BL101199

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

I .

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya usia harapan hidup di beberapa negara termasuk

Indonesia berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan karena

pada usia senja organ-organ tubuh mengalami penurunan fungsi secara

fisiologis. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka harapan

hidup sedang di dunia (Bintang, 2011). Hal ini berbanding terbalik dengan

kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki

sekitar 30.000 spesies dan kurang lebih 7.000 di antaranya yang baru

diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangat tinggi salah satunya

kekayaan sumberdaya hayatinya yaitu tanaman obat. Oleh karena itu,

penelitian ini ingin mengetahui potensi salah satu jenis tumbuhan yang

dapat berpotensi sebagai tanaman obat, namun belum banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat. Tumbuhan obat yang digunakan sebagai

bahan dasar penelitian adalah daun kedondong (Spondias dulcis) (Bintang,

2011). Hal ini disebabkan daun kedondong (Spondias dulcis) mengandung

flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid (Inayati, 2007). Flavonoid mampu

bertindak sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menangkal radikal

bebas sehingga meminimalkan efek kerusakan pada sel dan molekul-

molekul tubuh seperti DNA, protein, dan lemak karena merupakan

1
2

golongan polifenol yang merupakan komponen kimia yang berperan

sebagai antioksidan (Dungir dkk., 2012; Sie, 2013).

Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar

matahari berlebih, asap kendaraan bermotor merupakan sumberpembentuk

radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan (Pietta, 1999; Wijaya, 1996).

Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini akan mencari elektron dari

molekul-molekul penting pada tubuh manusia seperti DNA, protein, dan

lemak yang jika tidak segera dihentikan akan menyebabkan penyakit-

penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan penuaan dini (Tapan,

2005). Oleh karena itu, dibutuhkan antioksidan baik dari dalam maupun

luar tubuh yang cukup untuk menangkal radikal bebas tersebut (Sie, 2013).

Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian antioksidan berupa

ekstrak daun kedondong.Bagian dari tumbuhan kedondong yang banyak

dimanfaatkan adalah bagian buahnya, yaitu untuk dibuat rujak. Bagian

daun tumbuhan ini masih jarang terexpose dan belum banyak orang yang

mengetahui manfaat dari daun yang cita rasanya masam ini. Padahal, daun

kedondong (Spondias dulcis) memiliki banyak potensi untuk dijadikan

sebagai tanaman obat, seperti dapat berfungsi untuk mencegah kanker,

penyakit jantung, kolestrol, dan penuaan dini karena mengandung senyawa

antioksidan.Oleh karena itu, potensi daun kedondong sebagai penghasil

senyawa antioksidan perlu diteliti lebih lanjut(Andriani, 2007; Sie, 2013).


3

Pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan pada penelitian ini

meliputi uji kandungan total fenolik dan uji aktivitas antioksidan dengan

variasi suhu dan waktu ekstraksi (Lee dkk., 2003; Sulistyani dkk., 2011;

Oktaviani, 2014). Uji biologi yang dilakukan adalah uji kadar kolestrol

total darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague-

Dawley. Uji-uji yang dilakukan semuanya merupakan uji kuantitatif

karena dari uji kuantitatif dapat diketahui berapa banyak kandungan

antioksidan, fenolik, maupun kolestrol sehingga lebih akurat daripada uji

kualitatif yang hanya bisa mendeteksi apakah suatu sampel positif atau

negatif mengandung senyawa target yang diinginkan (Andriani, 2007;

Marsalina, 2010).

B. Keaslian Penelitian

Penelitian Inayati (2007) tentang “Potensi Antibakteri Ekstrak

Daun Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Forst.)”. Hasil dari penelitian

Inayati (2007) adalah daun tua memiliki zona hambat yang lebih besar

daripadadaun muda, namun tingkat aktivitas antibakteri berbeda-beda

terhadap bakteri uji (E. coli, P. aeruginosa, B. subtilis, dan S. aureus) yang

digunakan. Ekstrak daun kedondong dengan konsentrasi 250 mg/ml

menghasilkan diameter zona hambat terbesar pada semua bakteri.

Penelitian Dwija dkk. (2013) tentang “Aktivitas Antituberkulosis

Ekstrak Metanol Daun Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz)”.

Hasil penelitian Dwija dkk. (2013) memperlihatkan bahwa pemberian

ekstrak metanol daun kedondong hutan dengan konsentrasi 10, 50, dan
4

250 mg/ml mampu menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium

tuberculosis.

Penelitian Dungir dkk. (2012) tentang “Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”.

Hasil penelitian Dungir dkk. (2012) menunjukkan kandungan total fenol

tertinggi dihasilkan oleh ekstrak kulit manggis dengan pelarut metanol

sampel kering (MK) sebesar 141,837 mg/kg. Ekstrak kulit manggis

dengan metanol sampel basah memiliki potensi penangkal radikal bebas

(aktivitas antioksidan) yang tertinggi yaitu sebesar 96,91 %.

Penelitian Gani dkk. (2013) tentang “Ekstraksi Senyawa Fenolik

Antioksidan dari Daun dan Tangkai Gambir”. Hasil penelitian Gani dkk

(2013) yaitukandungan total fenolik tertinggi ekstrak daun gambir

menggunakan pelarut etil asetatyaitu sebesar 59,346 g GAE/100 g ekstrak

pada suhu 65 0C, sedangkan kandungan total fenolik tertinggi ekstrak daun

gambir menggunakan pelarut etanolyaitu sebesar 52,352 g GAE/ 100 g

ekstrak pada suhu 75 0C. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk pelarut etil

asetat untuk menangkal radikal bebas sebesar 50 % yaitu 13,8 mg

ekstrak/ml dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk pelarut etanol untuk

menangkal radikal bebas sebesar 50 % yaitu 8,9 mg ekstrak/ml.

