LP Palatoraphy
LP Palatoraphy
LP Palatoraphy
PALATORAPHY
Disusun Oleh:
Made Adhitya Affanda, S. Kep
NIM: 11194692110106
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners
B. Klasifikasi
Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit yaitu:
Group I : Celah langit-langit primer. Dalam grup ini termasuk celah bibir,
dan kombinasi celah bibir dengan celah pada tulang alveolar. Celah
terdapat dimuka foramen insisivum.
Group II : Celah yang terdapat dibelakang foramen insisivum. Celah langit
langit lunak dan keras dengan variasinya. Celah langit-langit sekunder.
Group III : Kombinasi celah langit-langit primer (group I) dengan langit-
langit sekunder (group II).
Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk
memperbaiki celah palatum, yaitu:
Teknik Von Langenbeck
Teknik Wardill V-Y push-back
Teknik Double opposing Z-plasty
Teknik Velar closure
Teknik Palatoplasty two-flap
C. Etiologi
a) Faktor Genetik
Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya
mesodermal berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini
seharusnya bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium
ataupun tidak adanya perubahan otot pada epithelium ataupun tidak
adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai tanda adanya
hypoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga
merupakan penyebab terjadinya hal ini.
b) Faktor Non Genetik
1) Defisiensi Nutrisi
Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal
penyabab terjadinya celah.
2) Zat kimia
Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan trimester
pertama dapat meyebabkan terjadinya celah. Obatobat yang bersifat
teratogenik seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol, kaffein,
aminoptherin dan injeksi steroid.
3) Virus rubella
Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat
berat, tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah
4) Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu :
Kurang daya perkembangan
Radiasi merupakan bahan-bahan teratogenik yang potent
Infeksi penyakit menular sewaktu trimester pertama kehamilan yang
dapat menganngu foetus
Gangguan endokrin
Pemberian hormon seks, dan tyroid
Merokok, alkohol, dan modifikasi pekerjaan
5) Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik
dapat menyebabkan terjadinya celah.
D. Patofisiologi
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai
bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal
kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah,
sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang
salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi
labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9
tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
E. Pathway
Penatalaksanaan
Palatoraphy
G. Manifestasi Klinis
1. Refleks mengisap Asi yang terganggu, akibat adanya kondisi pathologis
2. Adanya gangguan pertumbuhan anatomi nasoiaring
3. Adanya disiungsi tuba eustachius yang dapat mengakibatkan terjadinya otitis media, serta
gangguan pendengaran.
4. Pada Palatoskisis Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, keras dan ioramen
incisive.
5. Ada rongga pada hidung.
6. Distorsi hidung
7. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
8. Kesukaran dalam menghisap/makan.
b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri lutut akut maupun kronis lebih dari 2 bulan, nyeri sat
berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya keluhan & apakah
menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah
klien sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien
pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.
e) Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada klien apakah keluarga klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
f) Riwayat Pekerjaan.
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, dan kerja statis.
g) Alergi
Alergi yang dialami seperti : obat-obatan, makanan, kontak substansi, faktor lingkungan).
(2)Pola minum
Jenis minuman yang dikonsumsi, frekuensi minum dan jumlahnya.
(3)Pola tidur
Masalah tidur, tidur siang/ malam dan lamanya, kebiasaan sebelum tidur/ penggunaan
waktu luang ketika tidak tidur
(4)Pola eliminasi (BAB/BAK)
Frekuensi BAB/ BAK, keluhan saat BAB/ BAK, konsistensi feses, warna feses/ urin
(5)Aktifitas sehari-hari
Kegiatan yang diikuti di panti, kegiatan yang dilakukan sehari-hari (mandi, gosok gigi,
dll), skala aktivitas, pandangan klien tentang aktifitas dilingkungan
(6)Rekreasi
Kegiatan diluar panti, liburan atau pulang kampung saat perayaan hari besar
b) Psikologis
(1)Keadaan emosi:
Kondisi emosi, raut wajah atau sikap terhadap hal yang disukai/ tidak, cara
menghadapi masalah
(2)Status depresi dan kecemasan:
Kaji tingkat depresi dan cemas, hal apa yang membuat depresi/ cemas muncul, upaya
mengatasi rasa cemas dan depresi
(3)Perasaan saat menghadapi masalah / penyakit:
Kaji perasaan pasien saat menghadapi masalah
c) Sosial
(1)Dukungan keluarga:
Kunjungan keluarga ke rumah sakit, komunikasi dengan keluarga,
(2)Hubungan antar keluarga:
Permasalahan pasien dengan keluarga, hubungan pasien ke suami/ istri, anak,
saudara, keluarga lainnya
(3)Hubungan dengan orang lain:
Hubungan dengan teman satu ruangan rumah sakit, komunikasi dengan pasien lain,
permasalahan dengan pasien lain.
d) Spiritual / Kultural
(1)Pelaksanaan ibadah:
Kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianut, jumlah pelaksanaan yang
dilakukan, tempat melakukan ibadah, hambatan dalam melaksanakan ibadah
(2)Keyakinan tentang Kesehatan:
Anggapan tentang kesehatan saat ini, keyakinan tentang kesembuhan dan
pengobatan penyakit, kebiasaan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
3) Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan umum.
Meliputi : baik, jelek, sedang.
b) Tanda – tanda Vital.
TD : Tekanan darah.
N : Nadi. P : Pernapasan.
S : Suhu.
c) Antropometri.
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
Mata : lapang pandang.
Hidung : kemampuan penciuman.
Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
e) Sistem pernapasan.
pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi tambahan ronchi,
wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus dan eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,
j) Sistem endokrin.
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi.
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
(1) Fungsi cerebral.
(2) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
(3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma
Scale (GCS).
(4) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
(5) Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
(6) Fungsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Anisietas
2. Risiko Pendarahan
3. Nyeri Akut
4. Risiko Infeksi
5. Pola Nafas Tidak Efektif
Arifin.dkk., 2013. Penanganan Cleft Lip And Palate. Makassar. Bagian Bedah
Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin