Glaukoma
Glaukoma
Glaukoma
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Klasifikasi glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan
yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan
dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis
dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular,
saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b) Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
4
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata
lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan
di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
Glaukoma sekunder
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata
meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital
merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
2.3 Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi
sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan
predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi
penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko
timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes
melitus dan pada orang kulit hitam.
5
2.4 Patofisiologi
Glaukoma akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang menyebabkan oklusi
sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar
aqueous humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan
nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan kabur (Vaughan, 2009).
6
mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian
tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
7
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
Kebutaan
8
2.5 Manifestasi klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya
adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah
ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini
selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi :
9
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata
depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan
keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf
optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau
tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang
akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum,
yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini
lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002: 242-248).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Non Farmakologi
Menurut Clinical Practice Guidelines (2008), Primary Open Angel
Glaucoma dapat diterapi secara tradisional. Operasi hanya digunakan
10
ketika target tekanan intraokular tidak tercapai dengan penggunaan
terapi maksimal atau ketika pasien kontraindikasi dan tidak memenuhi
persyaratan terapi. Operasi terdiri atas:
1. Trabeculectomy
Trabeculectomy merupakan pilihan primer dari operasi. Efek
penurunan tekanan intraokular sangat efektif digunakan untuk
terapi. Bagaimanapun, pengembangan jaringan parut dibawah
konjungtiva dapat menyebabkan pengeluaran cairan yang tidak
memadai. Namun demikian, penggunaan anti scarring atau anti
metabolit seperti 5-Fluorouracil (5FU) dan Mitomycin C (MMC)
sangat berguna untuk meningkatkan keberhasilan operasi. Tetapi,
penggunaan keduanya dapat meningkatkan resiko komplikasi
seperti blebitis, endoptalmitis, dan hipotonis yang dapat
menyebabkan maculopati pada miopi.
2. Operasi glaukoma non-penetrasi
Contoh operasi glaukoma non penetrasi adalah Sclerektomi dan
Viscocanalostomi. Operasi ini memang memiliki efisiensi lebih
rendah dalam menurunkan tekanan intra okular jika dibandingkan
trabeculectomi dan tidak cocok digunakan untuk pasien yang ingin
menurunkan tekanan intra okular, tetapi keuntungannya jika
dibandingan trabeculectomy adalah resiko terhadap hipotonis dan
infeksi lebih rendah.
3. Implan Drainase
Penggunaan drainase biasanya diindikasikan untuk pasien yang
gagal dalam operasi dengan penggunaan antimetabolit atau untuk
pasien dengan resiko tinggi kegagalan operasi.Penggunaan dari
antimetabolit seperti MMC dan 5-FU tidak menunjukkan banyak
manfaat.
4. Laser Trabeculoplasti
Laser trabeculoplasti biasa digunakan sebagai terapi tambahan
untuk pengobatan klinis atau untuk pengobatan primer yang tidak
memungkinkan dalam penggunaan terapi. Ketika laser
11
trabeculopati digunakan sebagai terapi primer, sebagian besar
pasien tidak lagi membutuhkan pengobatan untuk 1-2 tahun setelah
pengobatan. Bagaimanapun, studi klinis pada laser trabeculoplasti
menunjukkan hilangnya efek secara progresif.
5. Operasi Siklodekstruktif
Tujuan dari operasi siklodekstrutif adalah untuk merusak proses
siliari dan menurunkan produksi aqueous humor.
Selain laser dan operasi, beberapa gaya hidup (lifestyle) juga dapat
mempengaruhi tekanan intraokular pada pasien dengan POAG
(Primary open angle glaucoma). Kebiasaan dan lifestyle juga dapat
membantu mengatasi komplikasi progresif pada pasien dengan
glaucoma. Beberapa diantaranya adalah (Parikh, R.S dan Parikh,
S.R., 2011):
a) Faktor pemicu stress dapat menginduksi peningkatan
kortisol endogen dan katekolamin sehingga terjadi
perubahan respon imun yang dapat meningkatkan respon
intraokular. Sehingga, harus dipantau faktor yang dapat
memicu stress pasien baik dari psikososial ataupun
lingkungan.
b) Konsumsi kafein dengan konsentrasi tinggi juga
menunjukkan adanya peningkatan tekanan intraokular
sebesar 2-3 mmHg setelah 2 jam penkonsumsian kopi.
c) Konsumsi alkohol diketahui dapat menurunkan tekanan
intaokular setelah beberapa jam melalui efek osmotik.
Tetapi penggunaan dengan kadar yang tinggi secara
signifikan dapat meningkatkan tekanan intraokular.
d) Kegiatan olahraga juga memiliki keterkaitan dengan
tekanan intraokular. Beberapa studi menunjukkan bahwa
kegiatan aerobik dapat menurunkan tekanan intraokular.
e) Banyak konsumsi makanan yang bersifat antioksidan seperti
coklat dan teh hijau. Karena oksidatif stres dapat
menginduksi kerusakan outflow ke saraf optik.
12
f) Konsumsi Gingko biloba dan bilberry (berasal dari buah
bluberi) juga diketahui dapat menurunkan resiko glaucoma
karena keduanya sendiri memiliki aktivitas sebagai
neuroprotektor.
2.7.2 Terapi Farmakologi
Pengobatan disesuaikan pada temuan setiap pasien-TIO, lapang
pandang, dan tampakan diskus optikus- dan tipe glaukomanya.
Kebanyakan pasien dengan glaukoma sudut terbuka kronis dan diterapi
dengan obat dan tidak membutuhkan bedah untuk mengalirkan aqueus.
Tujuan dari pengobatan adalah mencegah peningkatan defek pada cup
disk atau lapang pandang. (Parikh, 2011).
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny. B
b. Alamat : Jakarta
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang
pandang dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur
dan sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya
atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan
dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume
Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang
menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatu, berkendaraan.
14
4. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Nyeri kronis b.d penekanan syaraf (D.0078)
b. DX 2: Gangguan persepsi sensorik b.d gangguan penglihatan
(D.00085)
c. DX 3: Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
d. DX 4: Koping tidak efektif b.d krisis situasional (D.0096)
15
3. Intervensi keperawatan
DX Kriteria hasil
16
7. Anjurkan menggunakan - Untuk mengurangi
analgesik secara tepat rasa nyeri
8. Ajarkan tehnik - Mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk dan dapat
mengurangi rasa nyeri mengalihkan perhatian
9. Obsevasi tekanan darah, - Mengidentifikasi
nadi dan pernapasan tiap kemajuan atau
24 jam jika klien tidak penyimpanan dari
menerima agens osmotik hasil yang diharapkan.
secara intravena dan tiap 2
jam jika klien menerima
agens osmotik intravena.
10. Observasi ketajaman — Mengidentifikasi
pengelihatan setiap waktu kemajuan atau
sebelum penetesan obat penyimpangan dari
mata yang diresepkan. hasil yang
diharapkan.
11. Kolaborasi: — Agens osmotik
Berikan obat mata yang intravena akan
diresepkan untuk menurunkan TIO
glaukoma dan beri tau dengan cepat. Agens
dokter jika terjadi osmitik bersifat
hipotensi, haluaran urin hiperosmolor dan
<24 ml/jam, nyeri pada dapat menyebabkan
mata tidak hilang dalam dehidrasi; manitol
waktu 30 menit setelah dapat mencetuskan
terapi obat, tajam hiperglikemis pada
pengelihatan turun terus pasien DM, tetes mata
menerus. miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
17
produksinya.
Pengobatan TIO
adalah esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
Berikan analgesik — Menghasilkan
narkotik yang diresepkan relaksasi umum dan
jika klien mengalami menurunkan
nyeri hebat dan evaluasi inflamasi
keefektifannya.
18
3. Tunjukkan pemberian - Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
menikuti jadwal, tidak
salah dosis.
4. Lakukan tindakan untuk - Menurunkan bahaya
membantu pasien yang keamanan sehubungan
mengalami keterbatasan dengan perubahan
penglihatan, contoh, lapang pandang atau
kurangi kekacauan,atur kehilangan
perabot, ingatkan memutar penglihatan dan
kepala ke subjek yang akomodasi pupil thd
terlihat; perbaiki sinar sinar lingkungan.
suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Kolaborasi
Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka:
- Obat miotik topikal ini
— Pilokarpin hidroklorida
menyebabkan
(Isoptocarpine,
konstriksi pupil,
OcuserPilo, pilopine HS
memudahkan
Gel).
keluarnya aqueus
humor.