Penelitian Sulistyani dkk. (2011) tentang “Ekstraksi Senyawa

Fenolik dari Limbah Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) sebagai

Antioksidan Alami”. Hasil dari penelitian Sulistyani (2011) yaitu

kandungan total fenolik ekstrak limbah kacang tanah mencapai


5

puncaknya/ paling maksimal pada waktu ekstraksi 105menit. Setelah

melebihi 105 menit, kandungan total fenolik akan menurun. Hasil

penelitian yang lain dari Sulistyani dkk (2011) yaitu suhu 700C yang

merupakan suhu yang pada perlakuan penelitian tersebut menghasilkan

kandungan total fenolik tertinggi dibadingkan dengan perlakuan suhu

ekstraksi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suhu

ekstraksi 70 0C dan waktu ekstraksi 105 menit pada eksraksi ekstrak kulit

kacang tanah menghasilkan kandungan fenolik tertinggi yaitu 15,669 g

GAE/ 100 g ekstrak.

Penelitian Wisesa dan Widjarnako (2014) tentang “Penentuan Nilai

Maksimum Proses Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah(Hylocereus

polyrhizus)”. Hasil penelitian Wisesa dan Widjarnako (2014) yaitu


0
ekstrakkulit buah naga merah pada suhu 25 C selama 55 menit

menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan perlakuan yang

lain yaitu 16,37 % dan kandungan total fenolik tertinggi dibandingkan

perlakuan yang lain yaitu 55,77 mg GAE /100 g.

Penelitian Wahyuni dan Widjarnako (2015) tentang “Pengaruh

Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi terhadap Ekstrak Karotenoid Labu

Kuning dengan Metode Gelombang Ultrasonik”. Hasil penelitian Wahyuni

dan Widjarnako (2015) yaitu ekstraksi karetonid labu kuning dengan

pelarut aseton, etil asetat dan N-heksana menghasilkan aktivitas

antioksidan tertinggi pada lama ekstraksi 25 menit. Aktivitas antioksidan

yang tinggi dapat dilihat pada jenis pelarut aseton menghasilkan nilai IC50
6

sebesar 168,46 ppm, pelarut etil asetat menghasilkan IC50 sebesar 150,97

ppm, dan pelarut N-heksan menghasilkan IC50 sebesar 134,17 ppm.

Penelitian Erminawati dan Naufalin (2015) tentang “Sifat

Fisikokimia dan Aktivitas Antioksidan Sarang Semut (Myrmecodia

pendans) sebagai Pengawet Alami Pangan”. Hasil penelitian Erminawati

dan Naufalin (2015) yaitu suhu ekstraksi 70 0C menghasilkan aktivitas

antioksidan tertinggi pada ekstrak sarang semut dibandingkan perlakuan

yang lainnya yaitu 21,43 % dan kandungan total fenolik tertinggi yaitu

30,3 mg/ 100 g.

Penelitian Miryanti dkk. (2011) tentang “Ekstraksi Antioksidan

dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Hasil penelitian

Miryanti dkk. (2011) yaitu ekstrak kulit manggis yang menggunakan

pelarut metanol dengan perbandingan F:S = 1 : 15 pada suhu ekstraksi


0
pada suhu 35 C memiliki aktivitas antioksidan tertinggi karena

menghasilkan nilai EC50 sebesar 8,667 ppm dan perolehan rendemen

sebesar 17,91 %.

Penelitian Marsalina (2010) tentang “Pengaruh Pemberian Ekstrak

Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Kadar

Kolestrol Total Darah dan Berat Badan Tikus Putih (Rattus

norvegicus)”.Hasil penelitian Marsalina (2010) menunjukkan bahwa

perlakuan Dosis 3 ekstrak air bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

menyebabkan perubahan kolestrol paling tinggi yaitu 14,02 ± 12,1 mg/dl

dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.


7

Penelitian Muflikhatur dan Murwani (2014) tentang “Perbedaan

Pengaruh Antara Ekstrak dan Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha)

Dalam Pencegahan Peningkatan Kadar Kolestrol Total pada Tikus

Sprague Dawley”. Hasil penelitian Muflikhatur dan Murwani (2014)

menunjukkan bahwa perlakuan yang memiliki efek menahan laju

peningkatan kadar kolestrol total tertinggi adalah simvastatin 0,018 g yaitu

dengan selisih kadar kolestrol sebesar 11,74 ± 2,61 mg/dl.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variasi suhudan waktu ekstraksi ekstrak daun

kedondong (Spondias dulcis) terhadap aktivitas antioksidan dan

kandungan total fenolik?

2. Bagaimana pengaruh kandungan antioksidan pada ekstrak daun

kedondong (Spondias dulcis)terhadap kadar kolestrol total darah tikus

putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi suhudan waktu ekstraksi ekstrak daun

kedondong (Spondias dulcis) terhadap aktivitas antioksidan dan

kandungan total fenolik.

2. Mengetahui pengaruh kandungan antioksidan pada ekstrak daun

kedondong (Spondias dulcis) terhadap kadar kolestrol total darah tikus

putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley.


8

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu diharapkan dapat menambah daya

guna dan potensi dari daun kedondong yang sebenarnya sangat besar

untuk mencegah penyakit kanker, kolestrol, penyakit jantung dan penuaan

dini karena mengandung antioksidan. Penelitian ini bertujuan agar potensi

daun kedondong tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

sehingga kedondongtidak hanya digunakan sebagai rujak saja, tetapi juga

sebagai obat herbal bagi kesehatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai