LP Konjungtivitis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP MEDIS KONJUNGTIVITIS

A. Definisi Konjungtivitis
Penyakit mata merah  atau dalam istilah kedokteran disebut konjungtivitis
adalah penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi menular pada
konjungtiva. Konjungtiva adalah selaput bening pada mata yang menutupi
bagian mata berwarna putih serta permukaan mata dalam pada kelopak mata.
Terdapat beberapa pengertian konjungtivitis :
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah,
sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau
pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif
dkk: 2001).

B. Etiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis dibedakan menjadi bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri
Contohnya: Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus, Staphylococcus
aureus, Stertococci, Proteus, Coliform.
2. Klamidia
Contohnya: Chlamydia trachomatis serotype A-C, Chlamydia trachomatis
serotype D-K, Chlamydia trachomatis serotype L1-3.
3. Viral
Contohnya: adenovirus, virus herpes simpleks, varicella, herpes zoster.
4. Rickettsia (jarang)
5. Jamur (jarang)
6. Parasit
Contohnya: Loa-loa, Ascaris lumbricoides, Taenia solium, Trichinella
spiralis, Thelazia californiensis.
7. Imunologik (alergika)
8. Kimia atau iritatif

C.     Patofisiologi Konjungtivitis
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan
membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena
adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah,
edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan
akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan
saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang
terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea
yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan
rasa pusing.

D. Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang
paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau
musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan
kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan
makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun
seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal
karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi
konjungtivitis.
2. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhea.
3. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
4. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit
virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.
Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
5. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi
yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a. Gonococ
b. Chlamydia ( inklusion blenore )
c. Staphylococus
Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari
Gonore         : 1 – 3 hari
Chlamydia    : 5 – 12 hari
E. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi
buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.

F.     Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1.      Konjungtivitis Alergi
-          Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
-          Rasa seperti terbakar
-          Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
-          Air mata sering keluar sendiri
-          Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2.      Konjungtivitis Bakteri
-          Pelebaran pembuluh darah
-          Edema konjungtiva sedang
-          Air mata keluar terus
-          Adanya secret atau kotoran pada mata
-          Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3.      Konjungtivitis Viral
-          Fotofobia
-          Rasa seperti ada benda asing didalam mata
-          Keluar air mata banyak
-          Nyeri prorbital
-          Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
-          Kemerahan konjungtiva
-          Ditemukan sedikit eksudat
4.      Konjungtivitis Bakteri hiperakut
-          Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
-          Mata merah
-          Iritasi
-          Nyeri palpasi
-          Biasanya terdapat kemosis
-          Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5.      Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
-          Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
-          Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
-          Memberikan secret purulen padat secret yang kental
-          Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
-          Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
G.    Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
b. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai
alat pemeriksaan pandangan).
c. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya
efek epitel kornea).
d. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
e. Pemeriksaan oftalmoskop
f. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat
benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
2. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
herpes simplek virus).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang
disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel
eosinofil.

H.    Penatalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%),
chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid
(dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam
waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya
adalah sebagai berikut:
1.      Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5
hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan
menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan
langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap
jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2.      Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
-          Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih
atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
-          Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
-          Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan
terisolasi, medika menstosa :
-          Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
-          Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
-          Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
-          Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3.      Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin
atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid
topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-
kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram
fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan
karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4.      Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.
5.      Konjungtivitis Blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin
topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih
aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan
memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan
dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
-          Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam
sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
-          Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
-          Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin
infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

I. Penularan Konjungtivitis
Penularan hanya bisa terjadi pada konjungtivitis yg disebabkan infeksi.
Anggapan konjungtivitis menular melalui pandangan mata tidaklah benar. Baik
bakteri atau virus memang dapat menular dgn mudah namun tidak semudah
melalui saling memandang.
Sumber penularan adalah cairan yg keluar dari mata yg sakit yg
mengandung bakteri atau virus penyebab. Lantaran gatal atau rasa tidak
nyaman di mata,disengaja atau tidak,penderita seringkali menggosok atau
mengusap mata dgn tangan. Bila tidak segera dicuci dgn sabun,tangan yg
terkontaminasi cairan infeksi ini dapat menjadi media penularan. Melalui jabat
tangan misalnya,tangan orang lain dapat tertular dan kuman masuk ke mata
bila tangan itu kemudian memegang atau menggosok mata. Bisa pula melalui
cara tidak langsung,misalnya tangan yg terkontaminasi memegang benda yg
kemudian terpegang juga oleh orang lain. Cara terakhir yg paling sering terjadi
di tempat2 umum seperti bis kota,pusat perbelanjaan,dan tempat2 ibadah.
Penggunaan kosmetik utk mata secara bergantian dgn penderita juga dapat
menjadi media penularan,misalnya eyeliner,eye shadow,atau maskara.
Demikian juga dgn penggunaan tissue,sapu tangan,dan handuk.benda yang
sering menjadi media penularan adalah uang karena setiap orang berulang kali
bersentuhan dengan alat pembayaran setiap hari. Bila pernah terkontaminasi
virus atau bakteri penyebab konjungtivitis dan kemudian tanpa sengaja tangan
yg memegang uang tersebut mengusap mata,maka kemungkinan terjadi
konjungtivitis sangat besar. Penularan di tempat praktik dokter pun bisa
terjadi,misalnya melalui peralatan periksa mata yg dipakai bergantian tanpa
dibersihkan.

J. Pencegahan
Ada beberapa upaya pencegahan untuk menangani kasus konjungtivitis,
antara lain:
1. Sebaiknya sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,
penderita konjungtivitis harus mencuci tangannya bersih-bersih agar tidak
menulari orang lain.
2. Sebaiknya tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
3. Sebaiknya tidak menggunakan handuk atau lap bersama dengan orang lain.
4. Sebaiknya menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan
pabrik pembuatnya.
5. Sebaiknya mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang
bersih setiap hari.
6. Sebaiknya menghindari penggunaan bantal, handuk dan saputangan bersama.
7. Sebaiknya tangan tidak memegang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu),
dan menghindari mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissu atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian Keperawatan
a. Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal masuk rumah sakit, nomor identitas klien di
rumah sakit,  nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat dan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, edema kelopak mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva.
Sifat Keluhan: Keluhan terus menerus. Hal yang dapat memperberat
keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan
timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Rasa gatal pada mata, peningkatan produksi air mata, terasa terbakar,
banyaknya cairan (berair pada mata), mata nampak merah, sekret pada mata
yang berlebihan, pada bulu mata terdapat lendir yang mengering khususnya
pada saat bangun tidur.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).
f. Data Dasar Pengkajian
1) Aktivitas
Aktivitas sehari-hari terganggu karena nyeri, gatal-gatal berair, edema
pada mata selama menderita sakit.
2) Istirahat
Istirahat dan tidur akan terganggu karena adanya gatal-gatal, nyeri, dan
panas.
3) Eliminasi
Tidak ada masalah.
4) Psikososial
a) Gangguan aktivitas sosial.
b) Klien menjadi cemas akibat keadaan matanya.
c) Klien menarik diri dari lingkungan karena malu terhadap orang
disekitarnya.
5) Status Psikologis
Klien sering mengeluh, terutama karena takut menjadi buta.
6) Spiritual
Tidak konsentrasi dalam beribadah bahkan jarang beribadah.
7) Personal Hygiene
Klien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menggosok mata.
g. Pemeriksaan Fisik Mata.
1) Inspeksi : Konjungtiva merah, pembengkakan kelopak mata, adanya
sekret, berair atau banyak cairan, kelenjar precurikuler membesar.
2) Palpasi : Kelenjar precikuler terasa sakit pada perabaan. ( Virly Juharti,
2012 )
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada kasus konjungtivitis antara lain:
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
b. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
atau konjungtivitis
c. Gangguan body image berhubungan dengan hiporemia
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
e. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses
peradangan.
f. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan fotophobia, pseudoptosis

C. Intervensi dan Rasional Tindakan


1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
 Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang atau terkontrol.
b. Skala nyeri 0-1
c. Pasien tampak ceria
d. Klien dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang.
e. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan di daerah mata.
f. Berkurangnya lecet karena garukan.
g. Penyembuhan area mata yang telah mengalami iritasi.
h. Berkurangnya kemerahan.
 Rencana tindakan
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien. 
Rasional:  untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
b. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam 
dan teratur.
Rasional:  Berguna dalam intervensi selanjutnya.
c. Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan
larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
Rasional:  melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.
d. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi
salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
Rasional:  membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan
nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata ( gelap ).
Rasional:  pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan
cahaya yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya
menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi
ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi lingkungan.
f. Kolaborasi dalam pemberian Antibiotik dan analgesik. 
Rasional:  mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infekstif
dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral. Tetes mata
diberikan pada siang hari dan salep mata diberikan pada malam hari
untuk mengurangi lengketnya kelopak mata pada siang
hari.analgesik digunakan untuk mengurangi nyeri.
2. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
atau konjungtivitis
 Kriteria hasil
a. Suhu tubuh normal 36o – 37oC
b. Wajah tampak ceria
 Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam. 
Rasional: untuk mengidentifikasi pola demam pasienObservasi tanda
vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional:  : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
b. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7).
Rasional:  : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
c. Berikan kompres hangat. 
Rasional: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
d. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. 
Rasional: pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik
Rasional: pemberian terapi penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
3. Gangguan body image berhubungan dengan hiporemia
 Kriteria Hasil:
a. Klien dapat menghargai situasi dengan cara realistis tanpa
penyimpangan.
b. Klien dapat mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan
perasaan yang positif.
 Rencana tindakan
a. Kaji tingkat penerimaan klien.
Rasional:  untuk mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh
klien mengenai perubahan dari dirinya.
b. Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.
Rasional:  membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai
menerima perubahan.
c. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
Rasional:   kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang
sesuai pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai
cara yang berbeda.
d. Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang
dialami.
Rasional: memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami
kepada pasien atau orang terdekat sehingga ansietas dapat
berkurang.
e. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
Rasional:menyediakan, menegaskan kesanggupan dan
meningkatkan kepercayaan diri klien.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
 Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya.
b.  Klien dapat menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
c. Menggunakan mekanisme koping yang efektif.
 Rencana tindakan
a)      Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
Rasional:  Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan klien.
b)      Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
Rasional:Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya.
c)      Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.
Rasional:  Memberikan perasaan tenang kepada klien.
d)     Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional:  Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi yang nyata,   
mengklarifikasi kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
e)      Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
Rasional: Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
e.       Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
1)      Kriteria hasil : Penyebaran infeksi tidak terjadi.
2)      Rencana tindakan
a)      Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar.
Rasional:Dengan membersihkan mata dan irigasi maka mata menjadi bersih.
b)      Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
Rasional :  Pemberian antibiotika diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi
c)      Pertahankan tindakan septik dan anseptik.
Rasional:  Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat
maupun   dari perawat ke pasien.
d)     Beritahu klien mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan bantal dengan
anggota keluarga yang lain. Klien sebaiknya menggunakan tisu, bukan saputangan
dan tisu ini harus dibuang setelah pemakaian satu kali saja.
Rasional:   Meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
e)      Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak 
sembarangan dengan mata.
Rasional:   Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada orang
lain.
f)       Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat.
Rasional: : menerapkan prinsip higienis
g)      Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pengobatan dan gunakan saputangan atau handuk bersih.
Rasional: : mencegah infeksi
f.       Resiko tinggi cedera berhubungan dengan fotophobia, pseudoptosis
1)      Kritera hasil :
-          Cedera tidak terjadi.
-          Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko cedera.
-          Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan untuk
mencegah cedera.
2)      Rencana tindakan
a)      Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba – tiba, menggaruk mata,
membungkuk.
Rasional :  menurunkan resiko jatuh atau cidera.
b)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan dekatkan alat yang dibutuhkan pasien
ke tubuhnya. 
Rasional:  mencegah cidera, meningkatkan kemandirian.
c)      Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan
kecelakaan.
Rasional:  meminimalkan resiko cedera, memberikan rasa nyaman.
d)     Awasi atau temani pasien saat melakukan aktivitas.
Rasional:  mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
e)      Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.
Rasional:  sekret mata akan membuat pandangan kabur.
f)       Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan
tetes mata  dan salep mata.
Rasional:  Memberikan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas
berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.
g)      Gunakan kacamata gelap.
Rasional:Mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.   

  

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia.
2.      Konjungtivitis dapat disebabkan oleh: bakteri, klamidia, viral, rickettsia
(jarang), jamur (jarang), parasit, imunologik (alergika), dan kimia atau iritatif.
3.      Faktor-faktor resiko terjadinya konjungtivitis, antara lain:
-          Bersentuhan dengan benda yang menyebabkan alergi;
-          Bersentuhan dengan penderita konjungtivitis virus dan bakteri;
-          Mengunakan lensa kontak, sehingga mata dapat memberikan reaksi
peradangan mata.
4.      Konjungtivitis diklasifikasikan menjadi 5 macam, yaitu: konjungtivitis alergi,
konjungtivitis bakteri, konjungtivitis viral,konjungtivitis bakteri
hiperakut, konjungtivitis  blenore.
5.      Komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani  diantaranya: glukoma,
katarak, ablasi retina, komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik, komplikasi
pada konjungtivitis purulenta, komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea, komplikasi konjungtivitis vernal.

B.     Saran
1.      Bagi Perawat
Dengan memahami penyakit konjungtivitis, kita sebagai perawat diharapkan dapat
mengatasi dan menangani pasien yang terkena penyakit konjungtivitis.
2.      Orang Umum
Dengan memahami penyakit konjungtivitis, diharapkan seseorang tidak
menyepelekan penyakit ini dan jika mereka atau orang sekitar mereka menderita
atau terjangkit konjungtivitis, mereka dapat segera membawanya kepada medis
yang mengerti akan hal ini agar penyakit ini tidak menjadi parah.

DAFTAR PUSTAKA

http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-konjungtivitis.html
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta :
EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.

Anda mungkin juga menyukai