RPL Bimkel
RPL Bimkel
RPL Bimkel
BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN : 2021/2022
3. Tahap Penutup
a. Menyimpulkan 1. Konselor menyimpulkan kegiatan hari ini
2. Konselor memberi penguatan atas pengalaman belajar
peserta didik
Mengetahui:
Kepala Sekolah Mahasiswa
------------------------ Atika Inaya
LAMPIRAN
3. Apa saja kejadian yang di alami Kunnii ketika masih duduk di bangku SD?
4. Bagaimana sikap ketika ditanya mengenai cita-cita yang diinginkannya pada waktu
SD ?
4. Apakah pelajaran yang menurutmu bermakna tersebut akan kamu terapkan dalam
kehidupan sehari-hari? Jika (iya /tidak) berrikan alasanmu ?
Lampiran 3: Materi
JANGAN TAKUT KULIAH
Kalian tahu rasanya jadi orang yang selalu dipandang sebelah mata hanya
karena tak punya uang, hanya karena mereka dan aku berbeda.
Itulah yang sering aku rasakan. Oh ya perkenalkan nama saya Kunnii Sya’adah.
Rumah saya di Desa Petangkuran, Ambal, Kebumen. Jarak tempuh sekitar 45 menit ke
pusat Kabupaten Kebumen. Tinggal di pesisir membuat saya jarang sekali ke pusat kota
kebumen. Aku anak pertama dari 4 bersaudara, ibukku seorang ibu rumah tangga yang
nyambi nutuk (Membuat emping melinjo) kadang menjadi buruh disawah. Ayahku dulu
penjual tempe tapi sekarang aku tidak tau ayahku pergi kemana, Ayah pergi
meninggalkan kami sejak aku kelas 1 SMA sampai sekarang sudah 6 tahun.
Cita-cita saya ingin menjadi guru di Kalimantan. Saya selalu diam ketika Bu guru
bertanya pada siswa-siswanya tentang cita-cita masa depan saya hanya diam, teman-
teman menjawab beragam ada yang dokter, ada yang petani, polisi, masinis. Aku? Cita-
citaku sederhana saja ingin menjadi guru, tapi bukan di sini tapi di luar jawa sana. Sekilas
masa kesil pun menjadi kenangan, Saat itu aku sudah duduk di bangku SMA kelas 3
masa yang membingungkan tentunya antara kuliah dan kerja atau bahkan menikah.
Ayahku pernah bilang ingin sekali aku kuliah tapi belum tau bisa membiayaiku atau
tidak. Aku lupa kapan kalimat itu disampaikan ayahku yang jelas masa SMA kuhabiskan
dengan kebimbangan dan kegalauan antara keinginan kuliah dan bekerja membantu
orang tua, hingga saat ini akupun kadang masih berpikir bahwa aku adalah anak pertama
yang paling egois di dunia.
Dan malapetaka itu terjadi aku Anak pertama yang sering melihat ibu dan ayah
bertengkar, hampir setiap hari, membuat aku tidak betah dirumah, membuatku tidak ingin
belajar, membuat aku rasanya ingin memaki mereka yang bertengkar dihadapan aku dan
ketiga adikku, sampai akhirnya ayah pergi meninggalkan kami dengan alasan bekerja.
Beliau meninggalkan Ibu dengan keempat anaknya yang masih kecil-kecil. Aku bahkan
sudah lupa rasanya menahan lapar saat ibukku belum punya uang untuk sekedar menanak
nasi, jangankan untuk uang jajan unuk makan saja harus pinjam sana sini. Masih
terkenang waktu itu adalah saat-saat sangat menyedihkan karena seorang ibu dan
keempat anaknya sering menangis menahan lapar dalam keheningan dan dingin malam.
Miris saat itu ibu mulai sakit-sakitan, aku terbisa berangkat sekolah dengan hanya
membawa uang 2000 rupiah untuk ongkos pulang pergi ke sekolah naik angkot,
terbiasa nyenen-kemis untuk menahan lapar saat di sekolah, beruntung ada sahabat yang
setia memberi tumpangan saat berangkat (Samirah) Alhamdulillah. Saat itu semua
keinginan kuliah sudah luntur melihat adik-adikku merengek minta jajan saja rasanya
sakit apalagi mengutarakan keinginan kuliah sepertinya itu tidak realistis, aku diam.
Cobaan itu datang bertubi-tubi. Setengah tahun berlalu ayahku pergi tanpa kabar,
saat itu pengambilan raport kelas 1 semester 2. Ibukku berangkat ke sekolah untuk
mengambil raport membawa adikku yang masih kecil belum bisa berjalan, naik angkot
dan menangis karena kepanasan dengan bermodal bismillah dan berharap keringan dari
sekolah ibuku menghadap wali kelas kemudian disuruh menghadap bagian administrasi
dan muter-muter untuk membuat surat keringanan agar raportku bisa diambil, namun
nihil usaha itu sia-sia raportku tidak boleh diambil dan hanya diperlihatkan nilaiku. Aku
dan Ibu pulang di angkot aku menahan menangis, sampai rumah aku menangis sejadi-
jadinya, mengumpat tuhan Saat itu aku merasa bahwa ini cobaan terberat, pertama
kalinya aku berpikr bahwa Alloh tidak adil, Alloh Jahat intinya saat itu aku sangat marah
dan aku tak mau berbicara pada siapapun.untuk kesekian kalinya aku memilih diam.
Aku mulai terbiasa hidup dalam keterbatasan, kami terbiasa nrimo dengan semua
yang Alloh berikan. Adik pertamaku saat itu sudah masuk SMP dengan dibantu biaya
oleh paklik, dan sebagai kewajiban kini adiku punya tugas baru yaitu membersihkan
kandang sapi milik paklik sepulang sekolah selama SMP, akupun banyak mendapat
bantuan dari SMA saat itu aku sudah tidak sedih lagi kalau raportku tidak boleh diambil,
bagiku itu hal biasa namun ibuku tetap datang kesekolah memenuhi tanggungjawabnya.
Terkenang saat itu sudah memasuki kelas 3 banyak sekali sosialisasi tentang
kuliah dan perguruan tinggi. Karena setiap tahun Alumni SMA selalu melakukan bedah
kampus untuk memberi informasi dan sosialisasi tentang seputar PTN dan PTS terbaik di
Indonesia, Keinginan yang dulu pernah ada dan sudah terkubur dalam-dalam akhirnya
muncul lagi, Bagaimana aku tidak tergoda ada kakak-kakak yang memberi informasi
bahwa ada beasiswa dari dikti yang memberikan bantuan gratis kuliah sampai lulus dan
juga masih mendapat biaya hidup (Bidikmisi), ada juga yang ada asramanya (Beastudy
Etos Dompet Dhuafa). Aku sangat berterimakasih kepada mereka yang masih peduli dan
mau berbagi informasi kepada adik-adiknya. Motivasi yang kuat dari kakak-kakak
Alumni yang telah berhasil kuliah membuat tekad itu semakin kuat, Aku pernah
membaca buku yang isinya kisah-kisah inspiratif dari kakak-kakak etoser yang isinya
perjuangan untuk bisa berkuliah, kalau tidak salah ada tulisan mahasiswi UGM yang
membuat hatiku bergetar, kata-katanya seperti ini
“Uang mungkin kendala, namun tanpa uang bukan berarti kita terkendala”,
kata-kata ini yang setelah itu aku gunakan untuk meyakinkan ibuku, bahwa orang
miskinpun bisa kuliah. Tiap malam aku selalu berdoa dan menyakinkan diri bahwa aku
harus kuliah, semangat itu luar biasa seolah reluapkan habis untuk sebuah asa kuliah.
“Kuliah?, apa mamake bisa mbiyayani, wong gaweane ya mung nutuk nggo
mangan bae nyenen-kemis masa arep nggo kuliah? Ngana nek arep kuliah kowe nggoleti
bapakmu!, dipikir sing temen disit yo tembe dilakoni. Aja mung melu-melu kancane sing
anake wong sugih yo”. Kalimat itu justru yang keluar dari ibukku saat aku
menyampaikan keinginan berkuliah namun dengan berbagai alasan kujelaskan, berbagai
beasiswa aku terangkan, untung ibukku adalah orang tua yang demokratis dan akhirnya
setuju dan mendukung keinginanku kuliah dengan syarat mendapat beasiswa bidikmisi.
Aku yakin ibukku adalah wanita yang sangat hebat aku bahkan tidak berani
membayangkan rasanya jadi beliau yang harus membanting tulang untuk 4 anaknya
seorang diri, tanpa seorang ayah yang harusnya bekerja. Terlihat wajah ibukku mulai
menua rambutnya harusnya belum memutih untuk orang seusianya namun sejak saat itu
rambut ibuk sudah banyak yang memutih. Sebenarnya aku juga tidak tega, tapi aku harus
mencoba.
Semester 1 kelas 3 aku lewati dengan baik-baik saja, latian ujian juga sudah
terlaksana, saat itu sudah masuk pendaftaran SNMPTN 2013 aku mendaftar bersama
teman-teman lainnya dibantu oleh guru BK sekolah kami dengan juga mulai mengisi
borang dan persyaratan bidikmisi. Aku mengurus persyaratan bidikmisi sendiri karena
tidak mungkin minta bantuan ibu, bolak-balik ke Balaidesa dan kecamatan dengan
bersepeda. Pulang sekolah berita aku ingin kuliah sudah menyebar ke seluruh tetangga,
dan gempar seorang anak yang tidak punya ayah ingin kuliah, begitulah yang terdengar
dari tetanggaku “Haah, anake yu Jeminah ape kuliah, nggaya temen pan mbayar nganggo
apa, mangan bae kangelan. Utek kok ya gak go mikir. Jaman siki beasiswa, beasiswa
apa? Ndarani biaya kuliah gak larang. Masa bisaha, gak mungkin.” Aku menutup
telingan rapat-rapat dan menutup mata pura-pura tidak melihat. Dalam hati aku menutuk
diriku sendiri kenapa aku harus nekat jika itu memang tak mungkin, tapi hatiku yang
terkecil terus berkata harus yakin. Cemoohan demi cacian kuabaikan karena begitulah
realita hidup jika menajdi orang tak mampu segala apapun tolak ukurnya uang. Tidak
hanya tetanggaku yang tidak mendukung aku kuliah bahkan keluarga-keluargaku pun
tidak mendukung, Paklik, bulik, Budhe, Pakde semuanya tidak mengizinkan aku kuliah
karena mereka tidak percaya dengan apa yang disebut beasiswa bidikmisi. Hanya ada
satu yang mendukung yaitu paklik dan bulik yang juga tidak bisa banyak membantu
namun mendukung keinginanku kuliah.
Ujian Nasional berakhir dengan biasa saja tidak ada yang bisa dibanggakan, dan
keadaan pun masih sama aku tertekan dengan berbagai cacian, aku berjuang di atas
ketidakpercayaan orang-orang, tanpa banyak restu dari keluarga karena mereka menilai
aku anak yang tidak tahu diri, harusnya aku sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja di
pabrik seperti temanku pada umumnya di sini. Namun aku lain aku harus mondar-mandir
kesana kemari mengumpulkan informasi dan berkas kuliah. Setiap ada orang yang
menghinaku aku selalu diam, hanya dalam hati aku menghumpat, tunggu ya, kalo aku
bisa kuliah, kalian pasti diam.
