PBL Ibkv 1
PBL Ibkv 1
PBL Ibkv 1
Hiperplasia-
Pyometra Kompleks
Kelompok 6 IBKV 1:
Inayati Ilmi (B04190115)
Anis Ridha Nadzifah (B04190116)
Yosephina Sekarsari (B04190119)
Nurul Juniarti Halizah (B04190120)
Puput Ulfiah Putri (B04190121)
Kendrew (B04190131)
Yoga Cipta Perdana (B04190136)
LATAR BELAKANG
Cystic Endometrial Hiperplasia -pyometra kompleks adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperplasia endometrium
CEH dapat menyebabkan pyometra
Penyakit pyometra menginfeksi uterus dan bersifat akut maupun
kronis. Penyakit ini ditandai dengan adanya pus (nanah) di dalam
uterus akibat infeksi dari bakteri
Pyometra terbagi menjadi dua jenis yaitu pyometra terbuka dan
pyometra tertutup
Kucing dengan pyometra tertutup harus segera diberikan
penanganan untuk mencegah adanya kematian, akumulasi pus di
dalam uterus yang tidak dapat dikeluarkan dapat menyebabkan
terjadinya sepsis dan kematian.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan mengidentifikasi dan
mendiagnosis penyakit pada hewan melalui skenario
kasus yang diberikan
DESKRIPSI KASUS
Anamnesis
Tidak terdapat riwayat perkawinan dan riwayat
kesehatan.
Signalement
Nama : -
Jenis Hewan/Spesies : Kucing
Ras/Breed : Persia
Warna bulu atau kulit : -
Jenis kelamin : Betina
Umur : 1 tahun
Berat badan : 3,2 kg
Tanda khusus : Pitak rambut di bagian kepala
dan telinga
DESKRIPSI KASUS
Gejala Klinis
Abdomen membesar, nafsu makan rendah, lesu,
dan demam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hematologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi: terdapat penebalan pada dinding
uterus dan lumen terisi
cairan hyperechoic
- Endometritis
Uterus pada kasus endometritis membesar karena adanya penimbunan
cairan serta adanya penebalan dinding uterus.
HEWAN
Pemeriksaan fisik : berat badan, frekuensi jantung, frekuensi napas,
suara jantung, respirasi, suhu tubuh, turgor kulit, Capillary Refill Time,
warna mukosa mata dan mulut.
Hewan dipuasakan makan selama 8-12 jam, minum tetap diberikan ==>
Mencegah refleks muntah.
Kucing diberi antibiotik profilaksis yaitu amoxicillin dengan dosis 10
mg/kg BB IM.
Atropin Sulfat diinjeksikan secara SC dengan dosis 0.025 mg/kg BB,
ditunggu 15 menit, lalu diberi anestesi.
Hewan dicukur rambutnya sepanjang 15-20 cm di sekitar area insisi
caudal umbilical.
Area dibersihkan dengan air sabun dan dibilas
PERSIAPAN HEWAN DAN ALAT
Area diberikan antiseptik povidone iodine 10% dengan gerakan
memutar dari tengah area insisi ke luar dan tidak boleh kembali.
Hewan kemudian diposisikan secara dorsal recumbency dengan
keempat kaki diikat di meja operasi menggunakan simpul tomfool.
ALAT
Ruang operasi harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum
dilakukannya operasi.
Alat dan bahan operasi meliputi peralatan set bedah, peralatan
operator, tampon, dan kasa harus di sterilisasi dengan
menggunakan autoclave selama 30 menit pada suhu 121 C.
ANESTESI
Ketamine dengan dosis 10 mg/kg BB dan Xylazine
dengan dosis 2 mg/kg BB diinjeksikan secara
intramuskular 15 menit setelah atropin sulfat dosis 0.025
mg/kg BB diberikan.
Keuntungan ketamin :
onset of action cepat, memiliki efek analgesik kuat,
serta aplikasinya cukup mudah yaitu secara
intramuskular.
Efek samping ketamin :
turunnya frekuensi respirasi karena kejang otot,
penekanan refleks yang tidak memadai dan
takikardia.
Atropin sulfat dan xylazin dapat membantu mengurangi
efek samping yang tidak diinginkan dari ketamin .
