Artikel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :

POST OP APENDIKTOMI HARI KE– 0 PADA Ny. S DI RUANG


BOUGENVILE RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Karya Tulis Ilmiah

MUKHAMMAD SUFIAN
(2016200091)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2019

1
2

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :


POST OP APENDIKTOMI HARI KE– 0 PADA Ny. S DI RUANG
BOUGENVILE RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Mukhammad Sufian (2019)


1
Muhammad Fahrusrozi,2Paima

Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Sains Al-Qur’an


Kata kunci : 1appendiksitis,2nyeri akut,3kerusakan integritas jaringan

ABSTRAK
Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umabai cacing
(appendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Hasil pengkajian diperoleh masalah nyeri akut, defisiensi pengetahuan dan
kerusakan integritas jaringan. Intervensi yang disusun untuk mengatasi nyeri akut
adalah menejemen nyeri dan pemberian analgesik, untuk masalah defisiensi
pengetahuan adalah pengajaran proses penyakit sedangkan untuk kerusakan
integritas jaringan adalah perlindungan infeksi, perawatan luka dan penyembuhan
luka. Dari ketiga masalah tersebut semua teratasi sesuai acuan indikator yang telah
dicantumkan.
1
Dosen program studi DIII keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas sains
al-qur,an jawa tengah di wonosobo.
2
Perawat RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
ABSTRACT
Appendiksitis is an inflammation of an infection on appendicitis or umabai worms
(appendiks). These infections could lead to acute inflammation so that action
needed surgery immediately to prevent any complications that is generally
dangerous.. By using problems nursing in this case study covering acute pain ,
deficiency knowledge and damage integrity tissue. Intervention who were
conceived to overcome acute pain is management pain and the provision of
analgesic , to issue deficiency knowledge is teaching disease processes while for
damages integrity tissue is protection infection , the treatment of injuries and
healing of a wound. The problem of third all sorted out in accordance reference
indicators that have been included.

1
lecturer Of DIII Department Of Nursing Faculty Of Health Sciences, University
Of Science Al_Qur’an Central Java In Wonosobo
2
nurse District General Hospital Krt Setjonegoro Wonosobo
3

A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis. Apendiks
vermiformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar
pensil dengan panjang 2 – 6 inci di daerah iliaka kanan, di bawah titik Mc
burney (Jamil, 2009. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan
resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi
dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu
memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis.
Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian
juga akan memberikan 2 respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari
perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba - tiba datang pada abdomen
kanan bawah (Tzanakis, 2010).
Apendisitis dapat dikenal sebagai kondisi menyakitkan yang memiliki
50,1% skor nyeri konsisten dengan sakit parah dan nyeri sedangan dengan
skor 40,9% dalam nyeri sedang sampai berat pada usus buntu manajeman
optimal adalah memberikan analgetik (Robb, 2016). Pada penderita
apendisitis biasanya pasien merasakan mual, muntah dan terdapat nyeri tekan
ada bagian 3 periumbilikal, rasa sakit akan bertambah apa bila pasien
terlambat penanganannya usus dapat menjadi bengkak, busuk dan pecah
(Wasis dan Yuli, 2010).
Menurut WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi
apendiksitis di dunia tahun 2010 mencapai 27% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia atau 6.647.186.407 jiwa. Dan insidensi apendiksitis di Asia
4,8%. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan insidensi
apendiksitis akut tertinggi sebanding dengan jumlah penduduknya yang
paling banyak dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari sekitar 238.452.952 penduduk Indonesia, 596.132
orang diantaranya menderita apendiksitis akut.( Stacrose.2009 ).
Survey di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah
apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
4

meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak


3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di Jakarta yang dirawat
di rumah sakit akibat apendisitis (Depkes RI, 2013). Kementrian Kesehatan
menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal
dan nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat
(Depkes RI, 2013). Dinas kesehatan Jawa tengah menyebutkan pada tahun
2014 jumlah kasus apendisitis sebanyak 1.355 penderita, dan 190 penderita
diantaranya menyebabkan kematian. (Depkes RI, 2013). Dari rekam medik
mulai bulan Februari-maret (2019) RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo ada
33 yang mempunyai masalah appendiksitis.
Berdasarkan hasil diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Apendiktomi
Hari Ke– 0 Pada Tn/Ny.X Di Ruang Bedah Rsud Krt Setjonegoro Wonosobo”
B. Tujuan Studi kasus
1. Tujuan Umum
Menggali/mempelajari asuhan keperawatan pada pasien Tn/Ny x post op
Apendiktomi Hari Ke-0 di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali pengkajian keperawatan pada pasien Tn/Ny x post op
Apendiktomi Hari Ke-0 di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
b. Menggali diagnosa keperawatan pada pasien Tn/Ny x ost op
Apendiktomi Hari Ke-0 di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
c. Menggali perencanaan keperawatan pada pasien Tn/Ny x post op
Apendiktomi Hari Ke-0 di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
d. Menggali implementasi pada pesien Tn/Ny x post op Apendiktomi Hari
Ke-0 di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
5

e. Menggali evaluasi pada pasien tn/ny x post op Apendiktomi Hari Ke-0


di Ruang Bedah RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
C. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan
waktu operasi bedah, lama rawat inap, biaya antara Laparoskopi
Apendiktomi dengan Apendiktomi Terbuka dan derajat nyeri pasien setelah
operasi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis Hasil pada penelitian ini diharapkan untuk pasien sebagai
pertimbangan untuk melakukan terapi pada kasus apendisitis akut maupun
kronis dalam hal Apendiktomi. Terbuka,sehingga dapat membantu
memantapkan keputusan pasien nuntuk melakukan operasi.
a. Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada pasien
post operasi appandiktomi.
b. Pendidikan Keperawatan
Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan bedah, serta dapat
digunakan sebagai pengetahuan dan wacana tentang perkembangan
ilmu keperawatan bedah.
c. Penulis
Bermanfaat bagi penulis dalam mengevaluasi tindakan keperawatan
yang telah diberikan pada pasien post operasi appendiktomi
d. Pasien
Pasien dapat mengetahui bahaya jika tidak dilakukan apendiktomi dan
pasien Mampu mengambil keputusan untuk dilakukan apendiktomi.
D. Definisi Operasional Fokus Studi
Asuhan keperawatan apendiktomi adalah tindakan oprasi yang dilakukan
kepada pasien apendiksitis yang selanjutnya di lakukan perawatan post oprasi
6

agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas oprasi, dan melakukan menejemen
nyeri untuk mengurangi nyeri pada pasien.
E. Metode Pengumpulan Data
Preosedur pengumpulan data pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: post op apendik adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Penulis akan menanyakan secara langsung kepada pasien ataupun kelurga
mengenai keluhan yang pasien rasakan juga meminta persetujuan untuk
dilakukan tindakan asuhan keperawatan.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Penulis akan melakukan observasi dan pengkajian fisik terhadap masalah
atau sistem yang tergangung sehingga dapat mendukung penegakan
diagnosa keperawatan untuk membuat intrvensi yang sesuai dengan
masalah yang pasien alami.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi didapatkan dari catatan keperawatan, rekam medis dan
pemeriksaan penunjang
F. Uji Keabsahan Data
Sebelum melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op
penulis terlebih dahulu akan memvalidasi data yang di peroleh dari wawancara,
obsevasi dan pemeriksaan fisik, serta studi dokumentasi kepada pihak kelurga,
pasien, dan perawat yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti.
G. Tempat dan waktu
Studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi
apendiktomi dilakukakan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo mulai dari
tanggal 20 MEI 2019 – 20 JUNI 2019.
H. Analisa Data dan Penyajian Data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menggali informasi dan
menggunakan berbagai metode yaitu observasi (data yang di kumpulkan
berdasarkan pengamatan), wawancara (bertujuan untuk mendapatkan respon
dari pasien dengan cara tatap muka). Penyajian data dari hasil studi kasus secara
7

deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan dan menggambarkan secara lengkap


dimulai dari pengumpulan data (pengkajian), merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan data yang diperoleh, merencanakan tindakan yang
akan dilakukan, melakukan tindakan yang telah direncanakan dan menilai
keefektifan tindakan yang telah dilakukan dengan evaluasi.Setelah di
dapatkanya hasil yang di peroleh dari responden penulis akan membuat
kesimpulan dengan metode induksi
I. Etika Studi Kasus
Beberapa etika yang harus dilakukan oleh peneliti dalam melakukan studi
kasus ini terdiri dari:
1. Informed concent (lembar persetujuan)
Penulis memberikan informed concentuntuk mengevaluasi kesediaan
pasien dalam pelaksanaan studi kasus. Memberikan penjelasan kepada klien
tentang tujuan dari studi kasus, prosedur studi kasus, durasi keterlibatan
klien, dan hak-hak klien serta diharapkan dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan studi kasus ini, dan diperkenankan kepada klien untuk
menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan penulis merahasiakan
identitas klien dengan tidak mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data tetapi hanya cukup dengan kode atau inisial nama depan
klien, dari masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam penelitian, semua data-data responden akan dijamin semua
kerahasiaannya olehn peneliti..
J. Pembahasan
Kesenjangan antara teori dan praktek merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipungkiri. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik pada masing-
masing pasien. Dalam bab ini penulis akan membahas hasil pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Post Operasi Appendixsitis hari ke- 0 Pada Ny. S Di
Ruang Bougenvil Di RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO. Asuhan
8

keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,


implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian di lakukan pada pasien Ny. S dengan Post Operasi
Appendixsitis hari ke- 0, dengan hasil terdapat data-data yang dapat
digunakan untuk menegakan masalah keperawatan yang sesuai dengan
batasan karakteristik yang ada (Herdman, 2015). Adapun data yang
ditemukan pada keluhan utama pasien adalah pasien mengekspresikan
perilaku yang mengindikasikan nyeri luka post operasi, sejak 3 jam setelah
operasi, seperti ter sayat- sayat, pada perut, skala 7, nyeri hilang timbul,
belum pernah meraakan nyeri seperti sekarang, ekspresi wajah pasien
tampak tidak nyaman, hasil ini sama dengan teori Kholid (2013) yang
menyebutkan bahwa keluhan pada pasien post operasi appendiksitis
adalah nyeri.
Pada defisiensi pengetahuan didapatkan data pasien mengatakan tidak
mengatakan tidak mengetahui sakitnya adalah apendiksitis, setelah
dilakukan operasi pasien baru mengetahui apa yang diderita yaitu
appendiksitis setelah diberitahu oleh perawat. Hal ini terjadi karena
kuragngnya informsi yang masuk ke pasien, tempat tinggal yang jauh dari
sumber-sumber informasi tentang kesehatan, seperti yang telah dijelaskan
oleh Saputro dan Fazrin (2017) bahwa pasien dengan defisiensi
pengetahuan akan terlihat bingung dan akan bertanya-tanya seperti apa
penyakit yang diderita karena kurangnya informasi yang didapatkannya.
Selanjutnya pada kerusakan integritas jaringan di dapatkan hasil
pengkajian pasien merasa panas dan nyeri pada sekitar luka operasinya ,
terdapat balutan luka oprasi dengan panjang kurang lebih 20 cm vertikal,
terdapat yeri tekan pada sekitar balutan luka operasi, balutan kemerahan
karna bitadin,tidak bau busuk. Hal ini sesuai dengan teori (Wijaya & Putri,
2013) yang menyebutkan bahwa terdapat panas dan nyeri pada sekitar luka
operasi.
2. Diagnosa keperawatan
9

Menurut Herdman (2015), nyeri akut adalah pengalaman sensori dan


emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association For The Story Of Pain); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi. Berdasarkan hasil pengkajian maka penulis
mendapatkan kesamaan dan kesenjangan antara tinjauan dan teori dengan
hasil di lapangan. Batasan karakteristik yang ditemukan pada pasien
dengan masalah keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut: Ekspresi
wajah merintih, gelisah, seorang individu yang mengalami nyeri akan
menunjukkan respon yang abnormal. Hal utama yang diamati perawat
adalah respon verbal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh
melindungi area nyeri, ekspresi wajah menunjukkan karakteristik serta
meringis. Gerakan tubuh dapat menunjukkan karakteristik perasaan
gelisah, imobilitas, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan
dan gerakan melindungi bagian tubuh yang nyeri (Andarmoyo,2013). Hal
ini dibuktikan dengan data pasien yang mengekspresikan perilaku
mengindikasikan nyeri luka post operasi, sejak 3 jam setelah operasi, nyeri
timbul saat bergerak, seperti ter sayat- sayat, pada perut, skala 7, nyeri
hilang timbul, ekspresi wajah pasien tampak tidak nyaman.
Batasan karakteristik yang tidak ditemukan pada pasien post operasi
Apendiksitis dengan masalah keperawatan nyeri akut yaitu: putus asa,
fokus pada diri sendiri, fokus penyempit (gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir), perubahan selera makan, nyeri dapat bersifat
mendominasi yang mengganggu kemampuan individu berhubungan
dengan orang lain dan perawat. Diagnosa yang muncul adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik: post operasi apendiksitis. Penulis
mengambil diagnosa nyeri akut karena nyeri yang dirasakan kurang dari 6
bulan, sedangkan penulis mengambil faktor yang berhubungan adalah
agen cidera fisik dikarenakan pasien mendapatkan stimulasi berupa
mekanik yakni berupa pembedahan yang menyebabkan reseptor
10

(nosseptor) yang merupakan ujung-ujung syaraf yang bebas pada kulit


berespon terhadap stimulus dan kemudian ditransmisikan serat afferent ke
medulla spinalis melalui dorsal horn, dimana disini implus akan
bersinapsis disubstansia gelatinosa. Implus kemudian menyebrang ke atas
melewati traktus spinothalamus anterior dan lateral dan dibawa ke
thalamus sehingga individu dapat mempresepsikan, menggambarkan,
melokalisasi, menginterprestasikan dan mulai berespon terhadap nyeri
(Prasetyo, 2010).
Menurut Herdman (2015), defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan
atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu,
penulis mengambil faktor yang berhubungan kurang informasi. Penulis
mengambil diagnosa kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi diagnosa tersebut sesuai dengan kondisi pasien
dilapangan. Batasan karakteristik yang ada sesuai dengan yang sebutkan
menurut Donsu (2017) menyebutkan bahwa pasien dengan dengan
defisiensi pengetahuan akan selalu kebingungan dan bahkan akan
menimbulkan kecemasan, dibuktikan dengan data pasien mengatakan
tidak mengetahui sakitnya yang sekarang harus dioperasi, karena yang
pasien ketahui adalah sakit perut biasa seperti penyakit magh. Pasien
tampak bingung saat ditanya sakitnya adalah apendiksitis. Pasien baru
mengetahui bahwa sakit yang diderita adalah appendiksitis setelah pasien
dioperasi, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang didapat oleh
pasien, serta kurangnya sumber-informasi yang masuk ke pasien karena
tempat tinggal pasien yang jauh dari tempat kesehatan.
Menurut Herdman (2015), kerusakan integritas jaringan adalah Cidera
pada membrane mukosa, kornea, sistem integument, fascia muscular, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan ligamen. Etiologi yang
digunakan penulis adalah proses bedah karena pasien telah melakukan
operasi. Diagnosa ketiga yang muncul adalah kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan proses bedah. Diagnosa ini sesuasi dengan teori dan
kondisi pasien dilapangan dimana dibuktikan dengan pasien merasa panas
11

dan nyeri pada sekitar luka operasinya, terdapat balutan luka oprasi dengan
panjang kurang lebih 20 cm vertikal, terdapat yeri tekan pada sekitar
balutan luka operasi, balutan kemerahan karna bitadin,tidak bau busuk.
Penulis mengambil diagnosa ini karena sesuai dengan pendapat Asikin
(2016) yang menyatakan bahwa kerusakan integritas jaringan pasca
pembedahan perlu diperhatikan karena untuk meningkatkan drainase vena
dan menurunkan edema, kecuali pada keadaan dimana terjadi hambatan
aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik:
post operasi menjadi prioritas utama, karena pasien belum pernah
mengalami nyeri seperti ini. Nyeri pada pasien merupakan keluhan utama
berdasarkan pada hirarki Maslow yang memprioritaskan kebutuhan
fisiologis yang dilanjutkan dengan rasa nyaman, sehingga nyeri harus
segera ditangani agar tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dan
kebutuhan untuk melakukan gerakan dari tindakan (Potter dan Perry,
2016). Hal ini juga diungkapkan oleh Carpenito (2016) bahwa bila nyeri
tidak segera ditangani, pasien akan malas untuk melakukan aktifitas dan
mengakibatkan rasa tidak nyaman pada pasien.
Masalah keperawatan prioritas kedua adalah defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi. Masalah keperawatan prioritas
yang ketiga adalah kerusakan itegritas jaringan berhubungan dengan
prosedur bedah.
3. Intervensi
Intervensi adalah perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
menangani masalah. Pada tahap ini penulis akan melakukan intervensi
dengan menggunakan tujuan yang akan digunakan sebagai acuhan dalam
menentukan hasil, adapun tujuan yang penulis ambil untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut sesuai dengan NOC (Nursing Outcome
Classification) yaitu yang pertama penulis mengambil kontrol nyeri untuk
menjadi indikator acuan bagi penulis dan pasien seberapa jauh pasien
dapat mengontrol rasa nyeri secara mandiri: mengenali kapan nyeri terjadi,
12

yang kedua penulis mengambil tingkat nyeri supaya penulis dan pasien
dapat mengetahui keparahan nyeri yang dirasakan atau dilaporkan
pasien:ekspresi wajah nyeri dan nyeri yang dilaporkan (Moorhead, 2016).
Diambil dengan tujuan agar skala nyeri pada pasien menurun, hal ini
penulis ambil karena jika nyeri tidak dikurangi atau dihilangkan akan
dapat mengubah kualitas hidup yang nyata, hubungan dengan orang lain
dan kemampuan merawat diri (Haryono, 2013). Alasan tindakan dilakukan
3x24 jam dengan nilai indikator yang telah ditentukan karena untuk
tindakan keperawatan jika dilakukan 1x24 jam nyeri yang dirasakan oleh
klien belum teratasi karena hasil yang diharapkan belum maksimal. Nyeri
yang mengakibatkan kerusakan jaringan lokal dengan disertai keluarnya
bahan yang merangsang rasa nyeri seperti serotonin, prostaglandin,
bradylinin. Hal tersebut dapat lebih parah tanpa adanya tindakan
keperawatannya sehingga pasien merasa kesakitan akibat tindakan operasi
(Fitrianingrum, 2013). Rencana keperawatan yang diambil dari NIC
(Nursing Intervention Classification) yang pertama yaitu managemen
nyeri tindakan yang diambil adalah lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitan, intensitas dan beratnya nyeri dan faktor pencetusnya, monitor
tanda-tanda vital klien, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi
relaksasi). dan pemberian analgesik tindakan yang diambil oleh penulis
adalah kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian,
atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesik, dipilih bertujuan untuk mengurangi tingkat nyeri sampai
pasien merasa nyaman (Bullecheck G, dkk, 2016). Intervensi manajemen
nyeri dan pemberian analgesik penulis ambil karena sesuai dengan
pendapat Rachmawati (2018) nyeri merupakan masalah di semua area
keperawatan, praktik manajemen nyeri yang baik yaitu yang terintegrasi
dengan mengkombinasikan medikasi analgesik dengan adjuvant non-
farmakologis, asuhan keperawatan yang cermat dan partisipasi pasien.
13

Penulis pada indikator untuk mengontrol nyeri tidak mengambil


menggambarkan faktor penyebab, tidak bisa istirahat, kehilangan nafsu
makan panjangnya episode nyeri karena pasien telah mengetahui nyeri
muncul karena sayatan pasca operasi, pasien tetap bisa istirahat, nafsu
makan pasien tidak ditemukan berkurang, serta pasien telah mengerti
nyerinya hilang timbul (Moorhead,2016) . Selanjutnya pada rencana
tindakan penulis tidak menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan klien terhadap
nyeri pada menejemen nyeri karena pasien telah bisa mengungkapkan
seperti apa nyerinya dan seberapa nilai nyerinya (Bullecheck, 2016)
Untuk mengatasi masalah keperawatan yang kedua yaitu defisiensi
pengetahuan penulis menggunakan tujuan sesuai dengan NOC (Nursing
Outcome Classification) yaitu pengetahuan: proses penyakit menjadi
indikator acuan bagi penulis dan pasien seberapa jauh pasien dapat
mengetahui tentang penyakit yang diderita: karakter spesifik penyakit,
tanda dan gejala penyakit, sumber-sumber penyakit (Moorhead, 2016).
Alasan tindakan dilakukan 2x24 jam dengan nilai indikator yang telah
ditentukan karena pasien perlu dikaji ulang setelah diberikan informasi
1x24 jam untuk mengetahui hasil yang diharapkan. Rencana keperawatan
yang diambil dari NIC (Nursing Intervention Classification) yakni
pengajaran:proses penyakit dipilih bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang proses penyakit yang diderita (Bullecheck G, dkk,
2016). Berikut beberapa tindakan yang dilakukan oleh penulis untuk
meningkatkan pengetahuan pasien atau untuk mengtasi masalah defisiensi
pengetahuan adalah kaji tingkat pengetahuan pasien, jelaskan tanda dan
gejala yang umum terjadi, sesuai kebutuhan, berikan informasi kepada
pasien tentang kondisinya, diskusikan dengan keluarga dan pasien tentang
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang.
Diagnosa ketiga kerusakan integritas jaringan tujuan yang diambil
untuk mengatasi masalah kerusakan integritas jaringan sesuai dengan
14

Nursing Outcomes Classification (NOC) yang pertama yaitu


penyembuhan luka primer: memperkirakan kondisi kulit dan pembentukan
bekas luka, yang kedua yaitu keparahan infeksi: nyeri (Moorhead, 2016).
Alasan tindakan dilakukan 3x24 jam dengan nilai indikator yang telah
ditentukan karena pasien dengan post operasi dilakukan peawatan luka
setelah 3x24 jam, sehingga penulis dapat mengetahui hasil yang
diharapkan. Rencana tindakan yang diambil pada Nursing Intervention
Classification (NIC) yang pertama yaitu penyembuhan luka: monitor
warna kulit dan suhu, periksa kondisi operasi dengan tepat, yang kedua
yaitu perlindungan infeksi: berikan perawatan luka yang tepat,
pertahankan teknik aseptik, yang ketiga yaitu perawatan luka: angkat
balutan dan plester perekat, periksa luka setiap ganti balutan, kolaborasi
dengan dokter pemberian antibiotik.
Penulis tidak menggunakan indikator untuk acuan pada keparahan
infeksi kemerahan dan cairan yang bau busuk karena pasien tidak
mengalami kemerahan pada kulit dan sekitar bekas luka serta sekitar
balutan, tidak ada cairan yang bau busuk yang keluar dari jaitan bekas
operasi pasien (Moorhead, 2016).
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi
berdasarkan (Bullecheck, 2016) yang digunakan penulis untuk melakukan
tindakan keperawatan dengan masalah nyeri akut selama 3x24 jam adalah:
mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas sebagai suatu hal yang sangat penting untuk memilih
intervensi yang tepat dan mengevaluasi keefektifan terapi yang diberikan
(Potter & Perry, 2010). Mengajarkan tehnik nonfarmakologi relaksasi
nafas dalam merupakan tindakan untuk mengendalikan nyeri yang
dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen syaraf parasimpatis
secara stimulan maka menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon
kartisol dan adrenal yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga
dapat meningkatkan konsentrasi dan klien merasa tenang. Memberikan
15

analgesik sesuai dengan program dengan alasan untuk menurunkan atau


mengurangi nyeri merupakan cara yang paling efektif untuk nyeri sedang
dan berat. Memposisikan tempat tidur pasien untuk memberikan
kenyaman dan mengurangi rasa sakit, menciptakan lingkungan kamar
yang tenang dan mendukung untuk pasien beristirahat yang cukup juga
dapat mengurangi mengurangi kebutuhan oksigen dan pada umunya akan
mempercepat penghentian nyeri (Muttaqin, 2011). Kolaborasi yang
dilakukan salah satunya yaitu dengan dokter, dengan pemberian obat-
obatan seperti: Ranitin 50 mg, Ketorolak 30mg.
Implementasi pada pasien untuk diagnosa defisiensi pengetahuan
dilakukan selama 2x24 jam, tindakan yang dilakukan yaitu: pengajaran
proses penyakit. Menurut (Manurung,2016) untuk meningkatkan
pengetahuan pasien harus dilakukan penbemberian informasi mengenai
penyakit yang diderita, tanda dan gejalan penyakit yang diderita, serta
mendiskusikan supaya pola hidup pasien tidak menimbulkan komplikasi.
Implementasi pada pasien untuk diagnosa kerusakan integritas jaringan
yang dilakukan selama 3 hari yaitu penyembuhan luka, perlindungan
infeksi, perawatan luka. Menurut (Manurung,2016) untuk mengamati luka
operasi dan jahitannya, memastikan luka tidak mengalami perdarahan
abnormal, dan mencegah komplikasi luka lebih lanjut seperti kehilangan
semua atau sebagian fungsi organ, pembekuan darah, kontaminasi bakteri
dan kematian sel.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari sebuah proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan dari sebuah asuhan keperawatan,
apakah tercapai secara maksimal atau tidak dengan berdasar pada indikator
yang telah ditetapkan pada tujuan intervensi, dapat tercapainya tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan merupakan keberhasilan dari asuhan
keperawatan. Berdasarkan dari hasil evaluasi masalah nyeri akut teratasi
dengan masing-masing indikator tercapai mengenali kapan nyeri terjadi
(4), ekspresi wajah nyeri (5), nyeri yang dilaporkan (5), menggunakan
16

tindakan tanpa analgesik (5). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi
yang dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan nyerinya sudah hilang, sudah lebih nyaman, saat
bergerak nyerinya sudah tidak timbul, data obyektif pasien dapat lebih
rilek dan nyaman.
Masalah keperawatan defisiensi pengetahuan hasil evaluasi adalah
masalah keperwatan teratasi dengan masing masing indikator tercapai
karakter spesifik penyakit (4), tanda dan gejala penyakit (4), sumber-
sumber penyakit (3). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi yang
dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit, tanda dan gejalan
penyakkit yang diderita data objektif pasien tampak kooperatif dan
mengerti apa yang telah dijelaskan serta mampu menjelaskan ulang apa
yang telah di informasikan.
Masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan hasil evaluasi adalah
masalah keperwatan teratasi dengan masing masing indikator tercapai
memperkirakan kondisi kulit (3), pembentukan bekas luka (3), nyeri (4),
peningkatan sushu kulit (4). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi
yang dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan panas dan nyerinya hilang setelah dilakukan perawatan
luka data obyektif luka tampak bersih, tidak bau busuk , panjang luka
kurang lebih 18 cm vertikan , dengan banyak jaitan 16 jaitan , jaitan rapi,
tidak terjdi kemerahan disekitar luka, tidak oedema, tidak ada push, luka
kembali ditutup dengan kasa steril dan bersih serta baru dengan panjang
kurang lebih 20 cm.
K. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada tanggal 29 Mei
2019 sampai tanggal 31 Mei 2019 pada Ny. S dengan diagnosa medis Post
Operasi Appendixsitis hari ke- 0 Di Ruang Bougenvil Di Rsud Krt Setjonegoro
Wonosobo, maka dapat diambil kesimpulan dari pengkajian hingga evaluasi
adalah sebagai berikut :
17

Pengkajian data-data yang didapatkan yaitu data subyektif pasien


mengatakan nyeri luka post operasi, sejak 3 jam setelah operasi, seperti ter
sayat- sayat, pada perut, skala 7, nyeri hilang timbul, belom pernah merasakan
nyeri seperti sekarang, pasien tidak mengetahui sakitnya yang sekarang harus
dioperasi, karna yang pasien ketahui adalah sakit perut biasa seperti penyakit
magh, pasien merasa panas dan nyeri pada sekitar luka operasinya.
Diagnosa yang ditegakan berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S yaitu
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan prosedur bedah.
Intervensi pada diagnosa nyeri akut dilakukan manajemen nyeri, intervensi
untuk diagnosa defisiensi pengetahuan dilakukan pengajaran: proses penyakit,
serta intervensi untuk diagnosa kerusakan integritas jaringan dilakukan
penyembuhan luka, perlindungan infeksi dan perawatan luka.
Tindakan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengacu pada intervensi yang
telah direncanakan sebelumnya sesuai dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu melakukan pengkajian nyeri,
mengukur ttv, mengjarkan teknik relaksasi nafas dala, memposisikan pasien
senyaman mungkin, memberikan analgesik ( ketorolak 30 mg dan ranitidine 50
mg ), defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yaitu
megkaji tingkat pengetahuan pasien, menjelaskan tanda dan gejala yang umum
terjadi, sesuai kebutuhan, menginformasikan kepada pasien tentang
kondisinya, mendiskusikan dengan keluarga dan pasien tentang perubahan
gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang
akan datangdan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
bedah yaitu memonitor kondisi balutan post operasi, mempertahankan tingkat
keseterilan balutan dengan tidak boleh sampai basah/ terkena air, melakukan
perawatan luka, menutup luka post operasi dengan balutan steril dan baru.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selma 3x24 jam pada tahap
evaluasi pada masalah keperawatan nyeri akut, defisiensi pengetahuan dan
kerusakan integritas jaringan semua sudah tercapai sesuai dengan masing
18

masing indikator yang telah dipilih. Namun untuk kerusakan integritas jaringan
tetap mengedukasi untuk melakukan perawatan luka setiap 2 hari sekali, dan
tetap belum boleh terkena air terlebih dahulu atau tetap dijaga supaya selalu
kering.
L. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada pembaca atau
berbagai pihak antara lain:
1. Bagi institusi
Lebih meningkatkan bimbingan seperti waktu bimbingan dan materi,
agar hasil studi kasus sesuai dengan yang diharapkan pembimbing institusi
dan oleh penulis sendiri.
2. Bagi rumah sakit
Untuk rumah sakit jika ada pasien dengan gangguan system pencernaan:
post operasi appendiktomi diharapkan lebih memperhatikan secara berkala
dan intensif lagi.
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan diri baik dari akademis
maupun klinik, dari segi keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan harus
meningkat dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya dalam kasus
ini yaitu pasien dengan post oprasi apendiktomi dan tetap mengarah pada
prosedur yang telah ditetap
19

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S.(2013). Konsep dan proses perawatan nyeri. Ar-Ruz: Yogyakarta

Asikin,M ,dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta : Penerbit Erlangga

Batticaca, F.B. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan dan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Black J.M & Jane H.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta : Elsevier

Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Devi
Yulianti, Amelia Kimin. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bullecheck, Gloria N. Dochterman Joanne Mc Closkey. Howard K. Butcher &
Cheryl M. Wagner (2016). Nursing Interventions (NIC). Edisi 6. USA.
Mosby

Carpenito, Linda Jual (2016). buku saku diagnosa keperawatan, Ed, 10. Jakarta:
EGC

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Donsu, T, D, T. (2017). Psikologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Cetakan 1
Fitrianingrum. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Efflurage Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi di RSUD Kabupaten Kudus. JIKK
Vol.4, No 2 Juli

Haryono. Rudi. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem pencernaan.


Edisi 1.Yogyakarta : Rapha Publishing.

Hassanuddin University. [Diunduh Tanggal 15 november 2018]; Tersedia Dari :


Http://www.Med.Unhes.Ac.Id/Jurnal
Herdman, T.Heather & Kamitsuru, Shigemi. (2015). Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Hurst, Marlene.(2011). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1.
Jakarta : EGC
Jamai.(2010) : Q.S Abbasa ayat 24-32
20

(http://mesjidui.ui.ac.id/mukjizat-al-quran-dan-as-sunnah-tentang-pola-
makan-sehat/)
Jamil M. (2009). Sensitivitas Antibiotik Pada Kuman Penderita Peritonotis di
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. The Indonesian Journal Of Medical
Science. Makassar : Medical Faculty
Judha. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Manurung Nixson (2016). Buku saku terapi penyakit pada sistem pencernaan.
Jakarta :CV trans info media

Marlynn Jackson dan Lee Jackson, Keperawatan klinis, Penerbit Erlangga) dan
(Respon Nyeri, Ns.Faida Annisa, S.Kep, 2013)

MN, Kholid Rosyidi. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media

Moorhead, Sue. Marion Jhonson. Meriden L. Maas & Elizabeth Swanson. (2016).
Nursing outcomes Clasification (NOC). Edisi 5. USA. Mosby.

Muttaqin dan Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Siatem pencernaan.


Jakarta : Selemba Medika.

Nurarif. A.H. & Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Media Action.
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC
Prasetyo. (2010). Proses dan konsep keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Putri,Amanda ,dkk. 2017. Pengaruh terapi kompres dingin terhadap nyeri post
operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pada pasien Fraktur di
RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso. E-Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 5. No
2. H 248
Rachmawati, Imami Nur. 2018. Analisis Teori Nyeri : Keseimbangan Antara
Analgesik dan Efek Samping. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol 12. No
2. Hal 129-136
Rekam medis. (2019). Pasien dengan post operasi appendiksitis.RSUD KRT
Sejtonegoro Wonosobo
Robb, A. L., Ali, S., Poonai, N., & Thompson, G. C. (2016). Pain management of
acute appendicitis in Canadian pediatric emergency departments. Cjem, 0
(0), 1–7. https://doi.org/10.1017/cem.2016.391
21

Saputro,Heri & Fazrin, Intan. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit :
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya.
Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan . Diakses 14 Juli 2019.
http://ners.stikesstrada.ac.id / wp-content / uploads / 2016 / 03 / Buku-Ajar-
Terapi-Bermain-Anak.pdf

Setyaningrum, Adi Wahyu. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post
Operasi Apendiktomi Hari ke-1 di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sigdel et al, (2010).Tzanakis score vs Alvarado score in Acute Appendicitis:J Nepal
Med Assoc, May 2010, 96-99.

Stacrose. (2009). Angka Kejadian Apendicitis. Di akses dari :


http: //digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-
1.pdf diakses pada tanggal 12 november 2018
Syaifuddin. (2013). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
.Jakarta: Salemba Medika.
Triatmodjo. (2009). Kesehatan Anak Di Daerah Tropis. Jakarta : Bumi Aksara.

Wasis & Sugeng Y.I. (2010). Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta : Grahamedia

Wijaya, A.S & Putri, Y.M.(2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan


Dewasa teori dan contoh Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
World Health Organization. World health statistics 2010. Geneva : World .
.Health Organization http://www.who.int/iris/handle/10665/44292

Anda mungkin juga menyukai