Laporan Praktikum Biodiversitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIODIVERSITAS SULAWESI
“MENGAMATI SERANGGA”

Dosen Pembimbing:
1. Prof. Dr. Revolson A. Mege, MS
2. Dr. Nonny. Manampiring, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Vivi Paparo (18507 010)


2. Riska Nur Sapitri (18 507 048)
3. Meilani Mbesikene (18 507 019)
4. Pepi S Rahanjaan (18 507 167)
5. Debora Papendang (18 507 110)
6. Deasy Muaja (18507 144)
7. Chensy Mantik (18 507 068)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Syaloom salam sejahtera bagi kita semua.
Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, karena hanya dengan izin dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kami dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Adapun laporan
ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biodiversitas Sulawesi. Tanpa pertolongan
Tuhan tentunya kami tidak dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.laporan ini kiranya
juga tak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus memberi dorongan kepada
kelompok untuk menyelesaikannya.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan Terimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam
penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala
usaha kita.

Tondano , 07 Desember 2021

Penulis Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..…..2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang….……………………………………………………………………….3
B. Tujuan……………………………………………………………………………………4
BAB II METODE PRATIKUM……………………………………………………………..5
A. Waktu Pelaksanaan………………………………………………………………………5
B. Alat dan Bahan………………………………………………………………………….5
C. Langkah-langkah Kerja……………………………………………………………..…..5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..……6
A. Semut Hitam……………………………………………………………………………6
B. Semut Api………………………………………………………………………………6
C. Belalang Bertanduk Pendek…………………………………………………………….7
D. Belalamg Kembara………………………………………………………………………8
E. Belalang Batu……………………………………………………………………………9

F. Laba-Laba Peregangan Perak……………………………………………………….…10


G. Ular Tanduk…………………………………………………………………………….11
H. Kumbang Tanah………………………………………………………………………12
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………13
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………13
B. Saran……………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………14
DOKUMENTASI………………………………………………………………………………

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan,
jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keaneka-
ragaman system ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat
baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragaman
hayati (Biodiversitas) dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu Keanekaragaman
spesies, Keanekaragaman genetik dan Keanekaragaman ekosistem.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan salah satunya
yaitu serangga. Salah satu keankeragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia
adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15 % dari jenis biota utama
yang diketahui di Indonesia. Serangga merupakan hewan dari filum Artropoda, yang
mempunyai jumlah anggota terbesar. Hampir lebih dari 72 % hewan termasuk kedalam
golongan serangga. Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus
dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun keanekaragaman jenisnya. Keanekaragaman
serangga diyakini dapat digunakan sebagai salah satu bioindikator kondisi suatu ekosistem
(Hasmi, 2009).
Serangga permukaan tanah adalah salah satu kelompok yang penting dari
organisme- organisme di ekosistem tanah. Hewan tersebut mempunyai peranan yang
sangat menonjol dalam proses dekomposisi material organik di tanah, proses tersebut
sangat menentukan siklus material tanah. Kehidupan serangga permukaan tanah juga
tergantung pada tumbuh-tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah habitatnya, sehingga
perubahan yang terjadi terhadap vegetasi tumbuhan dan faktor fisika-kimia tanah akan
berpengaruh terhadap keberadaan dan kepadatan serangga permukaan tanah (Nurdin,
1992).
Serangga menempati habitat disemua daerah di atas permukaan bumi, baik di darat,
laut dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, hewan
lainnya, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia lainnya. Serangga menempati
berbagai tipe habitat mulai dari daerah kering hingga daerah basah, dari daerah panas
hingga kutub.

3
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengatahui berapa jenis serangga
yang ada di lahan tempat praktikum dan membuat klasifikasi serangga-serangga tersebut.

4
BAB II
METODE PRATIKUM

A. Waktu Pelaksanaan
 Hari / tanggal : Rabu, 01 Desember 2021
 Tempat : Lahan Nilam
 Kelompok : 1 (satu)
 Topik : Mengamati serangga
B. Alat dan Bahan
 Tali plastic, Kayu, Meteran (untuk mengukur lahan)
 Kamera (untuk pengambilan gambar serangga)

C. Langkah-langkah Kerja
 Cari lahan yang luas untuk diamati
 Ukur lahan tersebut 10 x 10 meter, buat 3 plot
 Kemudia beri tanda dengan menggunakan tali plastik dan kayu sebagai patoknya
 Setelah itu, amati ketiga plot itu yang berisikan serangga
 Foto hasil pengamatan tersebut

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. SEMUT HITAM

Klasifikasi semut hitam


Kingdom Animalia
Filum: Arthropod
Klas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Laciu
Species: Lasiusfuliginosus

2. SEMUT API

Kingdom : Animalia
Filum Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Solenopsis
6
Spesies : Solenopsis invicta

Hewan arthropoda yang pertama adalah semut. Seperti diketahui semut memiliki
beberapa bagian tubuh yang sesuai dengan ciri-ciri arthropoda. Dalam hal ini, semut
mempunyai exoskeleton atau rangka luar yang keras, serta kaki yang bersendi. Bukan hanya
itu bagian tubuh semut juga tersegmentasi yang terdiri dari kepala, rongga dada, dan perut.

7
Semut merupakan salah satu hewan arthropoda sekaligus organisme eusocial.
Eusocial sendiri dipahami sebagai perilaku hewan yang hidup dengan tingkat kerja sama
ektrim. Di mana hewan ini membentuk koloni dan saling membantu satu sama lain untuk
melangsungkan hidup. Padahal perlu diketahui, bahwa sebaaian besar spesies arthropoda
bukan eusocial. Sehingga semut merupakan hewan arthropoda yang cukup menarik dan
berbeda dari yang lain.
3. BELALANG BERTANDUK PENDEK

Kingdom Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili : Acrididae
Genus : Truxalis
Spesies : Truxalis nasuta

Truxalis nasuta adalah spesies serangga belalang bertanduk pendek dalam


famili acrididae. Ini ditemukan di Afrika, Eropa, Dan Asia. Belalang bercula pendek
(famili Acrididae), lebih dari 10.000 spesies serangga (ordo Orthoptera) yang dicirikan
oleh antena pendek dan berat, ovipositor empat katup untuk bertelur, dan tarsi bersegmen
tiga (segmen distal kaki). Mereka herbivora dan termasuk beberapa hama pertanian paling
merusak yang diketahui.

Ukuran belalang tanduk pendek berkisar dari 5 mm hingga 11 cm (0,2 hingga


4,3 inci). Bentuk tubuhnya bisa panjang dan ramping atau pendek dan gemuk. Banyak
spesies berwarna hijau atau berwarna kekuning-kuningan, yang membantu mereka
menyatu dengan lingkungannya. Kaki belakang disesuaikan untuk melompat, dengan
tulang paha yang sangat besar.

8
4. BELALANG KEMBARA

Kingdom Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Locusta
Spesies : Locusta migratoria

Locusta migratoria manilensis Meyen. Belalang ini merupakan satu-satunya spesies


belalang yang mengalami fase transformasi dari 51 spesies anggota famili Acrididae,
tercatat sebagai hama di Indonesia dan dapat menyerang hampir seluruh tanaman
hortikultura. Belalang kembara diketahui mempunyai tiga fase populasi yang sangat khas.
Yang pertama fase soliter, yaitu ketika belalang berada dalam populasi rendah di suatu
hamparan sehingga mereka cenderung mempunyai perilaku individual. Dalam fase ini
belalang kembara bukanlah hama yang merusak karena populasinya berada di bawah
ambang luka ekonomi dan perilakunya tidak rakus. Tahap berikutnya fase transisi
(transient), yaitu ketika populasi belalang sudah cukup tinggi dan mulai membentuk
kelompok-kelompok kecil. Fase ini perlu diwaspadai karena apabila kondisi lingkungan
mendukung maka akan membentuk fase gregarius, yaitu ketika kelompok-kelompok
belalang telah bergabung dan membentuk gerombolan besar yang sangat merusak. Pada
keadaan ini belalang kembara menjadi lebih agresif dan rakus sehingga setiap areal
pertanian yang dilewatinya mengalami kerusakan total (Sosromarsono, 1998). Perilaku
hama belalang kembara diketahui berhubungan dengan pola iklim dan curah hujan.
Kekeringan identik sebagai ciri umum tahun belalang kembara.
Belalang kembara memakan daun-daun tanaman sehingga mengurangi luas
permukaan daun dan mengganggu fungsi fisiologis dari tanaman yang diserang. Kerusakan
ini berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Gejala serangannya berupa robekan pada
daun. Pada tingkat serangan yang parah akan menyisakan tulang daun bahkan juga dapat
memakan batang dan tongkol pada tanaman jagung. Kerusakan pada tanaman akibat

9
serangan hama ini dapat mencapai 90% sehingga dapat mengakibatkan tanaman gagal
panen jika tidak dilakukan tindakan pengendalian.

5. BELALANG BATU

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili :Acrididae
Genus : Asiotmethis
Spesies : Asiotmethis limbatus

Belalang yang tampilannya mengaggumkan, memiliki corak seperti batu, dengan


warna dominan abu-abu dilengkapi dengan bercak kehitaman dan keputihan. Mulai dari
mata, thorax, dada, dan abdomen sampai ke ujung sayap memiliki warna yang sangat padu,
sehingga sangat sukar terlihat apabila hinggap di material berupa ranting kayu atau batu.
Bahkan matanya terlihat menyatu dengan kepala, karena cenderung satu warna.

Belalang ini memiliki ukuran sekitar 2,5 cm, tenang dan tergolong jinak. Dapat
didekati bahkan disentuh. Dalam pengamatan di lapangan, species ini memilih lokasi-lokasi
yang berumput, berbatu-batu atau bahkan di tanah-tanah terbuka. Ketika bertengger di
rumput atau di helai daun yang hijau, akan tampak sangat kontras. Seperti lumpur yang
melekat di daun atau ranting. Di lokasi-lokasi pengamatan, jumlah individunya banyak,
dapat dijumpai sampai 20-30 individu.

10
6. LABA-LABA PEREGANGAN PERAK

Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Tetragnathidae
Genus : Tetragnatha
Species : Tetragnatha montana

Tetragnatha montana, umumnya dikenal sebagai laba-laba peregangan perak, adalah


spesies penenun bola rahang panjang dari keluarga Tetragnathidae. Ini memangsa sebagian
besar lalat dan nyamuk. Nama laba-laba peregangan perak mengacu pada warna metaliknya
yang mengkilap dan kebiasaannya memanjangkan kakinya menjadi bentuk seperti tongkat.
Tetragnatha montana dewasa muncul di tempat terbuka dari Mei hingga September
meskipun yang pertama muncul pada awal Februari.

Tetragnatha montana betina lebih besar dari jantan dengan panjang tubuh 7–13 mm
dibandingkan dengan jantan 6–8 mm. Kaki berwarna kuning-cokelat dan opisthosoma
berwarna perak di permukaan punggung dengan bentuk daun memanjang berwarna putih
keperakan dengan garis emas dengan tepi bergelombang keemasan di sepanjang tepinya
dan garis hitam yang terkadang cukup tebal dengan permukaan bagian perut berwarna
cokelat. Jantan memiliki tanda yang sangat mirip di perut dengan betina tetapi warnanya
lebih gelap, emas kemerahan dan kontras warnanya kurang terlihat daripada betina, dan
area putih atau keperakan jauh lebih luas. Sisi perut jantan berwarna coklat, dengan batas
bergelombang dan pita lebih gelap membentang di sepanjang itu. Pasangan kaki satu, dua
dan empat sangat panjang sedangkan tiga relatif pendek dan digunakan untuk membantu
laba-laba berpegangan pada ranting atau rerumputan tipis saat beristirahat, sedangkan tiga
pasang lainnya memanjang. Pada kedua jenis kelamin sering ada cincin dan bintik- bintik
gelap ke arah cakar.

11
7. ULAT TANDUK

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order :Lepidoptera
Family :Sphingidae
Genus : Agrius
Species : Agrius convolvuli

Ulat A. convolvuli lebih dikenal dengan sebutan “ulat keket atau ulat tanduk” karena
ulat ini mempunyai semacam tanduk diujung kepalanya. Telur berbentuk bulat kecil dengan
diameter 1 mm, berwarna hijau muda sampai kuning diletakkan secara tunggal di atas
permukaan daun atau batang ubi jalar. Imago bertelur pada malam hari, seekor imago dapat
bertelur sampai 1.850 butir. Telur-telur menetas dalam 3-5 hari. Larva terdiri atas lima
instar, dengan lama fase larva tergantung pada suhu udara. Semakin panas suhu udara, fase
larva semakin pendek. Pada suhu 15oC, 20oC, 25oC, dan 30oC, panjang fase larva rata-rata
105, 52, 29, dan 23 hari. Warna larva bervariasi dari hijau sampai coklat dan dengan pola
yang jelas. Larva yang berwarna cokelat, umumnya memiliki kepala berwarna kuning
pucat. Larva hijau memiliki kepala berwarna hijau muda dengan garis kuning pucat.
Spirakel berwarna oranye-merah. Larva dengan lima instar terjadi dalam 3-4 minggu, pada
instar ke lima panjang tubuh dapat mencapai 95 mm.

Ulat tanduk merupakan hama pada musim kemarau. Larva instar muda akan memakan
daun, sehingga daun berlubang besar tidak beraturan. Serangan ulat tanduk instar 4-5 dapat
mengakibatkan defoliasi total terhadap daun dan rendahnya kualitas umbi ubi jalar.
Walaupun seluruh daun ubi jalar dapat dimakannya, namun yang paling disukai adalah
daun bendera pada batang muda dan daun-daun pucuk. Pada populasi yang tinggi, semua
bagian daun akan dimakan, dan yang tersisa hanya tangkai daunnya saja. Imago yang
berupa ngengat berukuran besar biasanya terbang pada malam hari. Apabila serangan berat
12
terjadi pada saat tanaman masih muda akan berakibat terhadap pengurangan hasil tanaman.
A. convolvuli terdapat di seluruh dunia, tetapi sangat umum dijumpai di Afrika, Asia,
Australia, Pasifik, dan Eropa Selatan. Selain ubi jalar, ulat tanduk juga dapat menyerang
tanaman ubi kayu, talas- talasan (termasuk porang), tomat, terung-terungan, anggur dan
kacang hijau.

8. KUMBANG TANAH

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Carabidae
Genus : Calosoma
Species:Calosoma sycophanta

Carabidae, umumnya disebut kumbang tanah adalah sejenis kumbang dalam famili
besar, Carabidae, dengan lebih dari 40,000 spesies di seluruh dunia. Carabidae masih dibagi
dalam 34 subfamili. Serangga dari Ordo Coleoptera ini merupakan predator beberapa spesies
invertebrata, termasuk banyak hama, kebanyakan kumbang tanah dianggap organisme
menguntungkan. Calosoma sycophanta L. termasuk kedalam famili Carabidae dan dalam
rantai makanan berperan sebagai predator. Mangsa C. sycophanta L. adalah larva dan pupa
dari Lepidoptera, suatu serangga yang merupakan hama bagi tanaman.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan identifikasi serangga yang dilakukan di lahan nilam
diperoleh 8 jenis artropoda yang berbeda yaitu semut hitam (Lasius fuliginosus ) semut api
(Solenopsis invicta) Belalang bertanduk pendek (Truxalis nasuta) Belalang batu
(Asiotmethis limbatus) Belalang kembara (Locusta migratoria) Laba-laba peregangan
perak (Tetragnatha montana) ulat tanduk (Agrius convolvuli) dan Kumbang tanah
(Calosoma sycophanta).

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat menambah wawasan dari berbagai
sumber lain dan kepada dosen pembimbing semoga dapat menggoreksi segala bentuk
kesalahan dalam penyusunan Laporan ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pendidikan Nasional. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
Indonesia 2003-2020. Jakarta. Bappenas.
Borror D.J, Charles A.T, and Norman F.J. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan
dari: An Introduction to the Study of Insect.
Patang, F. 2011. Berbagai Kelompok Serangga Tanah yang Tertangkap di Hutan Koleksi
Kebun Raya UNMUL Samarinda dengan Menggunakan 5 Macam Larutan. Journal
Mulawarman Scientifien 10 (2):139-142.
Rizali, A., D. Buchori dan H. Triwidodo. 2002. Keanekaragaman Serangga Pada Lahan
Persawahan Tepian Hutan Indikator untuk Kesehatan Lingkungan.Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanisn IPB. Bogor. Jurnal Hayati 9 (2):41-48.
Ruslan, H. 2009. Kompossisi Dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada
Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA)
Bodogol Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Vis Vitalis 2 (1):43-53.
Sesanti, N. 2011. Optimasi Hutan Sebagai Penghasil Oksigen Kota Malang.Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Jurnal
TataKota dan Daerah 3 (1):65-73.
Shahabuddin., P. Hidayat., W.A. Noerdjito., S. Manuwoto. 2005. Penelitian Biodiversitas
Serangga di Indonesia Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) dan Peran
Ekosistemnya. Jurnal Biodiversitas 6 (2):141-146
Sundari, E. S. 2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan., Jurnal PWK Unisba 7 (2):68-83.
Tambunan, G.R., M.U. Tarigan, dan Lisnawita. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis
Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Helvetia
PT Perkebunan Nusantara II. Jurnal Online Agroekoteknologi USU 1 (4):1081-1091.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi Kedua.Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Wicaksono, K.P., A. Suryanto., A. Nugroho., N. Nakagoshi and N. Kurniawan. 2011. Insect
As Biological Indicator From Protected To The Disturb Landscape In Central Java
Indonesia. Journal Agrivita 33 (1):75-84.

15
Dokumentasi Foto-foto Kegiatan

(Foto Bersama Kelompok 1)

(Mengukur 3 plot ukuran 10 x 10Meter)


(Mengambil Gambar Serangga yang Berada di 3 Plot)

Anda mungkin juga menyukai