— Timolol maleat
— Menurunkan
(Timoptic), betaksalol
pembentukan aqueus
(Betopic).
humor tampa
mengubah ukuran
pupil, pengelihatan,
atau akomodasi.
19
— Asetazolamid (diamox). — Menurunkan laju
Tipe sudut sempit: produksi aqueus
humor
— Miotik (sampai pupil
— Membuat kontraksi
dikonstriksikan).
otot sfingter iris,
mendalamkan bilik
anterior, dan
mendilatasi pembulu
keluar traktus selama
serangan
akut/sebelum
pembedahan.
— Menurunkan sekresi
— Inhibitor karbonik
aqueus humor dan
anhidrase, contoh
menurunkan TIO.
asetazolamid (diamox)
— Mungkin
— Dipivefrin hidroklorida
menguntungkan bila
(propine).
pasien tidak berespon
terhadap obata lain.
Bebas efek samping
seperti miosis,
pengelihatan kabur,
dan kebutaan malam.
20
aqueus humor bila
pengobatan lain
belum berhasil.
21
4. Ciptakan suasana — Menambah
terapeutik untuk kepercayaan pasien
menumbuhkan
kepercayaan
5. Anjurkan mengungkapkan — Memberikan
perasaan dan persepsi keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri
dalam menghadapi
masalah
6. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
22
Verbalisasi obat, contoh tetes mata. mempertahankan
menyalahkan orang Diskusikan obat yang konsistensi program
lain menurun harus dihindari, contoh obat adalah control
Verbalisasi midriatik, kelebihan vital. Beberapa obat
rasionalisasi pemakaian steroid topikal. menyebabkan dilatasi
kegagalan menurun pupil, peningkatan
TIO dan potensial
kehilangan
penglihatan tambahan.
5. Identifikasi efek
— Efek samping obat
samping/reaksi merugikan
dapat mempengaruhi
dari pengobatan
rentang dari ketidak
(penurunan nafsu makan,
nyamanan sampai
mual/muntah, kelemahan,
ancaman kesehatan
jantung tak teratur, dll).
berat. Kurang lebih
50% pasien akan
mengalami
sesitifitas/alergi
terhadap obat
parasimpatis (contoh
pilokarpin) atau obat
antikolinesterase.
Masalah ini
memerlukan evaluasi
medik dan
kemungkinan
perubahan program
terapi.
— Pola hidup tenang
6. Dorong pasien membuat
menurunkan respon
perubahan yang perlu
emosi terhadap stres,
untuk pola hidup.
mencegah perubahan
23
okuler yang
mendorong iris
kedepan, yang dapat
mencetuskan
serangan akut.
24
pengelihatan kabur,
kilatan sisnr di tengah
lapang pandang.
11. Anjurkan anggota - Kecenderungan
keluarga memeriksa herediter dangkalnya
secara teratur tanda bilik anterior,
glaukoma. menempatkan anggota
keluarga berisiko pada
kondisi ini.
4. Evaluasi
a. DX 1: keluhan:
S: Nyeri menurun
-Muntah menurun
-Mual menurun
b. DX 2: keluhan
S: Gangguan persepsi sensorik membaik
O: -Verbalisasi melihat bayangan meningkat
-Distorsi sensori meningkat
-Respon sesuai stimulus
c. DX 3: keluhan
25
S: Ansietas menurun
O: -Verbalisasi kebingungan menurun
-Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
-Kontak mata membaik
-Orientasi membaik
d. DX 4: keluhan
S: Status koping membaik
O: -Perilaku koping adaptif meningkat
-Verbalisasi pengakuan masalah meningkat
-Minat mengikuti perawatan/pengobatan meningkat
-Verbalisasi menyalahkan orang lain menurun
-Verbalisasi rasionalisasi kegagalan menurun
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Keimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati
4.2 Saran
27
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Edi S. 2006. Terapi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut dengan
Iridoplasti dan Iridotomi Laser. Departemen Ilmu Penyakit Mata, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
28