1.681 -.418 6.846 1.912 13 .078
TD_Post_Diastol_Kon
trol
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Hasil Equal
variances 57.778 .000 -2.280 26 .031 -.57143 .25059 -1.08652 -.05634
assumed
Equal
variances not -2.280 13.000 .040 -.57143 .25059 -1.11279 -.03007
assumed
47
Lampiran 7. Dokumentasi