Tindak Pidana Penyelundupan Kepabeanan
Tindak Pidana Penyelundupan Kepabeanan
Tindak Pidana Penyelundupan Kepabeanan
5/Jul/2016
143
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
terhadap pengaturan mengenai subjek hukum, dalam rangka kegiatan eksport import?
bentuk perbuatan pidana, dan sanksi pidananya 2. Bagaimana bentuk pertanggungjawab
yang dirumuskan oleh pembuat kebijakan pidana dalam tindak pidana
legislatif atau perumus Undang-Undang penyelundupan?
Perubahan Atas Undang-Undang Kepabeanan,
sebagaimana ketentuan Pasal 102 sampai C. Metode Penelitian
dengan Pasal 109, bahwa rumusan tersebut Bahwa dalam penulisan Skripsi ini,
tidak mengatur secara tegas cara atau menggunakan metode penelitian hukum
mekanisme pengembalian kerugian negara normatif,7 atau penelitian hukum kepustakaan
akibat tindak pidana penyelundupan, yaitu yaitu meneliti bahan-bahan pustaka sebagai
sebesar hak pungut negara atas bea masuk dan bahan primer dan didukung bahan-bahan
pajak (untuk impor) atau bea keluar (untuk sekunder. Bahan hukum primer berupa
ekspor) dari akibat tindak pidana literatur-literatur yang ada hubungannya
5
penyelundupan. dengan judul Skripsi yaitu bagaimana bentuk-
Kebijakan tersebut implementasinya telah bentuk pertanggungjawaban pidana dalam
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Tindak Pidana Penyelundupan di Indonesia.
Indonesia Nomor 55 Tahun 2008 tentang Sedangkan bahan hukum sekunder sebagai
Pengenaan Bea Keluar terhadap Barang Ekspor bahan pelengkap untuk mendukung bahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun primer berupa majalah-majalah Skripsi, Tesis,
2008 Nomor 116 dan Tambahan Lembaran Disertasi, Perundang-Undangan yang ada
Negara Republik Indonesia Nomor 4886). Pada hubungannya dengan judul Skripsi ini.
rumusan Undang-Undang Perubahan Atas
Undang-Undang Kepabeanan khususnya Pasal PEMBAHASAN
102 sampai dengan Pasal 1096 tersebut, tidak A. Tindak Pidana Penyelundupan Dalam
secara tegas diatur tentang konsep Rangka Kegiatan Ekspor Import
pengembalian kerugian negara, sehingga setiap Ketentuan sanksi pidana untuk tindak
kali ada tindak pidana penyelundupan negara pidana penyelundupan diatur dalam Undang-
selalu dirugikan. Sebagai perbandingan, konsep Undang No. 17 Tahun 2006, khususnya pada
pengembalian kerugian negara dengan skala Pasal 102, Pasal 102 A, Pasal 102 B, Pasal 102 C,
pidana penjara diatur secara tegas dalam Pasal 102 D, Pasal 103, Pasal 103 A, Pasal 104,
Customs Law Negara Singapura dan Malaysia, Pasal 105, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109
yang menyatakan bahwa apabila kerugian yang dirumuskan sebagai berikut: 8
negara tidak dibayar lunas maka akan diberikan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
sanksi berupa pidana penjara yang lamanya 2006:
berdasarkan skala besarnya kerugian negara. Setiap orang yang:
Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk (a) mengangkut barang impor yang tidak
Undang-Undang Kepabeanan di Indonesia tercantum dalam manifes sebagaimana
belum mempunyai konsep yang lebih dimaksud dalam Pasal 7A ayat (2);
mengutamakan pembayaran kerugian untuk (b) membongkar barang impor di luar
kepentingan negara dalam pengaturan sanksi kawasan pabean atau tempat lain tanpa
pidana untuk formulasi tindak pidana izin kepala kantor pabean;
penyelundupan, bahwa khususnya dalam (c) membongkar barang impor yang tidak
Undang-Undang Perubahan Atas Undang- tercantum dalam pemberitahuan pabean
Undang Kepabeanan belum mengatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A
sebagaimana Negara Singapura dan Negara ayat (3);
Malaysia. (d) membongkar atau menimbun barang
impor yang masih dalam pengawasan
B. Rumusan Masalah pabean di tempat selain tempat tujuan
1. Bagaimana tindak pidana penyelundupan
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
5
Ibid, hal. 9 Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada,
6
Lihat Penjelasan Pasal 109 UU No. 17 Tahun 2006 Jakarta, 2003, hal. 13
8
tentang Kepabeanan Ibid, hal. 156
144
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
145
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Pasal 102 C Undang-Undang Nomor 17
rupiah) dan paling banyak Tahun 2006:
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Dalam hal perbuatan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 102, Pasal
Sedangkan unsur-unsur dari ketentuan Pasal 102A, Pasal 102B dilakukan oleh pejabat dan
102A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 aparat penegak hukum, pidana yang
yang mengatur tindak pidana penyelundupan di dijatuhkan dengan pidana sebagaimana
bidang ekspor adalah sebagai berikut: ancaman pidana dalam undang-undang ini
Unsur Objektif:12 ditambah 1/3 (satu pertiga).
(a) Subjeknya: Setiap orang adalah orang Daerah pabean adalah wilayah Negara
perseorangan atau badan hukum (Pasal 1 Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
angka 12). perairan, dan ruang udara di atasnya, serta
(b) Perbuatannya: tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
1) mengekspor barang tanpa Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen
menyerahkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
pabean; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.14
2) memuat di luar kawasan pabean Negara Indonesia disebut sebagai negara
tanpa izin kepala kantor pabean; kepulauan” yang lautnya berbatasan langsung
3) membongkar ekspor di dalam dengan negara tetangga, maka diperlukan
daerah pabean tanpa izin kepala pengawasan pengangkutan barang yang
kantor pabean; diangkut melalui laut di dalam daerah pabean
4) mengangkut tanpa dilindungi untuk menghindari penyelundupan dengan
dengan dokumen yang sah sesuai modus pengangkutan antar pulau, khususnya
dengan pemberitahuan pabean. barang-barang tertentu.15
(c) Objeknya: Barang ekspor Tindak pidana penyelundupan dalam rangka
Unsur Subjektif:13 kegiatan impor seperti yang diatur dalam Pasal
Bentuk Kesalahannya adalah kesengajaan 102 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
atau dengan sengaja memberitahukan jenis tentang Perubahan atas Undang-Undang
dan/atau jumlah barang ekspor dalam Kepabeanan, dilakukan dengan menggunakan
pemberitahuan pabean secara salah. modus sarana transportasi jalur laut (kapal
Sanksinya: kumulatif penjara dan denda, laut), udara (pesawat udara), dan lewat darat
yaitu: (kendaraan bermotor dan pelintas batas).
Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun Menurut pendapat Setyowasis, yang dimaksud
dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) import adalah pemasukan barang dari luar
tahun dan pidana denda paling sedikit daerah pabean ke dalam daerah pabean.16
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Selain sanksi pidana dalam rangka kegiatan
dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima impor yang diatur pada Pasal 102 Undang-
miliar rupiah). Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Pasal 102 B Undang-Undang Nomor Perubahan atas Undang-Undang Kepabeanan,
17Tahun 2006: maka diatur juga sanksi administratif dalam
Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam rangka kegiatan impor dalam Undang-Undang
Pasal 102 dan Pasal 102A yang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
mengakibatkan terganggunya sendi-sendi
perekonomian negara dipidana dengan 14
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perubahan Atas
Undang-Undang Kepabeanan
dan pi-dana penjara paling lama 20 (dua 15
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
puluh) tahun dan pidana denda paling 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang
rupiah) dan paling banyak Rp Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4661)
12 16
Ibid, Pasal 102A Setyowasis, Import Magazine, Edisi November 2007,
13
Ibid, Pasal 102A No. 1318/XXXVII, hal. 28
146
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
147
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
cukai setempat harus memiliki profil harga jasa kepabeanan mendapat kuasa dari importir
barang yang berlaku saat itu.23 dalam rangka kegiatan impor dan bertanggung
jawab terhadap bea masuk atau pungutan dan
3. Tanggung Jawab bagi Pengangkut Barang pajak serta Penerimaan Negara Bukan Pajak
Sehubungan Terjadinya Tindak Pidana (PNBP) terutang apabila importir yang
Penyelundupan melakukan tindak pidana penyelundupan tidak
Pengangkut barang yaitu: kapal laut; diketemukan.25
pesawat udara, dan kendaraan truk;
berdasarkan Pasal 7A ayat (2) Undang-Undang 5. Tanggung Jawab Badan Hukum (Perseroan,
Perubahan atas Kepabeanan menyatakan; Perusahaan, Kumpulan, Yayasan, dan
Pengangkut yang sarana pengangkutnya Koperasi) Jika Terjadi Tindak Pidana Pe-
memasuki daerah pabean wajib mencantumkan nyelundupan
barang sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam Pengertian subjek hukum menurut
manifesnya. Setiap sarana pengangkut yang pendapat Riduan Syahrani adalah pendukung
masuk ke daerah pabean Republik Indonesia, hak dan kewajiban manusia, yaitu manusia dan
sebelum melakukan pembongkaran barang badan hukum.26 Untuk pertanggungjawaban
muatan yang diangkut, wajib memberitahukan pidana badan hukum; yang dikutip D.
lewat manifest kepada Kantor Pengawasan dan Schaffmeister bahwa semenjak 1 September
Pelayanan Bea dan Cukai setempat tentang apa 1886 di Belanda ditetapkan dalam pidana
saja barang dan orang yang dimuatnya dalam umum (commune strafrecht), suatu badan
sarana pengangkut tersebut.24 hukum dapat melakukan perbuatan pidana
Apabila terjadi tidak pidana penyelundupan sehingga dapat dituntut dan dijatuhi pidana.
