Makalah Mantiq
Makalah Mantiq
Makalah Mantiq
Disusun Oleh :
FAKULTAS DAKWAH
BAB I ..................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ......................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................... 5
C. TUJUAN ......................................................................... 5
BAB II .................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................... 6
1.1. Pengertian Qodhiyah (Proposisi)................................ 6
1.2. Pembagian Qadhiyah ................................................. 7
1.3. Pengertian Dan Pembagian Sur (KUANTOR) .............. 9
Adapun tujuan dari penyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada Mata kuliah ILMU MANTIQ. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun, Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Fikri Maulana M.Pd, yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat mebambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, kami menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik maupun saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini dengan baik dan benar.
A. LATAR BELAKANG
Natijah (konklusi) secara etimologi berarti buah, sehingga ungkapan ‘nataij
al-fikri’ artinya buah pemikiran atau karya. Sedangkan menurut terminology ahli
mantiq, natijah bermakna kesimpulan yang tercetus akibat diterimanya kombinasi
dua pernyataan. Tercetusnya natijah murni dengan sendirinya (secara dzatiyah) dari
kedua pernyataan tersebut, tanpa ada interverensi perkara lain.1
Contoh :
Karena Ketika kata ‘mirip’ diganti dengan kata ‘musuh’, maka tidak secara
otomatis memunculkan kesimpulan yang benar.
1
Ahmad Al-Malawy, Syarh as-Sulam, hlm. 17
2
Ad-Damanhuri, Idzhah Al-Mubham, hlm. 02
C. TUJUAN
Qodhiyah atau khabar menurut pakar mantiq adalah sebuah lafadz yang
dengan sendirinya (dzatiyah) memiliki kandungan makna yang berpotensi dinilai
benar dan bohong.
Mengecualikan lafadz yang memiliki potensi kebenaran dan kebohongan,
namun tidak dengan sendirinya (dzatiyah), akan tetapi karena kelaziman (perkara
yang menetapi). Seperti beberapa kalam insya’, yaitu amr (perintah), nahl
(larangan) dan lain sebagainya.
Contoh :
ش ِق ِن ْي
ْ ( ِإberilah aku minum)
Kalam amr (perintah) dalam contoh ini memiliki potensi kebenaran dan
kebohongan bukan karena dzaliyah lafadznya, namun karena perkara lain yang
secara kelaziman menjadi pemahaman tersirat (pemahaman di balik kalimat
perintah), seperti ;
َس ْق َي ِم ْنك
ُّ ب ِلل َ ( أَنَاsaya adalah orang yang meminta minuman darimu).
ً طا ِل
Termasuk kategori qadhiyah adalah kalam khabar yang dipastikan
kebenarannya berdasarkan amrin kharij (faktor eksternal).3 Seperti khabar (firman)
dari Allah SWT, khabar (hadist) rasul, dan khabar (informasi) yang sudah
dimaklumi kebenarannya berdasarkan kepastian akal, semisal, satu adalah setengah
dari dua. Juga memasukkan kalam khabar yang dipastikan kebohongannya
berdasarkan amrin kharij. Seperti khabar dari Musailamah Al-Kaddzab tentang
pengakuan kenabiannya, dan khabar (informasi) yang sudah dimaklumi
kebohongannya berdasarkan kepastian akal, semisal, satu adalah setengah dari
empat. Pada hakikatnya semua contoh di atas secara dzatiyah memiliki potensi
3
Ad-Damanhuri, Idzhah Al-Mubham, hlm. 9
1.2.Pembagian Qadhiyah
Dalam contoh pertam, hukum “siang muncul” yang ada pada satu sisi
qadhiyah dikaitkan (digantungkan) pada hukum “matahari terbit” yang ada di sisi
yang lain. Dan dalam contoh kedua, dua hukum yang ada pada kedua sisinya
bersifat saling mentiadakan (menafikan), yaitu jika “bodoh” maka tidak “berilmu”
dan jika “berilmu” maka tidak “bodoh”.
4
Ahmad al-Malawy, Syarh as-Sulam, hlm. 90
5
Ibid, hlm. 90-91
2. Lafadz ٌّ( َبُُُ ْعُُُضSebagian) dan lafadz lain yang menyamai dalam hal
menunjukkan cakupan atas Sebagian individu pada kalimat positif (ijab),
ٌِّ ( اِثْنَيdua), dan ٌّ( ث َ ََلثَةtiga).
seperti lafadz ٌّ ِ( َواحsatu), ْن
Contoh :
َ ( بَ ْعض اِ ْنSebagian manusia adalah penulis)
سان كَاتِب
ِ ان قَائِ َم
ان ِ س ِ َ( اِثْنdua orang manusia berdiri keduanya)
َ ان ِمنَ ا ِْل ْن
َ ٌّ( ََلtiada satupun) dan lafadz lain yang menyamai dalam hal
3. Lafadz ٌّش ْي َء
menunjukkan cakupan atas keseluruhan individu pada kalimat negative
َ ( ََلtidak ada satupun).
(salb), seperti lafadz ٌَّ ٌِّواح
Contoh :
ان بِ َح َجر
ِ سَ اإل ْن
ِ ْ َ( َْل ش َْي َء ِمنtidak seorangpun dari manusia adalah batu).
• َ ان ِب ِإ ْن
سان ِ ض ال َحيَ َو َ ( لَيtidak Sebagian hewan adalah manusia)
ُ ْس بَ ْع
• َ ( لَيtidak semua hewan adalah kuda)
ْس ُك ُّل َحيَ َوان ِبفَ َرس
• َ ان لَي
ْس ِبكَاتِب ِ ض ال َحيَ َو
ُ ( بَ ْعSebagian hewan bukanlah penulis)