Tindak Pidana Penyelundupan Kepabeanan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

5/Jul/2016

TANGGUNG JAWAB PIDANA TERHADAP penyelundupan yang dilakukan oleh


PENYELUNDUPAN BARANG MENURUT Pemerintah Republik Indonesia, yaitu
UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2006 mengganti Undang-Undang Tarif Indonesia
TENTANG KEPABEANAN1 dengan memberlakukan Undang-Undang
Oleh: Reinhard John Pontoh2 Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan. Selain itu, upaya yang
ABSTRAK dilakukan adalah: Presiden Republik Indonesia
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Susilo Bambang Yudhoyono telah membentuk
mengetahui bagaimana tindak pidana tim untuk menangani masalah penyelundupan
penyelundupan dalam rangka kegiatan eksport dan mengeluarkan Instruksi Presiden (INPRES)
import dan bagaimana bentuk dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 54
pertanggungjawab pidana dalam tindak pidana Tahun 2005 tentang Perubahan atas Keputusan
penyelundupan. Dengan menggunakan metode Presiden Nomor 54 Tahun 2002 tentang Tim
penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang
Bentuk tindak pidana penyelundupan di Ekspor dan Impor.3
Indonesia dibagi 2 (dua) golongan, yaitu: (1) Lebih lanjut, pada Tanggal 15 November
tindak pidana penyelundupan dalam rangka 2006 Pemerintah mengesahkan perubahan
kegiatan impor; dan (2) tindak pidana Undang-Undang Kepabeanan dengan Undang-
penyelundupan dalam rangka kegiatan ekspor, Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 102 sampai 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
dengan Pasal 113 D Undang-Undang Nomor 17 Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995
Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang- tentang Kepabeanan. Dalam Penjelasan Umum
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepa- ditegaskan: “Sejak berlakunya Undang-Undang
beanan. Yang disyaratkan harus ada kerugian Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,
negara yang dapat di-hitung dengan sejumlah masyarakat menganggap bahwa rumusan
nilai uang. 2. Subjek hukum yang dapat diminta tindak pidana penyelundupan yang diatur pada
pertanggungjawaban pidana dalam Pasal 102 dalam Undang-Undang Republik
tindak pidana penyelundupan meliputi subjek Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang
hukum perorangan; Pejabat Bea Cukai; Kepabeanan menyatakan bahwa “Barangsiapa
Pengangkutan; Pengusaha Pengurusan Jasa yang mengimpor atau mengekspor atau
kepabeanan (PPJK); dan Badan Hukum. mencoba mengimpor atau mengekspor barang
Formulasi pertanggungjawaban pidana dalam “tanpa mengindahkan” ketentuan undang-
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang undang ini dipidana karena melakukan “Pe-
Kepabeanan, tidak diatur secara lengkap karena nyelundupan”, kurang tegas karena dalam
kalau dibandingkan dengan sanksi pidana untuk penjelasan dinyatakan bahwa “pengertian”
korporasi, pertanggungjawaban pidana Pejabat tanpa mengindahkan adalah sama sekali tidak
Bea Cukai yang berkolusi membantu tindak memenuhi ketentuan atau prosedur”.
pidana penyelundupan dengan Undang-Undang Perubahan Atas Undang-
menyalahgunakan wewenangnya tidak diatur Undang Kepabeanan secara tegas merumuskan
secara spesifik dengan formulasi pemberatan tindak pidana penyelundupan menjadi 2 (dua)
sanksi pidana dan sanksi membayar kerugian bagian, yaitu:4
negara harus diberlakukan juga. (1) Tindak pidana penyelundupan dalam
Kata kunci: Tanggung jawab pidana, rangka kegiatan impor.
penyelundupan, barang, kepabeanan (2) Tindak pidana penyelundupan dalam
rangka kegiatan ekspor.
PENDAHULUAN Pengaturan secara tegas juga dilakukan
A. Latar Belakang
Upaya penanggulangan tindak pidana 3
Anonim, Presiden Pimpin Sidang Kabinet Paripurna,
“Tangani Penyelundupan, Dibentuk Tim INPRES 24/2005”
diakses pada http://www.indonesia.go.id/id/index.php?,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Fransiscus X. tanggal 19 Februari 2015
4
Tangkudung, SH, MH; Tonny Rompis, SH, MH Yudi Wibowo Sukinto, Tindak Pidana Penyelundupan di
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Indonesia Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana, Sinar
100711108 Grafika, Jakarta, 2013, hal. 9

143
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

terhadap pengaturan mengenai subjek hukum, dalam rangka kegiatan eksport import?
bentuk perbuatan pidana, dan sanksi pidananya 2. Bagaimana bentuk pertanggungjawab
yang dirumuskan oleh pembuat kebijakan pidana dalam tindak pidana
legislatif atau perumus Undang-Undang penyelundupan?
Perubahan Atas Undang-Undang Kepabeanan,
sebagaimana ketentuan Pasal 102 sampai C. Metode Penelitian
dengan Pasal 109, bahwa rumusan tersebut Bahwa dalam penulisan Skripsi ini,
tidak mengatur secara tegas cara atau menggunakan metode penelitian hukum
mekanisme pengembalian kerugian negara normatif,7 atau penelitian hukum kepustakaan
akibat tindak pidana penyelundupan, yaitu yaitu meneliti bahan-bahan pustaka sebagai
sebesar hak pungut negara atas bea masuk dan bahan primer dan didukung bahan-bahan
pajak (untuk impor) atau bea keluar (untuk sekunder. Bahan hukum primer berupa
ekspor) dari akibat tindak pidana literatur-literatur yang ada hubungannya
5
penyelundupan. dengan judul Skripsi yaitu bagaimana bentuk-
Kebijakan tersebut implementasinya telah bentuk pertanggungjawaban pidana dalam
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Tindak Pidana Penyelundupan di Indonesia.
Indonesia Nomor 55 Tahun 2008 tentang Sedangkan bahan hukum sekunder sebagai
Pengenaan Bea Keluar terhadap Barang Ekspor bahan pelengkap untuk mendukung bahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun primer berupa majalah-majalah Skripsi, Tesis,
2008 Nomor 116 dan Tambahan Lembaran Disertasi, Perundang-Undangan yang ada
Negara Republik Indonesia Nomor 4886). Pada hubungannya dengan judul Skripsi ini.
rumusan Undang-Undang Perubahan Atas
Undang-Undang Kepabeanan khususnya Pasal PEMBAHASAN
102 sampai dengan Pasal 1096 tersebut, tidak A. Tindak Pidana Penyelundupan Dalam
secara tegas diatur tentang konsep Rangka Kegiatan Ekspor Import
pengembalian kerugian negara, sehingga setiap Ketentuan sanksi pidana untuk tindak
kali ada tindak pidana penyelundupan negara pidana penyelundupan diatur dalam Undang-
selalu dirugikan. Sebagai perbandingan, konsep Undang No. 17 Tahun 2006, khususnya pada
pengembalian kerugian negara dengan skala Pasal 102, Pasal 102 A, Pasal 102 B, Pasal 102 C,
pidana penjara diatur secara tegas dalam Pasal 102 D, Pasal 103, Pasal 103 A, Pasal 104,
Customs Law Negara Singapura dan Malaysia, Pasal 105, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109
yang menyatakan bahwa apabila kerugian yang dirumuskan sebagai berikut: 8
negara tidak dibayar lunas maka akan diberikan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
sanksi berupa pidana penjara yang lamanya 2006:
berdasarkan skala besarnya kerugian negara. Setiap orang yang:
Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk (a) mengangkut barang impor yang tidak
Undang-Undang Kepabeanan di Indonesia tercantum dalam manifes sebagaimana
belum mempunyai konsep yang lebih dimaksud dalam Pasal 7A ayat (2);
mengutamakan pembayaran kerugian untuk (b) membongkar barang impor di luar
kepentingan negara dalam pengaturan sanksi kawasan pabean atau tempat lain tanpa
pidana untuk formulasi tindak pidana izin kepala kantor pabean;
penyelundupan, bahwa khususnya dalam (c) membongkar barang impor yang tidak
Undang-Undang Perubahan Atas Undang- tercantum dalam pemberitahuan pabean
Undang Kepabeanan belum mengatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A
sebagaimana Negara Singapura dan Negara ayat (3);
Malaysia. (d) membongkar atau menimbun barang
impor yang masih dalam pengawasan
B. Rumusan Masalah pabean di tempat selain tempat tujuan
1. Bagaimana tindak pidana penyelundupan
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
5
Ibid, hal. 9 Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada,
6
Lihat Penjelasan Pasal 109 UU No. 17 Tahun 2006 Jakarta, 2003, hal. 13
8
tentang Kepabeanan Ibid, hal. 156

144
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

yang ditentukan dan/ atau diizinkan; 6. mengeluarkan yang belum


(e) menyembunyikan barang impor secara diselesaikan kewajiban pabeannya;
melawan hukum; 7. mengangkut dari tempat
(f) mengeluarkan barang impor yang belum penimbunan sementara atau tempat
diselesaikan kewajiban pabeannya dari penimbunan berikat yang tidak
kawasan pabean atau dari tempat sampai ke kantor pabean tujuan dan
penimbunan berikat atau dari tempat lain tidak dapat membuktikan bahwa hal
di bawah pengawasan pabean tanpa tersebut di luar kemampuannya.
persetujuan pejabat bea dan cukai yang (c) Objeknya: Barang impor
mengakibatkan tidak terpenuhinya Unsur Subjektif:10
pungutan negara berdasarkan undang- Bentuk Kesalahannya adalah
undang ini; kesengajaan atau dengan sengaja
(g) mengangkut barang impor dari tempat memberitahukan jenis dan/atau jumlah
penimbunan sementara atau tempat barang impor dalam pemberitahuan
penimbunan berikat yang tidak sampai ke pabean secara salah.
kantor pabean tujuan dan tidak dapat Sanksinya: kumulatif penjara dan denda,
membuktikan bahwa hal tersebut di luar yaitu: Pidana penjara paling singkat 1 (satu)
kemampuannya; atau tahun dan pidana penjara paling lama 10
(h) dengan sengaja memberitahukan jenis (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
atau jumlah barang impor da-lam sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
pemberitahuan pabean secara salah, rupiah) dan paling banyak
dipidana karena melakukan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
penyelundupan di bidang impor dengan Pasal 102 A Undang-Undang Nomor 17
pidana penjara paling singkat 1 (satu) Tahun 2006:
tahun dan pidana penjara paling lama 10 Setiap orang yang:11
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling a. mengekspor barang tanpa menyerahkan
sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta pemberitahuan pabean;
rupiah) dan paling banyak b. dengan sengaja memberitahukan jenis
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). dan/atau jumlah barang ekspor dalam
Unsur-unsur dari ketentuan Pasal 102 pemberitahuan pabean secara salah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A
mengatur tindak pidana penyelundupan di ayat (1) yang mengakibatkan tidak
bidang impor adalah sebagai berikut: 9 terpenuhinya pungutan negara di bidang
ekspor;
Unsur Objektif: c. memuat barang ekspor di luar kawasan
(a) Subjeknya: Setiap orang adalah orang pabean tanpa izin kepala
perseorangan atau badan hukum kantor pabean sebagaimana dimaksud
(Pasal 1 angka 12). dalam Pasal 11A ayat (3);
(b) Perbuatannya: d. membongkar barang ekspor di dalam
1. mengangkut; daerah pabean tanpa izin ke
2. membongkar di luar kawasan pala kantor pabean;
pabean atau tempat lain tanpa izin e. mengangkut barang ekspor tanpa
kepala kantor pabean; dilindungi dengan dokumen yang sah
3. membongkar yang tidak tercantum sesuai dengan pemberitahuan pabean
dalam pemberitahuan pabean. sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 A
4. membongkar atau menimbun yang ayat (1) dipidana karena melakukan
masih dalam pengawasan pabean di penyelundupan di bidang ekspor dengan
tempat selain tempat tujuan yang pidana penjara paling singkat 1 (satu)
ditentukan dan/atau diizinkan; tahun dan pidana penjara paling lama 10
5. menyembunyikan secara melawan
hukum; 10
Ibid, hal. 157
11
Lihat Penjelasan Pasal 102A, UU No. 17 Tahun 2006
9
Ibid, hal. 157 tentang Kepabeanan

145
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Pasal 102 C Undang-Undang Nomor 17
rupiah) dan paling banyak Tahun 2006:
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Dalam hal perbuatan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 102, Pasal
Sedangkan unsur-unsur dari ketentuan Pasal 102A, Pasal 102B dilakukan oleh pejabat dan
102A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 aparat penegak hukum, pidana yang
yang mengatur tindak pidana penyelundupan di dijatuhkan dengan pidana sebagaimana
bidang ekspor adalah sebagai berikut: ancaman pidana dalam undang-undang ini
Unsur Objektif:12 ditambah 1/3 (satu pertiga).
(a) Subjeknya: Setiap orang adalah orang Daerah pabean adalah wilayah Negara
perseorangan atau badan hukum (Pasal 1 Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
angka 12). perairan, dan ruang udara di atasnya, serta
(b) Perbuatannya: tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
1) mengekspor barang tanpa Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen
menyerahkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
pabean; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.14
2) memuat di luar kawasan pabean Negara Indonesia disebut sebagai negara
tanpa izin kepala kantor pabean; kepulauan” yang lautnya berbatasan langsung
3) membongkar ekspor di dalam dengan negara tetangga, maka diperlukan
daerah pabean tanpa izin kepala pengawasan pengangkutan barang yang
kantor pabean; diangkut melalui laut di dalam daerah pabean
4) mengangkut tanpa dilindungi untuk menghindari penyelundupan dengan
dengan dokumen yang sah sesuai modus pengangkutan antar pulau, khususnya
dengan pemberitahuan pabean. barang-barang tertentu.15
(c) Objeknya: Barang ekspor Tindak pidana penyelundupan dalam rangka
Unsur Subjektif:13 kegiatan impor seperti yang diatur dalam Pasal
Bentuk Kesalahannya adalah kesengajaan 102 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
atau dengan sengaja memberitahukan jenis tentang Perubahan atas Undang-Undang
dan/atau jumlah barang ekspor dalam Kepabeanan, dilakukan dengan menggunakan
pemberitahuan pabean secara salah. modus sarana transportasi jalur laut (kapal
Sanksinya: kumulatif penjara dan denda, laut), udara (pesawat udara), dan lewat darat
yaitu: (kendaraan bermotor dan pelintas batas).
Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun Menurut pendapat Setyowasis, yang dimaksud
dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) import adalah pemasukan barang dari luar
tahun dan pidana denda paling sedikit daerah pabean ke dalam daerah pabean.16
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Selain sanksi pidana dalam rangka kegiatan
dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima impor yang diatur pada Pasal 102 Undang-
miliar rupiah). Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Pasal 102 B Undang-Undang Nomor Perubahan atas Undang-Undang Kepabeanan,
17Tahun 2006: maka diatur juga sanksi administratif dalam
Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam rangka kegiatan impor dalam Undang-Undang
Pasal 102 dan Pasal 102A yang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
mengakibatkan terganggunya sendi-sendi
perekonomian negara dipidana dengan 14
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perubahan Atas
Undang-Undang Kepabeanan
dan pi-dana penjara paling lama 20 (dua 15
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
puluh) tahun dan pidana denda paling 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang
rupiah) dan paling banyak Rp Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4661)
12 16
Ibid, Pasal 102A Setyowasis, Import Magazine, Edisi November 2007,
13
Ibid, Pasal 102A No. 1318/XXXVII, hal. 28

146
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Undang-Undang Kepabeanan. Kesalahan psikologis berarti, kesalahan yang


hanya dipandang sebagai hubungan psikologis
B. Bentuk Pertanggungjawaban Pidana dalam (batin) antara pembuat dan perbuatannya,
Tindak Pidana Penyelundupan dapat berupa kesengajaan atau kealpaan. Pada
1. Tanggung Jawab Perorangan dalam Tindak kesengajaan terdapat hubungan batin
Pidana Penyelundupan menghendaki perbuatan dan akibatnya,
Tanggung jawab perorangan merupakan sedangkan pada kealpaan tidak ada kehendak
pertanggungjawaban yang sangat mendasar, yang demikian itu.
yang artinya bagi setiap orang yang melakukan Sedangkan pengertian pertanggungjawaban
perbuatan tindak pidana di bidang kepabeanan dalam hukum pidana menurut pendapat
melekat di dalamnya pertanggungjawaban di Moeljatno; apakah dalam melakukan perbuatan
bidang kepabeanan.17 Dalam proses ini dia mempunyai kesalahan? Sebab asas
penyelidikan dan penyidikan sebagai tersangka; dalam pertanggungjawaban dalam hukum
di mana seseorang sebelum disidik selalu pidana ialah tidak dapat dipidana jika tidak ada
ditanyakan salah satunya umur dan keadaan kesalahan (geen straf zander schuld; actus
kesehatannya, maupun kesehatan nonfacit reum nisi mens sir rea).21
pendengarannya apakah ada gangguan
kesehatan. Pertanggungjawaban pidana dimulai 2. Tanggung Jawab Pejabat Dirjen Bea dan
pada saat diperiksa sebagai tersangka apa yang Cukai Sehubungan Terjadinya Tindak
ia lakukan atas perbuatan pidananya yang Pidana Penyelundupan
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Tanggung jawab melekat pada pejabat
(BAP).18 Berita Acara Pemeriksaan ini adalah hal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kantor
yang sangat rawan bagi seorang yang diduga Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
atau disangka melakukan suatu tindak pidana, setempat, jika kegiatan dalam rangka impor
sehingga sebelum menjawab pertanyaan barang, maka pejabat yang bertanggung jawab
penyidik harus benar-benar memahami makna atas pengeluaran barang impor tersebut adalah
Pasal 117 Kitab Undang-Undang Hukum Acara orang yang paling bertanggung jawab atas
Pidana yang menyatakan: (1) Keterangan kerugian negara, yaitu: Pejabat Fungsional
tersangka dan atau saksi kepada penyidik Pemeriksa Dokumen (PFPD) atau Kepala Seksi
diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau Kepabeanan, karena tugas mereka melayani
dalam bentuk apapun; (2) Dalam hal tersangka dan meneliti setiap dokumen yang masuk dari
memberikan keterangan tentang apa yang importir yang akan membayar bea masuk dan
sebenarnya ia telah lakukan sehubungan pajak yang bersangkutan.22 Dokumen yang
dengan tindak pidana yang dipersangkakan dimaksud meliputi: Invoice, Packing List, Surat
kepadanya, penyidik mencatat dalam berita Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang Perusahaan(TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak
dipergunakan oleh tersangka sendiri.19 (NPWP), dan Izin Impor jika barang pembatasan
Menurut pendapat Sudarto, seperti dikutip atau barang larangan, penetapan Harmony
Made Sadhi Astuti, kesalahan dalam arti luas System (HS) serta tarif bea masuk, apakah
“yang disamakan dengan pengertian sudah sesuai dengan Buku Tarif Bea Masuk
pertanggung jawaban dalam hukum pidana Indonesia (BTBMI) dan pajak, serta nilai pabean
didalamnya terkandung makna dapat dicelanya FOB (Free on Board) dan GIF (Cost Insuren
(verwijtbaarheid) si pembuat atas Freight), apakah harga yang dicantumkan pada
20
perbuatannya”. Dengan diterimanya Invoice importer sesuai dengan harga yang
pengertian kesalahan dalam arti luas, sebagai berlaku di pasar, banyak importir nakal
dapat dicelanya seseorang atas perbuatannya, mencantumkan harga under invoice, namun
maka pengertian kesalahan yang psikologis delik under invoice tidak diatur pada ketentuan
berubah menjadi kesalahan yang normatif. pidana pada Undang-Undang Perubahan atas
Undang-Undang Perubahan Kepabeanan,
17
sebagai antisipasi hal tersebut petugas bea dan
Ibid, hal. 173
18
Ibid, hal. 173
19 21
Lihat Penjelasan Pasal 117 KUHAP Moeljatno, Loc Cit, hal. 153
20 22
Made Saldhi Astuti, Loc Cit, hal. 20 Yudi Wibowo Sukinto, Loc Cit, hal. 177

147
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

cukai setempat harus memiliki profil harga jasa kepabeanan mendapat kuasa dari importir
barang yang berlaku saat itu.23 dalam rangka kegiatan impor dan bertanggung
jawab terhadap bea masuk atau pungutan dan
3. Tanggung Jawab bagi Pengangkut Barang pajak serta Penerimaan Negara Bukan Pajak
Sehubungan Terjadinya Tindak Pidana (PNBP) terutang apabila importir yang
Penyelundupan melakukan tindak pidana penyelundupan tidak
Pengangkut barang yaitu: kapal laut; diketemukan.25
pesawat udara, dan kendaraan truk;
berdasarkan Pasal 7A ayat (2) Undang-Undang 5. Tanggung Jawab Badan Hukum (Perseroan,
Perubahan atas Kepabeanan menyatakan; Perusahaan, Kumpulan, Yayasan, dan
Pengangkut yang sarana pengangkutnya Koperasi) Jika Terjadi Tindak Pidana Pe-
memasuki daerah pabean wajib mencantumkan nyelundupan
barang sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam Pengertian subjek hukum menurut
manifesnya. Setiap sarana pengangkut yang pendapat Riduan Syahrani adalah pendukung
masuk ke daerah pabean Republik Indonesia, hak dan kewajiban manusia, yaitu manusia dan
sebelum melakukan pembongkaran barang badan hukum.26 Untuk pertanggungjawaban
muatan yang diangkut, wajib memberitahukan pidana badan hukum; yang dikutip D.
lewat manifest kepada Kantor Pengawasan dan Schaffmeister bahwa semenjak 1 September
Pelayanan Bea dan Cukai setempat tentang apa 1886 di Belanda ditetapkan dalam pidana
saja barang dan orang yang dimuatnya dalam umum (commune strafrecht), suatu badan
sarana pengangkut tersebut.24 hukum dapat melakukan perbuatan pidana
Apabila terjadi tidak pidana penyelundupan sehingga dapat dituntut dan dijatuhi pidana.
maka sarana pengangkut tersebut tidak bisa Mengenai dapat dipidananya perserikatan-
disertakan sebagai pelaku dan dimintai perserikatan/badan-badan usaha digunakan
pertanggungjawaban secara pidana, karena istilah “korporasi”. Peraturan baru tersebut
masuknya ke daerah Pabean Republik Indonesia tidak membuat pembaruan-pembaruan yang
dan berlabuh di pelabuhan yang ada Kantor prinsipil dan menyeluruh dalam rangka hukum
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai pidana. Perubahan ini merupakan suatu
setempat. Apabila sarana pengangkut tersebut pembaruan total dari pendirian yang telah
berlabuh di pelabuhan, atau suatu tempat yang ditetapkan dahulu dalam hukum pidana yang
tidak ada Kantor Pengawasan dan Pelayanan berlaku umum, dalam bagian umum KUHP.27
Bea Cukai nya, maka sarana pengangkut dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana maupun PENUTUP
pertanggungjawaban secara perdata atas A. Kesimpulan
tindakan tersebut. 1. Bentuk tindak pidana penyelundupan di
Indonesia dapat dibagi menjadi 2 (dua)
4. Tanggung Jawab Pengusaha Pengurusan golongan, yaitu: (1) tindak pidana
Jasa Kepabeanan (PPJK) dengan Terjadinya penyelundupan dalam rangka kegiatan
Tindak Pidana Penyelundupan impor; dan (2) tindak pidana
Timbulnya Pengusaha Pengurusan Jasa penyelundupan dalam rangka kegiatan
Kepabeanan (PPJK) sejak diatur ketentuan Pasal ekspor, sebagaimana diatur dalam Pasal
29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 102 sampai dengan Pasal 113 D Undang-
1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana diubah Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Perubahan atas Undang-Undang Nomor
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 10 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dan Yang disyaratkan harus ada kerugian
Peraturan Menteri Keuangan Nomor negara yang dapat di-hitung dengan
65/PMK.04/2007 tentang Pengusaha
25
Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK). Pengusaha Lihat Penjelasan Peraturan Menteri Keuangan RI No.
65/PMK.04/2007
26
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Hukum, Citra
23
Ibid, hal. 178 Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 131
24 27
Lihat Penjelasan Pasal 7A ayat (2) Undang-Undang No. Schaffmeister, Hukum Pidana Yang Diedit oleh JE
17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan Sahetapy, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 271

148
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

sejumlah nilai uang. kerugian negara dan paling banyak 4


2. Subjek hukum yang dapat diminta kali dari kerugian negara atau pidana
pertanggungjawaban pidana dalam penjara paling singkat...tahun dan
tindak pidana penyelundupan meliputi paling lama ... tahun.
subjek hukum perorangan; Pejabat Bea 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
Cukai; Pengangkutan; Pengusaha tentang Kepabeanan sebagaimana
Pengurusan Jasa kepabeanan (PPJK); dan diubah dengan Undang-Undang Nomor
Badan Hukum. Formulasi 17 Tahun 2006 tentang Perubahan
pertanggungjawaban pidana dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan perlu direvisi
tentang Kepabeanan sebagaimana dengan mereformulasi sanksi pidana
diubah dengan Undang-Undang Nomor pada ketentuan Pasal 102, Pasal 102A,
17 Tahun 2006 tentang Perubahan Pasal 102B, Pasal 102C, Pasal 102D, Pasal
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 103, Pasal 103A, Pasal 104, Pasal 105,
tentang Kepabeanan, tidak diatur secara Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109,
lengkap karena kalau dibandingkan de- dengan formulasi sanksi pidana yang
ngan sanksi pidana untuk korporasi, bersifat alternatif daripada kumulatif agar
pertanggungjawaban pidana Pejabat Bea lebih menjamin pembayaran denda dan
Cukai yang berkolusi membantu tindak pengembalian kerugian keuangan negara
pidana penyelundupan dengan daripada mengedepankan formulasi
menyalahgunakan wewenangnya tidak sanksi pidana penjara yang berorientasi
diatur secara spesifik dengan formulasi pada sebatas menjaga kewibawaan
pemberatan sanksi pidana dan sanksi pemerintah, tetapi negara tidak dapat
membayar kerugian negara harus pemasukan dan kerugian negara tidak
diberlakukan juga. terbayar pada praktiknya.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA


1. Mengingat tindak pidana penyelundupan Amir M.S, Eskport Import Teori dan
merupakan tindak pidana yang sangat Penerapannya, Pustaka Binamata
berkaitan dengan perekonomian dan Pressindo, Jakarta, 1999.
keuangan negara, tindak pidana Astuti Made Sadhi, Pemidanaan Terhadap Anak
penyelundupan merupakan tindak Sebagai Pelaku Tindak Pidana, Penerbit
pidana khusus yang mengurangi IKIP Malang, Malang, 1997.
pemasukan dan merugikan keuangan Atmasasmita Romli, Kajian Hukum Pidana Atas
negara, maka dalam rangka kebijakan Masalah Piutang Negara, Makalah,
reformulasi sanksi tindak pidana Jakarta, 2002.
penyelundupan dikemukakan Ehrenfreund Norbert & Lawrence Treat. You're
rekomendasi sebagai berikut. The Jury, (Publishers Henry Holt and
1) Perlunya diatur pengertian hukum apa Company, Inc, New York, 1992.
yang dimaksud “Penyelundupan” Gillies Peter, Criminal Law, The Law Book
pada ketentuan umum Undang- Company Limited, Sydney, 1990.
Undang Nomor 10 Tahun 1995 Goh. William KB, Export/Import Procedures and
tentang Kepabeanan sebagaimana International Trade Elim World Trade
diubah dengan Undang-Undang Research and Training Resorse,
Nomor 17 Tahun 2006 tentang Singapore, 2000.
Perubahan Undang-Undang Nomor 10 Hamzah Andi, Perkembangan Hukum Pidana
Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Khusus, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.
2) Formulasi sanksi pidana yang tepat Kansil CST., Hukum Pidana, Sinar Grafika,
untuk diaplikasikan dalam tindak Jakarta, 2007.
pidana penyelundupan adalah dengan Lopa Baharuddin, Reforman Tindak Pidana
menggunakan frase:” dipidana denda Penyelundupan, Alumni, Bandung,
membayar minimal 2 kali dari 2002.

149
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Martin A. Elisabet , Oxford Dictionary Law (Six Suporijadi Anwar, Kata Pengantar Buku Tarif
Edition), Oxford University Press, New Bea Masuk Indonesia, Direktur Jenderal
York, 2006. Bea dan Cukai Jakarta, 2006.
Martin Jacqueline. Criminal Law, Hodder Syahrani Riduan, Rangkuman Intisari Hukum,
Education Part of Hachette UK, 2007. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 1983. Sumber Lain:
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Peraturan Perundang-Undangan
Bandung, 2002. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2006 tentang
Platt Richard, Smuggling in The British Isles A Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995
History, Tempus Published, 2007. tentang Kepabeanan.
Priyatno Dwidja, Kebijakan Legislasi tentang
Sistem Pertanggungjawaban Pidana Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang
Korporasi di Indonesia, CV. Utomo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Bandung, 2004 Pidana.
Putra Jaya Nyoman Sarikat, Kapita Selekta Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Hukum Pidana, Undip Semarang, 2005. Kekuasaan Kehakiman RI.
Reid S.T. Crime and Criminology, Hola. Reindard Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang
& Winston, 1985 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Saleh Roeslan, Perbuatan Pidana dan Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1982 tentang
Pertanggungjawaban Pidana: Dua Wajib Daftar Perusahaan.
Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1983 tentang
Aksara Baru, Jakarta, 1983 Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Schaffmeister D. dan Kaijzer N., Hukum Pidana, Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1992 tentang
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Editor Keimgrasian.
JE. Sahetapy dan Agustinus Pohan, 2007 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982
Schaffmeister, Hukum Pidana Yang Diedit oleh tentang Pelaksanaan Eksport/Import
JE Sahetapy, Citra Aditya Bakti, dan Lalu Lintas Devisa.
Bandung, 2007. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996
Setyowasis, Import Magazine, Edisi November tentang Penyidikan Tindak Pidana
2007, No. 1318/XXXVII Kepabeanan dan Bea Cukai.
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, Penelitian
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2003.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan
Masyarakat : Kajian Terhadap
Pembaharuan Hukum Pidana, Sinar
Baru, Bandung, 1983.
__________, Hukum Pidana Jilid I, Bahan Kuliah
Fakultas Hukum Undip, Semarang,
1975.
Sukinto Yudi Wibowo, Tindak Pidana
Penyelundupan di Indonesia Kebijakan
Formulasi Sanksi Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta, 2013.
Sunarno, Sistem dan Prosedur Kepabeanan di
Bidang Ekspor, Jakarta, 2007.
__________, Sistem dan Prosedur Kepabeanan
di Bidang Ekspor (Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Kepabeanan, Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, 2007

150

Anda mungkin juga menyukai