Laporan 1 Pembuatan Pelet Tricoderma Safrina Acc

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Bioteknologi Pertanian

PERBANYAKAN PELET Tricoderma sp. PADA MEDIA AMPAS TAHU

Disusun Oleh:

Nama : SAFRINA
NIM : 1805109010011
Kelas : 01/ Bioteknologi Pertanian

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trichoderma sp. Adalah jamur yang memiliki daya adaptasi luas, paling
banyak terdapat di dalam tanah. Di samping peranannya sebagai jamur antagonis,
juga berfungsi sebagai organisme pengurai dan stimulator pertumbuhan tanaman.
Potensi Trichoderma sp. Sebagai agens pengendalian hayati sudah tidak
terbantahkan. Trichoderma sp. diaplikasikan dalam bentuk berbagai substrat,
misal dedak padi, kulit sekam, serbuk gergaji, tepung kulit sekam, tepung jagung,
dan campuran beberapa substrat. Aplikasi Trichoderma dalam bentuk substrat
kurang praktis karena membutuhkan wadah dan tenaga kerja yang cukup banyak,
serta sering mengalami kendala untuk dibawa dan diaplikasikan di lapangan. Oleh
karena itu, perlu dicari formula pelet Trichoderma yang lebih praktis, efektif, dan
efisien.

Ampas tahu mengandung mineral seperti protein, lemak, karbohidrat,


kalsium, besi, air, nitrogen, fosfor dan kalium. Berdasarkan kandungan tersebut
ampas tahu selain dapat digunakan sebagai media bagi pelet Trichoderma, ampas
tahu juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan
tanah. Kandungan nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), C organik
dan mangnesium (Mg) sangat diperlukan oleh tanaman. Kandungan ampas tahu
dapat berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Ampas tahu yang
mengandung protein dan karbohidrat tinggi dapat menjadi pupuk organik.

Penggunaan agen hayati untuk pengendalian penyakit dirasakan sangat


lambat perkembangannya karena terbatasnya agen hayati yang diproduksi secara
massal dan dapat digunakan secara komersial, sehingga diperlukan teknologi
untuk produksi massal Trichoderma sp. pada beberapa macam media (Dewi, 2006
dalam Wijaya dkk., 2011). Terdapat permasalahan yang timbul bagaimana
mendapatkan jamur Trichoderma sp dalam jumlah yang besar serta murah.
Perbanyakan massal dapat dilakukan dengan menggunakan media buatan yang
berisi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Trichoderma sp.
Perbanyakan massal dapat dilakukan dengan menggunakan media buatan
yang berisi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Trichoderma sp. Dalam
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dedak, beras, serbuk gergaji, sekam
padi dan ampas tahu dapat dijadikan sebagai media dalam perbanyakan
Tricoderma sp. Bahan- bahan tersebut mengandung karbohidrat, serat, nitrogen,
posfat, kalium, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
Trichoderma sp. Selain karbohidrat, cendawan memerlukan asupan protein untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu, untuk memperkaya formula pelet Trichoderma
sp. dapat ditambahkan ampas tahu yang merupakan hasil samping pembuatan
tahu, kadar proteinnya cukup tinggi, yaitu sebesar 26.6% pada kadar air 9%
(Direktorat Gizi dan Kesehatan 1993).

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui cara pembuatan
pelet Trichoderma sp dan perbanyakan pelet Trichoderma sp. pada media ampas
tahu.
II. TINJAUN PUSTAKA

Trichoderma sp. marupakan jamur yang habitatnya di tanah. Trichoderma


sp merupakan jamur yang habitatnya di tanah, termasuk class Ascomycetes yang
mempunyai spora hijau. Jamur Trichoderma sp. yang dapat menjadi agen
biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya. Jamur ini mempunyai
potensi degradasi dekomposisi berbagai macam substrat heterogen di tanah,
interaksi positif dengan inang, memproduksi enzim untuk perbaikan nutrisi bagi
tanaman.(Novianti, 2018).

Trichoderma sp. marupakan merupakan agens hayati yang sudah banyak


digunakan dalam perlindungan tanaman, baik sebagai pupuk hayati ataupun
sebagai agens pengendali penyakit, tetapi pemanfaatannya kurang praktis jika
diaplikasikan di lapangan, karena memerlukan wadah yang cukup banyak dan
tenaga kerja banyak. Penggunaan cendawan antagonis sebagai agens hayati harus
dalam bentuk formula yang tepat dengan bahan yang mudah tersedia (Lewis
dan Papavizas 1991 dalam (Soekarno et al., 2014) ). Formula Trichoderma sp.
dikembangkan dalam bentuk pelet dari beberapa bahan pembawa yang cocok
sebagai substrat sehingga lebih praktis untuk dibawa atau dikirim dan
diaplikasikan di lapangan. Keefektifan masing-masing formula pelet dipengaruhi
oleh kandungan C/N dan faktor lain pada masing-masing bahan pembawa
(Soekarno et al., 2014).

Tahu adalah bahan makanan dengan berbahan dasar kacang kedelai lokal
maupun impor yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. dalam prsoses
pembuatan tahu akan diperoleh hasil lain, yakni ampas tahu (limbah padat) dan
sari tahu (limbah cair). Bahan dasar pembuatan tahu adalah dengan menggunakan
kedelai, kedelai tersebut digiling menggunakan alat penggiling dan dicampurkan
denagn air panas. Penggilingan dengan air panas akan menghasilkan bubur
kedelai, bubur kedelai tersebut dipanaskan sehingga muncul gelembung-
gelembung kecil lalu diangkat dan dibiarkan agak dingin setelah itu bubur
kedelai tersebut disaring sehingga diperoleh sari kedelai dan ampas kedelai tau
lebih dikenal dengan sebutan ampas tahu ( Winarmo, 2003).
Ampas tahu merupakan hasil samping dari proses pembuatan tahu. Kadar
protein ampas tahu cukup tinggi yakni sekitar 6%. Pada umumnya ampas tahu
dimanfaatkan untuk pakan ternak tau campuran oncom dan tempe gambus. Ampas
tahu mengandung 17% dari jumlah protein kedele, bila kadar protein kedele
sekitar 35% maka protein yang terdapat pada ampas tahu sekitar 6% (Anonymous,
2005).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 sampai 31 Maret


2021 pukul 16:00-17:00 WIB, di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Prodi
Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Adapun alat yang digunakan ialah sebagai berikut:


1. Kain Perca
2. Baskom
3. Cetakan
4. Blender
5. Saringan
6. Oven
7. Autoklaf
8. Plastik
9. Karet

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan ialah sebagai berikut:
1. 10 Gram Ampas Tahu
2. 32 Gram Dedak
3. 15 ml Molase
4. 12 ml Aquades
5. Larutan endawan Tricoderma sp. 1 ml

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja praktikum ini ialah sebagai berikut :
1. Diambil ampas tahu yang masih basah diperas dengan kain perca dan
diambil sisa ampasnya
2. Ampas tahu dikeringkan selama 7 hari, lalu dibawa ke Laboratorium
3. Ampas tahu diblender lalu diayak dengan saringan
4. Dimasukkan ampas tahu yang telah diayak kedalam baskom lalu
ditambahkan 32 gram dedak kedalamnya
6. Ditambahakan 12 ml aquades
7. Ditambahakan I ml larutan Tricoderma sp. kedalamnya
5. Diaduk sampai rata, lalu dimasukkan kedalam plastik dan diikat dengan
karet bagian atasnya
6. Dinkubasi selama 1 minggu
7. Dicetak dengan alat cetakan
8. Dioven selama 2 hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 1. Gambar pelet Tricoderma sp. sebelum di oven.

Gambar 2. Gambar pelet Tricoderma sp. setelah di oven.

4.2. Pembahasan
Seperti yang kita ketahui bahwa Tricoderma sp, merupakan salah satu
mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan
biofungisida. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat
diisolasi dari perakaran tanaman dilapangan. Spesies Trichoderma sp. disamping
sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan
stimulator pertumbuhan tanaman. Melihat pernanannya yang begitu besar
terhadap pertumbuhan tanaman, maka diperlukan nya produksi agen hayati dalam
skala besar. Penggunaan agen hayati Tricoderma sp. dirasakan sangat lambat
perkembangannya karena terbatasnya agen hayati yang diproduksi secara massal
dan dapat digunakan secara komersial, sehingga diperlukan teknologi untuk
produksi massal Trichoderma sp. pada beberapa macam media.
Perbanyakan massal dapat dilakukan dengan menggunakan media buatan
yang berisi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Trichoderma sp. salah
satu media perbanyakan Trichoderma sp ialah dapat dilakukan pada media ampas
tahu dan dedak. Penggunaan media ampas tahu dan dedak ini mudah untuk
didapatkan dan biayanya juga murah. Pada praktikum yang telah dilakukan
perbanyakan Tricoderma sp. menggunakan media utama ampas tahu dan dicampur
dengan dedak. Ampas tahu yang digunakan sebanyak 10 gram dan dedak
sebanyak 32 gram.

Ampas tahu adalah limbah padat hasil industri pabrik tahu dari sisa
pengolahan kedelai menjadi tahu. Kandungan protein, karbohidrat dan mineral
yang tinggi pada ampas tahu dapat dipergunakan kembali menjadi suatu produk
yang berguna. Kandungan mineral yang terkadung dalam ampas tahu sangat
bermanfaat bagi unsur hara tanaman. Ampas tahu dapat dimanfaatkan kembali
sebagai pakan ternak, pupuk dan tempe gembus.

Dedak mengandung karbohidrat, serat, dan nitrogen. Kandungan dari


bahan-bahan tersebut mampu menyuplai nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangan Trichoderma sp.. Selain kandungan diatas jamur Trichoderma sp.
juga memerlukan asupan protein untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, untuk
memperkaya formula pelet Trichoderma sp. dapat ditambahkan ampas tahu yang
merupakan hasil samping pembuatan tahu, kadar proteinnya cukup tinggi, yaitu
sebesar 26.6% pada kadar air 9%. Selain pada media dedak dan ampas tahu, media
lain untuk perbanyakan Trichoderma sp. dapat dilakuka pada media seperti
jagung, beras, dan bekatul.

Dalam pembuatan pelet Trichoderma sp. kualitas isolat jamur


Trichoderma sp, isolat jamur Trichoderma sp. yang diperbanyak secara massal
harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya umur biakan tidak lebih dari 3
(tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar (baru dipindahkan ke media yang
baru). Keefektifitas dari pelet Trichoderma sp tergantung dari kandungan dari
bahan pembawanya. Oleh kerena itu semakin bagus bahan pembawa dalam
formula pelet Trichoderma sp. maka semakin bagus kualitas dari peletnya. Dalam
proses inkubasi, ruangan inkubasi juga harus mendukung pertumbuhan jamur
Trichoderma sp. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban ruangan harus diatur
sedemikian rupa agar pertumbuhan jamur berjalan optimal.

Pengamatan secara makroskopis pada beberapa media tumbuh (carrier)


Trichoderma sp. perkembanagn jamur Trichoderma sp. pada umur 5 hari sudah
menunjukkan perkembangan. Dan pada umur 15 hari Trichoderma sp. pada media
sudah tumbuh merata Sesuai dengan pernyataan (Cook and Baker, 1989 dalam
Insan Wijaya. dkk, 2009), bahwa koloni Trichoderma sp. menurut pendapat
(Gusnawaty, 2014) dalam media biakan akan tumbuh dengan cepat.
Perkembangan warna koloni diawali dengan warna putih sampai berwarna hijau
tua. Faktor lain yang menyebabkan perubahan warna adalah terjadinya proses
pengomposan pada media biakan, sehingga partikel media menjadi hancur dan
warna media berubah menjadi hijau. Menurut Tombe (2005) dalam Insan Wijaya
(2009), Trichoderma sp. disamping sebagai agen hayati juga telah dilaporkan
sebagai mikroba dekomposer yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bahan
organik yang bermutu. Pertumbuhan jamur Trichoderma sp. juga dipengaruhi
beberapa faktor, misalnya suhu penyimpanan dan pengolahan media starter. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan macam media berpotensi
digunakan sebagai media perbanyakan Trichoderma sp, tetapi dalam
penerapannya harus disesuaikan dengan keberadaan dan harga dari media tersebut.

Adapun berikut merupakan klasifikasi dari cendawan Trichoderma sp.

Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycotina
Sub Divisi : Pezizomycotina
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
Trichoderma sp. adalah jenis cendawan yang tersebar luas di tanah dan
mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi
parasit cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap
jenis-jenis cendawan fitopatogen. Beberapa cendawan fitopatogen penting yang
dapat dikendalikan oleh Trichoderma sp. (Chairani, 2010).
Trichoderma sp. akan membentuk klamidospora sebagai propagul untuk
bertahan bila keadaan lingkungan kurang baik, miskin unsure hara, atau
kekeringan. Propagul ini akan tumbuh dan berkembang biak kembali apabila
lingkungan kembali normal. Hal ini berarti dengan sekali aplikasi Trichoderma sp.
akan tinggal didalam tanah untuk selamanya. Disamping itu Trichoderma sp.
adalah mikroba yang tahan terhadap berbagai perlakuan pestisida sehingga dapat
bertahan hidup dalam kondisi dan jenis tanah pada saat mikroba lain tidak dapat
hidup (Chairani, 2010).
Cendawan Tricoderma sp banyak memiliki manfaat yang berfungsi
sebagai agen hayati, sebagai stimulator pertumbuhan dan menghambat
pertumbuhan cendawan penyebab penyakit pada tanaman. Gusnawaty et al.
(2017) bahwa Trichoderma sp. dapat menghasilkan enzim selulase sehingga
mampu mendegradasi media yang mengandung selulosa. Oleh karena itu, bahwa
Trichoderma sp. dapat berperan sebagai biodekomposer karena mampu
memanfaatkan bahan-bahan organik terutama yang mengandung selulosa sebagai
sumber karbon dan energi untuk kebutuhan hidupnya. Mekanisme yang dilakukan
oleh agens antagonis Trichoderma sp. terhadap patogen adalah mikoparasit dan
antibiosis selain itu cendawan Trichoderma sp. juga memiliki beberapa kelebihan
seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat pada
berbagai substrat, cendawan ini juga memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas
dan tidak bersifat patogen pada tanaman.

Pemberian Trichoderma sp. mampu meningkatkan jumlah akar dan daun


menjadi lebar. Pada umumnya jamur Trichoderma sp. hidup ditanah yang lembab,
asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp.
yang optimum membutuhkan media dengan pH 4-5. Kemampuan jamur ini dalam
menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis.
Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-90%.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum yang telah dilaksanakan didapat
kesimpulan sebagai berikut:

1. Salah satu media perbanyakan Trichoderma sp ialah dapat dilakukan pada


media ampas tahu dan dedak.
2. Penggunaan media ampas tahu dan dedak ini mudah untuk didapatkan dan
biayanya juga murah.
3. Dalam pembuatan pelet Trichoderma sp. kualitas isolat jamur
Trichoderma sp, isolat jamur Trichoderma sp. yang diperbanyak secara
massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya umur biakan tidak
lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar.
4. Perkembanagn jamur Trichoderma sp. pada umur5 hari sudah
menunjukkan perkembangan. Dan pada umur 15 hari Trichoderma sp.
pada media sudah tumbuh merata.
5. Perkembangan warna koloni diawali dengan warna putih sampai berwarna
hijau tua.

5.2. Saran
Diharapkan semoga semua praktikan memiliki semua baha dan keperluan
lain yang di butuhkan saat praktikum sehingga memperoleh hasil yang maksimal
serta memperhatikan dengan serius agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2005. Laporan Studi Pengembangan Pengolahan Limbah Tahu.


Kerjasama Fateta-IPB dengan BIBIK, Departemen Perindustrian , Bogor.
Direktorat Gizi dan Kesehatan RI. 1993. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Jakarta
(ID): Bharata Karya Aksara.
Gusnawaty Hs., Muhammad, Taufik., L. O. S. Bande., Agus, Asis. 2017.
Efektivitas Beberapa Media Untuk Perbanyakan Agens Hayati
Trichoderma Sp. Jurnal HPT Tropika. 17(1): 70-76.

Gusnawaty, 2014. Karakterisasi Morfologis Trichoderma sp. Indegenus. Jurnal.


Agroteknos. 4(2). 88-94.
Novianti, D., 2018. Perbanyakan Jamur Trichoderma sp pada Beberapa Media.
sainmatika 15(1), 35-41.
Soekarno, B., Surono, S., Balai Penelitian Tanah, Susanti, S., Institut Pertanian
Bogor, 2014. Formula Pelet Berbahan Aktif Trichoderma sp. dan
Aplikasinya terhadap Penyakit Rebah Kecambah pada Tanaman
Mentimun. jfi 10(5), 153–159.
Wijaya,, I,. Oktarina., dan Virdanuriza, M. 2011. Pembiakan Massal Jamur
Tricode
rma sp. pada Beberapa Media Tumbuh Sebagai Agen Hayati Pengendalian
Penyakit Tanaman. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. http://digilib.
unmuhjember.ac.id/. diakses 21 Mei 2021.
Wijaya, 2009. Pembiakan Massal Jamur Tricoderma sp. Pada Beberapa media
tumbuh sebagai Agen hayati Pengendalian penyakit Tanaman. Agritrop
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 2(1), 87-91.
Winarmo, F.G. 2003. Kimia Pangan dan Gizi : Edisi Terbaru . Jakarta. Gramedia.
Pustaka Utama
LAMPIRAN

Gambar 1. Ampas tahu diblender. Gambar 2. Ampas tahu diayak.


Gambar 3. Adonan Pelet Tricoderma sp. Gambar 4. Pengisian adonan pelet
yang akan diinkubasi. Tricoderma sp. ke cetakan.

Gambar 5. Proses pencetakan pelet Gambar 6. Pelet Tricoderma sp.


Tricoderma sp. setelah di oven.

Anda mungkin juga menyukai