Askep Anak APENDISITIS - Agungtk
Askep Anak APENDISITIS - Agungtk
Askep Anak APENDISITIS - Agungtk
Npm :18.156.01.11.038
Kelas : 3B Keperawatan
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segara untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. ( wim de jong et al. 2005 )
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(apendisitis) (Suzanne, 2001).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan (Mansjoer, 2000).
Apendisitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7%
dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka ,
pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa.
Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering antara usia 10 dan
30 tahun (Suzanne, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 3 :
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local
2. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Appendistis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi
C. Etiologi
Terjadinya apendistis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
apendiks menghasilkan lender 1 – 2 ml per hari yang normanya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke kesekum. Hambatan aliran lender kemuara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi limfe, tumor
apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan penyumbatan.
D. Manifestasi Klinik
- Nyeri kuadran bawah
- Demam ringan
- Mual – muntah
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney
- Nyeri tekan lepas ( hasilnya atau intensitasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan )
- Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah
- Distensi abdomen akibat ileus paralitik
- Kondisi pasien memburuk
D. Patofisiologi
Pathway Apendisitis
Apendic teregang
Kerusakan jaringan Pintu masuk kuman
Resiko infeksi
Ujung saraf terputus
Kerusakan integritas
Pelepasan prostagladin jaringan
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen
kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan
pembuluh darah.
E. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit apendisitis menurut smeltzer & Bare, 2001 adalah :
F. Penunjang diagnostik
1. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit meningkat lebih 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75%
sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih
tinggi lagi.
a. Hb (hemoglobin) nampak normal
b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
c. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma
4. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien apendisitisis ditulis oleh harnawatiaj, 2008 :
2. Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan apendisitis adalah :
A. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.
a. Identitas Pasien
Yaitu : mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muantah,
anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi, klien
merasa lemah, Pemulihan kesadaran.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Warna Kulit
Tekstur Kulit
2. Kuku
Keadaan Kuku
Warna
3. Kepala
Bentuk kepala
Kelainan
Keadaan Rambut
Kulit Kepala
4. Mata
Sklera
Konjungtiva
Refleks cahaya
Pupil
Kelainan
5. Hidung
Fungsi penciuman
Bentuk
Serumen
Kelainan
6. Telinga
Fungsi pendengaran
Bentuk
Keadaan
7. Mulut
Fungsi pengecap
Kebersihan gigi
Kelainan bibir
8. Dada dan paru – paru
Bentuk
Frekuensi Napas
9. Abdomen
Nyeri tekan
10. Genetalia
Keadaan rectum
11. Kekuataan otot
Reflek bisep
Reflek trisep
Reflek patella
B. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama,
perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses.
b. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Intervensi Rasional
- Awasi tanda vital, perhatikan - Dugaan adanya infeksi atau
demam, menggigil, berkeringat, terjadinya sepsis, abses, peritonitis
perubahan mental, meningkatkan nyeri
abdomen
- Lakukan pencucian tangan yang - Menurunkan resiko penyebaran
baik dan perawatan luka aseptik penyakit atau bakteri
- Lihat insisi dan balutan - Memberikan deteksi dini terjadi
nya proses infeksi dan pengawasan
penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya.
Diagnosa II
Intervensi Rasional
- Awasi tekanan darah dan nadi - Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intra vaskuler
- Lihat membran mukosa, kaji turgor- Indikator keadekuatan sirkulasi
kulit dan pengisian kapiler perifer dan hidrasi seluler
- Awasi masukan dan haluaran; catat - Penurunan haluaran urin pekat
warna urin atau konsentrasi, berat dengan peningkatan berat jenis di
jenis duga dehidrasi atau kebutuhan
peningkatan cairan.
Diagnosa III
Intervensi Rasional
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik- Berguna dalam pengawasan
beratnya (skala 0-10) keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
- Pertahankan istirahat dengan posisi - Gravitasi melokalisasi eksudat
semi-fowler inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis, menghilang-kan
tegangan abdomen
- Dorong ambulasi dini - Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.
Diagnosa IV
Intervensi Rasional
- Kaji ulang pembatasan aktivitas - Memberikan inflamasi pada
pasca operasi pasien untuk merencanakan
rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah
- Dorong aktivitas sesuai tolerasi - Mencegah kelemahan,
dengan periode istirahat periodik meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat
- Anjurkan menggunakan laksatif - Membantu kembali ke fungsi
atau pelembek feses ringan bila perlu usus semula
dan hindari enema
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “An. M” DENGAN DIAGNOSA
APENDISITIS
1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Idantitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tgl MRS : 21 Juli 2014
No RM : 122108
Alamat : Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit dan di sertai mual.
3. Riwayat Keshatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan orang tuanya ke Rs. Bhayangkara Palembang melalui
IGD Pada tanggal 21 Juli 2014 17.00 dengan nyeri perut sebelah kanan sejak
30 menit sebelum masuk rumah sakit dan di sertai mual.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien pernah mengeluh seperti ini beberapa bulan yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
apendisitis. .
4. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos Metis
b. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Suhu : 36 ◦c
Nadi : 90 x/ menit
Respirasi : 24 x/ menit
c. Penampilan umum : Pasien terlihat menahan sakit perut.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Warna Kulit : Sawo matang
Tekstur Kulit : lembab
2. Kuku
Keadaan Kuku : Bersih
Warna : Putih
3. Kepala
Bentuk kepala : Simetris
Kelainan : Tidak ada kelainan
Keadaan Rambut : Bersih
Kulit Kepala : Bersih
4. Mata
Sklera : Anikterik
Konjungtiva : Ananemis
Refleks cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan
reflek cahaya mata pasien langsung berkedip.
Pupil : Normal, ditandai ketika ada cahaya
pupil mengecil
Kelainan : Tidak ada
5. Hidung
Fungsi penciuman : Normal
Bentuk : Simetris
Serumen : Sedikit
Kelainan : Tidak ada
6. Telinga
Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar
pertanyaan.
Bentuk : Sismetris
Keadaan : Bersih
7. Mulut
Fungsi pengecap : Normal
Kebersihan gigi : Bersih
Kelainan bibir : Tidak ada
8. Dada dan paru – paru
Bentuk : Simetris
Frekuensi Napas : 24 x/menit
9. Abdomen
Nyeri tekan : Tidak ada
10. Genetalia
Keadaan rectum : Bersih
11. Kekuataan otot
Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa
dengan reflek hammer ada pergerakan.
Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa
dengan reflek hammer terjadi pergerakan.
Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan.
12. Aktivitas Sehari – hari
Kesulitan -
-
2. Minum
Jenis air minum Mineral / air putih Air putih
Frekuensi 8 gelas < 8 gelas
Kesulitan - -
3. Personal hygiene
Frekuensi mandi 3 x 1 sehari Dengan Handuk
Sikat gigi 2 x 1
Frekuensi sehari
keramas 2 x 1 sehari
4. Eliminasi
A. Eliminasi fecal
Warna urine Kuning Kuning
Konsistensi urine Lembek Lembek
Kelainan - -
B. Euminasi urine
Warna urine Kuning Kuning
Jernih Jernih
Konsintensi urine
- -
Kelainan
5. Istirahat / tidur
Mulai tidur 21.00 23.00
Lamanya tidur 8 jam 6 jam
6. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
.
1. DS: Klien mengatakan mual Menurun peristaltic Risiko
dan muntah usus Kekurangan
DO: - Kl
Volume Cairan
ien tampak mual dan
Distensi abdomen
muntah
- Kl
Gangguan rasa
ien tampak pucat
nyaman
- T
TV
Mual dan muntah
T = 120 / 80 mmHg
RR = 24 x/mnt
Risiko kekurangan
S = 36 ˚C
volume
N = 90 x/mnt
7. Masalah Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
8. Prioritas Masalah
1. Kekuranagn volume cairan
9. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi.
2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Risiko Kekurangan Mempertahankan - Mengkaji - Tanda yang
volume cairan, keseimbangan Tekanan darah membantu
berhubungan cairan dibuktikan mengidentifikasi
dengan muntah pra oleh . fluktuasi volume
operasi, kelembaban intra vaskuler
pembatasan pasca membrane mukosa,
operasi. tugor kulit baik, - Lihat membran Indikator
tanda-tanda vital mukosa, kaji keadekuatan
dan secara turgor kulit dan sirkulasi perifer
individual haluaran. pengisian kapiler dan hidrasi seluler
T = 120/80
mmHg
N = 90 x/mnt
R = 24 x/mnt
S = 36 ◦C
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.
Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC