Praktikum Farmakologi Diuretik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

DIURETIKA

PADA TIKUS

Disusun oleh

MUHAMMAD IQBAL RAMADHAN

11334733

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA 2014
BAB I

EKPERIMEN DASAR

PENDAHULUAN

I. Judul Percobaan : DIURETIKA

II. Tujuan Percobaan :


1. Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretika.
2. Memperoleh gambaran tentang cara evaluasi efek diuretika.
3. Mengetahui satu cara untuk memperkirakan dosis efektif limpa puluh (DE50)
III. Prinsip Percobaan :

Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebakan ekskresi urin yang lebih banyak. Jika pada
peningkatan ekskresi air, terjadi juga ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan
saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). Diuretika merupakan obat yang
dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,
pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Diuretika dapat dikelompokkan menurut mekanisme kerja mereka yaitu :

1. Diuretika inhibitor karboanhidrase, contoh : asetazolamid (diamoks)


2. Diuretika jerat Henle, contoh : purosemid (lasik)
3. Diuretika golongan tiazida, contoh : hidroklortiazid
4. Diuretika antagonis aldosteron, contoh : spironolakton (aldactone)
5. Diuretika hemat kalium jenis sikloamidin, contoh : triamteren dan amilorid

Pengeluaran urin atau diuresis dapat diartikan sebagai penambahan produksi


volume urin yang dikeluarkan dan pengeluaran jumlah zat zat terlarut dalam air.Obat-
obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut Diuretik.
Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan
ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam
keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi meningkat
karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus
ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam
urine dan darah.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua


golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu yang bekerja dengan cara menarik air ke urin,
tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat mekanisme
transport elektrolit di dalam tubuli ginjal, seperti diuretik tiazid (menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida pada ansa Henle pars ascendens), Loop diuretik (lebih poten daripada
tiazid dan dapat menyebabkan hipokalemia), diuretik hemat kalium (meningkatkan
ekskresi natrium sambil menahan kalium).

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah
yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan
glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong
(kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan
kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti
glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah
melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah”
perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus
coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan
ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan
jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal.
Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load.
Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal
jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi
di jaringan dan paru paru . di samping ituh berkurang nya volume darah akan mengurangi
kerja jantung.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik.

a. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
b. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
c. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.

Mekanisme kerja diuretika

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga


pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini
bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:

a. Tubuli proksimal.

Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera


aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena
reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan
tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan
merintangi rabsorpsi air dan natrium.
b. Lengkungan Henle.

Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi
secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga
filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan
merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan
K+diperbanyak .

c. Tubuli distal.

Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi
lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini
dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya,
ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon
anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di
sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ .

d. Saluran Pengumpul.

Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi


permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. 

B.       Penggolongan diuretik

Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :

a. Diuretik Kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat
ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan
akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu
bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya
adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat
hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian
ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem
kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh
obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam
etakrinat, furosemid dan bumetamid.

b. Diuretic hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya
untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini
dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya
adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip
dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap
hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga
dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada
gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%.
Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini
diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan
tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek
sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan
potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten:
Aldacton, Letonal.

c. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva
dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan
tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang


dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan
daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan
sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya
lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15
jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid,
Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).

d. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan
air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu
digunakan secara berselang-seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek
diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi
berikut:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+

Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+lagi untuk
ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air.
Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl
1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan
diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.

e. Diuretik osmotik

Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila
memenuhi 4 syarat:

1. difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.


2. tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.
3.  secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan
4. umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic. 

Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup
besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan
cairan tubuli

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

a. Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.

b. Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

c. Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang
tinggi, atau adanya faktor lain.

Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah diuretik
osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh
ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek


diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa
reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma.

beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:

1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk


mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darahj
keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan
menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit).
2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak yang
mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak yang yang
tidak mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian otak
yang injuri untuk pembengkakan (membesar).
3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada infuse lambat
dalam menurunkan Peningkatan Tekanan intra cranial.
4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal. ini
dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus dalam
mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal.
5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek yang sinergis dalam
menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol diberikan 15 menit
sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status
volume cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik.

C.    Obat diuretik

 Diuretik hemat kalium

Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan


kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren
dan amilorid.

Ø  Antagonis Aldosteron

Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama


aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar
ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing
dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi
kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja
tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk
amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium
dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja.
Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium
serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat
golongan diuretik kuat.

Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk
menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+

Farmakokinetik

70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik


dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering
terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan.
Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan
tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih
ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna

Indikasi

Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem
yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud
mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.

Sediaan dan dosis

Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar
antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi.Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan
hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

Ø  Triamteren dan Amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan
eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan.
Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli
distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air
sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren
melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya
mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.

Efek samping

Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang
kaki, dan pusing.

Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah,
diare dan sakit kepala.

Indikasi

Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat
bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.

Sediaan

Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk
tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang  tersendiri.Amilorid terdapat dalam
bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara
amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis
sehari antara 1-2 tablet.

 Diuretik kuat

Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah
asam etakrinat, furosemid, dan bumetanid.

