KGDMN Kelompok 3 Makalah
KGDMN Kelompok 3 Makalah
KGDMN Kelompok 3 Makalah
DOSEN :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020-202
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penuyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering kali
memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir. Oleh karena itu
kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak
sangat dibutuhkan. Hipotermi pada neonatus merupakan kejadian umum di
seluruh dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30.
Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas. (Patricia A. 2005). Hipotermia adalah suhu rektal bayi dibawah
350C. (Hellen, 1999). Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ºC,
yang terbagi atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5
ºC, hipotermi sedang yaitu antara 32- 36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu
tubuh
2. Etiologi
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di
dalam uterus.
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi. konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d. Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam
huhungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan
bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
3. Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus
sewaktu mencapaib ro wn fat memacu pelepasannoradrenalin lokal
sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood
gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk
menghasilkan panas. Daerah brown fatmenjadi panas, kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan
dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh
tetap hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukanintegritas
dari sistem syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya
glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi
pada sistem syaraf pusat antara lain: depresi linier dari metabolisme otak,
amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang
salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi
pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan
autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang
hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang
progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan
tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel,
perubahan EKG dan sistole yang memanjang, penurunan tekanan darah
yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole.
Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma,
hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru
dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe.
Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan
katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran
darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya
aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat dan
poikilotermia
a. Hipotermia sedang:
5. Komplikasi Hipotermi
1) HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
dengan metabolisme anaerob.
2) Kebutuhan oksigen yang meningkat.
3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan
pulmonal yang menyertai hipotermi berat. Shock.
5) Apnea.
6) Perdarahan Intra Ventricular.
7) Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku,
pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke
telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin
korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.
Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di
seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh
(areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata.
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur
suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah
(low reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
6. Penatalaksanaan Hiportermi
a. Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
1) Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh
dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada,
untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau
menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga
minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2) Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang mendadak,
berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan
penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram
penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat
Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator
apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C.
Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang
belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan
servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara
manual).
b. Pencegahan Hipotermia Pada Bayi :
1) Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan
topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan
observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan
dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia,
semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalamkeadaan
hangat.
2) Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus
dengan selimut dan diberi penutup kepala.
3) Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir
dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar
tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit
langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan
selimut.
4) Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika
atau dihangatkan diatas tungku.
5) Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt
yang diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
6) Terapi yang bisa diberikan untuk bayi dengan kondisi
hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga
ketersediaan oksigen yang cukup.
1) Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat
dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan
kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau
koma yang disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas
klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga
berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan
sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian
dan selimut
2) Etiologi Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
a. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir dan obat-obatan
b. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia,
terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan
panas pada suhu febris.
c. Latihan / gerakan yang berlebihan.
3) Patofisiologi
Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus
dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom
malignan dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel
makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen
seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat
bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai
antigen akan mempengaruhi sistem imun (Widagdo, 2012).
Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi
dengan reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan
menyebabkan terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak sebagai
mediator dari respon demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus
dalam pengaturan kembali (penyesuaian) dari thermostatic set point.
Akibat demam oleh sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa
pirogen endogen termasuk IL- 1, IL-6, tumor necrotizing factor (TNF)
(Widagdo, 2012).
Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.Selain itu, substansi
sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan
infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set
point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh
memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk
mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang
tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh
meningkat (Potter & Perry, 2010).
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih
tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan
pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui
batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris.
Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran panas.
Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi.Diaforesis
membantu evaporasi pengeluaran panas (Potter&Perry, 2010).
6) Penatalaksanaan
a. Tindakan farmakologis
Tindakan menurunkan suhu mencakup intervennsi
farmakologik yaitu dengan pemberian antipiretik. Obat yang umum
digunakan untuk menurunkan demam dengan berbagai penyebab
(infeksi, inflamasi dan neoplasama) adalah obat
antipiretik.Antipiretik ini bekerja dengan mempengaruhi
termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan
menghambat kerja prostaglandin secara perifer (Hartini, 2012).
Obat antipiretik antara lain asetaminofen, aspirin, kolin dan
magnesium salisilat, kolin salisilat, ibuprofen, salsalat dan obatobat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Asetaminofen merupakan obat
pilihan, aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberikan pada anak-
anak dan remaja. Ibuprofen, penggunaannya disetujui untuk
menurunkan demam pada anak-anak yang berusia minimal 6
bulan.Hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien-pasien
dengan gangguan perdarahan (Hartini, 2012).
Beberapa ibuprofen yang tidak disetujui penggunaannya
untuk anak-anak adalah nuprin, motrin IB, medipren.Pemberian
antipiretik yang berlebihan perlu diperhatikan, karena dapat
menyebabkan keracunan.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis tersebut seperti menyuruh anak
untuk banyak minum air putih, istirahat, serta pemberian water
tepid sponge. Penatalaksanaan lainnya anak dengan demam adalah
dengan menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal dan
mengusahakan agar pakaian anak tidak tebal.
A. Kesimpulan
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus merupakan kejadian
umum di seluruh dunia. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi
lebih dari 37,5 ºC. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu
disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap
hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu
6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah
dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan
sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera
dimandikan.
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan :
Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan
trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa,
Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu
febris, Latihan / gerakan yang berlebihan.
B. Saran
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan
bahkan dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan
dan anggota keluarga. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan
kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya
bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga
keluarga paham akan hal tersebut
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah,Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, bayi dan anak Balita. Jakarta: TIM.
Potter and Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter and Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC