Resume KMB Bu Luh
Resume KMB Bu Luh
Resume KMB Bu Luh
Disusun Oleh :
NIM : 1911011029
Kelas : 5A
2021
RANGKUMAN KONSEP
1. Perioperatif
istilah yang digunakan untuk menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan
pascaoperatif.
Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
a) Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi
b) Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau
dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV),
memberikan medikasi intravena, dan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien
c) Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan . dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. pada fase pascaoperatif
berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia, dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.
Fase Pembedahan Perioperatif
Klien bedah datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan kondisi kesehatan yang berbeda-
beda. Klien mungkin akan datang ke rumah skait atau unit bedah sehari sebelum hari
pembedahan dengan perasaan sehat dan siap menghadapi pembedahan. Sebaliknya, korban
kecelakaan kendaraan bermotor mungkin akan menghadapi pembedahan darurat tanpa waktu
persiapan. Kemampuan menciptakan hubungan dan mempertahankan hubungan profesional
merupakan komponen yang sangat penting dalam fase preoperatif. Perawat harus
melakukannya dengan cepat, mudah, dan efektif (Brunner & Suddarth, 2010).
Proses Keperawatan dan Klien Bedah
Klien akan bertemu dengan anggota tim kesehatan antara lain dokter bedah, perawat anastesi,
atau ahli anastesi, petugas fisioterapi, dan perawat. Semuanya berperan dalam asuhan
keperawatan dan pemulihan klien. Perawat mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien,
mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien dan keluarga,
mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk menghadapi pembedahaan, serta
mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan pembedahan kepada tim (Brunner &
Suddarth, 2010).
Jenis dan Indikasi Pembedahan
Pembedahan dilakukan jika diduga kuat adanya indikasi-indikasi yang mendukung untuk
diharuskannya tindakan pembedahan. Sebagai contoh, untuk pemeriksaan diagnostik yang
perlu dilakukannya biopsi, untuk memperkirakan luas penyakit ataupun injury yaitu dengan
eksplor laparatomi, mungkin juga untuk mengembalikan tampilan dan fungsi sebelumnya
misalnya dengan mammoplasty, pembedahan juaga dilakukan untuk mengangkat organ yang
tidak bisa ditunda, seperti contoh pada kasus darurat. Pembedahan juga dapat diklasifikan
sesuai tingkat urgensinya, dengan penggunaan istilah-istilah kedaruratan, urgen, diperlukan,
elektif, dan pilihan (Brunner & Suddarth, 2010). Berikut adalah Tabel 2.1 yang merupakan
klasifikasi pembedahan menurut Brunner & Sudddart.
2. Fraktur
Fraktur adalah patahan yang terjadi didalam kontinuitas struktural tulang. Hal ini mungkin
tidak lebih dari sebuah retakan, suatu pengisutan, atau pecahnya korteks; lebih sering disebut
sebagai patahan yang sempurna. Fragmen tulang yang dihasilkan mungkin akan berada di
tempatnya atau keluar dari tempatnya. Jika kulit atasnya tetap utuh, maka disebut juga fraktur
tertutup. Namun jika kulit atau salah satu dari rongga tubuh menerobos keluar atau tertembus,
maka disebut juga fraktur terbuka (atau compound) yang dapat menyebabkan kontaminasi
dan infeksi (Apley & Solomon,2018).
Fraktur Tertutup
Menurut Nursing Care Related to the Musculoskeletal system (2013),Dalam fraktur tertutup,
atau sederhana, tidak ada retakan pada kulit yang berhubungan dengan patah tulang yang
terjadi. Fraktur sederhana (sering disebut "tertutup") yaitu fraktur dengan keadaan kulit
belum pecah dan tetap utuh (Andra & Yessie, 2013). Fraktur tertutup atau fraktur sederhana
adalah patah tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit (Brunner & Suddarth, 2013).
Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah subset fraktur yang unik karena paparan langsung tulang terhadap
kontaminasi dari lingkungan dan gangguan integritas jaringan lunak, yang meningkatkan
risiko infeksi, persatuan tertunda, nonunion, danbahkan amputasi. Fraktur terbuka atau
fraktur campuran / kompleks yaitu patah dengan luka pada kulit atau membran mukosa
meluas ke tulang yang mengalami fraktur.
Etiologi Fraktur
Fraktur disebabkan oleh cidera, stress berulang,kelainan tulang.
Cidera
a. Cedera langsung, yaitu tulang patah pada titik benturan; jaringan lunak juga rusak.
Pukulan langsung biasanya membagi tulang secara melintang atau membengkokkannya di
atas titik tumpu sehingga menciptakan patahan dengan fragmen ‗kupu-kupu‘. Kerusakan
pada kulit diatasnya adalah umum; Jika penghancuran terjadi atau dalam cedera energi tinggi,
pola fraktur akan diperhitungkan dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Cedera tidak langsung, yaitu tulang patah pada jarak dari tempat gaya diterapkan;
kerusakan jaringan lunak di situs fraktur tidak bisa dihindari.