Ø  Furosemid

Farmakokinetik :

Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65%
diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di
glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli
proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali
ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi.
Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam
beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%
BAB III

PERCOBAAN DAN HASIL PENGAMATAN

1. Alat dan Bahan


o Hewan Percobaan
 Tikus putih jantan, usia sekitar 2 bulan, 2 ekor
o Obat yang digunakan
 Larutan Furosemid Na dalam air.
o Dosis obat
 Furosemid Na 0,5 mg/kg bb
 Furosemid Na 13,5 mg/kg bb
o Rute pemberian
 SC
o Alat yang digunakan
 Timbangan tikus
 Spuild
 Pipa lambung
 Kandang khusus untuk pengamatan
 Tabung berskala untuk penampungan urin
 Kertas indicator unversal
2. Prosedur Kerja
a. Mencuci tangan terlebih dahulu.
b. Memakai jas laboratorium, hand skun dan masker dengan rapih dan bersih.
c. Menyiapkan alat, bahan dan hewan percobaan.
d. Meja pratikum dilapisi koran terlebih dahulu.
e. Tikus dipuasakan selama 12 sampai 16 jam, tetapi tetap diberikan air minum.
f. Hewan percobaan dikelompokkan secara acak dalam 2 kelompok, masing-
masing terdiri dari 1 ekor tikus menurut dosis yang tersedia.
g. Semua tikus diberikan air hangat per oral sebanyak 50 ml/kg bb.
h. Masing-masing kelompok tikus diberikan furosemid sesuai dosis.
i. Segera setelah pemberian obat, tempatkan tikus ke dalam kandang khusus
yang didisain untuk mengumpulkan urine tanpa kontaminasi feses.
Perihitungan dosis
Tikus 1 BB:191,5 gr

191,5
×0.5=0 , 095 gr
10 00

Volume air hangat

191,5
x 50 ml=9,57 ml
1000

Tikus 2 BB:190,5 gr

190,5
×13,5=2,57 gr
1000

Volume air hangat

190,5
x 50 ml=9,525 ml
1000

Volume Urin
Waktu
Tikus 1 Tikus 2
20 menit 1 ml 3 ml
40 menit 1,2 ml 3, 6 ml
60 menit 1,6 ml 4,5 ml
80 menit 2,1 ml 5,1 ml
100 menit 2,5 ml 5,1 ml
120 menit 3,0 ml 5,9 ml
140 menit 3,6 ml 6,4 ml
160 menit 4,2 ml 6,9 ml
180 menit 4,8 ml 7,8 ml
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berkaitan dengan diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra
sel kembali menjadi normal.

Proses pengerjaan praktikum ini adalah, dengan dua hewan uji (tikus) dengan BB yang
berbeda diinjeksikan menggunakan furosemid dengan dosis yang berbeda. Furosemid
termasuk kedalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan menyebabkan ginjal
untuk membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh melalui urin.

Tikus 1 diberi furosemid dengan dosis 0,5 mg/kgBB sedangkan tikus 2 diberi furosemid
dengan dosis 13,5 mg/kgBB. Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat
menggunakan sonde. Tujuan nya adalah untuk membantu mempercepat atau memperbanyak
urin yang dikeluarkan. Pada tikus 1 dengan berat badan 191,5 gram memiliki total volume
pengeluaran urin sebanyak 4,8 ml ( memiliki warna urine bening ). Pada tikus 2 dengan berat
badan 190,5 gram dapat mengeluarkan volume total urine 7,8 ml dan memiliki warna urin
lebih pekat (warna kuning).

Persentase volume komulatif urine

Tikus 1

Volume urine yang dieksresikan dalam waktu tiga jam


__________________________________________ x 100 % = …..%
Volume air yang diberi per oral

( 4,8 ml : 9, 57 ml ) x 100 % = 50,1 %

Tikus 2
( 7,8ml : 9,52 ml ) x 100 % = 81,9 %
Cara kerja obat furosemid, karena furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk
menghilangkan air dan garam dari tubuh. Pada ginjal, bahan-bahan seperti garam,air dan
molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk kedalam
tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium,
klorida dan air yang disaring dari darah diserap kedalam darah sebelum cairan disaring
menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh. Furosemid bekerja menghalangi penyerapan
natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan mendalam output urin.
BAB V
KESIMPULAN
 Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
 Diuretik dapat di golongkan menjadi beberapa golongan : diuretik kuat, diuretik
hemat kalium, diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase, diuretik osmotik
 Furosemid, adalah sebuah obat  yang digunakan untuk meningkatkan produksi urin.
 Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel
kembali menjadi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Praktikum Farmakologi,Penuntun Praktikum Farmakologi,Fakultas


Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Isntitut Sains Dan Teknologi Nasional,2008.

Tan Hoan Tjay.Drs,Kirana Rahardja.Drs,Obat-Obat Penting,ed.keenam.Penerbit: P.T.


Elex Media Komputindo,Jakarta,2008.

Mutschler, Ernst., Dinamika Obat Edisi ke-5, Penerbit ITB, Bandung.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik,Farmakologi dan Terapi,Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia,2007.

Anda mungkin juga menyukai