MODUL 2 Konsep PP 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Konsep Pengendalian Proses

MODUL 2
KONSEP PENGENDALIAN PROSES

Tujuan Instruksional Khusus


Tujuan pokok bahasan ini adalah menekankan pemahaman konsep-konsep pengendalian
proses. Setelah membaca pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Mendefinisikan pengendalian proses,
b. Menyebutkan minimal tiga variabel dinamis,
c. Menjelaskan tiga kriteria yang dipakai untuk mengevaluasi tanggapan suatu lup
pengendalian proses,
d. Mendefinisikan istilah dalam pengendalian proses seperti akurasi, histerisis, dan
sensitivitas,
e. Menyebutkan satuan-satuan SI untuk panjang, waktu, masa dan kuat arus listrik,
f. Mengkonversikan satuan besaran fisik dari satuan SI ke satuan Inggris dan
sebaliknya.

2.1 Pendahuluan
Untuk mempelajari elemen-elemen pengendalian proses secara efektif, diperlukan
pemahaman secara menyeluruh dari prinsip-prinsip pengendalian tersebut. Dengan
adanya pemahaman seperti itu, tingkah laku elemen-elemen pengendalian proses yang
mempengaruhi masalah pengendalian secara keseluruhan dapat dijelaskan. Bab ini
memberikan pendahuluan bersifat umum tentang pengendalian proses dengan
penekanan pada aplikasi industri. Salah satu hal penting lainnya dari bab ini adalah
definisi istilah umum serta satuan-satuan ukuran yang banyak dipakai dalam
pengendalian proses.
Elemen-elemen suatu sistem yang kompleks akan lebih mudah dipahami jika
operasi dari sistem secara keseluruhan dimengerti terlebih dahulu. Sebagai contoh, jika
kita mempelajari semua elemen suatu mobil tanpa memperhatikan bahwa mobil tersebut
adalah suatu kendaraan transport dengan karakteristik-karakteristik tertentu maka kita
bisa frustasi karena tidak mengetahui bagian elemen penting dari suatu mobil. Bab ini
juga mendiskusikan lup pengendalian proses secara keseluruhan, fungsinya dan
deskripsinya.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 11


Konsep Pengendalian Proses

2.2 Istilah-istilah dalam Pengendalian Proses


Istilah yang umum digunakan pada pengendalian proses seperti yang akan
diterangkan pada bagian ini merupakan komunikasi efektif yang membutuhkan adanya
pemahaman umum terhadap kata-kata khusus dan pernyataan- pernyataan tertentu
dalam pengendalian proses.

a. Regulasi
Tujuan utama dari pengendalian adalah membuat variabel dinamis untuk bisa
tetap atau dekat dengan nilai tertentu yang dikehendaki. Karena variabel itu sendiri
dinamis, kita harus memberikan aksi-aksi korektif secara konstan untuk membuat
variabel-variabel tersebut konstan.
Regulasi didefinisikan sebagai tata cara penjagaan/pemeliharaan nilai variabel
dinamis agar konstan atau dekat dengan nilai tertentu. Dapat juga Kita katakan bahwa
pengendalian proses mengatur/meregulasi suatu variabel dinamis.
Untuk mendefinisikan pengendalian proses, marilah kita perhatikan sebuah contoh
sederhana yang mengilustrasikan pentingnya regulasi pengendalian proses. Contoh ini
(perhatikan Gambar 2.1), manusia merupakan bagian dari pengendalian ketinggian cairan
di dalam sebuah tangki. Marilah kita perhatikan tata cara regulasi sistem ini. Proses ini
merupakan gabungan dari fluida dalam tangki, masukan fluida dan keluaran fluida.
Variabel dinamis adalah level fluida di tangki dan regulasi adalah penjagaan ketinggian
fluida setinggi H diukur dari dasar tangki. Secara operasional, kita lihat bahwa katup
keluaran A mengontrol laju keluaran fluida dari dalam tangki.
otak

mata

tangan Tabung
penunjuk
ketinggian
Tangki

katup

Aliran air masuk


Aliran air keluar

Gambar 2.1 Sistem pengendalian proses dasar yang dipakai untuk pengaturan ketinggian
fluida pada sebuah tanki.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 12


Konsep Pengendalian Proses

Kita bisa menganggap bahwa laju aliran masuk ke tangki tidak di bawah
pengendalian kita. Jika sistem ini dibiarkan begitu saja, ketinggian fluida akan mengambil
suatu nilai H yang berkaitan langsung dengan aliran masuk dan aliran keluar. Jika
viskositas fluida atau beberapa parameter lain mempengaruhi perubahan-perubahan
masukan, maka akan terjadi ketinggian fluida yang baru. Hal ini disebut dengan sistem
lup terbuka atau sistem tak teregulasi.
Untuk memberikan regulasi, kita harus mengumpanbalikkan informasi-informasi
ketinggian fluida pada elemen-elemen pengontrol, dalam hal ini adalah katup keluaran A,
guna mengoreksi perubahan-perubahan ketinggian fluida yang diakibatkan oleh
pengaruh-pengaruh luar.
Dengan umpan balik ini, kita menghasilkan suatu sistem lup tertutup atau
proses teregulasi.
Pada contoh ini, kita buat seorang operator manusia memberikan umpan balik
yang dibutuhkan untuk menutup lup. Jadi tabung penunjuk ketinggian membuat operator
mampu melakukan pengukuran secara visual terhadap tinggi fluida yang ada di dalam
tangki. Sekarang, operator membuat suatu evaluasi apakah ketinggian fluida dalam tangki
tersebut telah mencapai tinggi, rendah atau sudah tepat pada ketinggian yang diinginkan
oleh operator. Jika dipandang atau dianggap tidak tepat, operator menyetel katup elemen
pengendalian A untuk membuat penyetelan koreksi secara kontinyu terhadap ketinggian
fluida.

b. Error
Error merupakan selisih secara aljabar antara harga yang diindikasikan dari harga
sebenarnya dari suatu variabel terukur.
Jadi, error bisa berharga negatif atau positif. Penyimpangan ini menggambarkan
ketidaktentuan harga sebenarnya dari suatu variabel berdasarkan pada suatu hasil
pengukuran.

c. Akurasi
Istilah akurasi dipakai untuk error keseluruhan maksimum yang diharapkan dari
suatu peralatan, misalnya pengukuran suatu variabel.
Akurasi biasanya dinyatakan sebagai ketidak-akuratan dan bisa muncul dalam
beberapa bentuk :
1. Variabel terukur,

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 13


Konsep Pengendalian Proses

misalnya akurasi adalah  2oC dalam beberapa pengukuran suhu. Jadi ada
ketidakpastian sebesar  2oC dalam setiap harga pengukuran suhu.
2. Persentase pembacaan instrumen skala penuh,
Misalnya, akurasi sebesar  0,5 % skala penuh (FS) dalam meter dengan daerah skala
penuh 5 volt berarti adanya ketidakpastian pada setiap pengukuran memakai meter
tersebut sebesar  0,025 volt.
3. Persentase rentang instrumen, yaitu persentase daerah kemampuan pengukuran
instrumen.
Misalnya: suatu peralatan yang mengukur  3% dari rentangnya untuk daerah
tekanan 20 – 50 psi, akurasinya adalah ( 0,03) (50 – 20) =  0,9 psi
4. Persentase pembacaan sebenarnya.
Misalnya: suatu pembacaan voltmeter  2 % kita akan memperoleh ketidakpastian
sebesar  0,04 volt bagi pembacaan 2 volt.

Contoh 2.1
Sebuah tranduser suhu mempunyai rentang 20 – 250 o
C. Suatu hasil pengukuran
diperoleh sebesar 55 oC . Nyatakan error bila akurasinya adalah :
a.  0,50 % FS
b.  0,75 % dari rentang
c.  0,80 % dari pembacaan
Berapakah suhu dari tiap-tiap kasus ?
Penyelesaian :
Dengan menggunakan definisi di atas, maka kita peroleh :
a. Error = ( 0,005) (250oC) =  1,25 oC.
Jadi, suhu sebenarnya adalah antara 53,75 – 56,25 oC
a. Error = ( 0,0075) (250 –20) =  1,725oC.
Jadi, suhu sebenarnya adalah antara 53,275 – 56,725 oC
b. Error = ( 0,008) (55oC) =  0,44oC.
Jadi, suhu sebenarnya ada di antara 54,56 – 55,54 oC

d. Fungsi Transfer
Fungsi transfer menggambarkan hubungan antara masukan dengan keluaran dari
setiap elemen yang ada pada lup pengendalian proses.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 14


Konsep Pengendalian Proses

Seringkali, fungsi transfer statik (tidak tergantung pada waktu) dispesifikasikan


terpisah dari fungsi transfer dinamis (tergantung waktu).
Jadi, jika suatu tranduser tekanan menghasilkan keluaran sebesar 2 volt, setiap
masukan tekanan 1 psi, fungsi transfernya adalah 2 volt/psi. Jadi, jika ini hanya
menggambarkan fungsi transfer statik, kita mungkin perlu juga menentukan tanggapan
waktu tranduser tersebut. Mungkin saja fungsi transfer ini hanya berlaku untuk beberapa
daerah tekanan masukan. Dalam banyak kasus, fungsi transfer itu sendiri mempunyai
ketidakpastian.

Contoh 2.2
Sebuah tranduser suhu mempunyai fungsi transfer sebesar 5 mV/oC dengan akurasi
sebesar  1%.
Carilah daerah fungsi transfer tersebut ?

Penyelesaian :
Daerah fungsi transfer adalah ( 0,01)( 5 mV/oC) =  0,05 mV/oC.
Jadi, daerahnya adalah 4,95 – 5,05 mV/oC.

Contoh 2.3
Hasil pembacaan sebesar 27,5 mV dihasilkan dari tranduser yang dipakai pada contoh 2.2
di atas.
Carilah suhu untuk pembacaan ini !
Penyelesaian :
Karena daerah fungsi transfer adalah 4,95 – 5,05 mV/oC, maka daerah suhu yang
mungkin untuk pembacaan sebesar 27,5 mV adalah :
(27,5 mV) (1 / 4,95 mV/oC) = 5,56 oC
(27,5 mV) (1 / 5,05 mV/oC) = 5,45 oC
Jadi, daerah suhunya adalah antara 5,56 oC dan 5,45 oC

e. Linieritas
Pada tranduser dan pengkondisian sinyal, keluaran ditunjukkan dalam beberapa
hubungan fungsional terhadap masukan. Ketentuan yang ada hanyalah bahwa hubungan
ini unik, yaitu untuk setiap harga variabel masukan ada satu harga khusus dari harga
keluaran. Untuk kesederhanaan rancangan, sangat dibutuhkan hubungan linier antara

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 15


Konsep Pengendalian Proses

masukan dan keluaran. Tentu saja banyak peralatan non linier yang dipakai untuk
transdusi hanya karena tidak ada peralatan linier lain yang bisa ditemukan.
Gambar 2.2 mengilustrasikan kasus dari hubungan linier dan non linier. Kita lihat
bahwa hubungan linier bisa ditunjukkan oleh persamaan garis lurus :
CM = mC + Co ... ( 2.1 )
dimana : C : variabel yang diukur
m : kemiringan garis lurus
Co : offset atau perpotongan garis lurus
CM : keluaran

s Hubungan
non linier

Hubungan Linier

Gambar 2.2 Hubungan antara variabel dinamis C dan sinyal analog s yang menghasilkan
hubungan linier dan tidak linier

Hubungan sederhana seperti persamaan 2.1 di atas biasanya tidak dijumpai pada kasus-
kasus non linier, walaupun dalam beberapa kasus digunakan pendekatan linier atau
kuadratik terhadap bagian-bagian kurva seperti yang akan dibahas pada modul
berikutnya.

f. Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran perubahan pada keluaran suatu instrumen untuk suatu
perubahan pada masukan.
Umumnya, suatu instrumen dituntut mempunyai sensitivitas yang tinggi karena
perubahan besar pada keluaran untuk suatu perubahan kecil pada masukan
mengimplikasikan bahwa pengukuran dapat dilakukan dengan mudah. Sensitivitas harus
dievaluasi bersama-sama dengan parameter-parameter lainnya, misalnya linieritas
keluaran terhadap masukan daerah (range) dan akurasi.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 16


Konsep Pengendalian Proses

Harga sensitivitas umumnya ditunjukkan oleh fungsi transfer. Jadi pada waktu
sebuah tranduser suhu mempunyai keluaran sebesar 5 mV per derajat Celcius, maka
sensitivitasnya adalah 5 mV / oC.

g. Histerisis dan Kemampuan Reproduksi


Seringkali, suatu instrumen tidak akan mempunyai harga keluaran yang sama
untuk suatu harga masukan dalam pengukuran yang berulang (reproducibility).
Variasi seperti ini bisa disebabkan oleh ketidakpastian inheren yang menunjukkan
suatu keterbatasan kemampuan reproduksi peralatan tersebut. Variasi ini acak dari
pengukuran yang satu ke pengukuran lainnya dan tidak bisa ditetapkan. Efek serupa
berkaitan dengan sejarah pengukuran yang diambil dengan suatu instrumen.
Dalam kasus, suatu pembacaan yang berbeda dihasilkan dari suatu masukan
yang spesifik tergantung apakah harga masukan didekati dari harga-harga yang lebih
tinggi ataukah dari harga yang lebih rendah. Efek ini disebut histerisis, diperlihatkan pada
Gambar 2.3, dimana keluaran suatu instrumen diplot terhadap masukannya. Kita lihat
bahwa jika parameter masukan diubah dari rendah ke tinggi, kurva A akan memberikan
harga-harga keluarannya. Jika parameter masukan dikurangi maka yang menghubungkan
masukan dan keluaran adalah kurva B.

Histerisis biasanya dinyatakan sebagai persentase penyimpangan maksimum


skala penuh antara dua kurva. Efek ini dapat ditentukan jika harga-harga pengukuran
selalu didekati dari suatu arah, karena histerisis tidak akan mengakibatkan kesalahan
pengukuran. Histerisis adalah kesalahan yang bisa diperkirakan dan merupakan hasil dari
perbedaan-perbedaan pada fungsi-fungsi transfer pada waktu dilakukan pembacaan dari
atas atau dari bawah harga yang akan diukur.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 17


Konsep Pengendalian Proses

Cx

Gambar 2.3 Kurva Histerisis

h. Resolusi
Dalam peralatan-peralatan pengukuran, ada suatu harga terukur minimal dari
variabel masukan. Spesifikasi seperti ini disebut revolusi peralatan.
Ini menunjukkan karakteristik instrumen yang hanya bisa diubah dengan cara
perancangan ulang. Salah satu contohnya adalah potensiometer wire-wound yang
penggesernya bergerak melintang terhadap arah lilitannya untuk mengubah-ubah
resistansi.
Jika suatu putaran lilitan menggambarkan perubahan sebesar R ohm, maka
potensiometer tidak dapat memberikan perubahan resistansi yang lebih kecil dari R. Kita
katakan bahwa resolusi potensiometer adalah R. Hal ini sering dinyatakan sebagai
persentase daerah skala penuh.

Contoh 2.4
Sebuah tranduser gaya mengukur daerah 0 – 150 N dengan resolusi 0,1% FS.
Carilah perubahan terkecil dari gaya yang dapat diukur.

Penyelesaian :
Karena resolusinya adalah 0,1 % FS,
maka kita mempunyai resolusi sebesar (0,001) (150 N) = 0,15 N yang merupakan
perubahan terkecil gaya yang dapat diukur.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 18


Konsep Pengendalian Proses

Dalam beberapa kasus, resolusi suatu sistem pengukuran dibatasi oleh sinsitivitas
pengkondisian sinyal. Jika hal ini terjadi, resolusi bisa diperbaiki dengan cara
mempergunakan pengkondisian yang lebih baik.

Contoh 2.5
Sebuah tranduser mempunyai fungsi transfer 5 mV/oC. Carilah resolusi tegangan dari
pengkondisian sinyal yang dikehendaki jika diinginkan resolusi suhu sebesar 0,2 oC.

Penyelesaian :
Perubahan suhu sebesar 0,2 oC akan menghasilkan perubahan tegangan sebesar :
(5 mV/oC) (0,2oC) = 1,0 mV.
Jadi sistem tegangan harus mampu memberikan resolusi sebesar 1,0 mV.

Dalam sistem analog, resolusi sistem biasanya ditentukan oleh perubahan terkecil
yang dapat diukur pada sinyal keluaran analog dari sistem pengukuran. Dalam sistem
digital, resolusi adalah suatu besaran yang sudah didefinisikan dengan baik sebagai
perubahan pada variabel dinamis yang ditunjukkan oleh suatu perubahan satu bit pada
keluaran kata biner. Dalam kasus ini, resolusi hanya ditingkatkan oleh pengkodean yang
berbeda dari informasi analog atau dengan cara menambahkan lebih banyak bit ke kata
itu.

i. Akurasi Sistem
Sering kali kita harus memikirkan akurasi keseluruhan dari sejumlah elemen di
dalam pengendalian proses untuk menunjukkan suatu variabel dinamis.
Umumnya, cara terbaik untuk mencapai hal ini adalah menyatakan akurasi tiap
elemen dalam bentuk fungsi transfer. Sebagai contoh, andaikan kita punya suatu proses
dengan dua fungsi transfer yang bekerja pada variabel dinamis untuk menghasilkan
tegangan keluaran seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 19


Konsep Pengendalian Proses

C K G V ± V
K[t ± ] K[t ± ]
K G

Tranduser Pengkondisi sinyal

Gambar 2.4 Setiap elemen dari lup pengendalian proses memperbesar ketidak pastian
pengukuran melalui ketidak pastian pada fungsi-fungsi alihnya.

Kita bisa menguraikan keluaran sebagai :


V  V = ( K  K ) ( G  G ) C ... ( 2.2 )
dimana : V = tegangan keluaran
 V = ketidak pastian pada tegangan keluaran
K, G = fungsi transfer nominal
K,G = ketidak pastian pada fungsi transfer
C = variabel dinamik
Dari persamaan 2.3, kita bisa menentukan ketidakpastian keluaran sebagai
 V =  G C K  K C G  k G C ... ( 2.3 )
Persamaan 2.4 bisa disederhanakan lebih lanjut dengan memperhatikan bahwa keluaran
nominal V = KGC dan dengan mengabaikan error orde kedua, diperoleh :
V  K G 
=  + ... ( 2.4 )
V  K G 
dimana :
V
: ketidakpastian fraksional dalam V
V

K G
, : ketidakpastian dalam fungsi transfer
K G
Kita bisa menafsirkan persamaan 2.4 dengan menyatakan bahwa akurasi adalah jumlah
dari ketidakpastian masing-masing fungsi transfer.

Contoh 2.6
Tentukan akurasi sistem suatu proses aliran, jika fungsi transfer trandusernya adalah 10
mV / m3  1,5 % dan fungsi transfer sistem pengkondisi sinyal adalah 2 mA / mV  0,5
%.

Penyelesaian :

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 20


Konsep Pengendalian Proses

V  K G 
=  +
V  K G 
=  ( 0,015 + 0,005 )
=  0,02
= 2%
Dengan demikian, fungsi transfer jaringan adalah mA / m3 / s  2%.

j. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini pada
diagram blok juga disebut output proses atau variabel proses.

k. Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi adalah input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau
diubah-ubah besarnya agar variabel proses atau variabel kontrol besarnya sama dengan
set-point.

l. Variabel Pengukuran
Variabel pengukuran atau variabel terukur adalah sinyal yang keluar dari
tansmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal sistem pengukuran.

m. Gangguan
Gangguan adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai variabel
proses tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan.

2.3 Satuan Standar


Sebagaimana halnya dengan disiplin ilmu lainnya, pengendalian proses juga
mempunyai satuan, standar dan definisi-definisi untuk menjelaskan karakteristik-
karakteristiknya. Ketika disiplin ilmu ini berkembang banyak dilakukan usaha standarisasi
istilah-istilah sehingga para pekerja profesional di pengendalian proses dapat
berkomunikasi secara efektif di antara mereka sendiri dengan para spesialis pada disiplin
illmu lainnya.
Satuan metrik memberikan banyak komunikasi yang berguna dan telah diadopsi
oleh kebanyakan disiplin ilmu teknik dan mungkin sekali dipakai terus sampai masa
mendatang. Dalam pengendalian proses, dipakai suatu himpunan satuan metrik yang
disebut sebagai Satuan Internasional (SI). Karena banyaknya pekerjaan-pekerjaan

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 21


Konsep Pengendalian Proses

teknis di beberapa bagian dunia khususnya di Amerika Serikat yang masih memakai
sistem satuan Inggris, diperlukan transformasi antara kedua sistem tersebut.
Satuan SI mempunyai delapan besar fisik dasar. Semua satuan lainnya yang ada
pada satuan SI bisa diturunkan dari 8 satuan dasar ini. Delapan satuan dasar tersebut
adalah :
Panjang
Panjang didefinisikan sebagai meter (m) diukur sebagai 1.650.763,73 panjang
gelombang dalam vakum dari radiasi Krypton – 86 dari transisi 2p10 ke 5ds.
Massa
Massa didefinisikan sebagai kilogram (kg) diukur dengan kilogram standar yang ada di
Bureu Internasional des Poids et Mesures di Seures, Perancis.
Waktu
Waktu didefinisikan sebagai detik / second (s) diukur sebagai 9.192.631.770 cycle dari
radiasi cesium – 133 dari transisi F = 4, Mf = 0 ke F = 3, Mf = 0.
Arus listrik
Arus listrik didefinisikan sebagai ampere (A).
Suhu
Suhu didefinisikan sebagai Kelvin (K).
Luminansi
Luminansi didefinisikan sebagai candela (cd).
Sudut bidang
Sudut bidang didefinisikan sebagai radian (rad).
Sudut ruang
Sudut ruang didefinisikan sebagai steradian (sr).

Semua satuan SI lainnya bisa diturunkan dari 8 satuan dasar tersebut. Jadi gaya diukur
dalam Newton (N), dimana 1 N = 1 kg.m/s 2, energi diukur dalam joule (J) atau watt-detik
(w-s), dimana 1 J = 1 kg.m2/s2 dan lain sebagainya.

Contoh 2.7
Nyatakan tekanan P = 2,1 x 103= dyn/cm2 dalam pascal.
Catatan bahwa 1 pa = 1 N/m2.

Penyelesaian :

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 22


Konsep Pengendalian Proses

102 cm =1 m dan dyne = 1,


Maka P = (2,1 x 103 dyn/cm2)(102 cm/m2) ( 1/105 N/dyn)
P = 210 pascal

Contoh 2.8
Nyatakan panjang 5,7 m dalam feet.

Penyelesaian :
1 m = 39,37 in
1 feet = 12 in
Maka: l = (5,7 m) (39,37 in/in)(1/12 ft/in)
= 18,7 ft

Contoh 2.9
Nyatakan panjang 6 feet dalam meter.

Penyelesaian:
l = (6 ft)(12 in/ft)(1/39,37 m/in)
= 1,829 m

Contoh 2.10
Nyatakan massa benda 2 lb dalam kilogram

Penyelesaian :
Pertama-tama kita cari massaanya dalam slug
M = 2/32,17 lb/ft/s2
= 0,062 slug
dimana 1 slug = 1 lb/ft/s2
Jadi, M = (0,062 slug) (14,59 Kg/Slug)
= 0,905 Kg

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 23


Konsep Pengendalian Proses

Rangkuman
Ada dua variabel pengendali dalam pengendalian proses, yaitu variabel dinamis
dan variabel kontrol.
▪ Variabel dinamis adalah setiap parameter fisik yang bisa berubah-ubah secara
spontan atau perubahan dapat terjadi akibat pengaruh-pengaruh luar.
▪ Variabel kontrol adalah variabel-variabel dinamis yang telah diatur atau telah
ditetapkan sebagai indikator pengendalian dalam suatu proses.
Istilah-istilah penting dalam pengendalian proses antara lain :
▪ regulasi
▪ resolusi
▪ akurasi
▪ linearitas
▪ sensitivitas

Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. regulasi
b. error
c. akurasi

2. Jelaskan perbedaan antara fungsi transfer statik dengan fungsi transfer dinamis.
3. Apa yang dimaksud dengan histerisis dan berikan suatu contoh kasus mengenai
histerisis.

4. Sebutkan dan jelaskan 8 satuan dasar yang dipakai pada pengendalian proses.

5. Sebuah tranduser suhu mempunyai rentang 30 – 200 oC. Suatu hasil pengukuran
diperoleh sebesar 60 oC . Nyatakan error bila akurasinya adalah :
a.  0,50 % FS
b.  0,75 % dari rentang
c.  0,90 % dari pembacaan.
Berapakah suhu dari tiap-tiap kasus ?

6. Sebuah tranduser suhu mempunyai fungsi transfer sebesar 10 mV/oC dengan akurasi
sebesar  1%. Carilah daerah fungsi transfer tersebut ?

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 24


Konsep Pengendalian Proses

7. Sebuah tranduser gaya mengukur daerah 0 – 250 N dengan resolusi 0,1% FS.
Carilah perubahan terkecil dari gaya yang dapat diukur.

8. Tentukan akurasi sistem suatu proses aliran, jika fungsi transfer trandusernya adalah
15 mV / m3  1 % dan fungsi transfer sistem pengkondisi sinyal adalah 3 mA / mV 
0,5 %.

Sumber Bacaan

Coughanowr, Donald. 1991. Process System Analysis and Control. Second Edition.
McGraw-Hill International Edition.

Gunterus, Frans.1997. Falsafah Dasar : Sistem Pengendalian Proses . Cetakan Kedua. Elek
Media Komputindo. Jakarta.

Johnson, Curtis. 1997. Process Control Instrumentation Technology. Fifth Edition. Prentice
Hall International Editions. New Jersey.

Marlin, Thomas. 2000. Designing Process and Control Systems For Dynamic Performance .
Second Edition. Mc.Graw Hill International Editions.

Teaching Grant – DUE-like Politeknik Batch I Tahun 4 25

Anda mungkin juga menyukai