TEKNIK PEMBEDAHAN
- Insisi caudal umbilikus sepanjang 5 cm hingga
mencapai linea alba
- Linea alba diangkat lalu diinsisi untuk membuka rongga
abdomen
- Dinding abdomen kanan dikuakkan, lalu dilakukan
eksplorasi hingga mendapakan kornua uteri
- Kornua uteri dikeluarkan hingga ditemukan ovarium
- Ligamentum suspensorium pada ujung proksimal
ovarium dipotong untuk mengeluarkan ovarium
TEKNIK PEMBEDAHAN
- Pembuluh darah diligasi dengan benang 2/0 catgut
chromic dan dipotong dgn metode three foceps
- Periksa bagian ujung jika terjadi pendarahan, lalu
dipotong dan dibuka klem arteri.
- Prosedur yang sama dilakukan untuk ovarium kiri
hingga kornua uteri dapat ditarik keluar
- Ligamentum lata dipisahkan dari kornua uteri, diklem,
diligasi, dan dipotong.
- Korpus uteri dipotong dan ovarium dilepas.
TEKNIK PEMBEDAHAN
- Ligasi korpus uteri dengan jahitan angka 8
menggunakan catgut chromic 2/0, lalu dipotong
- Sisa potongan uterus di lepas ke dalam rongga
abdomen dan rongga abdomen diirigasi cairan NaCl
fisiologis dan nebacetin powder.
- Linea alba dan peritoneum ditutup dengan pola
sederhana menerus menggunakan catgut chromic 2/0
- Jaringan subkutan dengan pola subtikuler menerus
sederhana menggunakan catgut chromix 2/0
- Kulit dengan pola sederhana terputus menggunakan
silk ukuran 3/0.
KOMPLIKASI
- Ketidak sesuaian melakukan prosedur
- Tidak menjaga kebersihan selama prosedur berlangsung
- Pembuluh darah ruptur
- Ovarian Remnant Syndrome
- Urinary incontinence
POST-OPERASI
- Sulfadiazine dan Trimethoprim (Colibact®, Sanbe, Indonesia)
dengan dosis 30 mg/kg BB.
- Antibiotik yang diberikan berupa Amoxicillin (Yusimox®)
dengan dosis 10 mg/kgBB selang 12 jam dengan rute
pemberian per oral selama 4 hari
- Luka dioles povidone iodine dua kali sehari
- Deksametason dengan dosis 0,125 mg/KgBB dua kali sehari
dengan rute pemberian per oral selama 4 hari.
- Multivitamin B12
- Pemasangan elizabeth collar
SIMPULAN
Kucing persia dalam skenario terindikasi penyakit Cystic Endometrial Hiperplasia-Pyometra
Kompleks. Diagnosa sangkaan ini berdasarkan pada hasil pemeriksaan klinis, hematologis,
radiologis, dan USG yang semuanya mengarah ke kondisi pyometra tipe tertutup.
Berdasarkan pemeriksaan observasi makroskopik uterus dengan adanya hiperplasia
endometrium dan terdapatnya kista endometrium, maka kucing pada akhirnya didiagnosis
mengalami Cystic Endometrial Hyperplasia-Pyometra kompleks (CEH-Pyometra kompleks).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah hematologi, USG, dan radiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti YA, Rahmiati DU, Setyowati EY, Dahlan A. Potensi anestetik sediaan jadi kombinasi ketamin hidroklorida, atropin sulfat, dan xylazine
hidroklorida pada kucing jantan lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 9(3): 475-487.
Aqudelo CF. 2005. Cystic endometrial hyperplasia pyometra complex in cats a review. The Veterinary Quarterly. 27(4): 173-182.
Babu M, Khrishnaswamy A, Nethra R, Narasimhamurthy. 2018. A simple technique for ovariohysterectomy in the cat. International Journal of
Current Microbiology and Applied Sciences. 7(8): 2554-2561.
Baithalu RK, Maharana BR, Mishra C, Sarangi L, Samal L. 2010. Canine pyometra. Veterinary World. 3(7): 340-342.
Bigliardi E, Parmigiani E, Cavirani S, Luppi A, Bonati L, Corradi A. 2004. Ultrasonography and cystic hyperplasia-pyometra complex in the bitch.
Reprod Domest Anim. 39: 136-140.
Castro JLC, Santalucia S, Ferreira AA, Moratelli CBS, Castro VSP, Oliveira AL. 2016. Determining the optimal time of gastric emptying in cats using
dry or wet food. Acta Scientiae Veterinariae. 44(1): 1-6.
