Materi Nu
Materi Nu
Materi Nu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelaksanaan ajaran agama dengan berpegang teguh pada salah satu mazhab Ahli
Al Sunnah Waal Jama’ah, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali (Pasal 2,
yang diikuit Nahdlatul Ulama adalah mazhab Syafi’i dan orientasi pada fiqih
(hukum Islam) mazhab ini tampak kental sekali. Hal itu tidak lepas karena basis
pengajaran fiqih, dan hanya mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama mazhab
dan pertentangan tajam diantara para pengikut aliran atau pemikiran Islam di
1
Masngudin dan Rukmini Dahlan, Pola Hubungan Antar Golongan Nahdlatul Ulama dengan
Muhammadiyah (Studi Kasus di Pasuruan), Badan Kesejahteraan Sosial Nasional,
Jakarta, 2000, hal. 1
1
2
kepulangan KH Wahab Hasbullah dan Kiai Mas Mansur dari Mekkah setelah
air) pada 1914 dan Taswirul Afkar (representasi gagasan-gagasan) pada 1918 dan
tersendiri di kalangan para kiai dan tokoh muda Islam dari kalangan pesantren.
menurut ajaran mazhab. Menyikapi hal itu maka para pemuka pesantren terutama
tokoh muda seperti KH Wahab Hasbullah dengan beberapa kiai lainnya dan
Komite Hijaz. Pertemuan pertama komite itu dilaksanakan pada 31 Januari 1926.
Selama menjadi partai politik, para ulama itu pun ikut berkubang dalam
2
M. Ali Haidar. Nahdhatul Ulama dan Islam di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1998.
3
pergulatan politik praktis di panggung politik dan kekuasaan di negeri ini. Setelah
Kata “khittah 26” ini merujuk pada garis, nilai-nilai, dan model
NU menjadi partai politik sendiri sejak 1952. Setelah itu NU melebur ke dalam
partai politik, banyak kritik yang muncul dari kalangan NU sendiri, yang salah
umat. Kritik-kritik ini berujung pada perjuangan dan perlunya kembali kepada
khittah.
jam`iyah, dan hubungan NU dengan bangsa. Dalam formulasi itu, ditegaskan pula
4
bahwa jam`iyah secara organistoris tidak terikat dengan organisasi politik dan
jejak panjang. Jejak itu bahkan telah ditapakkan sejak zaman kolonial Belanda.
partai politik tersendiri setelah sebelumnya bergabung dalam partai politik Majelis
memperoleh sekitar 7 juta suara (18,4%) dari total suara di tingkat nasional dan
Nasional Indonesia (PNI). Partai yang dikelola para kiai itu memperoleh 45 kursi
3
Nur Kholik Ridwan, Ensiklopedi NU: Khittah NU, 14 September 2012,
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-lang,id-ids,44-t,nasional-.phpx
4
Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdatul Ulama, Bisma Satu, Surabaya, 1999,
hal 18-27.
5
(PKI) menjadi empat partai politik terbesar dan berpengaruh dalam konstelasi
bermain dalam panggung politik. Menyikapi fenomena itu maka PBNU kemudian
memfasilitasi berdirinya partai baru sebagai wadah berpolitik para kader NU.
Partai itu dideklarasikan pada 23 Juli 1998 di Jakarta dengan nama Partai
Meskipun dilahirkan oleh kalangan NU, PKB tidak didesain sebagai partai
yang menempatkan agama sebagai ideologi atau lebih khusus lagi sebagai partai
Islam. PKB, sebagaimana dituangkan dalam Mabda Syiasi adalah partai terbuka
dalam pengertian lintas agama, suku, ras dan lintas golongan yang
kepengurusan atau keanggotaan yang pluralistik namun yang lebih subtansial lagi
adalah keterbukaan dalam sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita partai
tersebut.
dalam jumlah yang cukup signifikan. Pemilu 1999 menempatkan PKB pada
urutan ketiga perolehan suara tingkat nasional setelah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar dengan jumlah pemilih sebesar 13.336.982
(12,6%). Hanya saja dalam perolehan kursi DPR RI, PKB hanya menduduki
5
Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967, LKiS, Yogyakarta, 2003, hal. 209.
6
posisi keempat dengan meraih 51 kursi. Jumlah itu masih dibawah “seteru”
DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berhasil terpilih sebagai presiden
keempat Republik Indonesia dalam Sidang Umum (SU) MPR. Dalam pemilihan
kursi) pada pemilu 1999. Namun kekuasaan Gus Dur tidak berlangsung lama.
