Apa Itu Good Manufacturing Practice
Apa Itu Good Manufacturing Practice
Apa Itu Good Manufacturing Practice
Penerapan GMP atau CPMB akan dapat membantu jajaran manajemen untuk membangun
suatu sistem jaminan mutu yang baik. Jaminan mutu sendiri tidak hanya berkaitan dengan masalah
pemeriksaan (inspection) dan pengendalian (control) namun juga menetapkan standar mutu produk
yang sudah harus dilaksanakan sejak tahap perancagan produk (product design) sampai produk
tersebut didistribusikan kepada konsumen.
Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 maka penerapan
standar mutu untuk produk pangan dan mutu di dalam proses produksi telah menjadi suatu
kewajiban (mandatory) yang harus dijalankan oleh para produsen pangan. Dalam UU pangan No.7
Tahun 1996, Bab II tentang Keamanan Pangan secara tegas telah diatur bahwa produsen produk
pangan harus mampu untuk memenuhi berbagai persyaratan produksi sehingga dapat memberikan
jaminan dihasilkannya produk pangan yang aman dan bermutu bagi konsumen. Hal ini menjadi
penting karena akan berdampak pada keselamatan konsumen pribadi dan keselamatan masyarakat
umum dan juga penting bagi produsen, terutama untuk melindungi pasarnya dan terpeliharanya
kepercayaan konsumen dan target penjualan/keuntungan yang ingin dicapai.
Jaminan mutu bukan hanya menyangkut masalah metode tetapi juga merupakan sikap
tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dengan cara bertindak tepat sedini mungkin oleh setiap
orang baik yang berada di dalam maupun di luar bidang produksi. Penerapan jaminan mutu pangan
harus di dukung oleh penerapan GMP dan HACCP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi
tradisional yang mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan setelah produk
selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA (istilah umum, persyaratan bangunan dan fasilitas lain,
peralatan serta control terhadap proses produksi dan proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi
bahan baku dan produk, komposisi produk) dan KONDISI (parameter proses pengolahan) untuk
menghasilkan produk mutu yang baik. Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)
memfokuskan perhatian terhadap masalah pengawasan dan pengendalian keamanan pangan
melalui identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap titik-titikkritis pada keseluruhan bahan yang
digunakan dan tahapan proses pengolahan yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi
konsumen.
I. PENGERTIAN GMP
Suatu pedoman yang menjelaskan bagaiaman memproduksi makanan agar aman bermutu,
dan layak untuk dikonsumsi
Berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang
harus dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai
bahan baku sampai produk akhir.
II. MANFAAT
Tersedianya cara memproduksi makanan yang baik melalui GMP atau CPMB di industri pangan yang
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan pemeliharaan maka perusahaan dapat
memberikan JAMINAN produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi yang pada gilirannya
akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan unit usaha tersebut akan berkembang semakin
pesat.
KEUNTUNGAN:
Lingkungan :
Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik, bersih dan bebas sampah
Lokasi :
Terletak di bagian perifer kota, tidak berada di lokasi padat penduduk serta terletak di
bagian yang lebih rendah dari pemukiman
Bebas banjir dan polusi asap, debu, bau dan kontaminan lainnya
Desain Bangunan :
Desain, konstruksi dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses
Bangunan cukup luas dapat dilakukan pembersihan secara intensif
Lantai dan didnding terbuat dari bahan kedap air, kuat dan mudah dibersihkan
Sudut pertemuan dinding dan lantai serta dinding dan dinding berbentuk lengkung
Ventilasi memadai memungkinkan udara segar selalu mengalir dari ruang bersih ke
ruang kotor
Sarana pencucian tangan dilengkapi sabun dan pengering yang tetap terjaga bersih
Gudang mudah dibersihkan, terhaga dari hama, sirkulasi udara cukup, penyimpanan
sistem FIFO dilengkapipencatatan
3. Peralatan pengolahan
Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidask toksik, tidak
mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi sehingga mudah dilakukan perawatan
Letak penempatannya disusun sesuai dengan alur proses, dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan dan program sanitasi
4. Fasilitas dan kegiatan sanitasi
Program sanitasi meliputi sarana pengolahan untuk menjamin kebersihan baik peralatan
yang kontak langsung dengan produk, ruang pengolahan maupun ruang lainnya, sehingga produk
bebas dari cemaran biologis, fisik dan kimia
Program sanitasi meliputi :
- Jenis peralatan dan ruang yang harus dinersihkan, frekuensi dan cara pembersihan
Fasilitas higiene karyawan tersedia secara cukup (tempat cuci tangan, locker, toilet, dan
ruang istirahat)
Suplai air mencukupi kebutuhan seluruh proses produksi dan kualitas air memenuhi standar
air minum
Pembuangan air limbah di desain sedemikian sehingga tidak mencemari sumber airbersih
dan produknya
5. Sistem pengendalian hama
6. Higiene karyawan
Pengendalian Pre-Produksi
- Menetapkan persyaratan bahan mentah/baku
Meliputi prosedur yang telah ditetapkan harus diterapkan, dipantau dan diperlukan kembali
agar proses berjalan efektif
8. Manajemen pengawasan
Berisi catatan tentang proses pengolahan termasuk tanggal produksi dan kadaluarsa,
distribusi dan penarikan produk karena kadaluarsa
Dokumen yang baik akan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk
A. DEFINISI
B. MANFAAT
Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan
pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi. Oleh
karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah:
Ruang lingkup CPPB mencakup cara-cara produksi yang baik dari sejak bahan mentah
masuk ke pabrik sampai produk dihasilkan, termasuk persyaratan-persyaratan lainnya
yang harus dipenuhi. Berikut ini adalah berbagai hal yang dibahas dalam Cara Produksi Pangan
yang Baik.
• Peralatan Pengolahan
• Higiene Karyawan
• Pengendalian Proses
1) Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik pengolahan pangan yang baik dan sehat yaitu berada di lokasi
yang bebas dari pencemaran. Pada saat memilih lokasi pabrik pengolahan pangan
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah:
Pabrik pengolahan pangan harus berada jauh dari lokasi industri yang sudah
mengalami polusi, yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran terhadap produk
pangan yang dihasilkan.
Pabrik pengolahan pangan harus tidak berlokasi di daerah yang mudah tergenang
air atau banjir karena sistem saluran pembuangan airnya tidak berjalan lancar.
Lingkungan yang demikian menjadi tempat berkembangnya hama penyakit seperti
serangga, parasit, binatang mengerat, dan mikroba.
Pabrik pengolahan pangan harus jauh dari daerah yang menjadi tempat
pembuangan sampah baik sampah padat maupun sampah cair atau jauh dari
daerah penumpukan barang bekas dan daerah kotor lainnya.
Pabrik pengolahan pangan harus jauh dari tempat pemukiman penduduk yang
terlalu padat dan kumuh.
2) Lingkungan
Sampah dan bahan buangan pabrik lainnya harus dikumpulkan setiap saat di
tempat khusus dan segera dibuang atau didaur ulang sehingga tidak
menumpuk dan menjadi sarang hama.
Sistem pembuangan dan penanganan limbah harus baik dan selalu dipantau agar tidak
mencemari lingkungan.
Sistem saluran pembuangan air harus selalu berjalan lancar untuk mencegah
genangan air yang mengundang hama.
Sarana jalan hendaknya dikeraskan atau diaspal, dan dilengkapi dengan sistem
drainase yang baik agar tidak tergenang air. Disamping itu, jalan jalan yang berdebu
sebaiknya selalu disiram air agar debu tidak beterbangan dan mencemari sarana
pengolahan pangan.
Bangunan dan ruangan sesuai persyaratan teknik dan higiene : jenis produk pangan dan
urutan proses.
Mudah dibersihkan, mudah dilakukan kegiatan sanitasi, mudah dipelihara dan tidak terjadi
kontaminasi silang.
Bangunan terdiri dari ruang pokok (proses produksi), ruang pelengkap (administrasi, toilet,
tempat cuci dll).
