Glaukoma

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna
dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti
debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk
menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab
kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta
penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan
karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi
pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.Glaukoma disebut
sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut.
Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita
penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak
dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan
sedini mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Glaukoma

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:

Untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma


dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.

1.3.2 Tujuan khusus:


 Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
 Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
 Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
 Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
 Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
 Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
 Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau


kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma adalah sekelompok gangguan gangguan
yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak
lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan


tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik,
penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli;
1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)Glaukoma adalah suatu penyakit
dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada
saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Dwindra M;
2009)

3
2.2 Klasifikasi glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan
yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan
dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis
dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular,
saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b) Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

4
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata
lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan
di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

 Glaukoma sekunder
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata
meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital
merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.

2.3 Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi
sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan
predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi
penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko
timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes
melitus dan pada orang kulit hitam.

5
2.4 Patofisiologi

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis


sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan
inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Discus optikus
menjadi atrofik, disertai pembesaran cawan optik (Vaughan, 2009).

Glaukoma akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang menyebabkan oklusi
sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar
aqueous humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan
nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan kabur (Vaughan, 2009).

Pada glaukoma akut, tekanan intraokular dapat mencapai 60-80 mmHg,


menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema kornea dan
kerusakan nervus optikus (Vaughan., 2009).

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar
humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan
kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap
normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz
(aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg,
diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang
tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf
optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara
bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas


serabut saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf


optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola

6
mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian
tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih


belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan


serabut saraf optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).

7
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan

8
2.5 Manifestasi klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

2.6 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya
adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah
ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini
selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi :

9
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal
 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata
depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan
keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf
optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau
tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang
akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum,
yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini
lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002: 242-248).

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Non Farmakologi
Menurut Clinical Practice Guidelines (2008), Primary Open Angel
Glaucoma dapat diterapi secara tradisional. Operasi hanya digunakan

10
ketika target tekanan intraokular tidak tercapai dengan penggunaan
terapi maksimal atau ketika pasien kontraindikasi dan tidak memenuhi
persyaratan terapi. Operasi terdiri atas:
1. Trabeculectomy
Trabeculectomy merupakan pilihan primer dari operasi. Efek
penurunan tekanan intraokular sangat efektif digunakan untuk
terapi. Bagaimanapun, pengembangan jaringan parut dibawah
konjungtiva dapat menyebabkan pengeluaran cairan yang tidak
memadai. Namun demikian, penggunaan anti scarring atau anti
metabolit seperti 5-Fluorouracil (5FU) dan Mitomycin C (MMC)
sangat berguna untuk meningkatkan keberhasilan operasi. Tetapi,
penggunaan keduanya dapat meningkatkan resiko komplikasi
seperti blebitis, endoptalmitis, dan hipotonis yang dapat
menyebabkan maculopati pada miopi.
2. Operasi glaukoma non-penetrasi
Contoh operasi glaukoma non penetrasi adalah Sclerektomi dan
Viscocanalostomi. Operasi ini memang memiliki efisiensi lebih
rendah dalam menurunkan tekanan intra okular jika dibandingkan
trabeculectomi dan tidak cocok digunakan untuk pasien yang ingin
menurunkan tekanan intra okular, tetapi keuntungannya jika
dibandingan trabeculectomy adalah resiko terhadap hipotonis dan
infeksi lebih rendah.
3. Implan Drainase
Penggunaan drainase biasanya diindikasikan untuk pasien yang
gagal dalam operasi dengan penggunaan antimetabolit atau untuk
pasien dengan resiko tinggi kegagalan operasi.Penggunaan dari
antimetabolit seperti MMC dan 5-FU tidak menunjukkan banyak
manfaat.
4. Laser Trabeculoplasti
Laser trabeculoplasti biasa digunakan sebagai terapi tambahan
untuk pengobatan klinis atau untuk pengobatan primer yang tidak
memungkinkan dalam penggunaan terapi. Ketika laser

11
trabeculopati digunakan sebagai terapi primer, sebagian besar
pasien tidak lagi membutuhkan pengobatan untuk 1-2 tahun setelah
pengobatan. Bagaimanapun, studi klinis pada laser trabeculoplasti
menunjukkan hilangnya efek secara progresif.
5. Operasi Siklodekstruktif
Tujuan dari operasi siklodekstrutif adalah untuk merusak proses
siliari dan menurunkan produksi aqueous humor.
Selain laser dan operasi, beberapa gaya hidup (lifestyle) juga dapat
mempengaruhi tekanan intraokular pada pasien dengan POAG
(Primary open angle glaucoma). Kebiasaan dan lifestyle juga dapat
membantu mengatasi komplikasi progresif pada pasien dengan
glaucoma. Beberapa diantaranya adalah (Parikh, R.S dan Parikh,
S.R., 2011):
a) Faktor pemicu stress dapat menginduksi peningkatan
kortisol endogen dan katekolamin sehingga terjadi
perubahan respon imun yang dapat meningkatkan respon
intraokular. Sehingga, harus dipantau faktor yang dapat
memicu stress pasien baik dari psikososial ataupun
lingkungan.
b) Konsumsi kafein dengan konsentrasi tinggi juga
menunjukkan adanya peningkatan tekanan intraokular
sebesar 2-3 mmHg setelah 2 jam penkonsumsian kopi.
c) Konsumsi alkohol diketahui dapat menurunkan tekanan
intaokular setelah beberapa jam melalui efek osmotik.
Tetapi penggunaan dengan kadar yang tinggi secara
signifikan dapat meningkatkan tekanan intraokular.
d) Kegiatan olahraga juga memiliki keterkaitan dengan
tekanan intraokular. Beberapa studi menunjukkan bahwa
kegiatan aerobik dapat menurunkan tekanan intraokular.
e) Banyak konsumsi makanan yang bersifat antioksidan seperti
coklat dan teh hijau. Karena oksidatif stres dapat
menginduksi kerusakan outflow ke saraf optik.

12
f) Konsumsi Gingko biloba dan bilberry (berasal dari buah
bluberi) juga diketahui dapat menurunkan resiko glaucoma
karena keduanya sendiri memiliki aktivitas sebagai
neuroprotektor.
2.7.2 Terapi Farmakologi
Pengobatan disesuaikan pada temuan setiap pasien-TIO, lapang
pandang, dan tampakan diskus optikus- dan tipe glaukomanya.
Kebanyakan pasien dengan glaukoma sudut terbuka kronis dan diterapi
dengan obat dan tidak membutuhkan bedah untuk mengalirkan aqueus.
Tujuan dari pengobatan adalah mencegah peningkatan defek pada cup
disk atau lapang pandang. (Parikh, 2011).

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan keperawatan glaukoma

1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny. B
b. Alamat : Jakarta
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang
pandang dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur
dan sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya
atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan
dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume
Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang
menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatu, berkendaraan.

14
4. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop


untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma
akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
 Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan
palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,
terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
 Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut
atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan
gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada
stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir
iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada
glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup,
sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan
Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Nyeri kronis b.d penekanan syaraf (D.0078)
b. DX 2: Gangguan persepsi sensorik b.d gangguan penglihatan
(D.00085)
c. DX 3: Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
d. DX 4: Koping tidak efektif b.d krisis situasional (D.0096)

15
3. Intervensi keperawatan

N o Tujuan Intervensi Rasional

DX Kriteria hasil

1. Tujuan: 1. Identifikasi lokasi, - Untuk menentukan


karakteristik, durasi, intervensi dan
Setelah dilakukan
frekuensi, kualitas, keefektifan dari terapi
tindakan 2 jam nyeri
intensitas nyeri yang diberikan
dapat menurun
2. Identifikasi skala nyeri - Mengetehui nilai atau
Kriteria hasil:
derajat nyeri yang
 Keluhan nyeri dirasakan
menurun 3. Berikan tehnik - Tindakan ini
 Sikap protektif nonfarmakologis untuk memungkinkan untuk
menurun mengurangi rasa nyeri mendapatkan rasa
 Muntah menurun kontrol terhadap nyeri
 Mual menurun 4. Kontrol lingkungan yang - Stres dan sinar akan
 Frekwensi nadi memperberat rasa nyeri meningkatkan TIO
membaik miss pencahayan, yang dapat
 Pola napas kebisingan mencetuskan nyeri
membaik - Tekanan pada mata
5. Fasilitasi istirahat dan
 Tekanan darah meningkatkan jika
tidur dengan cara
membaik tubuh datar dan
mempertahankan tirah
manuver valsalva
baring ketat pada posisi
diaktifkan seperti pada
semi fowler dan cegah
aktivitas tersebut.
tindakan yang dapat
meningkatkan TIO (batuk,
bersin , mengejan)

6. Jelaskan penyebab, - Pasien dapat mengerti

periode, dan pemicu nyeri tentang penyebab


nyeri

16
7. Anjurkan menggunakan - Untuk mengurangi
analgesik secara tepat rasa nyeri
8. Ajarkan tehnik - Mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk dan dapat
mengurangi rasa nyeri mengalihkan perhatian
9. Obsevasi tekanan darah, - Mengidentifikasi
nadi dan pernapasan tiap kemajuan atau
24 jam jika klien tidak penyimpanan dari
menerima agens osmotik hasil yang diharapkan.
secara intravena dan tiap 2
jam jika klien menerima
agens osmotik intravena.
10. Observasi ketajaman — Mengidentifikasi
pengelihatan setiap waktu kemajuan atau
sebelum penetesan obat penyimpangan dari
mata yang diresepkan. hasil yang
diharapkan.
11. Kolaborasi: — Agens osmotik
Berikan obat mata yang intravena akan
diresepkan untuk menurunkan TIO
glaukoma dan beri tau dengan cepat. Agens
dokter jika terjadi osmitik bersifat
hipotensi, haluaran urin hiperosmolor dan
<24 ml/jam, nyeri pada dapat menyebabkan
mata tidak hilang dalam dehidrasi; manitol
waktu 30 menit setelah dapat mencetuskan
terapi obat, tajam hiperglikemis pada
pengelihatan turun terus pasien DM, tetes mata
menerus. miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan

17
produksinya.
Pengobatan TIO
adalah esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
Berikan analgesik — Menghasilkan
narkotik yang diresepkan relaksasi umum dan
jika klien mengalami menurunkan
nyeri hebat dan evaluasi inflamasi
keefektifannya.

2. Tujuan: 1. Pastikan derajat/tipe - Sementara intervensi


kehilangan penglihatan. dini mencegah
setelah diberikan
kebutaan, pasien
tindakan
menghadapi
keperawatan
kemungkinan/mengala
diharapkan
mi pengalaman
gangguan persepsi
kehilangan
sensorik membaik
penglihatan sebagian
Kriteria hasil: atau total. Meskipun
kehilangan
 Verbalisasi melihat
pengelihatan telah
bayangan meningkat
terjadi tak dapat
 Distorsi sensori
diperbaiki (meskipun
meningkat
dengan pengobatan)
 Respons sesuai
kehilangan lanjut
stimulus membaik
dapat dicegah.
2. Dorong mengekspresikan — Mempengaruhi
perasaan tentang harapan masa depan
kehilangan/ kemungkinan pasien dan pilihan
kehilangan penglihatan. intervensi.

18
3. Tunjukkan pemberian - Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
menikuti jadwal, tidak
salah dosis.
4. Lakukan tindakan untuk - Menurunkan bahaya
membantu pasien yang keamanan sehubungan
mengalami keterbatasan dengan perubahan
penglihatan, contoh, lapang pandang atau
kurangi kekacauan,atur kehilangan
perabot, ingatkan memutar penglihatan dan
kepala ke subjek yang akomodasi pupil thd
terlihat; perbaiki sinar sinar lingkungan.
suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Kolaborasi
Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka:
- Obat miotik topikal ini
— Pilokarpin hidroklorida
menyebabkan
(Isoptocarpine,
konstriksi pupil,
OcuserPilo, pilopine HS
memudahkan
Gel).
keluarnya aqueus
humor.
— Timolol maleat
— Menurunkan
(Timoptic), betaksalol
pembentukan aqueus
(Betopic).
humor tampa
mengubah ukuran
pupil, pengelihatan,
atau akomodasi.

19
— Asetazolamid (diamox). — Menurunkan laju
Tipe sudut sempit: produksi aqueus
humor
— Miotik (sampai pupil
— Membuat kontraksi
dikonstriksikan).
otot sfingter iris,
mendalamkan bilik
anterior, dan
mendilatasi pembulu
keluar traktus selama
serangan
akut/sebelum
pembedahan.

— Menurunkan sekresi
— Inhibitor karbonik
aqueus humor dan
anhidrase, contoh
menurunkan TIO.
asetazolamid (diamox)
— Mungkin
— Dipivefrin hidroklorida
menguntungkan bila
(propine).
pasien tidak berespon
terhadap obata lain.
Bebas efek samping
seperti miosis,
pengelihatan kabur,
dan kebutaan malam.

— Agen hiperosmotik — Digunakan untuk


menurunkan sirkulasi
contoh mannitol
(osmitrol), gliserin. volume cairan,
dimana akan
menurunkan produksi

20
aqueus humor bila
pengobatan lain
belum berhasil.

— Berikan sedasi, analgesik


— Serangan akut
sesuai kebutuhan.
glaukoma
berhubungan dengan
nyeri tiba-tiba, yang
dapat mencetus
ansietas/agitasi.
3. Tujuan: 1. Identifikasi saat tingkat - Faktor ini
ansietas berubah mempengaruhi
setelah diberikan
persepsi pasien
tindakan
terhadap ancaman diri,
keperawatan tingkat
potensial siklus
ansietas menurun
insietas, dan dapat
Kriteria hasil: mempengaruhi upaya
medik untuk
 Verbalisasi
mengontrol TIO.
kebingungan
2. Identifikasi kemampuan — Menurunkan ansietas
menurun
mengambil keputusan sehubungan dengan
 Verbalisasi khawatir
ketidak tahuan dan
akibat kondisi yang
bisa mengambil
dihadapi menurun
keputusan
 Kontak mata
3. Berikan informasi yang — Memberi kesempatan
membaik
akurat dan jujur. pasien menerima
 Orientasi membaik
Diskusikan kemungkinan situasi nyata,
bahwa pengawasan dan mengklarifikasi salah
pengobatan dapat konsepsi dan
mencegah kehilangan pemecahan masalah.
pengelihatan tambahan.

21
4. Ciptakan suasana — Menambah
terapeutik untuk kepercayaan pasien
menumbuhkan
kepercayaan
5. Anjurkan mengungkapkan — Memberikan
perasaan dan persepsi keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri
dalam menghadapi
masalah

6. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

4 Tujuan: 1. Identifikasi pemahaman - Agar klien


penyakit mengetahui kondisi
setelah diberikan
penyakit
tindakan
2. Identifikasi metode - Mengetahui cara
keperawatan
penyelesaian masalah pengobatan yang
diharapkan status
benar
koping membaik 3. Tunjukkan tehnik yang - Meningkatkan
Kriteria hasil: benar pemberian tetes keefektifan
mata. Izinkan pasien pengobatan.
 Perilaku koping
mengulang tindakan. Memberikan
adaptif meningkat
kesempatan pasien
 Verbalisasi
menunjukan
pengakuan masalah
kompetensi dan
meningkat
menanyakan
 Minat mengikuti
pertanyaan
perawatan/pengobat
- Penyakit ini dapat di
an meningkat 4. Kaji pentingnya
control dan
mempertahankan jadwal

22
 Verbalisasi obat, contoh tetes mata. mempertahankan
menyalahkan orang Diskusikan obat yang konsistensi program
lain menurun harus dihindari, contoh obat adalah control
 Verbalisasi midriatik, kelebihan vital. Beberapa obat
rasionalisasi pemakaian steroid topikal. menyebabkan dilatasi
kegagalan menurun pupil, peningkatan
TIO dan potensial
kehilangan
penglihatan tambahan.
5. Identifikasi efek
— Efek samping obat
samping/reaksi merugikan
dapat mempengaruhi
dari pengobatan
rentang dari ketidak
(penurunan nafsu makan,
nyamanan sampai
mual/muntah, kelemahan,
ancaman kesehatan
jantung tak teratur, dll).
berat. Kurang lebih
50% pasien akan
mengalami
sesitifitas/alergi
terhadap obat
parasimpatis (contoh
pilokarpin) atau obat
antikolinesterase.
Masalah ini
memerlukan evaluasi
medik dan
kemungkinan
perubahan program
terapi.
— Pola hidup tenang
6. Dorong pasien membuat
menurunkan respon
perubahan yang perlu
emosi terhadap stres,
untuk pola hidup.
mencegah perubahan

23
okuler yang
mendorong iris
kedepan, yang dapat
mencetuskan
serangan akut.

7. Dorong menghindari — Dapat meningkatkan


aktivitas,seperti TIO yang
mengangkat mencetuskan
berat/mendorong, serangan akut.
menggunakan baju ketat Catatan: bila pasien
dan sempit. tidak mengalami
nyeri.
8. Diskusikan pertimbangan
diet, cairan adekuat dan — Mempertahankan

makanan berserat. konsistensi feses


untuk menghindari
konstipasi

9. Tekankan pentingnya — Untuk mengawasi

pemeriksaan rutin kemajuan penyakit


dan memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.

10. Nasehatkan pasien untuk — Upayah tindakan

melaporkan dengan cepat perlu untuk mencegah

nyeri mata hebat, kehilanagan

inflamasi, peningkatan pengelihatan

fotofobia, peningkatan lanjut/komplikasi

lakrimasi, perubahan lain, contoh robek

lapang pandang, retina.

24
pengelihatan kabur,
kilatan sisnr di tengah
lapang pandang.
11. Anjurkan anggota - Kecenderungan
keluarga memeriksa herediter dangkalnya
secara teratur tanda bilik anterior,
glaukoma. menempatkan anggota
keluarga berisiko pada
kondisi ini.

(Doenges, marilynn E; 1999).

4. Evaluasi
a. DX 1: keluhan:

S: Nyeri menurun

O: -Sikap protektif menurun

-Muntah menurun

-Mual menurun

-Frekwensi nadi membaik

-Pola napas membaik

-Tekanan darah membaik

b. DX 2: keluhan
S: Gangguan persepsi sensorik membaik
O: -Verbalisasi melihat bayangan meningkat
-Distorsi sensori meningkat
-Respon sesuai stimulus
c. DX 3: keluhan

25
S: Ansietas menurun
O: -Verbalisasi kebingungan menurun
-Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
-Kontak mata membaik
-Orientasi membaik

d. DX 4: keluhan
S: Status koping membaik
O: -Perilaku koping adaptif meningkat
-Verbalisasi pengakuan masalah meningkat
-Minat mengikuti perawatan/pengobatan meningkat
-Verbalisasi menyalahkan orang lain menurun
-Verbalisasi rasionalisasi kegagalan menurun

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Keimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder


dan kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala
, nyeri, lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah
kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan,
sala satunya adalah dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk
menurunkan intraokuler (TIO).

4.2 Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas


keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan


pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh

27
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Edi S. 2006. Terapi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut dengan
Iridoplasti dan Iridotomi Laser. Departemen Ilmu Penyakit Mata, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Aryani Atiyatul . 2008 . Penatalaksanaan Glaukoma Akut . Sumatera : USU


Repository .

Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-


bedah. Jakarta: EGC, 2010.

Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC.


1999.

SDKI, SLKI, SIKI Edisi 1 (PPNI) 2016

28

Anda mungkin juga menyukai