Setelah sekitar 1,5 tahun berkuasa, Gus Dur dijatuhkan melalui Sidang Istimewa
(SI) MPR. Jatuhnya Gus Dur membawa pengaruh besar bagi kalangan
pengikutnya termasuk bagi PKB. Kader partai itu sempat mengalami krisis
membekukan diri. Bagi para pendukung Gus Dur, perlu waktu lama untuk
menerima kenyataan politik bahwa sosok yang menjadi ikon PKB dan NU itu
harus mengalami tragedi politik yang pahit. Pada Pemilu 2004, Gus Dur juga
PKB, konflik internal yang berlarut-larut, komunikasi politik yang buruk serta
dukungan rakyat. Konflik internal yang tidak kunjung selesai ditengarai menjadi
salah satu penyebab utama menurunnya kepercayaan rakyat terhadap PKB. Bibit
konflik itu muncul sudah lama bahkan sejak rencana pendirian partai digagas oleh
PKB tidak hadir sendiri sebagai partai yang mencoba meraih dukungan suara dari
kalangan nahdliyin.
satunya partai yang didirikannya, namun partai politik dari kalangan NU tidak
hanya PKB. Dalam Pemilu 1999 muncul Partai Kebangkitan Umat (PKU) yang
mengusung KH Solahudin Wahid (adik Gus Dur) sebagai ikon partai itu.
Nahdhatul Umat (PNU). Namun kedua partai itu gagal memenuhi electoral
treshold. PNU mendapat 679.174 suara (0,64%) dan 5 kursi DPR RI sedangkan
PKU hanya memperoleh 300.049 suara (0,28%) dan 1 kursi DPR RI.6
PKB lahir dengan basis dukungan yang jelas, yakni, warga nahdliyin.
Meskipun lebih banyak berpusat di Jawa (terutama di Jawa Timur), namun jumlah
suara kelompok sosial dan kultural ini secara nasional layak diperhitungkan. Hal
itu, dapat dilihat, setidaknya dalam dua kali pemilu (1999 dan 2004) yang telah
diikuti oleh partai politik ini. Pada dua kali pemilu pasca reformasi tersebut, PKB
Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar. Perolehan suara PKB di dua kali pemilu
selalu menjadi alternatif saluran politik sebagian warga nahdliyin. PPP merupakan
partai politik yang lahir pada era Orde baru, hasil fusi partai-partai Islam
(termasuk Partai NU) pada tahun 1973. Dari jumlah 11 sampai 13 juta suara
secara nasional, sekitar 70 persen diperoleh dari Jawa, terutama Jawa Timur. Pada
6
Salomo Simanungkalit (Ed). Indonesia Dalam Krisis 1997-2002, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002, hal. 185-189.
8
dua pemilu 1999 dan 2004 di propinsi yang menjadi tempat kelahiran organisasi
perbincangan, paling tidak ada tiga asalan mengapa kiai sebagi pemuka (elit)
agama terlibat dalam persoalan politik. Pertama, bisa ditelusuri dalam ajaran
agama Islam itu sendiri yang memiliki lingkup tidak hanya pada aspek ritual dan
bimbingan moral, tetapi juga pada nilai-nilai di semua sisi kehidupan. Kedua,
dilihat dari sisi sejarahnya keterlibatan kiai dalam politik sejak lama terlihat,
para kiai dalam politik bangsa ini tidak saja dapat dilihat pada masa perlawanan
Peran kiai lebih kentara tatkala sejumlah pesantren ditempatkan sebagai pusat
pengatur strategi melawan penjajah. Ketiga, posisi kiai sebagai elit agama yang
memiliki pengikut (jama’ah) dan pengaruh yang kadang kala begitu luas di
Paparan di atas secara jelas menunjukkan adanya relasi yang kuat antara
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan dengan Partai
7
Intelijen, PKB: Antara Potensi Strategis dan Munculnya Konflik, 24 Agustus 2011,
http://www.intelijen.co.id/komunitas/1344-pkb-antara-potensi-strategis-dan-munculnya-
konflik
8
Imam Suprayogo, Kiai dan Politik, UIN Malang Press, Malang, 2007, hal. 29
9
berikut.
Musababnya, baik NU maupun PKB memiliki ideologi yang sama. Selain itu,
PKB merupakan satu-satunya partai politik yang secara resmi dilahirkan oleh NU.
Hal mendasar terkait sikap politik NU yakni: Pertama, assiyasatu juz-un min aj-
zaisy syari’ah (politik adalah bagian dari syariah), yang berarti bahwa berpolitik
Sunnah Wal Jamaah serta bernilai ibadah. Kedua, assiyasatu mabniyatun 'ala
dan warga NU mendukung dan memilih PKB, karena aqidah (ideologi) PKB
sama persis dengan aqidah NU. Adapun hal mendasar ketiga terkait sikap politik
NU, adalah assiyasatu istishlahu annas ila at thoriqi al munji dunyan wa ukhron
(politik adalah upaya untuk kemaslahatan bagi umat manusia menuju jalan yang
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. DR. KH.
Said Aqil Siraj, menegaskan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah satu-
satunya partai politik yang memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) yang senafas dengan Nahdlatul Ulama (NU). Karenanya, Prof.
DR. KH. Said Aqil Siraj meminta agar warga NU mendukung dan memilih PKB
pada Pemilu 2014 nanti. PKB adalah satu-satunya partai yang AD/ART-nya
senafas dengan NU. Maka fawailun, konyol jika ada warga NU yang tidak
9
Muhammad Saifullah, Ideologi Sama, NU Wajib Membesarkan PKB, 26 September 2012,
http://news.okezone.com/polhukam
10
memilih PKB. Saat awal pendirian PKB tahun 1998, Prof. DR. KH. Said Aqil
Siraj ditunjuk oleh PBNU untuk mempersiapkan pendirian sebuah partai politik
merupakan satu-satunya partai yang dilahirkan dari rahim NU. Menurut Maruf,
NU dan PKB memiliki hubungan yang tidak hanya bersifat ideologis, tetapi juga
biologis. Hubungan NU dan PKB telah terpatri kuat secara lahir-batin, layaknya
orang tua dan anak yang saling membutuhkan, saling menyayangi, dan saling
waktunya kaum Nahdliyin, kaum Ahlussunnah wal Jamaah, umat Islam, dan
10
DPC PKB Jombang, Kang Said: PKB Satu-Satunya Partai yang Senafas dengan NU, 22 April
2012, http://www.dpcpkbjombang.or.id/
11
Kristantyo Wisnubroto, Kiai NU Ajak Warga Nahdliyin Bergabung ke PKB, 3 Oktober 2012,
http://www.beritasatu.com/
11
politik PKB tidak akan bisa ampuh. Tidak memiliki tangan-tangan untuk
perpanjangan. Begitu pula PKB, tanpa spirit NU, politik jadi pasar, transaksional
belaka. Untuk itu, NU membutuhkan PKB, begitu pula sebaliknya. Hal ini
nahdliyin. Dukungan NU terhadap PKB mulai pecah sejak terjadi konflik internal
PKB dan kemudian Yenny Wahid mendirikan partai baru, Partai Kemakmuran
Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) sebagai Presiden pertama di era reformasi
yang menjadi perintis demokrasi. PKB lahir dari rahim NU, ulama, untuk menjadi
Sejak awal berdirinya, basis massa NU adalah dari kalangan pesantren dan
Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang dijuluki sebagai Kota
Santri adalah Kabupaten Gresik. Tercatat terdapat lebih dari 100 pondok
pesantren yang terdapat di Kabupaten Gresik. Tentunya hal ini akan sangat
menarik untuk dikaji karena sebagaimana diketahui eksistensi dan basis massa
PKB dan NU sangat besar di wilayah Jawa Timur, khususnya di Kota Santri yakni
Kabupaten Gresik.
12
Kompas, PKB dan NU Saling Membutuhkan, 28 April 2012, http://nasional.kompas.com/
13
Kacung Marijan, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, Erlangga, Jakarta, 1992, hal.
38.
12
Gresik).”
B. Rumusan Masalah
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pola hubungan Nahdlatul Ulama (NU)
C. Tujuan Penelitian
adalah:
Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
E. Definisi Konseptual
sosial, politik, dan ekonomi. Menurut J.W. Colemen dan D.R. Gressey
15
sebagaimana dikutip oleh Masngudin dan Rukmini Dahlan, bahwa ditinjau
secara sosiologis terdapat tiga pola umum hubungan yang didasarkan pada
integration.
lainnya. Dalam pola hubungan demikian segala urusan sosial, ekonomi, dan
14
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1998, Hlm.
34
15
Masngudin dan Rukmini Dahlan, Op.cit., hal. 11 dan 6.
15
mereka.16
Bangsa (PKB).
F. Definisi Operasional
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut akan
16
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 2008, hal. 162
16
organisasi.
politik.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
17
Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press,
2003, Hlm. 46
17
2. Lokasi Penelitian
3. Subyek Penelitian
a. Populasi
dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
b. Sampel
18
Ibid, hal. 63
19
Sudjana, Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung, 1996, hal. 6
20
Husaini Usman dan Purnomo S. Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara,
2004, hal. 44
18
(dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial) lebih tepat dilakukan
jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi juga bisa banyak, terutama
21
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta, PT. RajaGrapindo Persada, 2005,
hal. 53
19
4. Sumber Data
a. Teknik Interview
penelitian.
b. Teknik Observasi
c. Teknik Dokumentasi
22
Lexy J. Moloeng, Metode penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002, hal.
135.
23
Ibid, hal. 100.
24
Ibid, hal. 130.
21
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
2) Mengkode data, yakni data yang terkumpul diberi kode tertentu dan
dikelompokkan.
25
Ibid, hal. 5
26
Ibid, hal. 190.
22