Ruang pokok dan ruang pelengkap harus terpisah untuk mencegah pencemaran terhadap
produk pangan.
Ruangan proses produksi : cukup luas, tata letak ruangan sesuai urutan proses, ada sekat
antara ruang bahan dan proses/pengemasan.
Ruang pengemasan
2) Kontruksi Lantai
Lantai tahan lama, mudah pembuangan air, tidak tergenang, mudah dibersihkan dan didesinfeksi.
Lantai ruang proses: rapat atau kedap air, tahan terhadap air, garam, asam, basa, atau bahan
kimia lain.
Ruang pengolahan plus pencucian/pembilasan, lantai miring kearah pembuangan air, lubang
pembuangan ditutup.
Dinding tahan lama, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta melindungi produk pangan dari
kontaminasi.
Bahan dinding tidak menyerap air (pondasi semen) dan tidak beracun.
Permukaan halus, rata, berwarna terang,t ahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah
dibersihkan. Bahan dinding contoh : porselin, keramik warna terang/muda.
Tahan lama, tahan terhadap air & tidak bocor, bahan tidak larut air dan tidak mudah
pecah.
Tinggi langit-langit dari lantai min. 3 m untuk aliran udara yang cukup dan mengurangi panas
akibat proses produksi.
menggunakan atau menimbulkan uap air, terbuat dari bahan yang tidak menyerap air
(langit dilapisi cat tahan panas bukan kapur).
5) Kontruksi Pintu
Pintu dari bahan yang tahan lama (kayu, aluminium dll), kuat
dibersihkan.
Pintu diruangan yang basah dilapisi bahan yang tidak menyerap air.
Pintu ukuran besar untuk kendaraan dilengkapi pintu kecil untuk lalu lintas
orang sehingga pembuakaan pintu besar hanya jika diperlukan.
6) Kontruksi Jendela
Jendela tidak terlalu rendah minimal 1 m dari lantai dan tidak terlalu tinggi untuk
memudahkan pembersihan.
Jendela dibatasi ukuran dan jumlahnya untuk menghindari pencemaran dari
luar.
Ruangan gelap atau remang - remang mengundang masuk dan bersarangnya hama.
Sumber penerangan harus dilindungi agar tidak menjadi sumber pencemaran (misal
lampu diberi fiber glass/kaca tahan pecah).
Peredaran udara baik dan dapat menghilangkan uap, gas, bau, debu, panas.
Ventilasi dapat mengontrol suhu dan udara tidak menjadi terlalu panas dan bau.
8) Kontruksi Gudang
Jumlah cukup : gudang bahan pangan dan non-pangan (bahan pembersih, bahan pelumas
dll) terpisah.
Mencegah kerusakan bahan pangan dengan mengatur suhu, kelembaban, sinar dll sesuai jenis
bahan
c. Peralatan Pengolahan
Tata letak kelengkapan ruang pengolahan diatur agar tidak terjadi kontaminasi
silang. Peralatan pengolahan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya di desain,
dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang
dihasilkan. Peralatan pengolahan pangan harus dipilih yang mudah dibersihkan dan dipelihara
agar tidak mencemari pangan. Sebaiknya peralatan yang digunakan mudah dibongkar dan
bagian-bagiannya mudah dilepas agar mudah dibersihkan. Sedapat mungkin hindari peralatan
yang terbuat dari kayu, karena permukaan kayu yang penuh dengancelah-celah akan sukar
dibersihkan. Jika mungkin gunakan peralatan yang terbuat dari bahan yang kuat dan tidak berkarat
seperti bahan aluminium atau baja tahan karat (stainless steel). Peralatan hendaknya disusun
penempatannya dalam jalur tata letak yang teratur yang memungkinkan proses
pengolahan berlangsung secara berkesinambungan dan karyawan dapat mengerjakannya
dengan mudah dan nyaman.
1) Suplai Air
Suplai air harus berasal dari sumber air yang aman dan jumlalmya cukup
untuk memenuhi seluruh kebutuhan pencucian/pembersihan, pengolahan, dan
penanganan limbah.
Sumber dan saluran air untuk keperluan lain seperti untuk pamadam api,
boiler, dan pendinginan harus terpisah dari sumber dan saluran air untuk
pengolahan.
Pipa-pipa air yang berbeda ini hendaknya diberi warna yang berbeda pula untuk
membedakan fungsi airnya.
Air yang mengalami kontak langsung dengan produk pangan harus memenuhi
persyaratan seperti persyaratan pada bahan baku air untuk air minum.
Untuk menjamin agar air selalu ada, sarana penampungan air disediakan dan selalu
terisi air dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Pabrik harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air dan limbah yang baik berupa saluran-
saluran air atau selokan.
Sistem pembuangan air dan limbah harus dirancang dan dibangun sedemikian rupa
sehingga tidak mencemari sumber air bersih dan produk pangan
3) Fasilitas Pencucian/Pembersihan
Kegiatan pembersihan dan sanitasi hendaknya dilakukan cukup sering untuk menjaga
agar ruangan dan peralatan tetap bersih. Pembersihan dapat dilakukan secara fisik
dengan cara penyikatan, penyemprotan dengan air, atau penyedotan dengan pembersih
vakum. Dapat juga pembersihan dilakukan secara kimia dengan menggunakan deterjen, basa,
atau asam, atau gabuagan dari cara fisik dan kimia. Jika diperlukan, cara desinfeksi (pencucihamaan)
dapat dilakukan dengan menggunakan deterjen,kemudian larutan klorin 100 sampai 250
ppm (mg/liter) atau larutan iodin 20 sampai 59 ppm.
Kegiatan pembersihan dan desinfeksi harus diprogramkan dan harus menjamin bahwa
semua bagian pabrik dan peralatan telah dibersihkan dengan baik, termasuk pembersihan
alat-alat pembersih itu sendiri.
Program pembersihan dan desinfeksi harus dilakukan terus-menerus secara berkala serta
dipantau ketepatan dan efektivitasnya serta dicatat. Catatan program pembersihan harus
mencakup: (1) luasan, benda, peralatan atau perlengkapan yang harus dibersihkan, (2)
karyawan yang bertanggung jawab terhadap pembersihan, cara dan frekuensi pembersihan, dan (3)
cara memantau kebersihan.
Fasilitas higiene karyawan harus disediakan untuk menjamin kebersihan karyawan dan
menghindari pencemaran terhadap pangan, yaitu:
Tempat mencuci tangan yang dilengkapi dengan sabun,handuk atau alat pengering tangan,
Tempat membilas sepatu yang didepan pintu masuk atau ruang ganti sepatu & pakaian kerja.
Toilet atau jamban yang selalu bersih dalam jumlah yang cukup untuk seluruh karyawan.
Jumlah toilet yang cukup adalah 1 buah untuk 10 karyawan pertama, dan 1 buah untuk
setiap penambahan 25 karyawan
Toilet atau jamban harus dilengkapi dengan sumber air mengalir dan saluran pembuangan.
Toilet hendaknya ditempatkan pada lokasi tidak langsung berhubungan dengan ruang
pengolahan
Hama berupa binatang mengerat seperti tikus, burung, serangga dan hama lain adalah
penyebab utama terjadinya pencemaran terhadap bahan pangan yang menurunkan mutu
dan keamanan produk pangan. Banyaknya bahan pangan,terutama yang berserakan akan
mengundang hama untuk masuk ke dalam pabrik dan membuat sarang di sana. Untuk
mencegah serangan hama, program pengendaliannya harus dilakukan, yaitu
melalui: (1) sanitasi yang baik, dan (2) pengawasan atas barang-barang dan bahan-
bahan yang masuk ke dalam pabrik. Praktek-praktek higiene yang baik akan mencegah
masuknya hama ke dalam pabrik.
