Laporan Akhir Manajemen Keperawatan
Laporan Akhir Manajemen Keperawatan
Laporan Akhir Manajemen Keperawatan
Di Susun Oleh
Kelompok Ruang Sirsak
C. Manfaat
Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang atau
lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai
hasil tujuan yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja .
Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusiaserta
sumber daya organisasi lainnya (Simanora, 2012)
Manajemen kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN, 2009) yaitu subsistem manajemen kesehatan dan
informasi kesehatan cara penyelenggaraan yang menghimpun berbagai
upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum
kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan.
Manajemen keperawatan adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan (kelly&Heldenthal,
2004). Manajemen keperawatan adalah suatu poses bekerja melalu anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanaakn oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik SDM, alat maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuha keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya saling mendukung (Nursalam, 2013).
2. Lingkup Manajemen Keperawatan
a. Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen
menengah dan manjemen bawah. Faktor-faktor yang perlu dimliki oleh
manajer adalah agar dapat berhasil dalam penatalaksanaan kegiatannya:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Keterampilan kepemimpinan
3) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen
keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yangberkualitas
kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh
sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat
pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci
keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi,
konsultasi, pengawasan dan pendelegasian.
3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Kelebihan Kekurangan
Skema 2.1
Struktur Model Keperawatan Fungsional
Kepala Ruangan
Pasien
Tabel 2.2
Kelebihan Dan Kekurangan Metode Kasus
Kelebihan Kelemahan
1. Kepuasan tugas secara 1. Pendelegasian perawatan klien
keseluruhan dapat dicapai. hanya sebagian selama perawat
2. Fokus keperawatan sesuai dengan penanggung jawab klien bertugas.
kebutuhan klien. 2. Beban kerja tinggi terutama jika
3. Memberikan kesempatan untuk jumlah klien banyak sehingga
melakukan keperawatan yang tugas rutin yang sederhana
komprehensif. terlewatkan.
4. Memotivasi perawat untuk selalu
bersama klien selama bertugas,
non keperawatan dapat dilakukan
oleh yang bukan perawat.
5. Mendukung penerapan proses
perawatan.
Skema 2.2
Struktur Model Keperawatan Total
Perawat Penanggung
Jawab
Staff Keperawatan
Staff Keperawatan
Pasien/Klien
Pasien/Klien
Kelebihan Kelemahan
1. Dapat memfasilitasi pelayanan 1. Ketua tim menghabiskan banyak
keperawatan secara komprehensif waktu untuk koordinasi dan
dan holistik. supervisi anggota tim dan harus
2. Memungkinkan pelaksanaan proses mempunyai keterampilan yang
keperawatan. tnggi baik sebagai perawat
3. Konflik antara staff dapat pemimpin maupun perawat
dikendalikan melalui rapat dan klinik.
efektif untuk belajar. 2. Keperawatan tim menimbulkan
4. Memberi kepuasan anggota tim fragmentasi keperawatan bila
dalam berhubungan interpersonal. konsep tidak diimplementasikan
5. Memungkinkan meningkatkan dengan total rapat tim
kemampuan anggota tim yang membutuhkan waktu sehingga
berbeda-beda secara efektif. pada situasi sibuk rapat tim
6. Peningkatan kerjasama dan ditiadakan, sehingga komunikasi
komunikasi di antara anggota tim antar anggota tim terganggu.
dapat menghasilkan sikap moral 3. Perawat yang belum terampil dan
yang tinggi, memperbaiki fungsi belum berpengalaman selalu
staff secara keseluruhan, tergantung staff, berlindung
memberikan anggota tim perasaan kepada anggota tim yang mampu.
bahwa ia mempunyai kontribusi 4. Akuntabilitas dari tim menjadi
terhadap hasil asuhan keperawatan kabur.
yang diberikan. 5. Tidak efisien bila dibandingkan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan dengan model fungsional karena
keperawatan yang dapat membutuhkan tenaga yang
dipertanggungjawabkan. mempunyai keterampilan tinggi.
