355 777 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018

STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

Sistem Kontrol dan Monitoring Hidroponik berbasis Android

Ibadarrohman1), Nur Sultan Salahuddin2), Anacostiana Kowanda3)


Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Depok, Indonesia.
[email protected] , [email protected] , [email protected]

Abstrak
Hidroponik adalah salah satu cara untuk menanam tanaman dalam skala besar tanpa
memerlukan lahan yang sangat cocok untuk dibudidayakan didaerah perkotaan. Namun, sistem ini
mempunyai beberapa kekurangan yaitu, hidroponik sangat membutuhkan lingkungan yang terkontrol
untuk menghindari penurunan kualitas tanaman hingga layunya tanaman. Penggunaan alat ukur manual
yang sebenarnya menyita waktu jika si pemilik sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya. Maka dari itu
diperlukan solusi untuk memantau kondisi tanaman dan kontrol secara otomatis jika kondisi tersebut tidak
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Hidroponik akan dipasang mikrokontroler yang terhubung ke
internet akan mengirim data mengenai kondisi air ke aplikasi smartphone Android secara realtime melalu
protokol MQTT. Selain dari itu dikembangkan sistem kontrol manual dan otomatis untuk mengontrol pH
air, ketinggian air, dan nutrisi agar sesuai dengan kondisi yang optimal bagi tumbuhan. Berdasarkan hasil
dari penelitian ini didapatkan aplikasi Android yang dapat memantau tanaman hidroponik secara realtime
serta mengontrol pertambahan nutrisinya melalui internet.

Kata kunci: Hidroponik, MQTT, Android, Internet,

1. Pendahuluan
Di era kehidupan modern sekarang ini sudah sangat jarang ditemukan lahan pertanian di kota –
kota besar, terlebih bagi masyarakat perkotaan yang tinggal di pemukiman padat, perumahan dan dengan
bentuk hunian yang minimalis. Bahkan sampai tidak memungkinkan menyediakan lahan untuk pekarangan
atau halaman rumah. Ini menjadi sebuah masalah bagi masyarakat untuk bisa berkebun di halaman rumah.
Apalagi bagi kalangan yang memiliki hobi berkebun, tidak bisa menyalurkan hobinya[1].
Hidroponik menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat yang ingin berkebun, namun tidak memiliki
cukup tempat untuk bercocok tanam. Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan
media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan
air sebagai medium untuk menggantikan tanah [2]. Namun bercocok tanam dengan cara hidroponik ini
perlu penanganan, perawatan dan pemantauan yang lebih dibandingkan dengan bercocok tanam
konvensional dengan media tanah. Sehingga pemilik perlu untuk memberikan perhatian lebih kepada
tanamannya
Pada sistem hidroponik yang biasa dilakukan sekarang ini, masih dilakukan kontrol paramater
secara manual oleh manusia. Parameter yang umumnya dikontrol adalah pH air, kepekatan nutrisi, tinggi
air, serta temperatur dan kelembapan udara. Pengaruh pH larutan pada tanaman hidroponik adalah pengaruh
daya serap tanaman untuk menyerap unsur hara pada air. Pada pH larutan dibawah 6.0 (asam) unsur hara
makro seperti kalsium, magnesium dan fosfor akan sulit diserap oleh tanaman. Akibatnya tanaman akan
tumbuh kerdil dan tidak dapat berproduksi dengan maksimal. Pada pH larutan nutrisi datas 7.0 (basa) unsur
hara mikro seperti tembaga, mangan, seng, dan besi tidak dapat diserap oleh tanaman. Akibatnya tanaman
mengalami defisiensi unsur hara, dan pertumbuhannya akan cepat mati. Sehingga daripada itu diperlukan
kondisi pH larutan yang bersifat netral yaitu berkisar 6.0 – 7.0. Pada pH larutan netral unsur hara makro
maupun mikro tidak mengalami pengikatan unsur hara, pada kondisi ini tanaman hidroponik dapat tumbuh
dan berpdouksi dengan maksimal, usia tanaman juga lebih panjang atau maksimal sesuai dengan jenis
tanamannya.
Pemberian larutan nutrisi berdasarkan nilai EC (Electrical Conductivity) dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil beberapa tanaman contohnya pada tanaman bayam (Amaranthus sp.) pada
hidroponik sistem rakit apung (Floating Hydroponics System), karena terdapat nilai EC yang
menunjukkan hasil tertinggi [3]. Selain itu proses penguapan air (evaporasi) menjadi masalah tersendiri
pada hidroponik. Maka diperlukan sistem kontrol untuk melakukan pengisian air otomatis jika volume air
pada tandon tempat penyimpan air kurang. Suhu air nutrisi juga tak kalah penting dalam hidroponik.

177
Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018
STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

Dengan suhu yang ideal, tanaman dapat menyerap unsur hara dengan maksimal sehingga dapat tumbuh
dengan baik. Suhu air ideal berkisar 18 derajat sampai 25 derajat celcius.
Mmasyarakat perkotaan sebagian besar adalah pekerja yang serba sibuk. Dengan adanya hal ini
maka dibutuhkan sebuah alat bantu berupa sistem yang dapat digunakan sebagai alat perawatan yang
bekerja secara otomatis untuk menentukan solusi permasalahan-permasalahan dalam hidroponik. Dari
permasalahan tersebut penulis membuat penelitian yang dapat digunakan sebagai sistem pemantau kondisi
hidroponik oleh pemilik serta dapat dikontrol menggunakan sebuah aplikasi tanpa si pemilik berada di
lokasi hidroponik. Mengimplementasikan beberapa jenis sensor yang terpasang pada instalasi sistem
hidroponik, yang akan mengukur dan mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Dengan memanfaatkan
teknologi sekarang, sistem cerdas diharapkan dapat membantu para pemilik hidroponik dalam memantau
keadaan dan perawatan otomatis kepada tanaman yang sedang dibudidayakan kapanpun dan dimanapun.
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wahyu Adi Prayitno, Adharul Muttaqin
dan Dahnial Syauqy yaitu Sistem Monitoring Suhu, Kelembaban, dan Pengendali Penyiraman Tanaman
Hidroponik menggunakan Blynk Android telah dibuat sistem monitoring dan kontrol yang terhubung cloud
blynk melalui internet. Namun terdapat kekurangan pada penelitian tersebut, yaitu pada sisi pengiriman
data yang dilakukan dari aplikasi ke hidroponik terdapat delay waktu selama 1-2 menit [4], berbeda dengan
penelitian ini yaitu untuk komunikasi data dari mikrokontroler ke aplikasi Android menggunakan protokol
MQTT sehingga waktu pengiriman data tidak memakan waktu lama.

2. Metode Penelitian
2.1 Instalasi Teknologi Informasi pendukung pada tanaman Hidroponik

Gambar 1. Hidroponik yang telah dipasang sistem pantau dan kontrol

Pada gambar 4 digambarkan keseluruhan sistem hidroponik beserta sistem monitoring dan kontrolnya.
Menggunakan bahan pipa PVC untuk frame dan juga sistem perairan hidroponik. Perangkat keras yang
dibutuhkan pada sistem kontrol dan monitoring hidroponik ini adalah sebagai berikut:
1. Sensor pH meter, Sensor ultrasonik, Sensor EC meter, Sensor suhu air, Sensor suhu dan
kelembapan udara DHT22.
2. Solenoid Valve & Module Relay
3. Mikrokontroler Arduino & NodeMCU
4. Router wireless.
5. Pompa Air

Gambar 2. Arsitektur Sistem

178
Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018
STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

Pada gambar 2 digambarkan komponen apa saja tersambung dan juga bagaimana jalur data dari
sensor hingga sampai ke aplikasi. Instalasi dilakukan dengan menghubungan semua komponen sehingga
menjadi suatu sistem yang utuh. Sensor pH, sensor EC, sensor DHT22 dan sensor suhu air dihubungkan ke
Arduino, kemudian Arduino disambungkan ke NodeMCU melalui komunikasi serial, sehingga arduino
dapat mengirimkan data tersebut ke NodeMCU untuk dikirimkan kembali ke aplikasi Android. NodeMCU
juga dihubungkan dengan sensor ultrasonik sebagai sensor jarak untuk mengetahui ketinggian air, lalu jika
ketinggian air melewati batas minimum maka mikrokontroler NodeMCU akan segera memberikan sinyal
ke module relay untuk membuka solenoid valve sehingga air bersih dialirkan ke tandon.Terdapat 5 buah
solenoid valve masing-masing yaitu untuk mengeluarkan air bersih, air nutrisi dan 2 pengatur pH air. Air
nutrisi di kontrol oleh aplikasi secara manual sedangkan untuk pengaturan pH dapat secara otomatis dan
juga manual sesuai mode yang dikirimkan ke NodeMCU. NodeMCU yang telah terkoneksi ke router
internet dapat mengirimkan data sensor yang telah didapat dan juga mengirimkan perintah ke NodeMCU
menggunakan protokol MQTT sebagai kontrol ke hidroponik. Selain itu NodeMCU juga telah siap
menerima perintah pada smartphone Android jika kalau mode yang digunakan adalah manual. Sehingga
pemilik dapat dengan mudah melakukan eksperimen terhadap tanamannya untuk kapan diberi nutrisi
ataupun pengontrolan pH air.

2.2 Perancangan Aplikasi Android Sistem pemantauan Hidroponik

Aplikasi yang dibuat berfungsi memantau kondisi pH air, suhu air, ketinggian air, EC air,
temperatur & kelembaban udara pada hidroponik yang dideteksi oleh sensor. Aplikasi ini dibuat dengan
menggunakan Android Studio yang menggunakan bahasa pemrograman java. Untuk melakukan
komunikasi antara hidroponik dan aplikasi Android melalui internet digunakan protokol MQTT, MQTT
adalah protokol pengiriman dan penerimaan pesan yang memungkinkan beberapa device saling mengirim
dan menerima data berupa string dengan mudah. Dalam MQTT diperlukan broker yang berfungsi sebagai
penerima pesan apa saja pada suatu topik yang masuk dan meneruskan pesan tersebut ke client apa saja
yang terkoneksi dan yang telah melakukan subscribe pada topik tersebut. Broker yang digunakan pada
aplikasi yang dibuat adalah broker publik yang sudah tersambung ke internet seperti publik broker milik
HiveMQ, mosquitto, dan eclipse.

2.2.1 Perancangan Struktur Navigasi

Gambar 2. Struktur navigasi aplikasi Android

Dapat dilihat pada gambar 2 struktur navigasi yang digunakan dalam pembuatan aplikasi interaktif
ini adalah struktur campuran untuk seluruh aktivitas pada aplikasi ini. Pada saat pertama aplikasi dijalankan,
pengguna akan langsung dihadapkan pada layar splashscreen, setelah 3 detik kemudian muncul layar utama
yang menampilkan data status koneksi dan data sensor pada hidroponik seperti sensor suhu air, pH air,
sensor jarak untuk mengukur ketinggian air, sensor suhu dan kelembapan udara. Serta pada layar pertama
terdapat input untuk kontrol pemberian nutrisi berdasarkan jumlah mililiter yang di input.

2.2.2 Perancangan Antarmuka Aplikasi


Sebelum membuat program dan desain tampilan, terlebih dahulu membuat rancangan dari
tampilan antarmuka aplikasi. Pada setiap layar aplikasi terdapat 2 bagian yakni bagian AppBar yang berisi
title aplikasi dan beberapa menu seperti menu pilihan server dan menu pemilihan activity, dan content yang
berisi data text sensor dan input nutrisi. Antar muka aplikasi dapat dilihat pada gambar. Pada gambar 3
terlihat layar utama yang akan menampilkan hasil penerimaan data sensor seperti suhu air, ketinggian air,

179
Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018
STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

tingkat EC, pH air, dan juga suhu dan kelembapan udara. Pada layar perubahan WiFi hidroponik akan
dimasukan input SSID dan password WiFi yang digunakan untuk merubahan konfigurasi jaringan wireless
mikrokontroler.

Gambar 3. Layar utama Gambar 4. Layar perubahan WiFi Hidroponik

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil pembuatan layar utama
Penulis membuat aplikasi pada saat aplikasi dijalankan setelah splashscreen maka aplikasi langsung
melakukan koneksi ke publik MQTT broker. Pada gambar 5 yang merupakan hasil pembuatan aplikasi jika
terkoneksi maka teks pada bagian status koneksi akan menjadi “connected” dan pada teks server akan
menampilkan server yang digunakan saat ini. Setelah terkoneksi aplikasi membaca data-data apa saja yang
masuk pada topik yang sama pada hidroponik. Data yang di publish ke topic hanya terdiri dari satu baris,
akan tetapi memilik banyak data sensor, sehingga ketika aplikasi telah mendapatkan pesan yang telah di
subsribe akan diperlukan pemisahan data. Setelah data terpisah data-data tersebut akan di tampilkan ke
masing masing teks pada tampilan layar utama seperti teks suhu air, pH air, EC air, temperatur dan
kelembapan udara. Untuk data ketinggian air akan dipresentasikan menggunakan custom widget yang
berbentuk lingkaran untuk mempresentasikan ketinggian air nya pada hidroponik. Pada tampilan layar
utama juga terdapat tombol opsi yang terletak di pojok kanan atas dan tombol menu, tombol opsi akan
menampilkan penyetelan server yang akan di gunakan seperti pada gambar 6 dan sementara itu tombol
menu untuk menampilkan pemilihan layar yang akan ditampilkan seperti pada gambar 7. Pada gambar 8
terlihat input yang diberikan untuk durasi lamanya membuka solenoid pada sistem kontrol pH.

Gambar 5. Layar utama Gambar 6. Option server Gambar 7. Navigation-drawer Gambar 8. Kontrol pH

3.2 Hasil pembuatan layar manage


Terlihat pada gambar 9 pada layar ini digunakan untuk mengkonfigurasi sambungan WiFi yang
akan digunakan oleh hidroponik. Metode yang digunakan adalah menggunakan komunikasi serial,
smartphone perlu dihubungkan terlebih dahulu ke nodeMCU untuk dapat mengganti SSID dan password
yang akan digunakan untuk koneksi nodeMCU nya. Di layar ini terdapat dua editText satu merupakan SSID
dan satu lagi untuk password WiFi.

180
Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018
STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

Gambar 9. Tampilan layar manage

3.3 Pengujian Black-box


Pengujian yang dilakukan dalam aplikasi ini yaitu menggunakan pengujian black-box testing.
Pengujian dengan memfokuskan pada kebutuhan fungsional dari aplikasi Android yang dibuat ini. Metode
Test case ini bertujuan untuk menunjukkan keberfungsian perangkat lunak terkait dengan cara
beroperasinya, apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sesuai yang diharapkan atau tidak. Pengujian
aplikasi menggunakan black box testing menggunakan data uji berupa sebuah data masukan / dummy data
pada program aplikasi yang telah dibuat.
Pengujian Black-box ini terdiri dari beberapa uji coba. Pengujian pertama dilakukan pengujian
pengiriman perintah dari android ke sistem kontrol untuk menguji kestabilan pengiriman data dari android
ke mikrokontroler. Pengujian ini dilakukan pada aplikasi Android yang telah dibuat dan mengkoneksikan
aplikasi tersebut ke MQTT server publik lalu mengirimkan perintah pemberian nutrisi sebanyak 10 kali.

Tabel 1 - Hasil pengujian pengiriman perintah dari android ke sistem untuk membuka solenoid nutrisi

Jaringan Waktu respon Jumlah tidak ada


Server
Smartphone mikrokontroler respon
tcp://iot.eclipse.org:1883 EDGE 4-9 detik 4
tcp://iot.eclipse.org:1883 3G 2-4 detik 1
tcp://iot.eclipse.org:1883 4G 2-3 detik 0
tcp://iot.eclipse.org:1883 WiFi 2-3 detik 0
tcp:// 3-10 detik 2
EDGE
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 2-4 detik 1
3G
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 2-4 detik 0
4G
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 2-3 detik 0
WiFi
broker.hivemq.com:1883
tcp://test.mosquitto.org:1883 EDGE 4-27 detik 3
tcp://test.mosquitto.org:1883 3G 2-4 detik 2
tcp://test.mosquitto.org:1883 4G 2-3 detik 0
tcp://test.mosquitto.org:1883 WiFi 2-3 detik 0

