LP KMB 1 Febris

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN OBS FEBRIS

OLEH :
Wa Rina Rumbia
14420212136

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
I. TINJAUAN MEDIS

A. DEFENISI

Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika individual mengalami atau


berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus lebih dari 37,8 °C peroral
atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal. Sedangkan menurut ( Ann M Arivin.
2000 ) Suhu tubuh dapat dikatakan normal apabila suhu 36,5 °C – 37,5 °C, febris
37 °C - 40°C dan febris > 40 °C. Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan
non infeksi dan berinteraksi dengan mekanisme hospes. Pada perkembangan anak
demam disebkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam
menghilang sesudah masa yang pendek (Tamsuri & Anas, 2017).

Pendapat lain menurut (Sodikin, 2012), Demam merupakan suatu keaadan


suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan
pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik
dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.

Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius
seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius,
pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula-mula muncul sebagai demam
tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah
melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi bakteri serius,
tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang
menderita infeksi virus.

Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami


atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh
yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan
perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang
berinteraksi dengan hospes.
B. ETIOLOGI

Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi
yang timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap
suatu penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah
infeksi (Bakry b, Tumberlaka A, Chair I. 2017).

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap penggunaan obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral ( misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosisi penyebab demam diperlukan antara lain : ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistic (Kusuma, 2015).

Sedangkan menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal bahwa


etiologi febris diantaranya :

a. Suhu lingkungan

b. Adanya infeksi

c. Pneumonia

d. Malaria

e. Otitis media

f. Imunisasi

C. KLASIFIKASI FEBRIS

1. Klasifikasi febris/demam adalah :

a) Fever

Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis.

b) Hyperthermia

Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena
induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat-obatan.
c) Malignant Hyperthermia

Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai


kekakuan otot karena anestesi total.

2. Tipe - tipe demam.diantaranya :

a) Demam Septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

b) Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

c) Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d) Demam intermiten

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia

e) Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, malaria.

D. PATOFISIOLOGI

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan

mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang

memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil

pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen,

leukosit/pirogen endogen).

Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam

dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1

juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun

zaat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus

untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurangan cairan dan elektrolit dapat

mengakibatkan demam karena cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan

termoregulasi dihipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan

cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior

mengalami gangguan (Sodikin, 2012).

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Kusuma, 2015), tanda dan gejala terjadinya febris adalah :
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5-39oc)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernafasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan

F. KOMPLIKASI
1) Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan
otak.
3) Takikardi
4) Insufisiensi jantung
5) Insufisiensi pulmonal
6) Kejang demam

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap
orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses,
pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin,
morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.

H. PENATALAKSANAAN

Menurt (Wardiyah, Setiawati, & Rohayati, 2016), penanganan terhadap


demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan nonfarmakologis.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam :
1) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa :
a) Paracetamol
Paracetamol merupakan pilihan utama untuk menurunkan suhu tubuh.
Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam
dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian.
Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam
b) Ibuprofen
Merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap paracetamol. Ibu profen dapat diberikan ulang dengan jarak antara
6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat di capai dengan
dosis 5mg/Kg BB.
2. Tindakan Non Farmakologis
Dalam Nurarif 2015 tindakan nonfarmakologi dalam penurunan panas
yang dapat dilakukan :
a) Memberikan minuman yang banyak
b) Tempatkan dalam suhu ruangan normal
c) Menggunakan pakaian yang tidaktebal
d) Memberikan kompres
I. PROGNOSIS
Dalam kebanyak kasus, demam akan datang dan pergi tanpa banyak intervensi
dari dokter. Jika penyebab sfesifik demam ditemukan, maka dokter bisa meresepkan
obat sesuai kebutuhan. Biasanya dengan terapi yang tepat infeksi akan sembuh dan
suhu tubuh akan kembali normal.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan
orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
2. Keluhan utama
Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C,
berkeringat, mual/muntah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
6. Geogram
Petunjuk anggota keluarga klien
7. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak
8. Riwayat sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
9. Kebutuhan dasar
a. Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
b. Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa gelisah
dan berkeringat.
c. Mandi
d. Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga
bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
e. Pemeriksaan fisik
f. Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta
tinggi badan
g. Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
h. Head to toe
Kepala dan leher
- Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
- Kulit, rambut, kuku. Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan /
kelainan.
- Mata
- Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi
indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris
mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
- Thorak dan abdomen biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5
x i.
- Sistem respirasi umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
- Sistem kardiovaskuler pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat
- Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
- Sistem pernafasan
- Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan
biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
i. Data penunjang
Biasanya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses,darah dan biasanya
leokositnya Hb,Ht menurun
j. Data pengobatan
Biasanya di berikan obat antipiretik untuk mengurangi suhu tubuh
klien, seperti ibuprofen, paracetamol.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut (PPNI T. P., 2017) diagnosis keperawatan
merupakan suatu penilaian klinis menganai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.
1. Hipertermia b,d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit, peningkatan laju
metabolism, respon trauma, aktivitas berlebihan
2. Risiko Hipovolemia
3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, penigkatan metabolism, factor ekonomi, factor psikologis.
4. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup monoton
5. Defisit Pengetahuan b.d gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang
terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, ketidaktahuan menemukan informasi
INTERVENSI
RENCANA
Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Hipetermia Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui penyebab
perawatan Hipertermia terjadinya hipertermi
diharapkan suhu Observasi 2. Pemamtauan suhu
tubuh membaik 1. Identifikasi tubuh yang teratur
dengan Kriteria penyebab dapat menentukan
Hasil: : hipertermia perkembangan
1. Menggigil 2. Monitor suhu tubuh perawatn
menurun Terapeutik 3. Saat demam kebutuhan
2. Takikardi 3. Berikan cairan oral akan cairan tubuh
menurun 4. Longgarkan/ meningkat
3. Suhu tubuh lepaskan pakaian 4. Proses konveksi akan
membaik Edukasi terhalang oleh pakaian
4. Kadar glukosa 5. Anjurkan tirah yang ketat
darah membaik baring 5. Meningkatkan
Edukasi kenyamanan istirahat
Kolaborasi pemberian serta dukungan
cairan dan elektrolit fisiologis/psikologis
intravena 6. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi.
Risiko Setelah dilakukan Manajemen a. Mengetahui tanda dan gejala
Hipovolemia perawatan Hipovolemia dari hipovolemia
diharapkan status Observasi b. Membantu dalam menganalisa
cairan membaik a. Periksa tanda dan kesimbangan cairan dan deraat
dengan kriteria gejala hipovolemia kekurangan cairan
hasil : (mis, frekuensi nadi c. Untuk mengetahui
a. Turgor kulit meningkat, nadi keseimbangan
meningkat teraba lemah, masukan dan keluaran
b. Output urine tekanan darah cairan
meningkat menurun, d. Dapat membantu
c. Suara nafas membrane mukosa menyuplai oksigen ke
tambahan kering, volume otak
menurun urine menurun, e. Untuk memenuhi
d. Keluhan haus haus, lemah) kebutuhan cairan
menurun b. Monitor intake dan dalam tubuh
e. Membrane output cairan f. Dapat meningkatkan
mukosa Terapeutik jumlah cairan tubuh
membaik c. Hitung kebutuhan dan mencegah
f. Suhu tubuh cairan terjadinya syok
membaik d. Berikan posisi hipovolemik.
modified
trendelemburg
Edukasi
e. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
f. Kolaborasi
pemberian cairan iv
isotonis ( mis,
NaCl, Rl)
g. Kolaborasi
pemberian cairan iv
hipotenis (mis,
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
h. Kolaborasi
pemberian cairan
colloid(mis,
albumin,
plasmanate)
i. Kolaborasi
pemberian produk
darah
Deficit Setelah dilakukan
Manajemen Nutrisi 1. Informasi dasar untuk
Nutrisi perawatan Observasi perencanaan awal dan
diharapkan asupan 1. Identifikasi status validasi data
nutrisi membaik, nutrisi 2. Agar dapat dilakukan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi intervensi dalam
1. Porsi makan dan intoleransi pemberian makanan
yang dihabiskan makanan 3. Mengetahui asupan
meningkat 3. Monitor asupan gizi yang masuk
2. Frekuensi makan makanan kedalam tubuh
membaik Terpeutik 4. Makanan yang tinggi
3. Nafsu makan 4. Berikan makanan kalori dibutuhkan
membaik tinggi kalori dan untuk sumber energy
tinggi protein dan makanan yang
5. Berikan suplemen tinggi protein
makan jika perlu berfungsi untuk
Edukasi mengganti sel-sel yang
6. Ajarkan diet yang telah rusak
di programkan 5. Meningkatkan nafsu
Kolaborasi makan dan perasaan
7. Kolaborasi dengan sehat
ahli gizi, jika perlu 6. Untuk pemenuhan
keseimbangan nutrisi
7. Membantu dalam
proses penentuan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
Intoleransi Intoleransi Manajemen Energi a. membantu
Aktivitas Aktivitas observasi menentukan derajat
Setelah dilakukan a. Identifikasi kerusakan dan
tindakan gangguan fungsi kesulitan terhadap
keperawatan tubuh yang keadaan yang dialami
diharapkan respon mengakibatkan b. mengidentifikasi
fisiologis terhadap kelelahan kekuatan/kelemahan
aktivitas b. Monitor kelelahan dan dapat memberikan
meningkat, fisik informasi mengenai
dengan kriteria Terapeutik pemulihan
hasil: c. Sediakan c. Meningkatkan
a. Kemudahan lingkungan nyaman kenyamanan istirahat
dalam melakukan dan rendah stimulus serta dukungan
aktivitas sehari- Lakukan latihan fisiologis/psikologi
hari meningkat rentang gerak pasif d. Mengidentifikasi
b. Keluhan lelah dan atau aktif. kekuatan/kelemahan
menurun Edukasi dan dapat memberikan
c. Perasaan lemah d. anjurkan strategi informasi mengenai
menurun koping untuk pemulihan.
d. Tekanan darah mengurangi e. Mempercepat proses
membaik kelelahan penyembuhan
Kolaborasi
Kolaborasai dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan a. Memahami
Pengetahuan tindakan Observasi kemampuan pasien
keperawatan a. Identifikasi dalam menerima
diharapkan tingkat kesiapan dan informasi
pengetahuan kemampuan b. Mencegah kepenatan
membaik dengan menerima informasi dalam beristirahat dan
kriteria hasil : Terapeutik meningkatkan
a. Perilaku sesuai b. Sediakan materi dan pengetahuan mengenai
anjuran media pendidikan istirahat/tidur
meningkat kesehatan c. Mengkaji pengetahuan
b. Persepsi yang c. Berikan kesempatan pasien dan keluarga
keliru terhadap untuk bertanya selama proses belajar
masalah menurun Edukasi d. Mencegah kepenatan
c. Perilaku membaik d. Jelaskan pentingnya dan meningkatkan
melakukan aktivitas pengetahuan serta
fisik/ olahraga rutin perasaan sehat
e. Ajarkan strategi e. Meningkatkan
yang dapat pengetahuan untuk
digunakan untuk peningkatan kesehatan.
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.

IMPLEMENTASI

Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya


adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka perawat
dapat melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga
tentang tindakan yang akan di lakukan.

EVALUASI

Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi


dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa, planning ).
Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan
keperawatan yang harus dimodifi.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Kepearwatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda NIC NOC. Jogjakarta: Media Action.
PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia. jakarta selatan:
DPP PPNI.
Sodikin. (2012). Prinsif Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Tamsuri, & Anas. (2017). Tanda tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.
Wardiyah, A., Setiawati, & Rohayati, U. (2016). Perbandingan Efektivitas
Pemberian Kompres Panas Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda
RSUD dr.H Abdul Moeloek Lampung. Jurnal Holistik Vol 10 No 1,
34-44.

Anda mungkin juga menyukai