Demirel MA, Acar DB. 2012. Ovarian remnant syndrome and uterine stump pyometra in three queens. Journal Feline Medicine Surgery. 14(12):913-
8.
Feldman EC and Nelson, RW. 2004. Canine and Feline Endocrinology and Reproduction. Ed ke-3. USA (US): Saunders.
Fossum TW. 2019. Small Animal Surgery. Fifth Edition. Philadelphia. (US): Elsevier.
Hagman R. 2018. Pyometra in Small Animals. Vet Clin Small Anim Pract. 48(4): 639-661.
Hayati F, Ahrari-Khafi MS, Hassankhani M, Mansourian M, Asghari S. 2016. A rare radioghraphic appearance of a calcified uterus in a queen with
pyometra : a case report. Veterinarni Medicina. 61(6): 357-360.
Hollinshead F.. 2015. Pyometra in The Queen. CVE Control & Therapy Series Issue 278 March. Sydney (AU): C&T Publishing.
Hussain S, Khadim HD, Firdous A, Beenish Q, Bashir AM. 2015. Open pyometra in a labrador bitch: diagnosis, treatment and management
following the wound dehiscence. SKUAST Journal of Research. 17(2): 128-130.
Kenide H. 2016. Subclinical Endometritis And Its Effect On The Fertility Of Dairy Cattle. Gondar (ETH): University of Gondar.
Maroes, Santos, Arruda, Bezerra, Fildo, Neves, Lima, Oliver. 2007. Hydrometra dan mucometra in goats diagnosed by ultrasound and treated with
PGF2alpha. Medica Veterinaria. 1(1): 33-39.
Rahayu NF, Nurmaningdyah AA, Fitria RI, Anggraeni R, Prabawan R. 2021. Laporan kasus: pyometra pada kucing domestic short hair. MKH. 1-11.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmiati DU, Wira DW. 2019. Induksi anestesi menggunakan ket-a-xyl®pada kucing domestik. ARSHI Vet Lett. 3(3): 53-54.
Rahman MN, Wongkar FL, Baba RS, Tani SG, Roberto YL, Panjalu FA, Hadi BA. 2021. Cystic endometrial hyperplasia pada kcing domestik. Jurnal
Vitek Bidang Kedokteran Hewan. 11(1): 32-38.
Men YV, Arjentina IP. 2018. Laporan kasus: urolithiasis pada anjing mix rottweiller. Indonesia Medicus Veterinus. 7(3): 211-218.
Nurrurozi A, Yanuartono, Indarjulianto S. 2019. Laporan kasus: cystic endometrial hyperplasia-pyometra kompleks pada kucing persia. Indonesia
Medicus Veterinus. 8(5): 583-594.
Patrick A. 2016. Pola kejadian pyometra pada anjing di rumah sakit hewan pendidikan fakultas kedokteran hewan universitas airlangga [skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Prayoga SF, Megawati NI, Arifin EM, Nangoi L. 2021. Ovariohysterectomy pada kucing liar. Ovozoa. 10(3): 98-104.
Stanley SW, Pacchiana, P.D. 2008. Uterine torsion and metabolic abnormalities in a cat with pyometra. Can Vet. J. 49(4): 398-400.
Tawfik MF, Oda SS, El-Neweshy MS, El-Manakhly ESM. 2015. Pathological study on female reproductive affections in dogs and cats at alexandria
province, egypt. Journal of Veterinary Sciences. 46: 74-82.
Widhyari SD, Wientarsih I. 2014. Pengimbuhan kunyit dan seng oksida dalam pakan meningkatkan kemampuan ayam pedaging dalam
mengeliminasi tantangan infeksi escherichia coli. Jurnal Veteriner September. 15(3): 337-344.
Yudaniayanti IS, Timora FT, Rosilawati E. 2012. Kombinasi Ampicillin, dextran-40, dan deksametason dalam mencegah adhesi intra-abdominal
pasca operasi histerektomi kucing (Felis catus). Vet Medica Jurnal Klinik Veteriner. 1(1): 15-22.
Zunnita O. 2018. Pengaruh antibiotika profilaksis terhadap kejadian infeksi luka operasi. Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi. 8(1):43-49.
TERIMA
KASIH!