Hasil pengujian pengiriman perintah dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukan hasil dari
percobaan pengiriman data dar Android ke mikrokontroler dengan menggunakan beberapa jenis jaringan
dan jenis server. Kesimpulan dari hasil tersebut menunjukan bahwa pengunaan server yang berbeda-beda
tidak terjadi perubahan signifikan terhadap lamanya waktu terkoneksi ke server akan tetapi penggunaan
jenis jaringan yang mempengaruhinya. Jenis jaringan yang terbaik adalah menggunakan jariangan WiFi
dan 4G, sedangkan jaringan 3G proses koneksi kadang terjadi error, dan pada jaringan EDGE koneksi
kurang stabil terkadang proses cepat dan lambat dan juga sering terjadi error.

Tabel 2 - Hasil pengujian pengiriman data sensor dari sistem ke android


Jaringan Jumlah tidak ada
Server Waktu kirim
Smartphone respon
tcp://iot.eclipse.org:1883 EDGE 2-5 detik 2
tcp://iot.eclipse.org:1883 3G 1-3 detik 0
tcp://iot.eclipse.org:1883 4G 1-2 detik 0

181
Konferensi Nasional Sistem Informasi 2018
STMIK Atma Luhur Pangkalpinang, 8 – 9 Maret 2018

tcp://iot.eclipse.org:1883 WiFi 1-2 detik 0


tcp:// 2-4 detik 2
EDGE
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 1-3 detik 1
3G
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 1-2 detik 0
4G
broker.hivemq.com:1883
tcp:// 1-2 detik 0
WiFi
broker.hivemq.com:1883
tcp://test.mosquitto.org:1883 EDGE 2-7 detik 2
tcp://test.mosquitto.org:1883 3G 1-3 detik 1
tcp://test.mosquitto.org:1883 4G 1-2 detik 0
tcp://test.mosquitto.org:1883 WiFi 1-2 detik 0

Pada tabel 2 dapat dilihat hasil pengujian pengiriman data sensor dari mikrokontroler ke Arduino
hampir sama dengan pengujian pada tabel akan tetapi karena mikrokontroler mempunyai beban untuk
membaca sensor setiap saat maka pembacaan data yang diterima terjadi penambahan delay kurang lebih
sebanyak 1 detik.

4. Kesimpulan
Dalam penelitian ini telah berhasil membuat sistem pemantauan online berbasis aplikasi Android
yang diimplementasikan pada Hidroponik yang penulis buat. Sistem ini dibuat untuk memberi kemudahan
dalam mengakses informasi dan mengontrol nutrisi yang diperlukan dalam kebutuhan pemilik hidroponik
tanpa perlu berada di lokasi.
Pemilik dapat dengan mudah memantau kondisi lingkungan tanaman hidroponik secara realtime
terutama kondisi air yang sangat vital bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu kelebihan fitur yang ada pada
aplikasi ini adalah penggunaan protokol MQTT untuk pengiriman data yang relatif kecil dan cepat,
sehingga aplikasi benar-benar dapat online ke internet bukan hanya sekedar jaringan lokal.

Daftar Pustaka

[1] Muhammad Iqbal. Simpel Hidroponik. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2017.


[2] Ida Syamsu Roidah. Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas
Tulungagung. 2014; Vol. 1 No 2.
[3] M. Salam Subandi, Nella Purnama, Budy Frasetya. Pengaruh Berbagai Nilai EC (Electrical
Conductivity) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam (Amaranthus Sp.) pada Hidroponik Sistem
Rakit Apung (Floating Hydroponics System). Jurnal Kajian Islam, Sains, dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati. 2015; Vol IX No.2: halaman 136 – 152.
[4] Wahyu Adi Prayitno, Adharul Muttaqin, Dahnial Syauqy. Sistem Monitoring Suhu, Kelembaban, dan
Pengendali Penyiraman Tanaman Hidroponik menggunakan Blynk Android. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya. 2017; Vol. 1: halaman 292 – 297.

182

Anda mungkin juga menyukai