Kasus Encephalitis
Kasus Encephalitis
Kasus Encephalitis
Dosen Pengampu:
Dr. Irsanty Collein, M.Kep,Ns, Sp.Kep,MK (K)
Disusun oleh:
Kelompok II
1. SYERINA
2. RAHMAYANI
3. MINARNI MATOLAI
4. RIRIN
5. FEBRIANI
8. Pemeriksaan Diagnostik
menurut (Victor, 2001) yaitu:
a. Biakan
1. Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil
yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari fees, untuk jenis entero virus sering didapat hasil yang positif.
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan Serologis uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada
pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul
c. Pemeriksaan Darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi Lumbal. Cairan serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit
peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Eleetroencephalography. EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan part otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. (Smeltzer, 2002).
9. Komplikasi pada Ensefalitis
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motoric
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS ENCEPHALITIS
1. Pengkajian
a. Identitas
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun di rawat di RS dengan diangnosa medis Enchephalitis
b. Keluhan utama
Anak masuk dengan keluhan utama demam
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit, anak mengalami kejang kurang lebih 5 menit
3x sehari, anak merasa sakit kepala hebat dan kaku kuduk, anak mengalami kesulitan tidur
d. Genogram
A B
x x x x
C D
E F
H
Keterangan :
A : kakek dari orang tua ibu pasien
B : kakek dari orang tua ayah pasien
C : saudara dari ibu pasien
D : saudara dari ayah pasien
E : ibu pasien
F : ayah pasien
G : saudara pasien
H : pasien
: perempuan
: laki-laki
e. Pemeriksaan fisik
TTV
- TD : 110/80 mmhg
- N : 92 x/m
- S : 39 ⁰C
- Anak tampak meringis
- Kulit terasa hangat
- Skala nyeri 7
Keadaan umum
- Kesadaran Kesadaran : Apatis
- GCS : 9
E : 4, V:2 ,M:3
Pola isturahat tidur
Anak mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun saat tidur.
Pola eliminasi
Pola nutrisi
Pemeriksaan Head To Toe
- Kulit : Warna : Sawo matang
o Sianosis Sianosis : Tidak ada
o Turgor : cepat kembali kembali < 2 detik
o Kelembaban Kelembaban : Cukup
o Pucat : Tidak ada
o Lain-lain Lain-lain : -
- Kepala :
o Bentuk : normosepal
o Lain-lain Lain-lain : -
- Rambut :
o Warna : Hitam
o Tebal / tipis : tipis
o Jarang / Jarang / tidak (distribusi) tidak (distribusi) : Tidak
o Lain-lain Lain-lain : -
- Mata :
o Palpebra Palpebra : Tidak edem, tidak cekung
o Alis dan bulu mata : Tidak : Tidak mudah dicabut dicabut
o Konjungtiva Konjungtiva : Tidak anemis
o Sklera : Tidak ikterik
o Produksi Produksi air mata : Cukup
o Pupil : Diameter Diameter : 3 mm / 3 mm
o Simetris Simetris : isokor +/+
o Reflek cahaya : +/+
- Telinga :
o Bentuk : Simetris
o Sekret : Tidak ada
o Serumen : Minimal
o Nyeri : Tidak ada
- Hidung
o Bentuk : Simetris Simetris
o Pernapasan cuping hidung : Tidak ada Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
o Epistaksis : Tidak ada
o Lain-lain Lain-lain : -
- Mulut :
o Bentuk : Simetris Simetris
o Bibir : Mukosa sedikit sedikit kering , berwarna berwarna merah muda
o Gusi : - tidak mudah berdarah berdarah
o Pembengkakan : Tidak ada
- Lidah :
o Bentuk : Simetris
o Pucat : ada
o Tremor : ada
o Kotor : tidak
o Warna : Bagian tengah agak putih, dan tepinya tepinya kemerahan kemerahan
- Tonsil :
o Warna : Merah muda
o Pembesaran : Tidak ada
o Abses / tidak : Tidak ada
- Leher :
o Vena Jugularis Jugularis : Pulsasi Pulsasi : Tidak terlihat terlihat
o Pembesaran Pembesaran kelenjar kelenjar leher : Tidak : Tidak ada
o Kaku kuduk : ada
o Masa : Tidak ada
- Toraks :
o Dinding dada / paru
Inspeksi Inspeksi : Bentuk : Simetris Simetris
Dispnea Dispnea : Tidak ada
Pernapasan Pernapasan : Gerakan Gerakan simetris simetris
Palpasi Palpasi : Fremitus Fremitus fokal : Simetris Simetris kanan – kiri
Perkusi Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler Vesikuler
Suara napas tambahan tambahan : Tidak ada Tidak ada ronkhi dan tidak dan
tidak ada
Wheezing
o Jantung :
Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat terlihat
Palpasi : Apeks : Tidak teraba Lokasi : -
Perkusi Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra sinistra
Batas atas : ICS II linea parasternalis dextra
Auskultasi Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 tunggal tunggal
KLASIFIKASI DATA
Ds :
Do :
- S : 39 ⁰C
- Kulit terasa hangat
- Ekstermitas bawah tampak kaku
- An mengalami kejang ±5 menit selama 3x sehari
- Skala nyeri 7
- Anak tampak meringis
2. Diangnosa
ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. Ds : Proses penyakit Hipertermia
- An. Mengeluh demam
Do :
- S : 39 ⁰C
- Kulit terasa hangat
PERENCANAAN
NO DIANGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi - Untuk mengethaui apa
Proses penyakit keperawatan 3x 24 jam - Identifikasi penyebab penyebab terpaparnya
Dibuktikan dengan : diharapkan termoregulasi hiperteria (mis. dehidrasi, panas pada pasien.
Ds : membaik dengan kriteria terpapar lingkungan panas, - Untuk memudahkan
- An. Mengeluh demam hasil : pangounaan inkubator) tindakan yang akan
Do : - Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh dilakukan selanjutnya
- S : 39 ⁰C - Suhu kulit membaik Monitor kadar elektrolit - Agar pasien nyaman
- Kulit terasa hangat Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakalan
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika pertu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Terapautik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis
akupresur, terapi musk,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyer
(mis. suhu ruangan
pencahayaa kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyer secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
(mis. fisik, biologl.dan
klmia), jika
memungkinkan
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
(mis. commode chair dan
pegangan tar
- Gunakan perangkat
pelindung (mis.
pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci,
pa
- Hubungi pihak
berwenang sesuai
masalah komunitas (mis.
puskesmas. polisi, dan
- Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
- Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan (mis. timbal)
Edukasi.
- Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan