Sonia Nabila (p17220194050) LP Thypoid
Sonia Nabila (p17220194050) LP Thypoid
Sonia Nabila (p17220194050) LP Thypoid
NIM : P17220194050
Tingkat : 3
Kelompok : 2B
1
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA HIPERTERMIA DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DEMAM TIFOID
A. DEFINISI
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi yang biasanya diikuti
dengan demam, sakit kepala dan ruam, yang paling sering disebabkan oleh
Sallmonella typhi dan merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan
yang sering menyerang anak-anak bahkan juga orang dewasa serta
merupakan penyakit endemik (penyakit yang selalu ada di masyarakat
sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) (Fahlevi,
2019).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari demam tifoid adalah Salmonella Typhi yang merupakan
mikroorganisme bakteri gram negatif bersifat aerob dan tidak membentuk
spora yang memiliki beberapa komponen antigen yaitu :
- Antigen sel O yang merupakan lipopolisakarida yang bersifat spesifik
group.
- Antigen flagella H yang merupakan komponen protein dalam flagella
yang bersifat spesifik spesies.
- Antigen Vi yang merupakan polisakarida yang berada di kapsul
berfungsi melindungi seluruh permukaan sel dan berfungsi untuk
invaksif bakteri dan efektivitas vaksin. Ketiga antigen di dalam tubuh
akan membentuk antibodi aglutinin.
- Antigen OMP yang merupakan bagian dari dinding sel terluar yang
terletak di membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang
membatasi sel dengan lingkungan. Salmonella Typhii hanya dapat
hidup pada manusia dengan sumber penularan berasal dari tinja dan
urine penderita (Sucipta, 2015)
-
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif
ananerob fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk kedalam tubuh
melalui oral bersama dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung.
Sebagian bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus
tepatnya di ileum dan jejunum untuk berkembang biak. Bila sistem imun
humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan
menginvasi kedalam sel epitel usus halus (terutama sel M) dan ke lamina
propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Bakteri
yang lolos dapat berkembang biak didalam makrofag dan masuk ke
sirkulasi darah (bakterimia I). Bakterimia I dianggap sebagai masa
inkubasi yang dapat terjadi selama 7-14 hari Bakteri Salmonella juga dapat
menginvasi bagian usus yang bernama plak payer. Setelah menginvasi
plak payer, bakteri dapat melakukan translokasi ke dalam folikel limfoid
intestin dan aliran limfe mesenterika dan beberapa bakteri melewati sistem
retikuloendotelial di hati dan limpa. Pada fase ini bakteri juga melewati
organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag
yang selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati. Setelah dari hati,
bakteri akan masuk ke sirkulasi darah untuk kedua kalinya (bakterimia II).
Saat bakteremia II, makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi salah
satunya adalah sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan
munculnya demam, malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia.
Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat
terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan
dapat timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus diminggu
ketiga.
Terbentuknya ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal
ini merupakan salah satu komplikasi yang cukup berbahaya dari demam
tifoid (Levani & Prastya, 2020)
PATHWAY DEMAM TIFOID
Salmonella thyposa
Masuk ke saluran
gastrointestinal
Pembuluh limfe
Gangguan pada
Peradangan Keterangan :
pusat termoregulasi
lokal (pusat pengaturan HIPERTERMIA
meningkat suhu tubuh)
= Diteliti
= Tidak diteliti
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang biasanya muncul pada pasien dengan demam tifoid
yaitu :
- Demam meningkat secara perlahan akan meningkat menjelang sore
dan malam, dan akan turun ketika siang hari.
- Sakit kepala
- Anoreksia
- Nausea
- Nyeri perut
- Konstipasi
- Myalgia dan athralgia
- Lidah kotor
- Hepatomegali
- Nyeri tekan abdomen (Levani & Prastya, 2020)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin akan terjadi pada pasien dengan demam tifoid
antara lain :
1. Pneumonia
2. Perdarahan saluran pencernaan
3. Perforasi intestinal
4. Kardiovaskular akut, akibat miokarditis yang dapat menyebabkan
kematian dalam 2 minggu pertama demam tifoid
5. Peritonitis (Adisasmito, 2016)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah lengkap ditemukan leukositosis, trombositosis,
anemia, lifositosis dan eosinophilia.
- Pemeriksaan serologi dengan tes widal (Zaidan & Hadi, 2020)
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Rosinta, 2015) penatalaksanaan demam tifoid dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Perawatan
Penderita tifoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi serta
pengobatan. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan
kondisi penderita. Pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus
diobservasi agar tidak terjadi aspirasi. Tanda komplikasi demam tifoid
yang lain termasuk buang air kecil dan buang air besar juga perlu
mendapatkan perhatian.
2. Diet
Penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kekambuhan pasien. Kualitas
makanan disesuaikan baik kalori, protein, vitamin maupun mineral.
Makanan diusahakan yang rendah selulosa dan menghindari makanan
yang iritatif. Pada penderita dengan gangguan kesadaran pemasukkan
makanan harus lebih diperhatikan.
3. Obat – obatan
Menurut jurnal (Rampengan, 2016) terapi obat yang dapat diberika adalah :
a. Azitromisin
Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolid pertama yang termasuk
dalam kelas azalide. Pemberian azitromisin dengan dosis 10 mg/ kgBB
selama 7 hari terbukti efektif pada terapi demam.
b. Sefiksim
Sefiksim merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga oral,
mempunyai aktifitas antimikroba terhadap kuman Gram positif maupun
negatif termasuk Enterobacteriaceae. Sefiksim mempunyai efikasi dan
toleransi yang baik untuk pengobatan demam tifoid anak
Sedangkan menurut (Artanti, 2013) penatalaksanaan yang digunakan untuk
mengatasi pada pasien dengan demam tifoid :
a. Pemberian antibiotik
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam
tifoid. Obat yang sering dipergunakan adalah
1. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
2. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
3. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
4. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6
hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari
selama 3 hari).
b. Istirahat dan Perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita
sebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas
dari demam. Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan
penderita. Mengingat mekanisme penularan penyakit ini, kebersihan
perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan pasien untuk buang air
besar dan air kecil.
1. PENGKAJIAN UMUM
- Identitas klien, yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku atau bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
- Keluhan utama : keluhan utama pada demam tifoid biasanya demam
tinggi, nyeri perut, kepala sakit, mual muntah, anorekia dan diare
- Riwayat penyakit sekarang, gejala atau kronologi penyakit yang
diderita klien pada saat ini.
- Riwayat penyakit dahulu, apakah sebelumnya klien memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan saat ini.
- Riwayat penyakit keluarga, ada tidaknya riwayat penyakit serupa pada
keluarga.
- Pola istirahat dan tidur : biasanya klien mengalami gangguan pola tidur
- Eliminasi : klien mengeluh nyeri perut, biasanya juga terdapat keluhan
susah BAB.
- Pola nutrisi : kemampuan makan, jenis, frekuensi makanan.
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan : lidah kotor berwarna putih,
terdapat nyeri tekan pada abdomen, suhu tinggi, takikardia.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermia b.d proses penyakit
b. Risiko defisit nutrisi b.d
c. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan
d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (TIM Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Hipertermia
Observasi
o Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
lingkungan panas penggunaan incubator)
o Monitor suhu tubuh
o Monitor kadar elektrolit
o Monitor haluaran urine
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
c. Hipovolemia
Observasi
o Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
o Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
d. Defisit Nutrisi
Observasi
o Identifikasi status nutrisi
o Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
o Identifikasi makanan yang disukai
o Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
o Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
o Monitor asupan makanan
o Monitor berat badan
o Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Levani, Y., & Prastya, A. D. (2020). Demam Tifoid: Manifestasi Klinis, Pilihan
Terapi Dan Pandangan Dalam Islam. Al-Iqra Medical Journal: Jurnal
Berkala Ilmiah Kedokteran, 3(1), 10–16.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Zaidan, Z., & Hadi, S. (2020). Karakteristik Penderita Demam Tifoid di RS. Ibnu
Sina Kota Makassar Tahun 2016-2017. UMI Medical Journal, 5(1), 57–68.