8. Metode ini memotivasi perawat
untuk selalu bersama klien selama
bertugas.
Skema 2.3
Struktur Model Keperawatan Tim
Kepala Ruangan
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy
Rakhmawati, S.Kep, 2011)
Skema 2.4
Struktur Model Keperawatan Primer
Perawat Primer
Pasien/Klien
Perawat Perawat
Perawat
Associate(Sore Associate(Sesuai
Associate(Malam
Hari) Kebutuhan)
Hari)
(Sepanjang Hari)
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis,
2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
Tabel 2.4
Kelebihan Dan Kekurangan Metode primer
Kelebihan Kelemahan
1. Perawat primer mendapat 1. Hanya dapat dilakukan oleh
akuntabilitas yang tinggi terhadap perawat professional.
hasil dan memungkinkan untuk 2. Tidak semua perawat merasa siap
pengembangan diri. untuk bertindak mandiri, memiliki
2. Memberikan peningkatan autonomi akuntablitas dan kemampuan
pada pihak perawat, jadi untuk merencanakan asuhan
meningkatkan motivasi, tangggung keperawatan untuk klien.
jawab dan tanggung gugat. 3. Akuntabilitas yang total dapat
3. Bersifat kontinuitas dan membuat jenuh.
komprehensif sesuai dengan arahan 4. Perlu tenaga yang cukup banyak
perawat primer dalam memberikan dan mempunyai kemampuan dasar
atau mengarahkan perawatan yang sama.
sepanjang hospitalisasi. 5. Biaya relatif tinggi dibanding
4. Membebaskan manajer perawat metode penugasan yang lain.
klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan
administrasi.
5. Kepuasan kerja perawat tinggi
karena dapat memberikan asuhan
keperawatan secara holistik.
Kepuasan yang dirasakan oleh
perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri
melalui penerapan ilmu
pengetahuan.
6. Staff medis juga merasakan
kepuasan karena senantiasa
informasi tentang kondisi klien
selalu mutakhir dan komprehensif
serta informasi dapat diperoleh dari
satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
7. Perawat ditantang untuk bekerja
total sesuai dengan kapasitas
mereka.
8. Pasien terlihat lebih menghargai,
pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara
individu.
9. Asuhan keperawatan berfokus pada
kebutuhan klien.
10. Profesi lain lebih menghargai
karena dapat berkomunikasi dengan
perawat yang mengetahui semua
tentang kliennya.
11. Menjamin kontinuitas asuhan
keperawatan.
12. Meningkatkan hubungan antara
perawat dan klien.
13. Metode ini mendukung pelayanan
professional.
14. Rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan tetapi harus
berkualitas tinggi.
e. Metode Keperawatan Modular
Metode modular yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional dan non-
profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk
rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan.
Ideal 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien (Marquis, 2010) dalam
(Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011).
Tabel 2.5
Kelebihan Dan Kekurangan Metode Modular
Kelebihan Kelemahan
1. Memfasilitasi pelayanan 1. Beban kerja tinggi terutama jika
keperawatan yang komprehensif jumlah klien banyak sehingga tugas
dan holistik dengan rutin yang sederhana terlewatkan.
pertanggungjawaban yang jelas. 2. Pendelegasian perawatan klien
2. Memungkinkan pencapaian proses hanya sebagian selama perawat
keperawatan. penanggung jawab klien bertugas.
3. Konflik atau perbedaan pendapat 3. Hanya dapat dilakukan oleh perawat
antar staff dapat diekan melalui professional.
rapat tim, cara ini efektif untuk 4. Biaya relatif lebih tinggi
belajar. dibandingkan metode lain karena
4. Memberi kepuasan anggota tim lebih banyak menggunakan perawat
dalam hubungan interpersonal. professional.
5. Memungkinkan menyatukan 5. Perawat arus mampu mengimbangi
kemampuan anggota tim yang kemajuan teknologi
berbeda-beda dengan aman dan kesehatan/kedokteran.
efektif. 6. Perawat anggota dapat merasa
6. Produktif karena kerjasama, kehilangan kewenangan.
komunikasi dan moral. 7. Masalah komunikasi.
7. Model praktek keperawatan
professional dapat dilakukan atau
diterapkan.
8. Memberikan kepuasan kerja bagi
perawat.
9. Memberikan kepuasan bagi klien
dan keluarga yang menerma
asuhan keperawatan.
10. Lebih mencerminkan otonomi.
11. Menurunkan dana perawatan.
Skema 2.5
Struktur Model Keperawatan Modular
Kepala Ruangan
f. Metode Kasus
Metode kasus yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan dimana perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan.
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggungawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat
untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan untuk
perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan
komunitas. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang
tinggi dari perawat sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk
ruang ICU ataupun ICCU. Kelebihan dan kekurangan metode kasus
ialah sebagai berikut (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011):
Tabel 2.6
Kelebihan Dan Kekurangan Metode Kasus
Kelebihan Kekurangan
1. Moral perawat profesional
1. Sederhana dan langsung
melakukan tugas non-profesional
2. Garis pertanggung jawaban
2. Tidak dapat dikerjakan perawat
jelas
non-profesional
3. Kebutuhan pasien cepat
3. Membingungkan
terpenuhi
4. Belum dapatnya diidentifikasi
4. Memudahkan perencanaan
perawat penanggung jawab
tugas
5. Perlu tenaga yang cukup banyak
5. Perawat lebih memahami
dan mempunyai kemampuan dasar
kasus perkasus
yang sama
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam
(Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
Skema 2.6
Sturuktur Model Keperawatan Kasus
Kepala Ruangan
Tabel 2.7
Metode perhitungan Perencenaan Tenaga Keperawatan Menurut Douglas
Klasifikasi
Jml Klien
klien Minimal Parsial Total
Pagi sore malam pagi sore malam pagi sore malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
a) KelasI : 2 jam/hari
b) KelasII : 3 jam/hari
c) KelasIII : 4,5 jam/hari
d) KelasIV : 6jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% :
35 % : 30%
2) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
3) Metode Swansburg
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg
(1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas
dalam satu hari → pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7orang
4. Peran Perawat
Peran perawat untuk di Indonesia disepakati sebagai :
a) Pelaksana. Keperawatan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan keperawatan dari yang sederhana sampai yang kompleks
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini adalah
merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat
memberikan asuhan keparawatan yang professional, menerapkan
ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi
yang nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai
dengan harapan penerima jasa.
b) Pengelola. Sebagai pengelola (Administrator) bukan berarti perawat
harus berperan dalam kegiatan administrative secara umum. Perawat
sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan
kesehatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan
kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam
kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan
menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawat merupakan
anggota professional yang paling lama bertemu dengan klien, maka
perawat harus merencakana, melaksanakan, dan mengatur berbagai
alternative terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut
adanya kemampuan manajerial yang handal dari perawat.
c) Pendidik. Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan
maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena
perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d) Peneliti. Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu
(inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas,
inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya.
Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian pada
hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan,
menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat
menggerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan
kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media
informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu
melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu
keperawatan dan meningkatkan praktik profesi keperawatan
(Trikaloka H. Putri dan Achmad Fanan, 2010) Dalam (Herri, 2017).
5. Fungsi Perawat
Ada tiga fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu :
a) Fungsi Independent. Dimana perawat melakukan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Perawat harus dapat
memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan
spiritual), mulai dari tingkat individu utuh, mencakup seluruh siklus
kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, yang juga
mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan pada tingkat
sistem organ fungsional sampai molekular. Kegiatan ini dilakukan
dengan diprakarsai oleh perawat dan perawat bertanggung jawab
serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.
b) Fungsi Dependent. Kegiatan ini dilaksanakn atas pesan atau intruksi
orang lain.
c) Fungsi Interdependent. Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling
ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan