Artikel
Artikel
Artikel
MUKHAMMAD SUFIAN
(2016200091)
1
2
ABSTRAK
Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umabai cacing
(appendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Hasil pengkajian diperoleh masalah nyeri akut, defisiensi pengetahuan dan
kerusakan integritas jaringan. Intervensi yang disusun untuk mengatasi nyeri akut
adalah menejemen nyeri dan pemberian analgesik, untuk masalah defisiensi
pengetahuan adalah pengajaran proses penyakit sedangkan untuk kerusakan
integritas jaringan adalah perlindungan infeksi, perawatan luka dan penyembuhan
luka. Dari ketiga masalah tersebut semua teratasi sesuai acuan indikator yang telah
dicantumkan.
1
Dosen program studi DIII keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas sains
al-qur,an jawa tengah di wonosobo.
2
Perawat RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
ABSTRACT
Appendiksitis is an inflammation of an infection on appendicitis or umabai worms
(appendiks). These infections could lead to acute inflammation so that action
needed surgery immediately to prevent any complications that is generally
dangerous.. By using problems nursing in this case study covering acute pain ,
deficiency knowledge and damage integrity tissue. Intervention who were
conceived to overcome acute pain is management pain and the provision of
analgesic , to issue deficiency knowledge is teaching disease processes while for
damages integrity tissue is protection infection , the treatment of injuries and
healing of a wound. The problem of third all sorted out in accordance reference
indicators that have been included.
1
lecturer Of DIII Department Of Nursing Faculty Of Health Sciences, University
Of Science Al_Qur’an Central Java In Wonosobo
2
nurse District General Hospital Krt Setjonegoro Wonosobo
3
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis. Apendiks
vermiformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar
pensil dengan panjang 2 – 6 inci di daerah iliaka kanan, di bawah titik Mc
burney (Jamil, 2009. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan
resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi
dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu
memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis.
Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian
juga akan memberikan 2 respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari
perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba - tiba datang pada abdomen
kanan bawah (Tzanakis, 2010).
Apendisitis dapat dikenal sebagai kondisi menyakitkan yang memiliki
50,1% skor nyeri konsisten dengan sakit parah dan nyeri sedangan dengan
skor 40,9% dalam nyeri sedang sampai berat pada usus buntu manajeman
optimal adalah memberikan analgetik (Robb, 2016). Pada penderita
apendisitis biasanya pasien merasakan mual, muntah dan terdapat nyeri tekan
ada bagian 3 periumbilikal, rasa sakit akan bertambah apa bila pasien
terlambat penanganannya usus dapat menjadi bengkak, busuk dan pecah
(Wasis dan Yuli, 2010).
Menurut WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi
apendiksitis di dunia tahun 2010 mencapai 27% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia atau 6.647.186.407 jiwa. Dan insidensi apendiksitis di Asia
4,8%. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan insidensi
apendiksitis akut tertinggi sebanding dengan jumlah penduduknya yang
paling banyak dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari sekitar 238.452.952 penduduk Indonesia, 596.132
orang diantaranya menderita apendiksitis akut.( Stacrose.2009 ).
Survey di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah
apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
4
agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas oprasi, dan melakukan menejemen
nyeri untuk mengurangi nyeri pada pasien.
E. Metode Pengumpulan Data
Preosedur pengumpulan data pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: post op apendik adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Penulis akan menanyakan secara langsung kepada pasien ataupun kelurga
mengenai keluhan yang pasien rasakan juga meminta persetujuan untuk
dilakukan tindakan asuhan keperawatan.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Penulis akan melakukan observasi dan pengkajian fisik terhadap masalah
atau sistem yang tergangung sehingga dapat mendukung penegakan
diagnosa keperawatan untuk membuat intrvensi yang sesuai dengan
masalah yang pasien alami.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi didapatkan dari catatan keperawatan, rekam medis dan
pemeriksaan penunjang
F. Uji Keabsahan Data
Sebelum melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op
penulis terlebih dahulu akan memvalidasi data yang di peroleh dari wawancara,
obsevasi dan pemeriksaan fisik, serta studi dokumentasi kepada pihak kelurga,
pasien, dan perawat yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti.
G. Tempat dan waktu
Studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi
apendiktomi dilakukakan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo mulai dari
tanggal 20 MEI 2019 – 20 JUNI 2019.
H. Analisa Data dan Penyajian Data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menggali informasi dan
menggunakan berbagai metode yaitu observasi (data yang di kumpulkan
berdasarkan pengamatan), wawancara (bertujuan untuk mendapatkan respon
dari pasien dengan cara tatap muka). Penyajian data dari hasil studi kasus secara
7
dan nyeri pada sekitar luka operasinya, terdapat balutan luka oprasi dengan
panjang kurang lebih 20 cm vertikal, terdapat yeri tekan pada sekitar
balutan luka operasi, balutan kemerahan karna bitadin,tidak bau busuk.
Penulis mengambil diagnosa ini karena sesuai dengan pendapat Asikin
(2016) yang menyatakan bahwa kerusakan integritas jaringan pasca
pembedahan perlu diperhatikan karena untuk meningkatkan drainase vena
dan menurunkan edema, kecuali pada keadaan dimana terjadi hambatan
aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik:
post operasi menjadi prioritas utama, karena pasien belum pernah
mengalami nyeri seperti ini. Nyeri pada pasien merupakan keluhan utama
berdasarkan pada hirarki Maslow yang memprioritaskan kebutuhan
fisiologis yang dilanjutkan dengan rasa nyaman, sehingga nyeri harus
segera ditangani agar tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dan
kebutuhan untuk melakukan gerakan dari tindakan (Potter dan Perry,
2016). Hal ini juga diungkapkan oleh Carpenito (2016) bahwa bila nyeri
tidak segera ditangani, pasien akan malas untuk melakukan aktifitas dan
mengakibatkan rasa tidak nyaman pada pasien.
Masalah keperawatan prioritas kedua adalah defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi. Masalah keperawatan prioritas
yang ketiga adalah kerusakan itegritas jaringan berhubungan dengan
prosedur bedah.
3. Intervensi
Intervensi adalah perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
menangani masalah. Pada tahap ini penulis akan melakukan intervensi
dengan menggunakan tujuan yang akan digunakan sebagai acuhan dalam
menentukan hasil, adapun tujuan yang penulis ambil untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut sesuai dengan NOC (Nursing Outcome
Classification) yaitu yang pertama penulis mengambil kontrol nyeri untuk
menjadi indikator acuan bagi penulis dan pasien seberapa jauh pasien
dapat mengontrol rasa nyeri secara mandiri: mengenali kapan nyeri terjadi,
12
yang kedua penulis mengambil tingkat nyeri supaya penulis dan pasien
dapat mengetahui keparahan nyeri yang dirasakan atau dilaporkan
pasien:ekspresi wajah nyeri dan nyeri yang dilaporkan (Moorhead, 2016).
Diambil dengan tujuan agar skala nyeri pada pasien menurun, hal ini
penulis ambil karena jika nyeri tidak dikurangi atau dihilangkan akan
dapat mengubah kualitas hidup yang nyata, hubungan dengan orang lain
dan kemampuan merawat diri (Haryono, 2013). Alasan tindakan dilakukan
3x24 jam dengan nilai indikator yang telah ditentukan karena untuk
tindakan keperawatan jika dilakukan 1x24 jam nyeri yang dirasakan oleh
klien belum teratasi karena hasil yang diharapkan belum maksimal. Nyeri
yang mengakibatkan kerusakan jaringan lokal dengan disertai keluarnya
bahan yang merangsang rasa nyeri seperti serotonin, prostaglandin,
bradylinin. Hal tersebut dapat lebih parah tanpa adanya tindakan
keperawatannya sehingga pasien merasa kesakitan akibat tindakan operasi
(Fitrianingrum, 2013). Rencana keperawatan yang diambil dari NIC
(Nursing Intervention Classification) yang pertama yaitu managemen
nyeri tindakan yang diambil adalah lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitan, intensitas dan beratnya nyeri dan faktor pencetusnya, monitor
tanda-tanda vital klien, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi
relaksasi). dan pemberian analgesik tindakan yang diambil oleh penulis
adalah kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian,
atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesik, dipilih bertujuan untuk mengurangi tingkat nyeri sampai
pasien merasa nyaman (Bullecheck G, dkk, 2016). Intervensi manajemen
nyeri dan pemberian analgesik penulis ambil karena sesuai dengan
pendapat Rachmawati (2018) nyeri merupakan masalah di semua area
keperawatan, praktik manajemen nyeri yang baik yaitu yang terintegrasi
dengan mengkombinasikan medikasi analgesik dengan adjuvant non-
farmakologis, asuhan keperawatan yang cermat dan partisipasi pasien.
13
tindakan tanpa analgesik (5). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi
yang dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan nyerinya sudah hilang, sudah lebih nyaman, saat
bergerak nyerinya sudah tidak timbul, data obyektif pasien dapat lebih
rilek dan nyaman.
Masalah keperawatan defisiensi pengetahuan hasil evaluasi adalah
masalah keperwatan teratasi dengan masing masing indikator tercapai
karakter spesifik penyakit (4), tanda dan gejala penyakit (4), sumber-
sumber penyakit (3). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi yang
dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit, tanda dan gejalan
penyakkit yang diderita data objektif pasien tampak kooperatif dan
mengerti apa yang telah dijelaskan serta mampu menjelaskan ulang apa
yang telah di informasikan.
Masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan hasil evaluasi adalah
masalah keperwatan teratasi dengan masing masing indikator tercapai
memperkirakan kondisi kulit (3), pembentukan bekas luka (3), nyeri (4),
peningkatan sushu kulit (4). Hasil indikator tersebut diambil dari evaluasi
yang dilakukan kepada Ny. S dengan data yang di dapatkan data subyektif
pasien mengatakan panas dan nyerinya hilang setelah dilakukan perawatan
luka data obyektif luka tampak bersih, tidak bau busuk , panjang luka
kurang lebih 18 cm vertikan , dengan banyak jaitan 16 jaitan , jaitan rapi,
tidak terjdi kemerahan disekitar luka, tidak oedema, tidak ada push, luka
kembali ditutup dengan kasa steril dan bersih serta baru dengan panjang
kurang lebih 20 cm.
K. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada tanggal 29 Mei
2019 sampai tanggal 31 Mei 2019 pada Ny. S dengan diagnosa medis Post
Operasi Appendixsitis hari ke- 0 Di Ruang Bougenvil Di Rsud Krt Setjonegoro
Wonosobo, maka dapat diambil kesimpulan dari pengkajian hingga evaluasi
adalah sebagai berikut :
17
masing indikator yang telah dipilih. Namun untuk kerusakan integritas jaringan
tetap mengedukasi untuk melakukan perawatan luka setiap 2 hari sekali, dan
tetap belum boleh terkena air terlebih dahulu atau tetap dijaga supaya selalu
kering.
L. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada pembaca atau
berbagai pihak antara lain:
1. Bagi institusi
Lebih meningkatkan bimbingan seperti waktu bimbingan dan materi,
agar hasil studi kasus sesuai dengan yang diharapkan pembimbing institusi
dan oleh penulis sendiri.
2. Bagi rumah sakit
Untuk rumah sakit jika ada pasien dengan gangguan system pencernaan:
post operasi appendiktomi diharapkan lebih memperhatikan secara berkala
dan intensif lagi.
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan diri baik dari akademis
maupun klinik, dari segi keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan harus
meningkat dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya dalam kasus
ini yaitu pasien dengan post oprasi apendiktomi dan tetap mengarah pada
prosedur yang telah ditetap
19
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F.B. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan dan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Black J.M & Jane H.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Devi
Yulianti, Amelia Kimin. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bullecheck, Gloria N. Dochterman Joanne Mc Closkey. Howard K. Butcher &
Cheryl M. Wagner (2016). Nursing Interventions (NIC). Edisi 6. USA.
Mosby
Carpenito, Linda Jual (2016). buku saku diagnosa keperawatan, Ed, 10. Jakarta:
EGC
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Donsu, T, D, T. (2017). Psikologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Cetakan 1
Fitrianingrum. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Efflurage Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi di RSUD Kabupaten Kudus. JIKK
Vol.4, No 2 Juli
(http://mesjidui.ui.ac.id/mukjizat-al-quran-dan-as-sunnah-tentang-pola-
makan-sehat/)
Jamil M. (2009). Sensitivitas Antibiotik Pada Kuman Penderita Peritonotis di
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. The Indonesian Journal Of Medical
Science. Makassar : Medical Faculty
Judha. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Manurung Nixson (2016). Buku saku terapi penyakit pada sistem pencernaan.
Jakarta :CV trans info media
Marlynn Jackson dan Lee Jackson, Keperawatan klinis, Penerbit Erlangga) dan
(Respon Nyeri, Ns.Faida Annisa, S.Kep, 2013)
Moorhead, Sue. Marion Jhonson. Meriden L. Maas & Elizabeth Swanson. (2016).
Nursing outcomes Clasification (NOC). Edisi 5. USA. Mosby.
Saputro,Heri & Fazrin, Intan. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit :
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya.
Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan . Diakses 14 Juli 2019.
http://ners.stikesstrada.ac.id / wp-content / uploads / 2016 / 03 / Buku-Ajar-
Terapi-Bermain-Anak.pdf
Setyaningrum, Adi Wahyu. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post
Operasi Apendiktomi Hari ke-1 di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sigdel et al, (2010).Tzanakis score vs Alvarado score in Acute Appendicitis:J Nepal
Med Assoc, May 2010, 96-99.