Manusia hanya bisa berencana, namun Allohlah yang menentukan, hari itu
pengumuman SNMPTN, dengan harap-harap cemas aku ke warnet sedikit takut juga
karena sudah banyak temanku yang melihat pengumuman dan hasilnya tidak lolos, dan
benar saat ini aku sama dengan mereka aku tidak lolos, karena teman se SD ku yang
paling pintarpun tidak lolos SNMPTN. Aku kecewa namun aku tidak menangis karena
memang banyak temanku yang tidak lolos. Aku belum menyerah karena saat itu masih
ada seleksi selanjutnya yaitu SNMPTN dengan berstatus sebagai pendaftar beasiswa
bidikmisi jadi SBMPTN pun gratis, kembali aku pilih jurusan yang sama dengan
SNMPTN yaitu Pendidikan Bahasa Inggris Unnes sebagai pilihan pertama dan setelah itu
aku kembali dibingungkan dengan biaya saat seleksi SBMPTN dan tempat menginap
dimana karena saat itu ujian SBMPTN 2 hari, aku berbeda sendiri karena teman-temanku
rata-rata memilih saintek yang panlok semarang lokasi ujiannya di Unnes, sedangkan aku
soshum lokasi ujiannya di Undip. Aku mencari kenalan sana sini sms siapa saja yang
kira-kira bisa membantu, akhirnya aku mendapat bantuan dari kakak kelas SMA yang
kuliah di Undip, dan diizinkan menginap di Asrama Beastudy Etos Semarang,
alhamdulilah. Aku berangkat ke semarang berdua dengan teman SMP ku dengan modal
nekat membawa uang hanya mepet dengan kondisi tidak fit, sampai di semarang aku
bertemu orang-orang luar biasa yang sangat menginspirasi dan mempetertebal
keinginanku kuliah, semalaman aku terus berfikir dan tidak bisa tidur akhirnya aku sakit
saat ujian, ujian aku kerjakan sebisaku namun tetap yakin, menahan dua hari sakit di
semarang akhirnya kami pulang.
Pengumuman SBMPTN telah tiba, dan sudah bisa diakses sejak dini hari pukul
00.00 waktu itu, aku tidak bisa membuka karena tidak punya HP bagus harus menunggu
ke warnet. Gemuruh saat itu rasanya hatiku antara penasaran, takut, berharap menjadi
satu, aku pergi ke warnet bersama teman SMP yang bersama tes di undip tadi bersepeda,
hatiku rasanya tidak enak dari pagi kabar banyak sekali ada sms alhamdulilah, ada
curhatan belum diterima rasanya aku tidak ingin membuka pengumuman itu, namun aku
harus, dan bismillah klik-klik aku memejamkan mata dibilik sebelah ada yang mengucap
bismillah artinya teman SMP ku diterima, dan aku membuka mata, hancur rasanya hatiku
karena yang tertulis adalah kataMAAF ANDA TIDAK LOLOS SELEKSI SBMPTN
2013, aku menahan tangis dan keluar dari bilik menemui temanku yang lolos di Fakultas
Teknik Unnes, “Selamat ya rod kataku, dia menjawab terimakasih, kamu harus semangat
masih ada UM pokoknya kamu harus kuliah, jawabnya.
Aku pulang dengan hati sangat sedih aku menangis bersama teman dekatku yang
saat itu juga belum diterima. Malam itu banyak sekali sms masuk siapa yang diterima dan
tidak diterima SBMPTN 2013, hal yang sedikit membuatku senang temanku yang selalu
setia memboncengku ke sekolah (Samirah) diterima di Jurusan Pendidikan Matematika
FKIP UNS. Dan juga ada beberapa teman yang diterima di PGSD Kebumen FKIP UNS
juga. Ibukku hanya bisa menenangkanku sambil menyuruh bersabar, “Sing sabar mbak,
mungkin belum rejeki di unnes kan masih ada jalur seleksi yang lain, Masih
semangatkan?” kata ibuku, rasanya aku tak ingin menjawab pertanyaan itu, aku sama
sekali tidak punya semangat untuk ikut ujian lagi. Malam itu aku menangis sesenggukan,
aku berdoa kepada Alloh jika memang takdirku menjadi mahasiswa mudahkanlah ya
Alloh, aamiin.
Hari itu mungkin adalah kegalauan semua anak-anak yang tidak lolos SBMPTN
hanya beberapa Seleksi Mandiri yang masih bisa membawa mereka kulian di PTN, yang
kuingat tinggal SM-UNY, SPMU UNNES SM-UNSOED dan UMBPTN dari kesekian
UM akhirnya temanku memilih berbeda-beda, aku bingung namun akhirnya aku memilih
SPMU UNNES saat itu biaya ujiannya 200.000 dan dengan bergaris bawah pendaftar
Beasiswa Bidikmisi gratis, dan karena gratis akhirnya untuk ketiga kalinya kulayangkan
pendaftaran ke SPMU UNNES, namun ternyata harus tetap membayar 200.000 dan akan
dikembalikan pada saat pelaksaan test SPMU UNNES. Aku kembali berjuang untuk
ketiga kalinya dan kali ini ujiannya berlokasi di kampus yang selama ini menjadi bidikan
saya Unnes.
Aku berangkat bersama 7 teman SMA ku dan aku sudah mencari tumpangan
untuk menginap selama SPMU Unnes, kita semua berangkat ke semarang untuk ujian
SPMU, selesai ujian kemudian pendaftar yang berstatus pendaftar beasiswa bidikmisi
dikumpulkan di auditorium untuk pengembalian biaya pendaftaran SPMU, saat itu lokasi
ujian saya di gd E, Fakultas teknik unnes selesai shalat dzuhur di musolla fakultas teknik
temanku menemuiku untuk bersama ke auditorium di gd H kami berjalan dari fakultas
teknik menuju auditorium untuk pengembalian biaya pendaftaran bagi pendaftar yang
berstatus pendaftar bidikmisi.
Alloh tahu mana yang terbaik itu hambanya. Sepertinya hanya kata itu yang
mampu kuterima saat itu, hari itu akhirnya datang juga. Aku rasanya tak ingin membuka
pengumuman, aku takut gagal lagi aku belum sanggup aku benar-benar takut menghadapi
kenyataan yang akan terjadi saat itu, Aku harus menahan pahit yang kurasakan
sebelumnya penolakan itu terjadi lagi aku tidak lolos SMPU 2013. Hati ini rasanya sudah
tak ingin merasa lagi, rasanya aku ingin mati saja, aku bingung, aku malu, aku takut, aku
takut menghadapi kenytaan-kenyataan yang menghampiriku saat itu, mungkin hari itu
aku hampir gila. Ibuku tak mampu menahan tangis melihat aku seperti itu, dan aku
melakukan hal bodoh saat itu aku pergi dari rumah, aku mengutuk takdir, aku benci
kenapa Alloh begitu jahat kepada keluarga kami. Hari itu aku meluapkan segala emosiku
di temapat yang jauh, jauh dari rumah, Aku hancur.
Hari itu berlalu dan sepertinya itu adalah hari terburukku, aku benci unnes
sekarang, aku sudah mengubur dalam-dalam keinginan untuk berkuliah di semarang, aku
tidak akan mencoba lagi. Saking hancurnya harapan dan perasaanku sampai aku lupa
bagaimana nasib teman-temanku yang lain, akhirnya yang kutahu dari 7 orang temanku
yang diterima hanya 3, Eri dan Eni di PGSD Tegal dan Bibit di jurusan PKN. Ibarat
orang sakit aku sudah enggan berobat saat itu, aku adalah anak yang hancur dengan
sejuta mimpinya, hanya seorang anak miskin yang tidak tahu diri yang sibuk memikirkan
diriku sendiri sampai lupa orang-orang disampingku, saat itu keinginan kuliah sudah
memudar, aku menyerah.
Aku adalah anak yang keras kepala, jadi ketika aku menyampaikan keinginanku
kepada ibu beliau mengiyakan saja, aku mengajak puji awalnya dia tidak mau tapi terus
kubujuk akhirnya dia mau, begitu pula dengan ero dan ,mbak evi dengan berbagai alasan
kuajak mereka bertiga akhirnya kita sepakat mendaftar UM SV UGM. Tetangga-
tetanggaku semakin senang menghinaku, aku mau sebenarnya tapi satu kesempatan ini
aku ambil, aku harap hasilnya berbeda dengan yang sebelumnya namun kali ini aku tidak
teralalu berharap dan mencoba iklas.
Biaya ujian 300.000 aku dapatkan dari pinjaman mba evi dan erowati, akhirnya
kami berempat pergi ke jogja untuk ikut ujian masuk sekolah vokasi ugm, kami meninap
di tempat kakak tingkat yang sudah aku hubungi, mbak April. Sampai di jogja mbak april
mengajak kami jalan-jalan ke ugm, itu adalah pertama kalinya aku jatuh cinta dengan
ugm megah sekali pikirku Ya Alloh jika takdirku di sini maka mudahkanlah. Kami
berjalan-jalan sambil melihat lokasi ujian besok pagi di kampus terbaik yang sudah
mencetak orang-orang penting di negeri ini, termasuk presiden RI tahun ini juga lulusan
UGM.
Aku mendaftar jurusan D3 Manajemen dan kearsipan, aku berdoa semoga aku
diterima namun aku juga ragu-ragu karena saat itu status kami adalah pendaftar reguler
bukan lagi pendaftar bidikmisi jadi jika aku diterima akupun belum tahu akan membayar
darimana biaya masuk ugm itu, namun yang penting diterima dulu urusan uang bisa
dicari sepertinya begitulan yang sedang kami rasakan saat itu. Ujian sudah selesai kami
kerjakan dan kami pamit pulang pada mbak april kami diantar mencari bus kota untuk
menuju terminal, anehnya saat itu aku sudah tidak ketakutan rasanya biasa saja atau aku
yang sudah putus asa, entahlah.
Sekarang aku sudah tidak memaksa untuk diterima, doaku kepada Alloh semoga
kami diberi yang terbaik, hari tu pengumuman ujian masuk ugm aku sudah tidak deg-
degan lagi jika tidak dierima aku juga sudah kebal dengan penolakan, jika diterima ya
alhamdulillah. Sepertinya Alloh memang tidak meridhoi aku kuliah pada tahun 2013,
semua temanku diterima Puji di jurusan D4 Bidan Pendidik, mbak Evi di jurusan rekam
medis dan Ero di jurusan Sistem Informasi Geografis (SIG), aku sangat senang karena
sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan akhirnya bisa diterima saat semangat mereka
hampir habis, aku sama sekali belum melihat penumuman sampai akhirnya temanku yang
melihatkan pengumuman dan benar aku tidak lolos lagi. Kali ini aku tidak menangis
karena dari awal aku sudah iklas dengan apa yang menjadi takdir-Nya, dari keempat
orang ini akulah yang terlihat optimis namun sebenranya akulah yang paling pesimis saat
ujian itu, aku sedih keran aku tidak diterima namun aku senang sekali karena kalian
semua diterima setidaknya aku berhasil memberi semangat pada kalian untuk jangan
menyerah, meskipun pada akhirnya akupun yang tak kuasa untuk tidak menyerah selamat
ya kawan, doakan tahun depan aku menyusul di ugm kataku pada mereka bertiga.
Hari itu langit terasa berbeda, matahari enggan menampakkan sinarnya sepertinya
dia juga terenyum melihat nasibku, bahwa di dunia ada anak sepertiku yang entah
bagaimana dia bisa kembali bangkita tau tidak. Tetanggaku yang tadinya banyak yang
mengejek sudah diam tertepa angin dan waktu.Ibukku berharap aku tetap sabar dan
jangan menyerah, masih banyak jalan lain menuju sukses, tidak hanya kuliah. Bagaikan
tunaman yang sudah lama tidak tekena hujan aku melewati hari-hari tanpa semangat.
Satu tahun tersa sangat lama dan menjenuhkan.
Masalah baru akhirnya muncul lagi, aku harus bekerja untuk membantu ibu
namun bekerja di mana. Ijazahku masih ditahan sekolah karena kami belum mampu
melunasi kekurangan biaya sekolah, Pakde dan budhe ku banyak yang memaki-makiku
kenapa aku tidak bekerja di pabrik saja mereka tidak pernah tahu bahwa saat itu aku tidak
bisa bekerja dipabrik karena ijazahku belum lunas, namun lagi-lagi aku hanya diam
karena jika aku bercerita mereka juga tidak membantu dan akan semakin berbicara yang
tidak-tidak aku lelah jadi lebih baik aku diam. Setelah beberapa bulan jadi pengangguran
dan hanya membantu ibu di rumah akhirnya aku dapat tawaran bealajar menjahit di
rumah tetangga, aku pikir bu wiwin lah yang membuat semangtaku kuliah tidak lebur,
dalam diam aku selalu berusaha sabar, berdoa dan menyusun kekuatan untuk menguji
nasib tahun depan. Sedikit demi sedikit aku belajar menjahit, awalnya hanya membantu
packing sampai akhirnya bisa membuat baju, menjahit pekerjaan yang ang mengasikkan
tapi membutuhkan ketelatenan. Aku bahkan sempat berpikir untuk iadi penjahit saja
uangnya banyak tidak usah kuliah, namun bu wiwin melarangku dan berpesan agar aku
tetap semangat kuliah.
Satu tahun itu aku lewati dengan banyak cobaan yang tak bisa dituliskan, satu hal
yang kuingat saat itu aku sering ke sawah ngarit (mencari rumput untuk pakan kambing)
dan banyak tetangaku yang biang seperti ini “pati-pati lulusan SMA kok gaweane ngarit”
aku diam saja. Hasil dari menjahit aku berikan kepada ibu untuk membantu membeli
keperluan dan sisanya kusimpan utuk persiapan tahun depan. Di sini satu hal yang aku
maknai sangat dalam di saat keluargaku tidak mendukung aku kuliah, sahabat dan teman-
temanku selalu memberiku semangat untu kuliah, mereka mendatangiku saat mereka
pulang ke rumah, aku bersyukur sekali karena teman-teman sangat peduli kepadaku.
Perjuangan yang tidak mudah pula saat memasuki tahun 2014 aku mulai
mendaftar beasiswa lagi mengurus ke sekolah, alhamdulilah guru-guru SMA sangat
mendukung aku kuliah dan aku malah disuruh membantu memasukkan data-data
SNMPTN selama beberapa hari di SMA. Rencana kuliah tahun ini ibuku sudah ikhlas
dan sangat setuju akhirnya aku berdiskusi dengan ibu dan ibuku berpesan agar aku
mengambil jurusan PGSD. Saat itu aku menjual HP satu-satunya yang ayah belikan
untuk menambahi kekurangan agar bisa menebus ijazah dan alhamdulilah lunas dan
ijazahku bisa di bawa pulang. Aku kembali mengumpulkan berkas-berkas bidikmisi
kedua kalinya. Aku juga mendaftar beastudi etos dan saat itu alhamdulillah sudah lolos
administrasi dan wawancaranya tinggal menunggu pengumuman SBNPTN 2014 jika aku
diterima di Universitas dan jurusan yang direkomendasikan maka aku lolos sebagai
etoser.