maka sarana pengangkut tersebut tidak bisa Mengenai dapat dipidananya perserikatan-
disertakan sebagai pelaku dan dimintai perserikatan/badan-badan usaha digunakan
pertanggungjawaban secara pidana, karena istilah “korporasi”. Peraturan baru tersebut
masuknya ke daerah Pabean Republik Indonesia tidak membuat pembaruan-pembaruan yang
dan berlabuh di pelabuhan yang ada Kantor prinsipil dan menyeluruh dalam rangka hukum
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai pidana. Perubahan ini merupakan suatu
setempat. Apabila sarana pengangkut tersebut pembaruan total dari pendirian yang telah
berlabuh di pelabuhan, atau suatu tempat yang ditetapkan dahulu dalam hukum pidana yang
tidak ada Kantor Pengawasan dan Pelayanan berlaku umum, dalam bagian umum KUHP.27
Bea Cukai nya, maka sarana pengangkut dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana maupun PENUTUP
pertanggungjawaban secara perdata atas A. Kesimpulan
tindakan tersebut. 1. Bentuk tindak pidana penyelundupan di
Indonesia dapat dibagi menjadi 2 (dua)
4. Tanggung Jawab Pengusaha Pengurusan golongan, yaitu: (1) tindak pidana
Jasa Kepabeanan (PPJK) dengan Terjadinya penyelundupan dalam rangka kegiatan
Tindak Pidana Penyelundupan impor; dan (2) tindak pidana
Timbulnya Pengusaha Pengurusan Jasa penyelundupan dalam rangka kegiatan
Kepabeanan (PPJK) sejak diatur ketentuan Pasal ekspor, sebagaimana diatur dalam Pasal
29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 102 sampai dengan Pasal 113 D Undang-
1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana diubah Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Perubahan atas Undang-Undang Nomor
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 10 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dan Yang disyaratkan harus ada kerugian
Peraturan Menteri Keuangan Nomor negara yang dapat di-hitung dengan
65/PMK.04/2007 tentang Pengusaha
25
Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK). Pengusaha Lihat Penjelasan Peraturan Menteri Keuangan RI No.
65/PMK.04/2007
26
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Hukum, Citra
23
Ibid, hal. 178 Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 131
24 27
Lihat Penjelasan Pasal 7A ayat (2) Undang-Undang No. Schaffmeister, Hukum Pidana Yang Diedit oleh JE
17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan Sahetapy, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 271
148
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
149
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
Martin A. Elisabet , Oxford Dictionary Law (Six Suporijadi Anwar, Kata Pengantar Buku Tarif
Edition), Oxford University Press, New Bea Masuk Indonesia, Direktur Jenderal
York, 2006. Bea dan Cukai Jakarta, 2006.
Martin Jacqueline. Criminal Law, Hodder Syahrani Riduan, Rangkuman Intisari Hukum,
Education Part of Hachette UK, 2007. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 1983. Sumber Lain:
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Peraturan Perundang-Undangan
Bandung, 2002. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2006 tentang
Platt Richard, Smuggling in The British Isles A Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995
History, Tempus Published, 2007. tentang Kepabeanan.
Priyatno Dwidja, Kebijakan Legislasi tentang
Sistem Pertanggungjawaban Pidana Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang
Korporasi di Indonesia, CV. Utomo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Bandung, 2004 Pidana.
Putra Jaya Nyoman Sarikat, Kapita Selekta Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Hukum Pidana, Undip Semarang, 2005. Kekuasaan Kehakiman RI.
Reid S.T. Crime and Criminology, Hola. Reindard Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang
& Winston, 1985 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Saleh Roeslan, Perbuatan Pidana dan Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1982 tentang
Pertanggungjawaban Pidana: Dua Wajib Daftar Perusahaan.
Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1983 tentang
Aksara Baru, Jakarta, 1983 Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Schaffmeister D. dan Kaijzer N., Hukum Pidana, Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Editor Keimgrasian.
JE. Sahetapy dan Agustinus Pohan, 2007 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982
Schaffmeister, Hukum Pidana Yang Diedit oleh tentang Pelaksanaan Eksport/Import
JE Sahetapy, Citra Aditya Bakti, dan Lalu Lintas Devisa.
Bandung, 2007. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996
Setyowasis, Import Magazine, Edisi November tentang Penyidikan Tindak Pidana
2007, No. 1318/XXXVII Kepabeanan dan Bea Cukai.
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, Penelitian
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2003.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan
Masyarakat : Kajian Terhadap
Pembaharuan Hukum Pidana, Sinar
Baru, Bandung, 1983.
__________, Hukum Pidana Jilid I, Bahan Kuliah
Fakultas Hukum Undip, Semarang,
1975.
Sukinto Yudi Wibowo, Tindak Pidana
Penyelundupan di Indonesia Kebijakan
Formulasi Sanksi Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta, 2013.
Sunarno, Sistem dan Prosedur Kepabeanan di
Bidang Ekspor, Jakarta, 2007.
__________, Sistem dan Prosedur Kepabeanan
di Bidang Ekspor (Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Kepabeanan, Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, 2007
150