Review Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANALISIS JURNAL DESAIN INDUSTRI

Nama : Amanda Ismi Wulan


NIM : 02011281924231
No. DPNA : 76
Kampus : Indralaya
Mata Kuliah : Hukum Hak Kekayaan Intelektual

JURNAL 1

Judul PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI SEBAGAI BAGIAN


DARI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

Jurnal Universitas Suryadarma

Volume & Halaman Vol.4, 16 Hal

Tahun 2015

Penulis Dr. Niru Anita Sinaga, SH., MH.

Tanggal akses 24 Februari 2022

Link https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jti/article/d
ownload/673/643

Tujuan Penelitian Pada jurnal ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan lebih lanjut mengenai perlindungan apa yang
dibutuhkan desain industri, dan faktor-faktor yang menjadi
penghalang atau penghambat dalam pelaksanaan UU No.31
Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Hasil Penelitian Dalam UU No. 31 Tahun 2000, seorang atau beberapa orang
yang menghasilkan Desain Industri disebut Pendesain. Untuk
mendapatkan Hak Desain Industri harus diajukan melalui
permohonan atau permintaan pendaftaran Desain Industri
diajukan kepada Direktorat Jenderal.Yang mengajukan
permohonan disebut Pemohon. Apabila permohonan atau
pendaftaran telah disetujui, maka pendesain diberi Hak Desain
Industri, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik
Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut. Pemegang Hak Desain Industri dapat memberikan
Lisensi, yaitu izin kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu Desain Industri yang
diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat
tertentu.

Pengalihan Hak Desain Industri dapat dilakukan dengan cara:


a. Pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis;
e.atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan.

Jangka waktu perlindungan Desain Industri adalah:


1. Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal
Penerimaan.
2. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicatat dalam Daftar
Umum Desain Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi
Desain Industri.

Pasal 5 Ayat (1) UU No. 31 Tahun 2000, jangka waktu


perlindungan Hak Desain Industri adalah 10 tahun terhitung
sejak tanggal penerimaan permohonan. Perlindungan hak Desain
Industri biasanya diberikan berdasarkan suatu prosedur
pendaftaran terhadap Desain Industri tersebut (registered design).
Perlindungan hukum Hak Desain Industri didasarkan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Oemar 28 Zaid Hamzah, Intellectual
Property Law & Strategy: A Legal and Business Toolkit to
Manage Intellectual Property and Innovation, Singapore:

Pendapat Perlu kerjasama antara Departemen Perdagangan dengan


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual) untuk memetakan dan
memberikan pelayanan khusus dalam proses pendaftaran Hak
Cipta maupun Desain Industri bagi para pelaku industri kreatif.
Aparat penegak hukum harus benar benar serius dalam
mengawasi, memproses dan menyelesaikan setiap pelanggaran
yang terjadi dan memberikan hukuman yang setimpal sehingga
terwujud kepastian hukum, juga dengan adanya sanksi yang tegas
dapat menimbulkan efek jera bagi yang melakukan pelanggaran.

Saran Landasan yuridis dalam pembentukan Undang-undang Desain


Industri di Indonesia pada dasarnya harus mengacu pada
Pancasila dan UUD 1945. Untuk tata cara penulisan sangat baik,
akan tetapi ada beberapa materi yang dibahas kembali.
JURNAL 2

Judul PERLINDUNGAN HAK CIPTA, HAK TERKAIT, DAN


DESAIN INDUSTRI

Jurnal MIMBAR HUKUM, Universitas Gadjah Mada

Volume & Halaman Volume 22, Nomor 2, Hal. 265-282

Tahun 2010

Penulis Dina Widyaputri Kariodimedjo

Tanggal akses 24 Februari 2022

Link https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/download/16222/10768

Tujuan Penelitian Pada jurnal ini penulis memiliki tujuan untuk menjelaskan
konsep perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI atau
Intellectual Property/IP) khususnya Hak Cipta, Hak Terkait dan
Desain Industri berdasarkan konvensi internasional dan hukum
Indonesia. Lebih lanjut, tulisan ini juga menjelaskan prosedur
dan persyaratan untuk melakukan permohonan pendaftaran hak,
dan perkembangan di seputar ketiga bidang tersebut.

Subjek Penelitian Subjek penelitian pada jurnal ini adalah pemegang hak Desain
Industri yaitu pendesain atau yang menerima hak tersebut dari
pendesain, juga membandingkan perlindungan hukum desain
industri di negara lain.

Hasil Penelitian Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi internasional di


bidang Hak Cipta (Copyright), yaitu
a. Persetujuan TRIPs dan WTO yang diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
b. Berne Convention pada tanggal 7 Mei 1997 dengan
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Konvensi
Bern memiliki ruang lingkup karya kesusastraan dan
karya artistik, dan merupakan perjanjian tertua di bidang
Hak Cipta.
c. WIPO Copyright Treaty (WTC) dengan Keppres Nomor
19 Tahun 1997 (mulai berlaku pada tanggal 20 Mei
2002.)
d. WIPO performances and phonograms Treaty (WPPT)
dengan Keppres Nomor 74 Tahun 2004 (Mulai berlaku
pada 20 Mei 2002)

Perlindungan Hak Cipta di Indonesia, pada masa pemerintahan


nasional. telah diundangkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1982 tentang Hak Cipta, kemudian diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Revisi atas UU tersebut
kemudian dilakukan dengan disahkannya Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1997, tahun 2002 diubah kembali dan yang
terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Perlindungan Desain Industri/DI memberikan hak kepada


pemilik desain untuk melarang penggunaan izin yang tanpa
seizin dirinya, dan mencegah pihak lain yang tidak meminta izin
darinya untuk membuat, menjual atau mengimpor produk yang
dilindungi dengan hak DI (Article 26(1) TRIPs Agreement)

Pengembangan DI dapat dilakukan secara sederhana dan murah,


meskipun tidak menutup kemungkinan pengembangan suatu
desain akan memerlukan dana yang besar dan investasi lain yang
lebih kompleks. Mengingat hal ini, perlindungan DI sangat
relevan untuk industri kecil dan menengah, seniman dan perajin,
baik di negara modern maupun negara berkembang. Kendalanya
terletak pada belum cukup tersosialisasikannya konsep
perlindungan DI kepada masyarakat termasuk kalangan
perguruan tinggi, meski data DJHKI menunjukkan ada
peningkatan jumlah permohonan DI. Perlu dicatat bahwa
perlindungan DI tidak hanya diberikan oleh sistem atau rezim
DI, namun sebagai alternatif, suatu desain dapat dilindungi
dengan rezim HC atau peraturan perundangan yang mengatur
mengenai persaingan usaha yang tidak sehat. Di Indonesia,
perlindungan desain secara khusus diberikan di bawah rezim DI,
yaitu berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri (UU DI).

Pendapat Konsep perlindungan Hak Cipta, Hak Terkait, dan Desain


Industri didasarkan pada beberapa konvensi internasional dan
hukum Nasional (UUHC 2002 dan UU DI) yang telah
memberikan perlindungan minimum sebagaimana ditetapkan
dalam TRIPS Agreement. Prosedur dan persyaratan untuk
permohonan pendaftaran diatur terinci di dalam peraturan
perundang - undangan Hak Cipta dan Desain Industri. Adapun
perkembangan utama di bidang Hak Cipta dan HT adalah
tantangan perlindungan HC terkait perkembangan teknologi
yang sangat pesat, sedangkan di bidang Desain Industri perlu
dicatat bahwa masih kurangnya sosialisasi mengenai konsep
perlindungan Desain Industri sehingga masyarakat khususnya
kalangan perguruan tinggi relatif belum memanfaatkan
perlindungan ini.

Saran Tata cara penulisan undang-undang dan penyingkatan kata


cenderung membuat pembaca kesulitan, ada baiknya beberapa
kata tidak perlu disingkat. Diperlukan juga rumusan masalah
untuk mengetahui permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai