Laporan Praktikum Biodiversitas
Laporan Praktikum Biodiversitas
Laporan Praktikum Biodiversitas
BIODIVERSITAS SULAWESI
“MENGAMATI SERANGGA”
Dosen Pembimbing:
1. Prof. Dr. Revolson A. Mege, MS
2. Dr. Nonny. Manampiring, S.Pd, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 1
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
KATA PENGANTAR
Penulis Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..…..2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang….……………………………………………………………………….3
B. Tujuan……………………………………………………………………………………4
BAB II METODE PRATIKUM……………………………………………………………..5
A. Waktu Pelaksanaan………………………………………………………………………5
B. Alat dan Bahan………………………………………………………………………….5
C. Langkah-langkah Kerja……………………………………………………………..…..5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..……6
A. Semut Hitam……………………………………………………………………………6
B. Semut Api………………………………………………………………………………6
C. Belalang Bertanduk Pendek…………………………………………………………….7
D. Belalamg Kembara………………………………………………………………………8
E. Belalang Batu……………………………………………………………………………9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan,
jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keaneka-
ragaman system ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat
baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragaman
hayati (Biodiversitas) dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu Keanekaragaman
spesies, Keanekaragaman genetik dan Keanekaragaman ekosistem.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan salah satunya
yaitu serangga. Salah satu keankeragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia
adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15 % dari jenis biota utama
yang diketahui di Indonesia. Serangga merupakan hewan dari filum Artropoda, yang
mempunyai jumlah anggota terbesar. Hampir lebih dari 72 % hewan termasuk kedalam
golongan serangga. Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus
dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun keanekaragaman jenisnya. Keanekaragaman
serangga diyakini dapat digunakan sebagai salah satu bioindikator kondisi suatu ekosistem
(Hasmi, 2009).
Serangga permukaan tanah adalah salah satu kelompok yang penting dari
organisme- organisme di ekosistem tanah. Hewan tersebut mempunyai peranan yang
sangat menonjol dalam proses dekomposisi material organik di tanah, proses tersebut
sangat menentukan siklus material tanah. Kehidupan serangga permukaan tanah juga
tergantung pada tumbuh-tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah habitatnya, sehingga
perubahan yang terjadi terhadap vegetasi tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah akan
berpengaruh terhadap keberadaan dan kepadatan serangga permukaan tanah (Nurdin,
1992).
Serangga menempati habitat disemua daerah di atas permukaan bumi, baik di darat,
laut dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, hewan
lainnya, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia lainnya. Serangga menempati
berbagai tipe habitat mulai dari daerah kering hingga daerah basah, dari daerah panas
hingga kutub.
3
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengatahui berapa jenis serangga
yang ada di lahan tempat praktikum dan membuat klasifikasi serangga-serangga tersebut.
4
BAB II
METODE PRATIKUM
A. Waktu Pelaksanaan
Hari / tanggal : Rabu, 01 Desember 2021
Tempat : Lahan Nilam
Kelompok : 1 (satu)
Topik : Mengamati serangga
B. Alat dan Bahan
Tali plastic, Kayu, Meteran (untuk mengukur lahan)
Kamera (untuk pengambilan gambar serangga)
C. Langkah-langkah Kerja
Cari lahan yang luas untuk diamati
Ukur lahan tersebut 10 x 10 meter, buat 3 plot
Kemudia beri tanda dengan menggunakan tali plastik dan kayu sebagai patoknya
Setelah itu, amati ketiga plot itu yang berisikan serangga
Foto hasil pengamatan tersebut
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. SEMUT HITAM
2. SEMUT API
Kingdom : Animalia
Filum Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Solenopsis
6
Spesies : Solenopsis invicta
Hewan arthropoda yang pertama adalah semut. Seperti diketahui semut memiliki
beberapa bagian tubuh yang sesuai dengan ciri-ciri arthropoda. Dalam hal ini, semut
mempunyai exoskeleton atau rangka luar yang keras, serta kaki yang bersendi. Bukan hanya
itu bagian tubuh semut juga tersegmentasi yang terdiri dari kepala, rongga dada, dan perut.
7
Semut merupakan salah satu hewan arthropoda sekaligus organisme eusocial.
Eusocial sendiri dipahami sebagai perilaku hewan yang hidup dengan tingkat kerja sama
ektrim. Di mana hewan ini membentuk koloni dan saling membantu satu sama lain untuk
melangsungkan hidup. Padahal perlu diketahui, bahwa sebaaian besar spesies arthropoda
bukan eusocial. Sehingga semut merupakan hewan arthropoda yang cukup menarik dan
berbeda dari yang lain.
3. BELALANG BERTANDUK PENDEK
Kingdom Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili : Acrididae
Genus : Truxalis
Spesies : Truxalis nasuta
8
4. BELALANG KEMBARA
Kingdom Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Locusta
Spesies : Locusta migratoria
9
serangan hama ini dapat mencapai 90% sehingga dapat mengakibatkan tanaman gagal
panen jika tidak dilakukan tindakan pengendalian.
5. BELALANG BATU
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili :Acrididae
Genus : Asiotmethis
Spesies : Asiotmethis limbatus
Belalang ini memiliki ukuran sekitar 2,5 cm, tenang dan tergolong jinak. Dapat
didekati bahkan disentuh. Dalam pengamatan di lapangan, species ini memilih lokasi-lokasi
yang berumput, berbatu-batu atau bahkan di tanah-tanah terbuka. Ketika bertengger di
rumput atau di helai daun yang hijau, akan tampak sangat kontras. Seperti lumpur yang
melekat di daun atau ranting. Di lokasi-lokasi pengamatan, jumlah individunya banyak,
dapat dijumpai sampai 20-30 individu.
10
6. LABA-LABA PEREGANGAN PERAK
Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Tetragnathidae
Genus : Tetragnatha
Species : Tetragnatha montana
Tetragnatha montana betina lebih besar dari jantan dengan panjang tubuh 7–13 mm
dibandingkan dengan jantan 6–8 mm. Kaki berwarna kuning-cokelat dan opisthosoma
berwarna perak di permukaan punggung dengan bentuk daun memanjang berwarna putih
keperakan dengan garis emas dengan tepi bergelombang keemasan di sepanjang tepinya
dan garis hitam yang terkadang cukup tebal dengan permukaan bagian perut berwarna
cokelat. Jantan memiliki tanda yang sangat mirip di perut dengan betina tetapi warnanya
lebih gelap, emas kemerahan dan kontras warnanya kurang terlihat daripada betina, dan
area putih atau keperakan jauh lebih luas. Sisi perut jantan berwarna coklat, dengan batas
bergelombang dan pita lebih gelap membentang di sepanjang itu. Pasangan kaki satu, dua
dan empat sangat panjang sedangkan tiga relatif pendek dan digunakan untuk membantu
laba-laba berpegangan pada ranting atau rerumputan tipis saat beristirahat, sedangkan tiga
pasang lainnya memanjang. Pada kedua jenis kelamin sering ada cincin dan bintik- bintik
gelap ke arah cakar.
11
7. ULAT TANDUK
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order :Lepidoptera
Family :Sphingidae
Genus : Agrius
Species : Agrius convolvuli
Ulat A. convolvuli lebih dikenal dengan sebutan “ulat keket atau ulat tanduk” karena
ulat ini mempunyai semacam tanduk diujung kepalanya. Telur berbentuk bulat kecil dengan
diameter 1 mm, berwarna hijau muda sampai kuning diletakkan secara tunggal di atas
permukaan daun atau batang ubi jalar. Imago bertelur pada malam hari, seekor imago dapat
bertelur sampai 1.850 butir. Telur-telur menetas dalam 3-5 hari. Larva terdiri atas lima
instar, dengan lama fase larva tergantung pada suhu udara. Semakin panas suhu udara, fase
larva semakin pendek. Pada suhu 15oC, 20oC, 25oC, dan 30oC, panjang fase larva rata-rata
105, 52, 29, dan 23 hari. Warna larva bervariasi dari hijau sampai coklat dan dengan pola
yang jelas. Larva yang berwarna cokelat, umumnya memiliki kepala berwarna kuning
pucat. Larva hijau memiliki kepala berwarna hijau muda dengan garis kuning pucat.
Spirakel berwarna oranye-merah. Larva dengan lima instar terjadi dalam 3-4 minggu, pada
instar ke lima panjang tubuh dapat mencapai 95 mm.
Ulat tanduk merupakan hama pada musim kemarau. Larva instar muda akan memakan
daun, sehingga daun berlubang besar tidak beraturan. Serangan ulat tanduk instar 4-5 dapat
mengakibatkan defoliasi total terhadap daun dan rendahnya kualitas umbi ubi jalar.
Walaupun seluruh daun ubi jalar dapat dimakannya, namun yang paling disukai adalah
daun bendera pada batang muda dan daun-daun pucuk. Pada populasi yang tinggi, semua
bagian daun akan dimakan, dan yang tersisa hanya tangkai daunnya saja. Imago yang
berupa ngengat berukuran besar biasanya terbang pada malam hari. Apabila serangan berat
12
terjadi pada saat tanaman masih muda akan berakibat terhadap pengurangan hasil tanaman.
A. convolvuli terdapat di seluruh dunia, tetapi sangat umum dijumpai di Afrika, Asia,
Australia, Pasifik, dan Eropa Selatan. Selain ubi jalar, ulat tanduk juga dapat menyerang
tanaman ubi kayu, talas- talasan (termasuk porang), tomat, terung-terungan, anggur dan
kacang hijau.
8. KUMBANG TANAH
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Carabidae
Genus : Calosoma
Species:Calosoma sycophanta
Carabidae, umumnya disebut kumbang tanah adalah sejenis kumbang dalam famili
besar, Carabidae, dengan lebih dari 40,000 spesies di seluruh dunia. Carabidae masih dibagi
dalam 34 subfamili. Serangga dari Ordo Coleoptera ini merupakan predator beberapa spesies
invertebrata, termasuk banyak hama, kebanyakan kumbang tanah dianggap organisme
menguntungkan. Calosoma sycophanta L. termasuk kedalam famili Carabidae dan dalam
rantai makanan berperan sebagai predator. Mangsa C. sycophanta L. adalah larva dan pupa
dari Lepidoptera, suatu serangga yang merupakan hama bagi tanaman.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan identifikasi serangga yang dilakukan di lahan nilam
diperoleh 8 jenis artropoda yang berbeda yaitu semut hitam (Lasius fuliginosus ) semut api
(Solenopsis invicta) Belalang bertanduk pendek (Truxalis nasuta) Belalang batu
(Asiotmethis limbatus) Belalang kembara (Locusta migratoria) Laba-laba peregangan
perak (Tetragnatha montana) ulat tanduk (Agrius convolvuli) dan Kumbang tanah
(Calosoma sycophanta).
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat menambah wawasan dari berbagai
sumber lain dan kepada dosen pembimbing semoga dapat menggoreksi segala bentuk
kesalahan dalam penyusunan Laporan ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pendidikan Nasional. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
Indonesia 2003-2020. Jakarta. Bappenas.
Borror D.J, Charles A.T, and Norman F.J. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan
dari: An Introduction to the Study of Insect.
Patang, F. 2011. Berbagai Kelompok Serangga Tanah yang Tertangkap di Hutan Koleksi
Kebun Raya UNMUL Samarinda dengan Menggunakan 5 Macam Larutan. Journal
Mulawarman Scientifien 10 (2):139-142.
Rizali, A., D. Buchori dan H. Triwidodo. 2002. Keanekaragaman Serangga Pada Lahan
Persawahan Tepian Hutan Indikator untuk Kesehatan Lingkungan.Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanisn IPB. Bogor. Jurnal Hayati 9 (2):41-48.
Ruslan, H. 2009. Kompossisi Dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada
Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA)
Bodogol Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Vis Vitalis 2 (1):43-53.
Sesanti, N. 2011. Optimasi Hutan Sebagai Penghasil Oksigen Kota Malang.Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Jurnal
TataKota dan Daerah 3 (1):65-73.
Shahabuddin., P. Hidayat., W.A. Noerdjito., S. Manuwoto. 2005. Penelitian Biodiversitas
Serangga di Indonesia Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) dan Peran
Ekosistemnya. Jurnal Biodiversitas 6 (2):141-146
Sundari, E. S. 2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan., Jurnal PWK Unisba 7 (2):68-83.
Tambunan, G.R., M.U. Tarigan, dan Lisnawita. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis
Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Helvetia
PT Perkebunan Nusantara II. Jurnal Online Agroekoteknologi USU 1 (4):1081-1091.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi Kedua.Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Wicaksono, K.P., A. Suryanto., A. Nugroho., N. Nakagoshi and N. Kurniawan. 2011. Insect
As Biological Indicator From Protected To The Disturb Landscape In Central Java
Indonesia. Journal Agrivita 33 (1):75-84.
15
Dokumentasi Foto-foto Kegiatan