Perbup - 67 - 2019 - Tentang - SBS
Perbup - 67 - 2019 - Tentang - SBS
Perbup - 67 - 2019 - Tentang - SBS
TENTANG
BUPATI SINTANG
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati Sintang sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa yang dibantu oleh perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM
adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
7. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar
STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
8. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene
dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan
menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau
masyarakat.
9. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap
individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang
air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.
10. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarang (SBS) atau Desa /
Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak lagi buang air besar sembarangan (SBS,
dengan kriteria antara lain :
11. Semua masyarakat telah buang air besar hanya di WC layak termasuk
kotoran bayi ;
12. Tidak terlihat atau tercium tinja manusia di lingkungan sekitar ;
13. Ada penerapan sanksi peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian buang air besar di sembarang tempat ;
14. Ada mekanisme monitoring umum yang di buat oleh masyarakat untuk
mencapai 100 % kepala keluarga mempunyai sanitasi yang layak ; dan
15. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk mencapai sanitasi total ;
16. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat dari
kekurangan gizi kronis, sehingga menyebabkan antaralain anak terlalu
pendek untuk usianya, terganggunya perkembangan otak, kecerdasan ,
dan gangguan metabolisme tubuh.
17. Intervensi Gizi Spesifik adalah intervensi yang ditujukan melalui
berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dengan
sasaran masyarakat umum salah satunya Akses terhadap Air minum
dan sanitasi layak
18. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku hygiene
dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan
menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau
masyarakat.
19. Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk untuk memastikan bahwa
telah terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam penyelenggaraan
percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan.
3
20. Wirausaha Sanitasi adalah pelaku usaha yang bergerak di bidang
layanan penyediaan produk dan jasa sanitasi yang layak dengan
pilihan dan harga yang terjangkau masyarakat.
21. Sistem Monitoring SBS dalam bentuk Evaluasi Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Berbasis Website dan Aplikasi Smart Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat adalah system monitoring dan evaluasi STBM
yang dikembangkan untuk memudahkan proses mengalirnya data dari
sumber terdekat di tingkat desa kepada pihak lain yang akan
menggunakan informasi tentang STBM di semua lini dengan
menggunakan teknologi website dan aplikasi Smart melalui android.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
PENYELENGGARAAN
Pasal 3
4
b. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang
memenuhi standar persyaratan kesehatan.
2. Dalam penyelenggaraan percepatan SBS dilakukan dengan
pemicuan di masyarakat dengan pendekatan SBS.
3. Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan oleh
petugas kesehatan, kader, relawan dan atau masyarakat yang telah
berhasil SBS di wilayah lain.
4. Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diarahkan untuk
memberikan kemampuan dalam :
a. merencanakan perubahan perilaku;
b. penggerakan masyarakat;
c. memantau terjadinya perubahan perilaku; dan
d. mengevaluasi hasil perubahan perilaku.
Pasal 4
BAB IV
TANGGUNG JAWAB DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH,
KECAMATAN DAN DESA/KELURAHAN
Pasal 5
5
f. memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua Institusi di Daerah; dan
g. melakukan pemantauan dan evaluasi.
2. Pemangku kepentingan Tingkat Kecamatan terhadap pelaksanaan
SBS, memiliki tanggung jawab dan peran sebagai berikut :
a. berkoordinasi dengan OPD terkait dan memberikan dukungan
bagi kader pemicu sanitasi lingkungan;
b. mengembangkan wirausaha sanitasi lokal untuk meningkatkan
produksi dan suplai penyediaan sarana sanitasi serta
memastikan kualitasnya;
c. mengevaluasi dan memonitor di lingkungan kerja desa dan
tempat tinggal; dan
d. melakukan verifikasi di tingkat Desa sebelum dilakukan
deklarasi.
3. Pemangku kepentingan Tingkat Desa/Kelurahan terhadap
pelaksanaan SBS, memiliki tanggung jawab dan peran sebagai
berikut :
a. membentuk Tim Fasilitator Desa/Kelurahan yang anggotanya
berasal dari kader-kader Desa/Kelurahan, bidan desa, tokoh
masyarakat dan lain sebagainya untuk memfasilitasi gerakan
masyarakat masyarakat sehingga bisa terbebas dari kebiasaan
buang air besar sembarangan;
b. memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk
mencapai kondisi wilayah SBS;
c. membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat secara
gotong royong dalam pelaksanaan percepatan SBS;
d. memonitor dan mengawasi masyarakat supaya tidak buang air
besar besar di sembarang tempat;
e. mengusulkan Peraturan Desa tentang sanksi buang air besar di
sembarang tempat terhadap warga masyarakat;
f. memberikan sanksi berupa teguran atau peringatan tertulis atau
hal lain yang bisa membuat jera masyarakat yang buang air
besar di sembarang tempat sehingga masyarakat tidak akan
mengulangi kebiasaan buang air besar di sembarang tempat;
dan
g. melakukan verifikasi di tingkat Dusun atau RW sebelum
dilakukan deklarasi.
4. Masyarakat terhadap pelaksanaan SBS, memiliki tanggung jawab
sebagai berikut :
a. memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan
berkenaan dengan penentuan kebijakan yang terkait dengan
perilaku buang air besar di sembarang tempat;
b. melakukan pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mewujudkan percepatan SBS;
dan
6
c. ikut serta dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan serta
penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
BAB V
TEMPAT KHUSUS BUANG AIR BESAR
Pasal 6
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 7
7
2. monitoring dan evaluasi di Kecamatan dilakukan oleh Petugas
Kesehatan/Sanitarian, Tenaga Promosi Kesehatan Puskesmas dan
fasilitator untuk melakukan kompilasi pemicuan, rencana kerja
masyarakat dan aktivitas tim kerja masyarakat;
3. monitoring di Desa/Kelurahan dilakukan oleh
Kader,Bidan/Perawat Desa dan Petugas Kesehatan/Sanitarian
untuk melihat perkembangan kegiatan pemicuan di masyarakat dan
mengumpulkan data dasar akses sanitasi; dan
4. monitoring dan evaluasi data akses sanitasi menggunakan aplikasi
STBM SMART berbasis website dan sms gateway (www.stbm-
indonesia.org)
.
BAB VII
PENGHARGAAN
Pasal 8
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 9
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 10
8
1. Bupati berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan sebagai
upaya mewujudkan Daerah SBS.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat serta kepada
pimpinan dan/atau penanggung jawab Pemerintahan di Kecamatan
dan Desa.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
pemantauan atas ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku di
wilayah kerjanya.
4. Bupati dapat melimpahkan kewenangan pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada Camat.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 11
BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
Pasal 13
Ditetapkan di Sintang
pada tanggal ......................
BUPATI SINTANG,
Cap/TTD
Diundangkan di Sintang
pada tanggal 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINTANG,
YOSEPHA HASNAH
BERITA DAERAH KABUPATEN SINTANG TAHUN 2019 NOMOR
10