Laporan Studi
Laporan Studi
Laporan Studi
Disusun Oleh :
Sr. M. Alfonsa, OP
Theresia Koen Sri Widiastuti
A. Latar Belakang
Sudah sejak lama Gereja memandang pelayanan pastoral bagi orang yang sakit
dan keluarganya itu sangat penting. Terlebih Rumah Sakit Katolik hendaknya memiliki
pelayanan pastoral care. Pastoral care didalam Rumah Sakit Katolik menjadi Roh,
Mahkota, Tubuh Mistik Kristus dalam Rumah Sakit. Setiap orang yang sakit, sebenarnya
bukan hanya fisiknya saja yang sakit tetapi secara psikis, mental mereka juga sakit.
Maka diharapkan dengan adanya pastoral care, baik pasien maupun keluarga pasien dapat
mengalami kesembuhan yang holistic, baik fisik, mental ataupun psikis.
B. Tujuan Umum
Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth dapat meningkatkan pelayanan pastoral care,
sehingga pastoral care sungguh mampu menjadi Roh dalam Rumah Sakit sebab pasien
adalah Tubuh Mistik Kristus.
C. Tujuan Khusus
1. Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth mampu mendampingi pasien dan keluarga
pasien secara holistic sehingga pasien sungguh mengalami kesembuhan.
2. Membantu pasien menemukan makna hidup didalam keterbatasannya sebagai
manusia dihadapan Allah
3. Semakin banyak jiwa yang diselamatkan melalui pastoral care terlebih mengajak
pasien dan keluarga pasien semakin mengenal akan kebaikan dan kemurahan hati
Allah.
D. Manfaat
1. Meningkatkan pelayanan pastoral care di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
2. Memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien secara holistic
A. Pastoral Care
Pastoral Care berasal dari kata pastoral dan care. Pastoral (adjective) yang berarti
kegembalaan. Kata ini berasal dari kata pastor ( kata benda ) yang bearti gembala. Tujuan
pastoral adalah untuk membantu dan mendampingi orang dalam penghayatan imannya. Care,
kata ini dalam bahasa inggris kaya makna yang bukan hanya sekedar merawat tetapi juga
memperhatikan, mengasuh dan mengurus serta membantu pasien agar bisa berkembang dan bisa
mengaktualkan dirinya sendiri sehingga bisa mandiri.
Pastoral care berbeda dengan konseling pastoral yang didalamnya seorang konselor
memberikan nasehat dan kiat-kiat tertentu kepada konseli agar bisa mengambil keputusan
sendiri. Dalam hal ini konselor tidak mengerjakan sesuatu kecuali hanya memberikan nasehat.
Sedangkan pastoral care adalah usaha menemani yang berdasarkan iman dan psikologis.
Jangkauannya tidak hanya menemani, tetapi sungguh memberi warna yang mendalam dan
mampu mengajak untuk menemukan makna hidup didalam keterbatasan sebagai manusia
dihadapan Allah pencipta.
Didalam pastoral care harus mampu menyembuhkan pasien secara holistic, yaitu secara
bio psiko spirit sosio. Bio, mengetaui secara pasti kondisi kesehatan pasien. Psiko, melihat
kebutuhan pasien secara psikologis dan mental. Spirit, memenuhi kebutuhan spiritual pasien
terlebih dalam pengembangan hidup rohani. Sosio, membantu pasien dalam kesulitan ekonomi
dan bersama-sama mencari solusi yang pada akhirnya tidak saling memberatkan.
1. Empati
Empati berbeda dengan simpati yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari.
Simpati, ada unsur terhanyut dalam perasaan orang lain. Empati berasal dari kata Yunani
“Empathein” yang telah dipakai sejak zaman Aristoteles yang berarti “ikut merasakan”.
Dalam empati ada persepsi akurat tentang dunia perasaan orang lain. Ini berarti
pendamping secara batiniah merekam dunia perasaan dan pengalaman orang lain secara
tepat, utuh dan netral. Empati merupakan perwujudan dari sikap belas kasihan atau cinta
kasih tanpa batas. Empati pertama-tama harus menjadi sikap batin kita pada waktu
menghadapi pasien yang mewarnai sikap dasar yang lain.
3. Spontan
Dalam ilmu psikologi dan konseling ada ucapan “makin sehat seseorang, makin
spontanlah orang itu” Seorang pendamping pastoral seharusnya sehat secara
menyeluruh, fisik, mental, sosial dan spiritual. Dalam kondisi yang sehat, pendamping
mampu secara spontan memasuki kehidupan pasien yang membutuhkan, siap sedia dari
waktu ke waktu selama proses pendampingan. Bersedia menghadapi segala kemungkinan
positif maupun negative, menyenangkan atau tidak, apapun pengalaman pasien. Seluruh
ungkapan pasien harus ditanggapi secara spontan, tanpa paksaan, tidak pura-pura, seluruh
tanggapan muncul dari lubuk hati yang tulus.
4. Terbuka
Seorang pendamping harus mampu mengosongkan diri agar dapat dipenuhi seluruh
pengalaman orang yang sakit. Sikap terbuka ini akan menolong pendamping untuk
menghilangkan prasangka, kecurigaan, sikap hati-hati yang berlebihan. Seorang
pendamping harus siap melihat segala warna kehidupan pasien, tanpa memaksakan nilai,
keyakinan, kepercayaan, pikiran, tradisi. Pendamping membuka diri dengan harapan agar
orang yang sedang mengalami persoalan berani terbuka kepadanya. Melalui suasana
keterbukaan, diharapkan pertumbuhan orang yang didampingi makin nyata. Kita
bertumbuh karena terbuka.
6. Tulus Hati
Sikap tulus hati berhubungan langsung dengan sikap dasar mengenal diri sendiri,
mengakui dirinya adalah orang yang tidak sempurna. Dengan demikian pendamping
tidak memiliki kesombongan rohani, tetap rendah hati, dapat memahami bahwa dirinya
tidaklah dapat mengubah kehidupan orang lain.
7. Integratif – Holistik
Dalam menghadapi pola pikir sempit, terkotak-kotak, sebaiknya kita mengembangkan
sikap dasar integrative dan holistic. Pola pikir terkotak-kotak sebenarnya bertentangan
dengan hakekat dasar kita sendiri sebagai manusia. Sebab manusia itu multidimensional
(fisisk, mental, spiritual, dan sosial) akan tetapi sekaligus tunggal. Sikap dasar ini
menolong kita untuk berfikir secara luas. Kita berusaha menjelajahi seluruh aspek yang
terkait dalam pengalaman orang yang sakit.
Tujuh ketrampilan dasar yang dibutuhkan oleh seorang pendamping yang dapat menjadi
penolong yang aktif, kreatif, dan efektif
1. Mendengarkan
Mendengarkan berarti kita menghadirkan diri secara penuh baik fisik maupun batin kita,
berada bersama, memperhatikan secara penuh, memusatkan diri pada subyek lain yang
kita jumpai, sehingga mampu menangkap semua ungkapan pasien, baik secara verbal
maupun non verbal. Selain itu dibutuhkan pula kepekaan terhadap apa saja yang
diungkapkan oleh pasien sehingga dapat menangkap maksud pasien.
2. Memantulkan
Dalam proses perjumpaan, pendamping dapat pula berperan sebagai cermin. Lewat
cermin ini pasien memantulkan semua pengalaman dan perasaannya, sehingga pasien
dapat dengan jelas mengungkapkan pengalaman dan perasaannya sendiri serta pasien
dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan ketrampilan ini, kita menunjukkan
bahwa kita memahami sepenuhnya pengalaman dan perasaan pasien, berada dalam pola
pikirnya dan meneguhkan apa yang sedang dipikirkannya.
4. Meringkaskan
Dengan kemampuan ini baik pasien maupun pendamping dibantu untuk menyadari
bahwa perjumpaan itu merupakan sebuah proses berkelanjutan. Dalam proses itu apakah
ada kemajuan atau kemunduran. Sekecil apapun kemajuan, harus mendapat perhatian.
Bila pasien tidak mengalami kemajuan, pendamping tidak boleh putus asa, justru pasien
semakin diajak untuk bersikap realistis dan berani menerima keadaan yang sebenarnya.
5. Menantang
Menantang berarti pendamping maupun pasien bersedia mengkonfrontasikan diri sendiri
dengan kenyataan yang ada. Pendamping bersikap tegas, begitu pula pasien diharapkan
terbantu juga bersikap tegas terhadap dirinya sendiri.
6. Menafsirkan
Pendamping menolong pasien menghayati persoalannya dengan cara yang baru dan
berbeda. Memberikan pujian atau penghargaan yang bisa dilakukan dalam bentuk kiasan.
7. Memberikan Informasi
Memberikan informasi secara arif, bijaksana, agar fungsi sebagai pendamping tetap
berjalan sehingga tidak ada perubahan fungsi sebagai pembimbing. Pemberian informasi
ini sebenarnya termasuk pula apa yang biasanya kita sebut pemberian nasehat. Proses
pendampingan pastoral lebih luas daripada sekedar membimbing atau menasehati.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan selama pastoral care yaitu attention, prayer and
conseling. Diharapkan selama pendampingan dengan pasien dapat mencapai titik akhir yaitu
conseling sehingga pendampingan mencapai tujuan. Setelah kegiatan pastoral selesai,
pendamping diharuskan membuat laporan dari hasil pastoral. Laporan ini setiap bulannya
dievaluasi untuk mengetahui seberapa besar kemajuan didalam pastoral care, terlebih dalam
conseling yang mendapat perhatian khusus.
Selain itu pastoral care juga melibatkan romo didalam pastoral care sehingga semakin
banyak pasien mengalami keselamatan terlebih mereka semakin mengenal akan kebaikan Allah.
B. Audio Pastoral
Selain pendampingan secara lansung kepada pasien, pastoral care juga memfasilitasi
pendampingan berupa audio pastoral. Audio pastoral sebagai bagian dari unit sosio medik yang
memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan mewartakan kabar
gembira kepada siapapun dalam suasana kasih dan syukur kepada Tuhan melalui sarana audio.
Audio Pastoral dimulai dengan pengantar sapaan pagi dengan ucapan selamat pagi, ajakan untuk
doa pagi, pemberian renungan, pemutaran instrument, ucapan selamat datang kepada para
pengunjung pasien, mengingatkan pengunjung akan berakhirnya jam kunjungan, ibadat
penerimaan komuni, musik instrument mengiringi penerimaan komuni dan ucapan selamat
malam. Audio pastoral beroperasi menemani pasien sejak pagi hingga pasien kembali
beristirahat.
Untuk meningkatkan mutu pastoral care di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth,
dibutuhkan suatu unit yang khusus menangani pastoral care. Dengan adanya unit khusus
Pastoral Care, diharapkan mampu menjadi mahkota pelayanan rumah sakit katolik sehingga
aspek pewartaan Kerajaan Allah dan perwujudan cinta kasih kepada sesama yang menderita
mampu tampil ke depan sehingga dapat dirasakan oleh pasien. Salah satu program unggulan
yang harus dimiliki oleh rumah sakit katolik adalah pelayanan pastoral care yang baik.
Pendampingan pastoral care secara khusus bagi mereka yang sakit sebagai bagian integral dari
adanya rumah sakit katolik.
Seorang pendamping juga harus memiliki sikap – sikap yang diperlukan dalam pastoral
care, selain itu juga harus memiliki semangat studi dan mengembangkan diri dari berbagai
aspek. Sebab selama pastoral care, pastinya akan menghadapi aneka permasalahan yang ada
dalam diri pasien maupun keluarga pasien. Maka seorang pendamping harus memiliki
semangat studi sehingga pendampingan terhadap pasien dapat secara holistic.
A. Kesimpulan
1. Pastoral care merupakan Roh, Mahkota rumah sakit katolik.
2. Pastoral care merupakan bagian integral dalam rumah sakit katolik.
3. Pastoral care merupakan salah satu sarana untuk proses kesembuhan pasien secara
holistic
4. Melalui Pastoral Care, pasien maupun keluarga pasien diajak untuk semakin menyadari
akan kasih Allah
B. Saran- Saran
1. Perlunya unit Pastoral Care secara terorganisasi.
2. Adanya Audio Pastoral dan Healing Garden untuk pasien
3. Dilakukannya pendampingan maupun pelatihan pastoral care kepada seluruh perawat