2022BAB 1 (Farhanah Hidayati)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP INTENSITAS

NYERI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDECTOMY DI RUANG X


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH X

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

Nama : Farhanah Hidayati

NIM : P27901119070

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiks disebut juga umbai cacing merupakan organ tambahan dari usus

buntu. Apendiks adalah ujung seperti jari kecil panjangnya kira-kira 10 cm,

melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan

mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak

efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan

terhadap infeksi (Haryono, 2012).

Apendisitis merupakan infeksi yang terjadi pada apendiks atau biasa dikenal

oleh masyarakat awam dengan peradangan usus buntu. Apendisitis adalah

peradangan akibat infeksi pada usus buntu. Infeksi ini bisa mengakibatkan

peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim De Jong et al, 2005 dalam Nurafif

dkk, 2015). Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok usia, apensisitis leih

sering terjadi antara usia 10-30 tahun (Brunner dan Suddart, 2018)

Apendisitis merupakan salah satu keadaan darurat bedah paling sering tejadi

di dunia dengan prevalensi apendisitis secara global berjumlah 52 kasus per

100.000 penduduk (Kong VY dkk, 2012 dalam Hapsari, 2018). Menurut data

dari World Health Organization (WHO), prevalensi angka kejadian apendisitis di

dunia mencapai 3442 juta kasus tiap tahun. Statistik di Amerika mencatat setiap
tahun terdapat 30-35 juta kasus apendisitis. Penduduk di Amerika 10% menjalani

apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks). Afrika dan Asia lebih

rendah prevalensi nya, akan tetapi cenderung meningkat karena pola dietnya

yang mengikuti orang barat. (Kurniwarti dkk, 2020). Survey di 15 provinsi di

Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat di rumah

sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan

tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 3.236 orang. Kementrian kesehatan

menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan

nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes

RI, 2013 dalam Kurniwarti, 2020).

Dalam profil kesehatan Provinsi Banten 2016, tidak ditemukan data mengenai

kejadian apendisitis di Provinsi Banten. Begitu pula dengan angka kejadian

apendisitis yang ada di setiap kecamatan yang ada di Provinsi Banten. (Hapsari,

2018). Secara geografis, Provinsi Banten terletak diujung barat Pulau Jawa.

Wilayah nya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Provinsi Banten

mempunyai posisi yang strategis yaitu sebagai jalur penghubung antara Pulau

Jawa dan Sumatera. Sebagian wilayah nya yaitu Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang dan Kota Tangerang Selatan yang merupakan kota penyangga

Provinsi DKI Jakarta. Memiliki penduduk yang gaya hidupnya menyerupai

penduduk DKI Jakarta. (Amalia, 2015 dalam Hapsari, 2018)

Apendisitis jika tidak ditangani dengan cepat maka akan menimbulkan

komplikasi. Apendiksitis perforasi merupakan komplikasi utama dari apendiks,


dimana apendiks telah pecah sehingga isi apendiks keluar menuju rongga

perinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses (Haryono, 2012).

Lakukan pembedahan segera untuk mengangkat apendiks (Appendiktomi).

Ruptur dapat terjadi dalam 24 hingga 48 jam sehingga pembedahan harus segera

dilakukan. (Hurst, 2015)

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien post operasi appendectomy

salah satunya yaitu nyeri akut. Nyeri berdasarkan Association for Study of Pain

(IASP) adalah pengalaman yang tidak menyenangkan baik berupa sensorik

maupun emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau

menjelaskan tentang kerusakan itu sendiri (Dermawan, 2013). Sedangkan nyeri

akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat

dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

(PPNI, 2016). Dalam hal mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien, tenaga medis

melakukan strategi atau cara yang sering disebut dengan istilah Manajemen

Nyeri. Manajemen nyeri terbagi kedalam dua jenis yakni manajemen nyeri

farmakologi dan non farmakologi. Manajemen nyeri farmakologi adalah strategi

penyembuhan nyeri dengan obat-obatan anti nyeri, sedangkan manajemen nyeri

non farmakologi adalah strategi penyembuhan nyeri tanpa menggunakan obat-

obatan tetapi lebih kepada perilaku caring (Mayasari, 2016). Manajemen nyeri

non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri misalnya TENS, hipnosis,


akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres hangat/dingin, dan teapi bermain (PPNI, 2016)

Aromaterapi adalah suatu cara untuk mengurangi masalah nyeri dengan

menggunakan minyak esensial. Sedangkan menurut PPNI (2016) dalam buku

SIKI, Tindakan keperawatan Aromaterapi adalah memberikan minyak esensial

melalui inhalasi, pemijatan, mandi uap, atau kompres untuk meredakan nyeri,

menurunkan tekanan darah, meningkatkan relaksasi dan kenyamanan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lieza Ariany (2019) yang

berjudul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan

Tingkat Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi didapatkan hasil analisis

uji T berpasangan menunjukan bahwa pemberian aromaterapi lavender

menurunkan tingkat nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi dengan nilai p-

value = 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fataneh

Ghadirian dkk (2020) dengan judul Effect of French Lavender Aromatherapy on

The Level of Pain and The Amount of Medications Prescribed to Reduce Post

Appendectomy Pain didapatkan hasil bahwa aroma terapi efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan intensitas nyeri

pada pasien post operasi apendiktomi, salah satunya adalah aromaterapi.

Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang berkembang pesat di seluruh

dunia (Farrar, 2020). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang pengaruh aromaterapi terhadap intensitas nyeri

pada pasien post operasi appendectomy di Ruang x RSUD x.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disajikan diatas, maka rumusan masalah

pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Pemberian

Aromaterapi Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendectomy

di Ruang x RSUD x?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada studi kasus ini yaitu menerapkan intervensi

keperawatan Aromaterapi guna menurunkan intensitas nyeri pada Pasien

Post Operasi Appendectomy di Ruang x RSUD x

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien post operasi Appendectomy

b. Mengidentifikasi perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah

diberikan tindakan aromaterapi pada pasien post operasi Appendectomy

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat menambah wawasan dan

pengalaman mengenai pengaruh penerapan aromaterapi terhadap intensitas

nyeri pada pasien post operasi appendectomy

2. Bagi Pasien
Manfaat penelitian bagi pasien yaitu dapat menurunkan intensitas

nyeri post operasi appendectomy yang di alami oleh pasien dan juga

menambah wawasan bagi pasien.

3. Bagi Tempat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan bagi tempat

penelitian agar dapat menerapkan teknik pengurangan nyeri dengan

aromaterapi pada pasien post operasi appendectomy

4. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan yaitu sebagai bahan

masukan tentang bagaimana pelaksanaan tindakan keperawatan aromaterapi

untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi appendectomy


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo, 2013. Konsep dan Proses Perawatan Nyeri. Yogyakarta : Ar-

Ruzz Media.

Azwar, 2020, Terapi Non Farmakologis pada Penurunan Nyeri Pasien Post Op

Apendisitis, Makassar : Pustaka Taman Ilmu.

Brunner & Suddart, 2013, Handbook for Brunner And Suddart Tekxtbook of

Medical Surgical Nursing, Edisi 12, Wolters Kluwer. Yulianti, Devi,

Amelia Kimin, 2018, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart,

Edisi 12, Jakarta : EGC.

Bangun, Argi Virgona, Susi Nuraeni, 2013, Pengaruh Aromateapi Lavender

Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah sakit

Dustira Cimahi, Volume 8 (no.2), Jurnal Keperawatan Soedirman.

Dermawan, D., Moh Abdul jamil, 2013. Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep

dan Prosedur, Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Farrar, Ashley J, et al, 2020, Clinical Aromatherapy, Nurs Clin North Am. [dapat

diakses di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7520654/ ]

Ghaidiran, Fataneh dkk, 2020, Effect of French Lavender Aromatherapy on The

Level of Pain and The Amount of Medications Prescribed to Reduce Post

Appendectomy Pain, Jurnal Kedoktean Militer, Volume 8 (3).


Hapsari, Wahyuning, 2018, Prevalensi Appendicitis di RSU kota Tangerang Selatan

pada tahun 2016-2017. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Hariyanto, Awan, Rini Sulistyowati, 2016, buku ajar keperawatan medikal bedah 1

dengan diagnosis nanda internasional, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Haryono, Rudi, 2012, Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan,

Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Hurst, Marlene, 2012, Hurst refiew : Medical Surgical Nursing Refie, Vol. 2, MC

Graw Hill. Yulianti, Devi, Sari Isnaini, 2015, Belajar Mudah

Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Kurniwarti, 2020, Gambaran Tentang Kejadian Apendisitis di RS TK. II Pelamonia

Makassar, Volume 14 (4), Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.

Lieza, Ariany, 2019, Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi. FK

Trisakti.

Mayasari, Cristiani Dewi, 2016, Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non

Farmakologis Bagi Seorang Perawat. Volume 1 (1), Jurnal Wawasan

Kesehatan.

Nurafif, AH, Hardhi Kusuma, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1, Yogyakarta : Mediaction.


PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, 2016, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, 2016, Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Sarpini, Rusbandi, 2013, Anatomi dan Fisisologi Manusia untuk Paramedis,

Jakarta : In Media.

Anda mungkin juga menyukai