Untuk mencegah masuknya hama, bangunan pabrik harus tetap terjaga dalam
keadaan bersih dan terawat. Untuk mencegah masuknya hama dapat diupayakan
hal-hal sebagai berikut:
mencegah supaya hewan peliharaan seperti anjing dan kucing tidak berkeliaran
di halaman pabrik dan di ruang pengolahan.
Adanya bahan/produk pangan yang berserakan dan air yang tergenang merangsang timbulnya
sarang hama, oleh karena itu, bahan pangan harus disimpan di dalam wadah yang cukup
kuat dan disusun pada posisi tidak mengenai lantai dan cukup jauh dari dinding.
Keadaan di luar dan di dalam pabrik harus tetap bersih, dan sampah-sampah harus dibuang di
tempat-tempat sampah yang kuat dan selalu tertutup.
Pabrik dan lingkungannya harus selalu diperiksa terhadap kemungkinan timbulnya serangan hama.
Sarang hama harus segera dimusnahkan baik dengan perlakuan fisik atau kimia tanpa
mempengaruhi mutu dan keamanan produk pangan
Karyawan yang dalam pekerjaannya melakukan kontak langsung dengan produk pangan
dapat merupakan sumber cemaran baik biologis, kimia, maupun fisik. Oleh karena itu,
higiene karyawan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menghasilkan produk
pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Praktek-praktek higiene karyawan yang
baik dapat memberikan jaminan bahwa karyawan yang dalam pekerjaannya melakukan
kontak langsung dengan pangan tidak mencemari produk pangan yang bersangkutan.
1) Kesehatan Karyawan
Karyawan yang sakit atau diduga masih membawa penyakit (baru sembuh dari sakit)
hendaknya dibebaskan dari pekerjaan yang berhubungan langsung dengan produk pangan,
karena mikrobanya dapat mencemari produk pangan tersebut. Karyawan yang memang sakit
hendaknya diistirahatkan.
Beberapa contoh penyakit karyawan yang mikrobanya dapat mencemari pangan antara
lain: sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit tenggorokan,
penyakit kulit seperti gatal, kudis, dan luka, dsb.
2) Kebersihan Karyawan
Karyawan yang bekerja di ruangan pengolahan pangan harus selalu dalam
keadaan bersih, mengenakan baju kerja serta penutup kepala dan sepatu.
Perlengkapan seperti baju kerja, penutup kepala, dan sepatu tidak boleh
dibawa keluar dari pabrik. Karyawan harus selalu mencuci tangannya dengan sabun
pada saat-saat sebelum mulai melakukan pekerjaan mengolah produk pangan sesudah
keluar dari toilet/jamban, sesudah menangani bahan mentah atau bahan kotor
lainnya karena dapat mencemari produk pangan lainnya.
Selama bekerja mengolah bahan pangan, karyawan di bagian pengolahan pangan
hendaknya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mencemari pangan,
misalnya: merokok, meludah, makan atau mengunyah, bersin atau batuk. Selama
mengolah bahan pangan, karyawan tidak diperbolehkan memakai perhiasan, arloji,
peniti, bros dan perlengkapan lainnya yang jika jatuh ke dalam produk pangan dapat
membahayakan konsumen yang mengkonsumsinya
g. Pengendalian Proses
Cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan proses pengolahan makanan antara lain adalah
sebagai berikut :
menetapkan persyaratan bahan mentah yang digunakan, menetapkan komposisi bahan yang
digunakan atau komposisi formulasi,
menetapkan persyaratan distribusi serta cara transportasi yang baik untuk melindungi
produk pangan yang didistribusikan.
Cara-cara tersebut di atas sesudahnya ditetapkan harus diterapkan, dipantau, dan diperiksa
kembali agar pengendalian proses tersebut berjalan secara efektif.Dalam rangka pengendalian
proses, untuk setiap produk pangan yang dihasilkan hendaknya ditetapkan, hal-hal sebagai berikut:
bagan alir yang sudah baku dari proses pengolahan yang harus dilakukan,
keterangan lengkap tentang produk yang dihasilkan termasuk: nama produk, tanggal
produksi, tanggal kedaluwarsa, dan nomor pendaftaran.
Di dalam proses pengolahan pangan ada tahap-tahap yang dianggap penting yang dapat
berpengaruh terhadap mutu produk pangan yang dihasilkan. Tahap-tahap penting tersebut
misalnya adalah kecepatan putaran pengadukan, pengaturan keasaman (pH), inkubasi pada
suhu tertentu, penggorengan pada suhu minyak tertentu, waktu proses, dan sebagainya.
Terhadap tahap-tahap ini diperlukan perhatian khusus untuk mengendalikan proses yang
sesuai. Sebagai contoh, jika pengadukan adonan tidak dilakukan pada kecepatan putaran
yang sesuai mungkin saja pengadukan menjadi tidak merata sehingga mengakibatkan
adonan gagal menghasilkan produk yang bermutu baik. Demikian juga, jika suhu inkubasi untuk
suatu proses fermentasi tidak sesuai maka fermentasi tidak akan berlangsung dengan
semestinya. Oleh karena itu terhadap tahap-tahap seperti ini perlu dilakukan kalibrasi agar
ketepatan proses selalu terjamin. Jika tahap-tahap penting ini berkaitan dengan pengendalian
terhadap bahaya bakteri patogen, misalnya pemanasan pada suhu tertentu, maka tahap-
tahap penting ini menjadi tahap-tahap kritis yang harus mendapatkan perhatian secara ekstra hati-
hati. Sebagai contoh, pasteurisasi susu pada suhu 63oC selama 30 menit atau pada suhu
72°C selama 15 detik dapat memusnahkan bakteri patogen seperti bakteri penyebab penyakit
tuberkulosis atau penyebab penyakit disentri. Oleh karena itu, pasteurisasi merupakan tahap
pengolahan kritis yang harus dipantau secara ketat. Dalam hal ini kalibrasi termometer
sangat penting untuk menjamin tercapainya suhu proses yang dipersyaratkan.
2) Kontaminasi Silang
Bahan pangan yang sedang ditangani selama dalam proses pengolahan mudah sekali
mengalami kontaminasi baik melalui air, udara atau kontak langsung dengan produk pangan lain
atau kontak langsung dengan karyawan. Jika kontaminasi ini terjadi sebelum bahan pangan
mendapatkan proses termal seperti pasteurisasi atau sterilisasi, dampaknya mungkin tidak
akan terlalu besar. Akan tetapi jika kontaminasi ini terjadi setelah bahan pangan diolah
maka yang terjadi adalah kontaminasi silang yang merugikan. Contoh kontaminasi silang
adalah kontaminasi produk makanan yang telah diolah dengan bahan mentah yang masih
kotor, atau kontaminasi produk makanan oleh peralatan yang masih kotor. Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
bahan mentah hendaknya disimpan terpisah jauh dari bahan makanan yang telah diolah atau
siap dikonsumsi,
ruang pengolahan hendaknya diperiksa dengan baik terhadap kotoran-kotoran yang mungkin
menyebabkan kontaminasi silang,
karyawan yang bekerja di ruang pengolahan hendaknya memakai alat- alat pelindung
seperti baju kerja, topi, sepatu, sarung tangan, serta selalu mencuci tangan jika hendak
masuk dan bekerja di ruang pengolahan,
permukaan meja kerja, peralatan dan lantai di ruang pengolahan harus selalu dibersihkan dan
didesinfeksi setiap selesai digunakan untuk mengolah bahan mentah terutama daging dan ikan.
Proses pengolahan makanan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
masuknya bahan-bahan asing dan bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam makanan,
misalnya pecahan kaca, potongan logam atau plastik, kerikil, dan lain-lain. Bahan-bahan yang
sifatnya beracun seperti pembasmi nyamuk atau racun tikus hendaknya disimpan jauh dari
tempat penyimpanan makanan. Terhadap bahan-bahan tersebut harus diberikan label yang jelas
sehingga mudah dibaca. Bahan mentah dan bahan-bahan lainnya yang digunakan harus diperiksa
dan dipilih dahulu sebelum diolah. Bahan-bahan yang diduga mengandung bahan-bahan
berbahaya seperti bakteri patogen, residu pertisida, dan bahan -bahan beracun lainnya
yang tidak dapat dihilangkan dalam proses pengolahan harus ditolak dan tidak masuk ke
dalam sarana pengolahan. Bahan-bahan yang masuk ke gudang penyimpanan haras diatur
sedemikian rupa sehingga yang masuk lebih dahulu harus digunakan lebih dahulu.
Dengan demikian akan terhindar penggunaan bahan-bahan yang sudah lewat masanya.Bahan
kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan hendaknya tidak beracun atau
dapat menyebabkan perubahan terhadap produk pada kondisi penyimpanan yang normal.
Bahan kemasan harus dipilih yang dapat melindungi produk terhadap pengaruh dari luar
serta tahan terhadap perlakuan selama pengangkutan dan peredaran.Kemasan yang digunakan
harus dibersihkan dan didesinfeksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk produk-produk
pangan yang siap konsumsi, kemasan harus bersih dan steril.
4) Penyimpanan
Produk pangan hendaknya disimpan di dalam lemari, rak, atau kotak-kotak sehingga tidak
bersentuhan dengan lantai. Tumpukan produk pangan dalam kemasan hendaknya tidak
terlalu tinggi karena akan merusak produk serta menimbulkan panas yang dapat
menurunkan mutu produk. Penyimpanan produk pangan dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi kontaminasi silang. Bahan-bahan beracun seperti insektisida atau racun tikus
hendaknya disimpan terpisah baik dari bahan baku maupun dari produk pangan. Bahan baku
pangan atau bahan tambahan pangan yang memerlukan kondisi suhu rendah hendaknya
disimpan pada suhu yang dipersyaratkan.
5) Transportasi
Selama transportasi bahan pangan atau produk pangan harus dijaga agar terhindar dari
sumber kontaminasi, terlindung dari kerusakan yang dapat mengakibatkan menjadi tidak
layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu alat pengangkut untuk bahan pangan atau produk
pangan seharusnya dirancang untuk tidak mencemari pangan. Alat pengangkut ini juga
hendaknya mudah dibersihkan dan jika perlu didesinfeksi.
Jika alat pengangkut ini digunakan untuk berbagai jenis bahan baik untuk bahan pangan
maupun untuk bahan bukan pangan, disarankan di antara periode pengangkutan dilakukan
pembersihan.
Lancar tidaknya kegiatan produksi suatu industri apakah industri dengan skala kecil,
menengah, maupun besar sangat ditentukan oleh manajemennya. Manajemen yang baik selalu
melakukan pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam industrinya dengan
tujuan mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi selama kegiatan itu
dilakukan. Demikian juga berhasilnya pelaksanaan produksi di suatu industri sangat
ditentukan oleh manajemen dan pengawasan ini.Untuk tujuan pengendalian produksi yang
efektif, tergantung pada skala industrinya, dibutuhkan minimal seorang penanggung jawab
jaminan mutu yang mempunyai latar belakang pengetahuan higiene yang baik. Yang
bersangkutan bertanggung jawab penuh terhadap terjaminnya mutu dan keamanan produk
pangan yang dihasilkan. Dengan demikian tugas utamanya adalah mengawasi jalannya
produksi dan memperbaikinya jika selama produksi terjadi penyimpangan yang dapat
menurunkan mutu dan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Kegiatan pengawasan ini
hendaknya dilakukan secara rutin dan dikembangkan terus untuk memperoleh efektivitas dan
efisiensi yang lebih baik.
Dalam upaya melakukan proses pengolahan yang terkendali, industri pengolahan pangan harus
mempunyai catatan atau dokumen yang lengkap tentang hal-hal berkaitan dengan proses
pengolahan termasuk jumlah dan tanggal produksi, distribusi dan penarikan produk karena
sudah kedaluwarsa. Dokumentasi yang baik dapat meningkatkan jaminan terhadap mutu dan
keamanan produk pangan yang dihasilkan.