Stress berulang
fraktur kelelahan, fraktur ini terjadi pada tulang normal yang mengalami pemuatan berat
berulang, biasanya pada atlet, penari atau personil militer yang memiliki program latihan
yang melelahkan atau ketika intensitas latihan meningkat secara signifikan dari baseline.
Kelainan tulang yang abnormal (fraktur 'patologis'), yaitu fraktur yang dapat terjadi bahkan
dengan tekanan normal jika tulang telah dilemahkan oleh perubahan dalam strukturnya atau
karena proses penyakit(misalnya pada pasien dengan osteoporosis, osteogenesis imperfecta
atau penyakit Paget, terapi bifosfonat) atau melalui lesi lisis (misalnya kista tulang atau
metastasis).
3. Dislokasi
Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya pada
sendi. Semua persendian yang ada di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama saat terjadi
benturan akibat kecelakan berkendara atau terjatuh ketika berolahraga.
Dislokasi paling sering terjadi pada bahu dan jari tangan, walau sebenarnya dislokasi dapat
terjadi di semua sendi, termasuk lutut, siku, rahang, dan panggul.
Penyebab Dislokasi
Dislokasi terjadi ketika sendi mengalami benturan atau tekanan yang keras. Kondisi yang
dapat menyebabkan dislokasi antara lain:
Terjatuh, misalnya akibat terpeleset
Kecelakaan kendaraan bermotor
Cedera akibat olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti sepak bola atau bela diri
Faktor risiko dislokasi
Dislokasi dapat terjadi pada siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:
Gejala Dislokasi
Sendi adalah area di mana dua atau lebih tulang bertemu. Sendi terbentuk dari jaringan ikat
dan tulang rawan, serta berfungsi sebagai penghubung di antara tulang-tulang saat bergerak.
Kondisi ini dapat menimbulkan gejala dan keluhan berupa:
Sakit dan nyeri pada sendi yang cedera
Sendi bengkak dan memar
Bagian sendi yang cedera menjadi kemerahan atau menghitam
Bentuk sendi menjadi tidak normal
Sakit ketika bergerak
Mati rasa di bagian sendi yang cedera
Diagnosis Dislokasi
Untuk mendiagnosis dislokasi, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang
dialami pasien dan aktivitas terakhir yang berpotensi menyebabkan dislokasi. Dokter juga
akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat bagian sendi yang dicurigai mengalami
dislokasi, serta memeriksa sirkulasi darah di bagian tersebut.
Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang,
seperti:
Rontgen, untuk memastikan adanya dislokasi atau kerusakan lain yang mungkin
terjadi pada sendi
MRI, untuk membantu dokter memeriksa kerusakan pada struktur jaringan lunak di
sekitar sendi yang mengalami dislokasi
Pengobatan Dislokasi
Pengobatan tergantung pada lokasi sendi yang mengalami dislokasi serta tingkat
keparahannya. Secara garis besar, pengobatan dislokasi bertujuan untuk mengembalikan
tulang yang keluar atau bergeser ke posisinya semula dan mencegah kerusakan saraf atau
pembuluh darah di sekitar sendi.
Berikut ini adalah metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dislokasi:
Obat-obatan
Perawatan medis
Perawatan medis yang dapat diberikan untuk mengatasi dislokasi antara lain:
Perawatn mandiri
Setelah dislokasi ditangani dokter, ada beberapa perawatan mandiri yang bisa dilakukan di
rumah untuk mempercepat proses pemulihan sekaligus meringankan rasa tidak nyaman yang
mungkin timbul. Beberapa perawatan tersebut adalah:
Mengompres sendi dengan es atau air hangat selama 15–20 menit beberapa kali sehari
Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi dan menghindari gerakan yang
menimbulkan rasa nyeri
Melatih sendi dengan gerakan-gerakan ringan dan dilakukan secara perlahan
Komplikasi Dislokasi
Pencegahan Dislokasi
Hati-hati dan selalu waspada terhadap kecelakaan atau terjatuh saat beraktivitas.
Gunakan perlengkapan pelindung ketika berolahraga.
Hindari berdiri di atas tempat-tempat yang tidak stabil, seperti kursi.
Tutupi lantai rumah dengan karpet yang tidak licin.
Lakukan olahraga secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot-
otot tubuh.
Pastikan sebisa mungkin tidak ada barang atau area rumah yang dapat mencelakai
anak.
Perhatikan dan awasi anak ketika bermain.
Ajari anak mengenai perilaku yang aman ketika beraktivitas atau bermain.
Pasang pintu pengaman di tangga agar anak tidak terjatuh karena bermain-main di
tangga.
4. Osteoarthritis
peradangan kronis pada sendi akibat kerusakan pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis
arthritis (peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi
terasa sakit, kaku, dan bengkak.
Penyakit ini bisa menyerang semua sendi, namun sendi di jari tangan, lutut, pinggul, dan
tulang punggung, adalah sendi-sendi yang paling sering terkena. Gejala yang timbul saat
mengalami osteoarthritis akan berkembang secara perlahan.
Penyebab dan Faktor Risiko Osteoarthritis
Osteoarthitis disebabkan oleh kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Kerusakan ini
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kondisi ini dimulai saat tulang rawan yang
merupakan bantalan pelindung tulang mengalami kerusakan.
Kerusakan ini kemudian menyebabkan terjadinya gesekan langsung antar tulang. Gesekan ini
lama kelamaan akan merusak dan menyebabkan peradangan pada sendi. Pertambahan usia
adalah salah satu faktor utama terjadinya kondisi ini.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis,
antara lain:
Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah menopause
Mengalami obesitas
Mengalami cedera pada sendi atau pernah menjalani operasi pada tulang dan sendi
Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi tertekan secara
terus-menerus, misalnya terlalu sering mengenakan sepatu hak tinggi
Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau sendi
Gejala Osteoarthritis
Pada tahap awal, penderita osteoarthritis akan merasakan rasa sakit atau nyeri sendi dan kaku
pada sendi. Gejala yang ditimbulkan akan berkembang secara perlahan dan menjadi semakin
parah seiring waktu. Hal ini akan membuat penderita kesulitan menjalani aktivitas sehari-
hari.
Selain rasa sakit dan kaku, beberapa gejala lain yang bisa terjadi adalah:
Pembengkakan pada sendi
Munculnya suara gesekan pada sendi ketika digerakkan
Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
Munculnya taji atau tulang tambahan
Munculnya benjolan pada sendi yang ada di jari tangan
Membengkoknya jari tangan
Diagnosis Osteoarthritis
Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Setelah
itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk melakukan pemeriksaan
pada sendi yang terasa nyeri dan mengidentifikasi apakah terjadi pembengkakan serta
keterbatasan gerakan sendi.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang, seperti:
Pemindaian dengan Rontgen dan MRI, untuk melihat kondisi tulang dan mendeteksi
peradangan pada tulang dan sendi
Tes darah, untuk mendeteksi infeksi atau penyebab lain dari peradangan sendi,
seperti rheumatoid arthritis
Analisis cairan sendi, untuk mengetahui apakah terjadi peradangan atau infeksi pada
sendi
Pengobatan Osteoarthritis
Pengobatan osteoarthritis bertujuan untuk meredakan keluhan dan gejala agar penderitanya
bisa tetap beraktivitas secara normal.
Untuk meredakan rasa nyeri dan peradangan dokter akan memberikan obat-obatan, seperti:
Paracetamol
Obat antiflamasi seperti, ibuprofen, naproxen sodium
Capsaicin krim
Suntikan obat golongan kortikosteroid
Komplikasi Osteoarthritis
Osteoarthritis yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan nyeri dan rasa tidak
nyaman. Kondisi ini dapat menyebabkan pendeitanya mengalami beberapa komplikasi,
seperti:
Gangguan tidur.
Gangguan kecemasan.
Depresi.
Osteonecrosis atau avascular necrosis (kematian jaringan tulang).
Infeksi pada sendi.
Saraf terjepit di tulang belakang.
Pencegahan Osteoarthritis
Osteoarthritis tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat menurunkan risiko penyakit ini
dengan beberapa langkah di bawah ini:
Menjaga berat badan ideal
Selalu aktif, rajin bergerak, dan berolahraga
Menjaga postur tubuh saat duduk atau berdiri
Melakukan peregangan otot secara rutin
Beristirahat dengan cukup dan teratur
RANGKUMAN PRAKTIKUM
A. Pengkajian Muskuloskeletal
Riwayat Keperawatan
1. Biografi, demografi. Keluhan utama.
a. Nyeri sendi dan atau edema pada otot, sendi, tulang atau tanpa pergerakkan.
b. Kelemahan ekstrimitas.
c. Bentuk tidak tegap
d. Menurunnya nafsu makan, menurunnya berat badan.
e. Mudah lelah
f. Perubahan sensorik.
2. Penyakit saat ini.
3. Penyakit masa lalu.
Penyakit dan atau kondisi yang menyertai, misalnya : cedera medula spinalis, gangguan
persarafan, cedera secerbro vaskuler(CSV), artritis, bursitis, polioneuritis, sklerosis multiple,
distrfi muskuler, miastenia gravis, fraktur, ruptur diskus, labirinitis, osteoporosis, kondis
konginatel, nyeri pinggang, lupus eritematosus, pirai, kelainan darah.
Penyakit dan atau operasi sebelumnya, misalnya : poliomeilitis, hemiplegia, paraplegia,
serebral palsi, operasi ortopedi, operasi spinal, penyakit parkinson, ataksia.
4. Penyakit keluarga.
Misalnya : karsinoma, diabetes, tuberkulosa.
5. Psikososial.
Pekerjaan yang berbahaya atau kegiatan yang berbahaya, misalnya : pekerjaan konstruksi
bangunan atau olahraga, penggunaan alkohol, bahan-bahan kimia, tembakau.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi dan palpasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui : fungsi, integritas tulang, postur, fungsi
sendi, kekuatan otot, cara berjalan, kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari.
Sirkulasi perifer dilakukan dengan mengkaji : denyut perifer, warna, suhu, kapilerry
reffill.
Pengkajian sistem skelet tubuh ditujukan untuk mengetahui kesejajaran, deformitas, dan
krepitus.