Askep Anak APENDISITIS - Agungtk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Nama:Agung triaji kurniawan

Npm :18.156.01.11.038
Kelas : 3B Keperawatan
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segara untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. ( wim de jong et al. 2005 )
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(apendisitis) (Suzanne, 2001).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan (Mansjoer, 2000).
Apendisitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7%
dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka ,
pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa.
Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering antara usia 10 dan
30 tahun (Suzanne, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 3 :
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local
2. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Appendistis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi

C. Etiologi
Terjadinya apendistis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
apendiks menghasilkan lender 1 – 2 ml per hari yang normanya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke kesekum. Hambatan aliran lender kemuara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi limfe, tumor
apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan penyumbatan.

D. Manifestasi Klinik
- Nyeri kuadran bawah
- Demam ringan
- Mual – muntah
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney
- Nyeri tekan lepas ( hasilnya atau intensitasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan )
- Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah
- Distensi abdomen akibat ileus paralitik
- Kondisi pasien memburuk
D. Patofisiologi
Pathway Apendisitis

Invasi dan multiplikasi Hipertermi Febris


bakteri

Peradangan pada Kerusakan control suhu


APPENDICITIS terhadap inflamsi
jaringan

Operasi Secresi mucus berlebih


pada lumen apendik

Luka incisi Ansietas

Apendic teregang
Kerusakan jaringan Pintu masuk kuman

Resiko infeksi
Ujung saraf terputus

Kerusakan integritas
Pelepasan prostagladin jaringan

Spasme dinding apendik Tekanan intraluminal


Stimulasi dihantaran
lebih dari tekanan vena

Spinal cord Nyeri Hypoxia jaringan


apendic
Nyeri di persepsikan
Cortex cerebri
ulcerasia
Resiko ketidakefektifan
perfusi gastrointestinal
Perforasi
Ansietas
Reflek batuk 
Akumulasi secret

 peristaltic usus Depresi system resperasi


Ketidakefektifan
Distensi abdomen bersihan jalan nafas

Gangguan rasa nyaman Anorexia


Ketidakseimbangan
Keterangan : :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen
kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan
pembuluh darah.

E. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit apendisitis menurut smeltzer & Bare, 2001 adalah :

1. Perforasi apendiks, disebabkan ketelambatan penanganan terhadap pasien apendisits


akut.
2. Peritonitis local, disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum
dikarenakan telah terjadi perforasi yang nyata.
3. Abses apendiks, akibat perforasi yang bersifat local dapat terjadi saat infeksi
periapendikal diliputi oleh omentum dan viseral yang berdekatan

F. Penunjang diagnostik

1. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit meningkat lebih 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75%
sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih
tinggi lagi.
a. Hb (hemoglobin) nampak normal
b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
c. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma
4. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien apendisitisis ditulis oleh harnawatiaj, 2008 :

1.      Penatalaksanaan Keperawatan pre operasi

Penderita di observasi, istirahat dalam posisi semifowler, sebelum operasi


klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis.Disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang pristiwa yang akan dialami setelah di operasi dan
diberikan latihan fisik ( pernapasan dalam, gerakan kaki dan duduk ) untuk digunakan
dalam periode post operatif.

2.      Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan apendisitis adalah :

a.       Apendektomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukan


sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dilakukan
dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

b.      Antibiotik dan cairan IV dapat diberikan sampai pembedahan dilakukan

c.       Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan dan setelah


operasi.

3.      Penatalaksanaan keperawataan pasca operasi

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya


perdarahan di dalam, syok, hipertermi, baringkan klien dalam posisi semifowler untuk
mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, berikan minum secara bertahap
setelah klien di puasakan, pemberian antibiotik, pemberian analgetik, pemberian
cairan intravena dapat diberikan sesuai indikasi, berikan makanan yang lunak,
anjurkan klien untuk mobilisasi miring kiri dan kanan, lakukan perawatan luka setelah
3 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS

A. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.

a. Identitas Pasien
Yaitu : mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan


bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah,
panas.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan pencernaan,


kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, sering mengalami
gangguan BAB seperti konstipasi.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muantah,
anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi, klien
merasa lemah, Pemulihan kesadaran.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Appendicitis bukan merupakan penyakit keturunan atau penyakit menular
seperi penyakit lainya.

e. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
 Warna Kulit
 Tekstur Kulit
2. Kuku
 Keadaan Kuku
 Warna
3. Kepala
 Bentuk kepala
 Kelainan
 Keadaan Rambut
 Kulit Kepala
4. Mata
 Sklera
 Konjungtiva
 Refleks cahaya
 Pupil
 Kelainan
5. Hidung
 Fungsi penciuman
 Bentuk
 Serumen
 Kelainan
6. Telinga
 Fungsi pendengaran
 Bentuk
 Keadaan
7. Mulut
 Fungsi pengecap
 Kebersihan gigi
 Kelainan bibir
8. Dada dan paru – paru
 Bentuk
 Frekuensi Napas
9. Abdomen
 Nyeri tekan
10. Genetalia
 Keadaan rectum
11. Kekuataan otot
 Reflek bisep
 Reflek trisep
 Reflek patella

B. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama,
perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses.
b. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Intervensi Rasional
-        Awasi tanda vital, perhatikan -        Dugaan adanya infeksi atau
demam, menggigil, berkeringat, terjadinya sepsis, abses, peritonitis
perubahan mental, meningkatkan nyeri
abdomen
-        Lakukan pencucian tangan yang -        Menurunkan resiko penyebaran
baik dan perawatan luka aseptik penyakit atau bakteri
-        Lihat insisi dan balutan -        Memberikan deteksi dini terjadi
nya proses infeksi dan pengawasan
penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya.

Diagnosa II
Intervensi Rasional
-        Awasi tekanan darah dan nadi -        Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intra vaskuler
-        Lihat membran mukosa, kaji turgor-        Indikator keadekuatan sirkulasi
kulit dan pengisian kapiler perifer dan hidrasi seluler
-        Awasi masukan dan haluaran; catat -        Penurunan haluaran urin pekat
warna urin atau konsentrasi, berat dengan peningkatan berat jenis di
jenis duga dehidrasi atau kebutuhan
peningkatan cairan.

Diagnosa III
Intervensi Rasional
-        Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik-        Berguna dalam pengawasan
beratnya (skala 0-10) keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
-        Pertahankan istirahat dengan posisi -        Gravitasi melokalisasi eksudat
semi-fowler inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis, menghilang-kan
tegangan abdomen
-        Dorong ambulasi dini -        Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.

Diagnosa IV
Intervensi Rasional
-        Kaji ulang pembatasan aktivitas -        Memberikan inflamasi pada
pasca operasi pasien untuk merencanakan
rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah
-        Dorong aktivitas sesuai tolerasi -        Mencegah kelemahan,
dengan periode istirahat periodik meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat
-        Anjurkan menggunakan laksatif -        Membantu kembali ke fungsi
atau pelembek feses ringan bila perlu usus semula
dan hindari enema
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “An. M” DENGAN DIAGNOSA
APENDISITIS

1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Idantitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tgl MRS : 21 Juli 2014
No RM : 122108
Alamat : Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pns
Hub dengan Pasien : Anak
Alamat : Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit dan di sertai mual.

3. Riwayat Keshatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan orang tuanya ke Rs. Bhayangkara Palembang melalui
IGD Pada tanggal 21 Juli 2014 17.00 dengan nyeri perut sebelah kanan sejak
30 menit sebelum masuk rumah sakit dan di sertai mual.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien pernah mengeluh seperti ini beberapa bulan yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
apendisitis. .

4. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos Metis
b. Tanda – Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
 Suhu : 36 ◦c
 Nadi : 90 x/ menit
 Respirasi : 24 x/ menit
c. Penampilan umum : Pasien terlihat menahan sakit perut.

5. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
 Warna Kulit : Sawo matang
 Tekstur Kulit : lembab
2. Kuku
 Keadaan Kuku : Bersih
 Warna : Putih
3. Kepala
 Bentuk kepala : Simetris
 Kelainan : Tidak ada kelainan
 Keadaan Rambut : Bersih
 Kulit Kepala : Bersih
4. Mata
 Sklera : Anikterik
 Konjungtiva : Ananemis
 Refleks cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan
reflek cahaya mata pasien langsung berkedip.
 Pupil : Normal, ditandai ketika ada cahaya
pupil mengecil
 Kelainan : Tidak ada
5. Hidung
 Fungsi penciuman : Normal
 Bentuk : Simetris
 Serumen : Sedikit
 Kelainan : Tidak ada
6. Telinga
 Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar
pertanyaan.
 Bentuk : Sismetris
 Keadaan : Bersih
7. Mulut
 Fungsi pengecap : Normal
 Kebersihan gigi : Bersih
 Kelainan bibir : Tidak ada
8. Dada dan paru – paru
 Bentuk : Simetris
 Frekuensi Napas : 24 x/menit
9. Abdomen
 Nyeri tekan : Tidak ada
10. Genetalia
 Keadaan rectum : Bersih
11. Kekuataan otot
 Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa
dengan reflek hammer ada pergerakan.
 Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa
dengan reflek hammer terjadi pergerakan.
 Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan.
12. Aktivitas Sehari – hari

No Jenis Aktuvitas Saat Sehat / Di Saat Sakit / Di RS


. Rumah
1. Nutrisi
 Frekuensi 3 x 1 3 x 1 hari
 Jenis makanan sehari Bubur
nasi putih + Lauk pauk

 Porsi makanan + sayur 1/2 dari porsi


1 porsi yang disediakan

 Kesulitan -
-
2. Minum
 Jenis air minum Mineral / air putih Air putih
 Frekuensi 8 gelas < 8 gelas

 Kesulitan - -

3. Personal hygiene
 Frekuensi mandi 3 x 1 sehari Dengan Handuk
 Sikat gigi 2 x 1

 Frekuensi sehari

keramas 2 x 1 sehari

4. Eliminasi
A. Eliminasi fecal
 Warna urine Kuning Kuning
 Konsistensi urine Lembek Lembek

 Kelainan - -

B. Euminasi urine
 Warna urine Kuning Kuning
Jernih Jernih
 Konsintensi urine
- -
 Kelainan
5. Istirahat / tidur
 Mulai tidur 21.00 23.00
 Lamanya tidur 8 jam 6 jam

 Sering terjaga - Sering dikarenan


nyeri di perut serta
mual dan muntah

13. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Jenis
No Tanggal Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
1. Kamis, 21 Juli HB 13,7 L = 14 -16 G/dl
2014 P = 12 – 14 g/dl
Leokosit 20.800 5.000-10.000/ul
Trombosit 311.000 150.000 – 400.00 /ul
Hematokrit 39 % L = 40 – 48 %
P = 40 – 45 %
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1–3%
Batang 1 2–6%
Segmen 83 50 – 70 %
Limfosit 14 20 – 40 %
Monosit 2 2–8%

2. Program terapi yang diberikan


Infus RL + 1 ampl ketrolac gtt 20 x/menit
Metronidazole fluid 2 x 1

Injeksi Intra vena


1. Ceftrixone 2 x 1 gr

6. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
.
1. DS: Klien mengatakan mual Menurun peristaltic Risiko
dan muntah usus Kekurangan
DO: - Kl
 Volume Cairan
ien tampak mual dan
Distensi abdomen
muntah

- Kl
Gangguan rasa
ien tampak pucat
nyaman
- T

TV
Mual dan muntah
T = 120 / 80 mmHg

RR = 24 x/mnt
Risiko kekurangan
S = 36 ˚C
volume
N = 90 x/mnt

7. Masalah Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan

8. Prioritas Masalah
1. Kekuranagn volume cairan

9. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi.

2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Risiko Kekurangan Mempertahankan -       Mengkaji -       Tanda yang
volume cairan, keseimbangan Tekanan darah membantu
berhubungan cairan dibuktikan mengidentifikasi
dengan muntah pra oleh   . fluktuasi volume
operasi, kelembaban intra vaskuler
pembatasan pasca membrane mukosa,
operasi. tugor kulit baik, -     Lihat membran Indikator
tanda-tanda vital mukosa, kaji keadekuatan
dan secara turgor kulit dan sirkulasi perifer
individual haluaran. pengisian kapiler dan hidrasi seluler

Awasi masukan Penurunan


dan haluaran; haluaran urin pekat
catat warna urin dengan
atau konsentrasi, peningkatan berat
berat jenis jenis di duga
dehidrasi atau
kebutuhan
peningkatan cairan
Beri cairan
sedikit demi Untuk
sedikt meminimalkan
cairan yang hilang

1. Evaluasi dan Implemantasi Keperawatan

No Tanggal Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
1 22 Juli Risiko - Mengakaji TTv S : Klien masih
2014 Kekurangan mengeluh mual
volume cairan, - Memperhatikan dan muntah
berhubungan membran
dengan muntah mukosa, kaji O : Klien
pra operasi, turgor kulit. tampak pucat
pembatasan - Klien masih
- Mengajarkan
pasca operasi. terlihat
klien utuk
masih
memberikan
terbaring
cairan sedikit
- Wajah klien
demi sedikit
tampak
pucat

T = 120/80
mmHg
N = 90 x/mnt
R = 24 x/mnt
S = 36 ◦C

A : Masalah
belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.

Mansjoer, A.  (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep  Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta :
EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC

Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai