Objek Kajian MTK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. MATEMATIKA
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” yang berarti
“mempelajari”. Salah satu definisi matematika diungkapkan oleh Fitch (1964). Ia
mengungkapkan bahwa matematika merupakan kumpulan teoriyang bersifat deduktif
hipotesis, setiap teori merupakan sebuah sistem tertentu dari pengertian pangkal yang tak
diterangkan, simbol-simbol dan titik tolak berpikir yang tak dibuktikan, tetapi ajeg
(aksioma atau postulat) dan teorema yang dapat diturunkan secara logis dan semata-mata
mengikuti proses-proses deduktif. Pendapat lain mengatakan bahwa matematika bersifat
abstrak dan berasal dari abstraksi dan generalisasi benda-benda khusus dan gejala-gejala
umum, bersifat deduktif aksiomatik.
Dari definisi-definisi yang ada di dunia tentang matematika, memberikan
ciri-ciri kepada matematika yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan berpola
pikir deduktif. Matematika bersifat abstrak berarti matematika hanya berhubungan dengan
hal-hal atau gambaran-gambaran yang diciptakan sendiri. Dengan kata lain matematika
tidak berhubungan dengan kenyataan yang benar-benar nyata melainkan pengandaian
belaka. Ciri abstrak matematika ini menyebabkan matematika sulit dipahami. Dalam
matematika kesepakatan memiliki tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang
amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk
menghindarkan berputar-putar dalam pendefnisian. Aksioma juga disebut sebagai postulat
ataupun pernyataan pangkal. Beberapa aksioma dapat membentuk sistem aksioma,
yang selanjutnya dapat menurunkan berbagai teorema. Dalam aksioma tentu terdapat
konsep primitif tertentu. Dari satu atau lebih konsep primtif dapat dibentuk konsep baru
melalui pendefinisian.
Dalam menjalankan perannya sebagai “ilmu”, dalam matematika hanya diterima
pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran ”yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterpakan atau diarahkan kepada hal-hal
yang bersifat khusus”. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang tidak
sederhana.
B. OBJEK MATEMATIKA
Objek yang dipelajari dalam matematika adalah hal-hal yang sifatnya abtrak.
Objek tersebut berhubungan dengan hal-hal atau gambaran-gambaran yang diciptakan
sendiri. Dengan demikian objek matematika hanya ada dalam pikiran, sehingga sering
disebut objek mental atau objek pikiran. Sehingga untuk mempelajari matematika
diperlukan ketajaman pikiran dan kebenaran matematika hanyalah kebenaran pikiran
bukan kebenaran empiris (Hardi Suyitno, 2011).
Objek matematika bersifat abstrak, dimana objek tersebut diperoleh dari abstraksi
benda-benda kongrit. Selain itu objek matematika juga dapat diperoleh melalui idealisasi
dan generalisasi. Menurut wikipedia, abstraksi dalam matematika adalah proses untuk
memperoleh intisari konsep matematika, menghilangkan kebergantungannya pada
objek-objek dunia nyata yang pada mulanya mungkin saling terkait, dan
memperumumkannya sehingga ia memiliki terapan-terapan yang lebih luas atau
bersesuaian dengan penjelasan abstrak lain untuk gejala yang setara. Contoh abstraksi
adalah ketika menemukan konsep lingkaran, konsep tersebut diperoleh dari pengamatan
berbagai benda kongkrit seperti mata uang logam, piring, permukaan ember, permukaan
gelas, dan sebagainya. Masing-masing benda tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Salah
satu ciri yang samadari beberapa benda tersebut adalah dari segi bentuk. Apabila
diperhatikan berdasarkan bentuk geometrisnya dengan mengabaikan sifat-sifat lain
padabenda tersebut, seperto warna, bahan, tinggi akan ditemukan konsep
lingkaran. (Hardi Suyitno, 2011)
Dalam hai ini, matematika mempunyai objek kajian yang bersifat Abtrak,
walaupun tidak setiap abtrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan
menganggap bahwa objek kajian matematika itu adalah konkret dalam pikiran mereka,
maka kita dapat menyebutkan bahwa objek kajian matematika secara lebih tepat sebagai
objek mental atau pikiran. Ada empat yang menjadi objek kajian matematika yaitu Fakta,
Konsep, keterampilan dan Prinsip.

1. Objek kajian matematika berupa fakta


Fakta adalah kovensi-kovensi dalam matematika yang biasanya di ungkapkan
dengan simbol-simbol tertentu. Contoh simbol bilangan “3” secara umum sudah
dipahami sebagai bilangan “tiga” sebaliknya kalau seorang mengucapkan kata “tiga”
dengan sendirinya dapat disimbulkan dengan “3” fakta yang komplek sepertinya Π ≈
3,14 yang dipahami sebagai pi yang mendekati tiga koma empat belas. 2 3 = 2 x 2 x 2 
yang dipahami sebagai dua kali dua kali dua. Dalam geometri biasanya juga terdapat
simbol-simbol tertentu, seperti “⊥” yang berarti tegak lurus, “//” yang berarti sejajar.
Dalam trigonometri kita kenal “sin” yang berarti perbandingan atau fungsi sinus. Dalam
aljabar simbol “a,b” menunjukkan pasangan berurutan, simbol f  yang dipahami sebagai
fungsi dan masih banyak lagi lainnya.
Cara mempelajari fakta bisa dengan hafalan, drill (latihan terus menerus),
demontrasi tertulis dan lain-lain. Dengan demikian dalam memperkenalkan simbol dan
fakta matematika kepada siswa, guru seharusnya melalui beberapa tahap yang
memungkinkan siswa dapat menyerap makna simbol-simbol tersebut.
Penggunaan fakata yang berupa simbol bila terlalu capat diberikan kepada
siswa, dapat menyebabkan salah pengertian atau miskonsepsi terhadap simbol
tersebut.Selain itu, penekanan pada aspek teknis berupa perhitungan belaka, juga dapat
menimbulkan miskonsepsi tersebut.Contoh terjadinya miskonsepsi pada simbol adalah
siswa seringkali dibimbing hanya menggunakan fakta-fakta matematika, tanpamem
perhatikan pemahamannya. Salah satu contoh adalah pemahaman terhadap bilangan pi
(п). Ada siswa yang menganggap pi bernilai sama dengan 3,14 atau  (22/7)  bukannya
sekedar nilai pendekatan. Ada pula yang lebih parah, menganggap nilai pi sama dengan
1800, bukan memahami sebagai kesetaraan antara radian dan derajat.

2. Objek Kajian Matematika Berupa Konsep


Konsep adalah ide abstrak yang dapat menggolongkan atau mengklasifikasi
sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Contoh
“segi tiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat membedakan mana
yang merupakan contoh segi tiga dan mana yang bukan segi tiga. “bilangan prima” juga
nama suatu konsep, yang dengan konsep ini kita dapat membedakan yang merupakan
bilangan prima dan yang bukan bilangan prima. Konsep bilangan prima lebih komplek
dibandingkan konsep segi tiga oleh karena itu didalam konsep bilangan prima memuat
konsep-konsep lain sseperti “bilangan”, “satu” dan lain-lain. Dalam matematika
terdapat konsep yang penting yaitu “fungsi”, “variabel”, dan “konstanta”. Konsep
tersebut, seperti halnya dengan bilangan, terdapat semua cabang matematika.Banyak
konsep lain dalam matematika yang lebih komplek misalnya matriks, vektor,
determinan, gradien, dan lainnya.
Cara menyatakan konsep dalam matematika:
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
kepada apa yang telah diketahui. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu meteri
matematika yang baru, penglaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Menurut Coney,
ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengajarkan konsep matematika,
khususnya pada siswa yang berada pada tahap berpikir operasi formal, yaitu:
a. Pendefenisian
Defenisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.Dengan adanya
defenisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang
didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep
tertentu. Konsep lingkaran misalnya “lingkaran dapat didefinisikan sebagai
kumpulan titik-titik pada bidang datar yang memiliki jarak yang sama terhadap titik
tertentu” dengan definisi tersebut akan jelas apa yang disebut dengan lingkaran.
Dengan definisi tersebut pula orang mampu membuat sketsa lingkaran.
Membuat defenisi adalah langkah baik karena defenisi menggunakan bahasa
yang singkat tetapai padat dan terstruktur.
b. Menyatakan syarat cukup.
Kita dapat melihat gaya bahasa dari syarat cukup, yaitu “jika” selain itu juga
kadang digunakan: asalkan, sebab, karena, dengan alasan. Dengan logika syarat
cukup, siswa diharapkan mampu mencari contoh objek yang dinyatakan oleh konsep,
sehingga langkah syarat cukup memudahkan penerapan dari konsep.
c. Memberi contoh.
Hal  ini sangat penting, karena dengan contoh dapaat memperjelas siswa
tentang konsep yang dipelajarinya. Untuk itu contoh diharapkan contoh yang dipillah
adalah sederhana, kemudian siswa dituntut untuk mencari contoh-contoh lainnya
sendiri.
d. Memberi contoh disertai alasan.
Pemberian contoh yang disertai alasan releven dengan penyajian syarat
cukup. Dengan kata lain, alasan yang dikemukakan tidak lain adalah syarat cukup
dari defenisi. Selain itu, contoh yang dibuat siswa tidak dibuat secara spekulatif dan
menghindari unsure tebakan.
e. Memberi kesamaan atau perbedaan objek yang dinyatakan konsep.
Dalam mengajarkan suatu konsep, sedang konsep tersebut mempunyai
kesamaan/perbedaan dengan konsep lain, maka sebaiknya dituntut siswa
mengemukakan persamaan/perbedaan yang ada, sehingga siswa benar-benar
memahami konsep yang dipelajari itu dengan sebaik-baiknya.
f. Member suatu contoh penyangkal.
Yaitu contoh yang digunakan untuk menyangkal kesalahan generalisasi atau
defenisi. Misal seorang siswa menyatakan bahwa trapesium adalah segi empat yang
mempunyai sepasang sisi yang sejajar.
g. Menyatakan syarat perlu.
Untuk menunjukkan pernyataan merupakan suatu syarat perlu, biasanya
digunakan tanda linguistik “harus” atau “hanya jika”.Misal sebuah segi empat jajaran
genjang hanya jika (harus) kedua pasang sisi yang berlawanan sejajar.
h. Menyatakan syarat perlu dan cukup.
Untuk menyatakan objek suatu konsep mempunyai syarat perlu dan cukup
biasanya digunakan kata “jika dan hanya jika”, dengan menyatakan syarat perlu dan
cukup memungkinkan siswa menguasai konsep dengan baik, karena syarat cukup
dapat mengidentifikasi contoh, sedangkan syarat perlu dapat mengidentifikasi bukan
contoh.

3. Objek kajian matematika berupa keterampilan


Keterampilan adalah prosedur untuk memperoleh suatu hasil tertentu.
Misalkan ketika kita diminta untuk menentukan hasil dari 678 x 77 tanpa menggunakan
kalkulator.Prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh hasil 678 × 77
biasanya adalah dengan perkalian bersusun. Diawali dengan mengalikan 7 x 8 yang
sama dengan 56, diikuti dengan menulis angka satuan 6 di tempat satuan serta
menyimpan angka puluhan 5 di dalam pikiran. Setelah itu menentukan nilai dari 7 × 7
= 49. Hasil 49 ini ditambah dengan angka 3 yang disimpan tadi menjadi 52. Dari
hasil terakhir ini, angka satuannya, yaitu 2 ditulis di sebelah kiri 6 dan angka 5-nya
disimpan di dalam pikiran. Begitu seterusnya.

4. Objek kajian matematika berupa prinsip


Prinsip adalah objek kajian matematika yang lebih komplek, prinsip dapat
terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun
operasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara
berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema sifat dan
sebagainya. Contohnya sifat komutatif dan sifat asosotiatiif dalam aritmatika merupakan
suatu prinsip, begitu pula dengan teorema phytagoras. Contoh sebuah aksioma antara
lain melalui “satu titik A diluar sebuah garis g dapat dibuat tepat sebuah garis yang
sejajar garis g”.
Siswa dianggap telah memehami suatu prinsip apabila ia telah memahami
bagaimana prinsip itu dibentuk dan dapat menggunakannya pada situasi yang cocok.
Bila demikian dia telah memahami fakta konsep atau definisi, serta operasi yang
termuat dalam prinsip tersebut.

Anda mungkin juga menyukai