Menunggu pengumuman SBMPTN membuatku cemas juga, dan akhirnya hari itu
datang saat itu sudah memasuki bulan puasa, aku bersepeda kewarnet milik guru SMP ku
Pak Hardi, agak ngeri juga saat itu karena aku bertemu anak-anak yang beberapa tidak
lolos sbmptn. Sebelum berangkat tadi ibuku hanya berpesan agar aku ikhlas menerima
apapun yang terjadi, aku memasuki bilik warnet dengan perasaan tak karuan akhirnya
bismillah aku masukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahirku, klik-klik aku
memejamkan mata sampai ada suara, Selamat anda diterima... Pak hardi mengagetkanku
akumembuka mata dan benar rasa syukur langsung terucap ketika aku melihat tulisan
selamat di monitor namun aku seketika lemas saat membaca dengan saksama tulisan
Aku bingung aku harus senang apa aku harus sedih, aku sama sekali tidak berniat
ke sana, aku tidak tahu tegal itu sebelah mana, aku pulang dengan perasaan tak menentu
aku bercerita pada ibu dan ibu sangat senang malam itu menjadi magrib terindah
ramadhan tahun ini.
Maka nikmat tuhanmu manakh yang kau dustakan? Sederetan perjuangan panjang
yang tidak mudah begitu banyak tantangan dan rintangan, untuk mewujukan sebuah
mimpi anak bangsa yaitu kuliah, aku ditrima di unnes dan lolos beasiswa bidikmsi.
Menunggu berangkat ke semarang, aku bekerja di warung sate saat lebaran lumayan
hasilnya untuk sangu ke sana, Aku mengikuti serangkaian kegitan penerimaan mahasiswa
baru di semaramg uang yang aku kumpulkan dari hasil menjahit dan kerja diwarung sate
hanya cukup untuk menopang hidupku di semarang.
Dengan cerita panjang ini akhirnya aku resmi menjadi mahasiswa unnes, ibuku
sangat senang tetangga-tetangga yang dulu menghina hanya diam, aku bersyukur
akhirnya mimpi itu hampir tercapai, dengan diberi uang Rp 600.000,00 oleh ibukku hasil
dari meminjam budheku aku berangkat ke tegal pamit kepada keluarga diantar
menggunakan sepeda oleh ibu sampai tempat angkot di pasar dan kemudian menunggu
bis di kutowinangun. Aku berangkat dengan teman SMA ku eri yang sudah kuliah di
tegal di sana aku sudah dicarika kos oleh temanku. Sampai di tegal aku baru sadar jika
aku belum membeli apa-apa untuk keperluanku di tegal. Beruntung sekal temanku
membayarkan kosku selama 1 semester di tegal dan boleh menyicil untuk
pengembaliannya, aku berjanji padanya mengembalikan saat uang bidikmisi cair, namun
ternyata living cost bidikmisi cair setelah 5 bulan aku mejadi mahasiwa, jika meningat
hal itu rasanya nikmat sekali ujian dari dari Alloh untuk pertama kalinya aku hidup di
tanah rantau jauh dari ibu dan adik-adik.
Sekarang aku sudah semester 5 di pgsd tegal unnes, jurusan yang sama sekali
tidak aku sanka dan terbesit, namun inilah takdir di sini aku mengenal banyak orang yang
baik hati. Sahabat-sahabat yang baik, untuk ayahku andaikan ayah tau aku sudah berhasil
mewujudkan pesan ayah agar aku kuliah, untuk ibuku terimakasih telah mempercayai aku
untuk mewujudkan mimpi kecil menjadi mahasiwa namun ini bukan akhir perjuangan,
masih banyak perjuangan untuk meraih cita-cita nanti.
Kisah ini mungkin sederhana aku bukanlah mahasiwa yang cumlod IP 4 aku
hanya seorang anak yang pernah punya sejuta mimpi dan sedih berjalan tertatih meraih
mimpi itu, aku yakin ketika kita punya mimpi jangan pernah menyerah berusahalah dan
libatkan Tuhan dalam mimpi itu jika itu blm terwujud yakinlah bahwa Alloh akan
mengagantinya dengan yang lebih baik, dan untuk kuliah janganlah takut untuk kuliah
selama masih ada niat dan usaha serta doa Insyaalloh dimudahkan oleh-Nya.
Permainan ini bisa dipakai untuk menyadarkan peserta bahwa manusia tidak bisa
dibentuk sedemikian rupa oleh orang lain.
Langkah – langkah: