Buku Referensi Petai Cina
Buku Referensi Petai Cina
Buku Referensi Petai Cina
net/publication/349252393
CITATIONS READS
0 1,697
1 author:
Harrizul Rivai
Universitas Andalas
211 PUBLICATIONS 249 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analysis of drug using the under area curve method by ultraviolet spectrophotometry View project
All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 12 February 2021.
Penggunaan Tradisional,
Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologi
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Harrizul Rivai
Desain Cover :
Dwi Novidiantoko
Sumber :
www.shutterstock.com
Tata Letak :
Amry Rasyadani
Proofreader :
Avinda Yuda Wati
Ukuran :
viii, 61 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN :
978-623-02-2306-8
Cetakan Pertama :
Januari 2021
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: [email protected]
KATA PENGANTAR
Harrizul Rivai
v
DAFTAR ISI
vi
BAB V PENGGUNAAN LAIN PETAI CINA …………………… 51
5.1 Bahan disintegran tablet dari biji petai cina ……………. 51
5.1 Pembuatan cooling gel dengan daun petai cina ………… 52
BAB VI KESIMPULAN ………………………………………..…... 54
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….… 55
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………… 61
vii
BAB I
PENDAHLUAN
1
terbalik, dengan warna cokelat tua mengkilap yang berukuran 6–10 mm × 3-
4,5 mm. Bijinya mirip petai, namun berukuran lebih kecil dan berpenampang
lebih kecil.[1] Morfologi tanaman petai cina disajikan dalam Gambar 1.1
sampai dengan 1.14.[2, 45]
2
Gambar 1.2 Habitat petai cina[45]
3
Gambar 1.4 Bibit petai cina yang lebih tua[45]
4
Gambar 1.6 Habitat berbuah petai cina[45]
5
Gambar 1.8 Daun majemuk dan tandan bunga petai cina [45]
6
Gambar 1.10 Buah petai cina yang sudah matang [45]
Gambar 1.11 Tampilan jarak dekat dari daun petai cina yang menunjukkan
kelenjar terangkat dan anak daun memanjang
7
Gambar 1.12 Tandan bunga tua petai cina dengan buah muda mulai
berkembang [45]
Gambar 1.13 Tampilan jarak dekat dari tandan bunga dan tangkai daun petai
cina dengan kelenjar terangkat [45]
8
Gambar 1.14 Tampilan jarak dekat dari benih petai cina [45]
Klasifikasi ilmiah
9
• Acacia leucocephala (Lam.) Link
• Acacia leucophala Link
• Leucaena glabra Benth.
• Leucaena glauca Benth.
• Mimosa glauca sensu L.
• Mimosa glauca Koenig ex Roxb.
• Mimosa leucocephala Lam.
• Mimosa leucophala Lam.
10
Gambar 1.15 Buah petai cina [4]
11
Pengumpulan data
12
BAB II
PENGGUNAAN TRADISIONAL PETAI CINA
2.1 Antibakteri
Manfaat petai cina ini paling banyak diperoleh jika Anda mengonsumsi bagian
daunnya. Berdarsarkan sebuah penelitian, kandungan alkaloid, flavonoid, dan
tanin di dalamnya membuat daun petai cina mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dapat mengakibatkan
penyakit kulit, contohnya impetigo, hingga penyakit kronis, seperti
pneumonia. Alkaloid berfungsi mengganggu komponen pada sel bakteri
sehingga dinding sel tidak berbentuk utuh sehingga bakteri akan segera mati.
Sedangkan flavonoid bersifat koagulator protein, sedangkan tanin dapat
mengerutkan dinding atau membran sel sehingga sel bakteri tidak dapat
bertahan hidup.
Manfaat petai cina yang juga datang dari bagian daunnya adalah sebagai
obat bengkak pada kulit. Khasiat ini dapat dirasakan dengan cara menggerus
daun petai cina, kemudian menempelkannya di kulit yang mengalami masalah
tersebut, biarkan selama beberapa lama, kemudian bersihkan. Kandungan
saponin di dalam daun petai cina juga diyakini mengandung saponin yang
dapat berperan sebagai pembentuk kolagen di dalam tubuh. Hal ini membuat
kulit dapat mempercepat pengempisan bengkak sehingga akan lebih cepat
sembuh.
13
2.3 Meredakan diare
14
biji/hari. Cara pembuatan/penggunaan: bahan direbus dalam 2 gelas air
sampai menjadi 1 gelas, dinginkan, saring, diminum sekaligus.[48].
Gambar 2.1 Makan sayuran dari petai cina untuk detoksifikasi tubuh
Petai cina dapat mengeluarkan racun dari tubuh dengan cara detoksifikasi
(Gambar 2.1). Petai cina memiliki senyawa alkaloid. Senyawa ini bersifat
menetralisir racun di dalam tubuh dan membuangnya lewat sekresi tubuh.
Flavonoid dalam petai cina juga membantu menyingkirkan virus dan bakter
di dalam tubuh yang mengganggu fungsi vital seperti hati, ginjal, dan
pencernaan. Sifat detoksifikasinya dapat menyehatkan hati dan mencegah
15
masuknya penyakit hepatitis. Fungsi ini juga berpengaruh pada kesehatan
ginjal dan mendukung kinerjanya secara maksimal.[54]
2.7 Diet
Petai cina mengandung protein yang tinggi kadarnya, lemak serta kalori
rendah. Konsumsi petai cina aman dan cocok dalam proses penurunan berat
badan (Gambar 2.2). Asupan protein tinggi dapat meningkatkan metabolisme
dan membantu membakar lebih banyak kalori sepanjang hari. Makanan tinggi
protein mengurangi rasa lapar, membantu makan lebih sedikit kalori. Ini
disebabkan oleh peningkatan fungsi hormon pengatur berat badan. Makan
lebih banyak protein dapat mengurangi keinginan dan keinginan untuk ngemil
larut malam.[54]
Ekstrak biji petai cina juga sangat baik dalam menangkal radikal bebas
dan mengurangi risiko serangan kanker. Flavonoid dalam petai cina mampu
16
mencegah sel-sel tubuh berkembang menjadi kanker. Flavonoid membantu
mengatur aktivitas seluler dan melawan radikal bebas yang menyebabkan
stres oksidatif pada tubuh penyebab kanker. Penelitian telah menunjukkan
bahwa flavonoid dapat membantu menghentikan penggandaan sel kanker. Ini
termasuk mengonsumsi makanan dengan flavonoid dan menjaga pola makan
yang sehat.[54]
Petai cina juga mengandung kalsium dan fosfor yang memberi nutrisi pada
tulang. Fosfor bekerja dengan kalsium untuk membantu membangun tulang.
Tubuh membutuhkan jumlah kalsium dan fosfor yang tepat untuk kesehatan
tulang (Gambar 2.3). Tubuh tidak menghasilkan kalsium, jadi seseorang harus
mengandalkan makanan untuk mendapatkan kalsium yang dibutuhkan.
Tulang adalah tempat penyimpanan utama kalsium dalam tubuh. Fosfor juga
memainkan peran struktural penting dalam asam nukleat dan membran
sel.[54]
17
2.10 Meningkatkan kekebalan tubuh
Petai cina memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan antivirus yang dapat
mencegah masalah kulit. Petai cina dapat mengatasi perdangan kulit yang
disebabkan karena psoriasis. Biji petai cina dikenal sangat baik meredakan
peradangan dan nyeri. Petai cina juga mengandung vitamin C yang berperan
sebagai antioksidan kulir (Gambar 2.5). Vitamin C adalah antioksidan yang
18
dapat mengurangi kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap tubuh.[54]
19
BAB III
TINJAUAN FITOKIMIA PETAI CINA
20
bioaktif yang potensial dan direkomendasikan sebagai tanaman yang memiliki
kepentingan fitofarmasi.[12]
21
energi, mikroskop elektron transmisi, difraksi sinar-X, spektroskopi
inframerah transformasi Fourier, Brunauer-Emmett-Teller, analisis Barrett-
Joyner-Halenda, dan Photoluminescence. Selanjutnya, CuO-NP menunjukkan
aktivitas antimikroba, antimalaria, dan antimikobakteri yang luar biasa
terhadap patogen manusia yang dipilih.[15]
22
dari Leucaena leucocephala tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap
garis sel karsinoma Ehrlich-ascitis pada konsentrasi yang diuji.[35]
23
(d), R1= H; R2=O-Rh-Gl.; R3=OH. (kaempferol-3-O-rubinoside).
(e), R1=OH; R2= O-Rh; R3=OH. (querecetin-3-O-rhamnoside).
(f), R1=OH; R2=H; R3= O-GL. (luteolin-7-O-glucoside).
24
tetratetracontane, asam oksalat, allyl hexadecyl ester, squalene, octacosane
dan hexatriacontane (Gambar 3.3).
25
metil ester, asam 9,12-oktadekadienoat, metil ester dan squalene (Gambar
3.4).
26
methyl-, methyl ester, 9,12,15-octadecatrienoic acid, methyl ester dan 3,7,11-
tridecatrienenitrile, 4,8,12-trimethyl (Gambar 3.5).
27
3,7,11,15-Tetramethyl-2-hexadecen-1-ol, (13) 5-Eicosene, (14) 9,12,15-
Octadecatrienoic acid, methyl ester, (23) 1-Docosene, (29) Squalene
Waktu Luas
Rumus Berat
No Retensi Nama Senyawa Puncak
Molekul Molekul
(menit) (%)
Ekstrak heksana
1 26,69 Tetratetracontane C44H90 618 5,03
2 27,80 Asam oksalat, alil C21H38O4 354 6,05
heksadesil ester
3 28,08 Squalene C30H50 410 41,02
4 29,15 Oktakosan C28H58 394 16,00
5 32,80 Hexatriacontane C36H74 506 9,50
Ekstrak petroleum eter
1 16,16 5-Octadecene C18H36 252 1,83
28
2 18,90 1-Octadecyne C18H34 250 12,10
3 19,35 3,7,11,15- C20H40O 296 5,93
Tetramethyl-2-
hexadecen-1-ol
4 19,86 Asam pentadekanoat, C17H34O2 270 3,77
14-metil-, metil ester
5 21,53 Asam 9,12- C19H34O2 294 2,38
Oktadekadienoat,
metil ester
6 28,08 Squalene C30H50 410 30,47
Ekstrak kloroform
1 18,89 3,7,11,15- C20H40O 296 30,86
Tetramethyl-2-
hexadecen-1-ol
2 19,85 Asam heksadekanoat, C18H36O2 284 2,08
15-metil-, metil ester
3 21,60 Asam 9,12,15- C19H32O2 292 5,88
oktadekatrienoat,
metil ester
4 28.08 3,7,11- C16H25N 231 25,64
Tridecatrienenitrile,
4,8,12-trimethyl
Ekstrak etil asetat
1 10,75 2-Dodecene C12H24 168 1,66
2 13,62 7-Hexadecene C16H32 224 5,23
3 18,43 5-Octadecene C18H36 252 9,59
4 18,89 1-Octadecyne C18H34 250 13,67
5 19,35 3,7,11,15- C20H40O 296 5,27
Tetramethyl-2-
hexadecen-1-ol
6 20,49 5-Eicosene C20H40 280 9,26
7 21,59 Asam 9,12,15- C19H32O2 292 2,23
oktadekatrienoat,
metil ester
8 24,08 1-Docosene C22H44 308 2,80
9 28,07 Squalene C30H50 410 12,28
Ekstrak metanol
29
1 18,90 3,7,11,15- C20H40O 296 16,05
Tetramethyl-2-
hexadecen-1-ol
2 19,85 Asam heptacosanoic, C28H56O2 424 0,57
metil ester
3 20,24 Asam n- C16H32O2 256 0,95
heksadekanoat
4 21,60 Asam 9,12,15- C19H32O2 292 1,55
oktadekatrienoat,
metil ester
5 21,70 Fitol C20H40O 296 33,80
6 28,08 Squalene C30H50 410 17,62
Para peneliti telah dapat mengisolasi 15 senyawa dari bagian berbeda dari
Leucaena leucocephala. Asam linoleat dan β-sitosterol diisolasi dari biji.
Lupeol, β-sitostenone dan 5 α, 8 α-epidioxy- (24 ξ) -ergosta-6, 22- dien-3 β-
ol dari polong coklat. Pheophorbide a methyl ester, ficaprenol-11, squalene,
campuran asan cis- dan trans-kumarat, dan pyropheophorbide-a diisolasi dari
polong hijau. Pheophytin-a, aistopyll-C, 132-hydroxy- (132-S) -pheophytin-a
dan methyl-132- hydroxy- (132-S) -pheophorbide b diisolasi dari daun.[37]
30
Fitokomponen utama kulit batang adalah 1,2-benzenedicarboxylic acid,
diisooctyl ester (65,7%), β-sitosterol (27,2%), betulin (22,1%), lupeol
(21,1%), dan 9,12-octadecadienoic acid (Z,Z) -, metil ester (8,8%). Cabang
kayu mengandung β-sitosterol (60,1%), 1,2-benzenedicarboxylic acid, mono
(2-ethylhexyl) ester (47,2%), lupeol (22,5%), campesterol (15,6%), dan
stigmasterol (14,1%). Sebagian besar senyawa yang diidentifikasi telah
dilaporkan memiliki aktivitas biologis yang penting, seperti aktivitas
antimikroba, anti-inflamasi, antikanker, anti-rematik, antioksidan, dan
antidiabetes. Empat konstituen L. leucocephala secara statistik independen
dalam fitokomponen tersebut. Fitokomponen dalam lima pelarut dicampur
untuk menggambarkan empat konstituen. Konstituen L. leucocephala ini
adalah sumber biologis yang potensial untuk fitofarmaseutik.[38]
31
Gambar 3.8 Struktur lupeol [53]
32
BAB IV
AKTIVITAS FARMAKOLOGI PETAI CINA
33
dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun lamtoro memiliki efek analgesik pada
mencit putih jantan yang diinduksi secara termal.[5]
Gambar 4.1 Grafik rata-rata respon anagesik mencit tiap kelompok terhadap
ekstrak daun lamtoro (petai cina) [5]
34
menghasilkan zona hambat 10.525 mm, 11.475 mm, 12.725 mm, dan 16,85
mm, masing-masing (Tabel 4.1).[16]
Tabel 4.1 Hasil pengukuran zona hambat berbagai konsentrasi ekstrak daun
petai cina (Leucaena leucocephala) terhadap Staphylococcus aureus [16]
35
aktivitas fraksinasi terpandu ekstrak biji akasia ini dan pemanfaatannya
sebagai antimikroba yang potensial.[42]
36
ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala) sebesar 25%, 50%, 75%, dan
100%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun petai cina
(Leucaena leucocephala) menghasilkan zona hambat seluas 10.525 mm,
11.475 mm, 12.725 mm, dan 16.85 mm pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan
100%. Ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala) efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Zona hambat yang
terbesar pada konsentrasi murni yaitu 16,85 mm dan zona hambat yang
terbentuk termasuk dalam kategori sedang.[43]
Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alum yang sangat penting
dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah petai
cina (Leucaena leucocephala). Secara etnobotani, masyarakat Indonesia telah
memanfaatkan daun petai cina sebagai obat-obatan di antaranya sebagai obat
luka dan obat bengkak. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara
iImiah melalui isolasi dan identifikasi senyawa antibakteri dari daun L.
leucocephala. Serbuk kering daun L. leucocephala diekstraksi dengan
menggunakan Soxhlet secara bertingkat yang dimulai dengan wash-benzen
dan diikuti dengan metanol. Kedua ekstrak kental diuji aktivitas
antibakterinya pada Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan E. coli 25922
menggunakan metode difusi agar dan dilihat proftl KLT-nya. Ekstrak yang
menunjukkan aktifitas terhadap S. aureus difraksinasi menggunakan
kromatograft vakum cair dengan fase gerak yang berbeda yakni wash-benzen
dan kombinasi wash-benzen dan etil asetat Masing-masing fraksi yang
diperoleh diuji aktivitas antibakterinya dan dilihat proftl KLT-nya. Senyawa
aktif pada fraksi aktif diisolasi dengan kromatograft lapis tipis preparatif (pIa,
p2a, p3a). Senyawa aktif (p2a) yang diperoleh diuji kemurniannya secara KLT
dengan tiga macam variasi fase gerak. [53]
37
normal (> 140 mg/dL), maka seseorang didiagnosis diabetes melitus.
Pengobatan diabetes mellitus, terutama tipe 2, biasanya diobati dengan
menggunakan obat acarbose, yang akan menghambat α-amilase dan α-
glukosidase. Pada penelitian ini akan dianalisis kemampuan daya hambat
infus buah petai cina segar dan kering (Leucaena leucocephala L. de Wit)
terhadap kedua enzim tersebut. Penghambatan infus terhadap aktivitas enzim
α-amilase ditentukan dengan metode asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS). Untuk
α-glukosidase, menggunakan substrat p-nitrofenil-a-D-glukopiranosida (p-
NPG). Absorbansi reaksi diukur menggunakan microplate reader pada
panjang gelombang 530 nm untuk α-amilase dan 410 nm untuk α-glukosidase.
Sampel kering petai cina menyatakan % inhibisi infus lebih baik dari pada
sampel segar dalam menghambat aktivitas enzim α-amilase dengan persentase
sebagai berikut: infus buah petai cina kering 92,54 ± 1,11%, nilai ini tidak
berbeda nyata dengan Acarbose 93,89 ± 0,02%. Sedangkan % penghambatan
aktivitas enzim α-glukosidase dari semua sampel memiliki perbedaan yang
signifikan dengan Acarbose (P <0,05) dengan nilai penghambatan 97,99 ±
0,19%. Hasil ini menunjukkan bahwa tanaman petai cina memiliki potensi
sebagai antidiabetes, terutama dalam menghambat aktivitas enzim α-
amilase.[17]
38
kadar gula darah pada hari ke 0, 3, 10, dan 17. Aktivitas antihiperglikemik
ekstrak daun petai cina ditunjukkan dengan menghitung kekuatan
hipoglikemik dari masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun petai cina memiliki aktivitas antihiperglikemik
pada mencit yang diinduksi aloksan. Dosis uji ekstrak etanol daun petai cina
600 mg/kg BB memiliki aktivitas antihiperglikemik yang efektif
dibandingkan dengan 400 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB, sebanding dengan
kelompok kontrol positif (Tabel 4.2).[18]
Tabel 4.2 Rata-rata prosentase penurunan kadar glukosa darah hari ke-10 dan
ke-17 setelah pemberian ekstrak etanol daun petai cina [18]
39
menunjukkan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dengan IC50
33,75 μg/mL, IC50 132,55 μg/mL, dan 3659 μg/mL (Tabel 4.3).[9]
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun, kulit batang dan
biji petai cina [9]
40
trigliserida (TG), low-density lipoprotein (LDL), nitrogen urea darah (BUN),
dan kreatinin. Tetapi meningkatkan high-density lipoprotein (HDL) dan
insulin serum pada tikus yang diobati dengan diabetes. Namun, nilai
hematologi termasuk sel darah putih (WBC), sel darah merah (RBC),
hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct) pada tikus normal dan diabetes tidak
terpengaruh oleh ekstrak tersebut. Hasil uji DPPH menunjukkan bahwa
ekstrak daun P. acidus, L. leucocephala, dan P. guajava memiliki aktivitas
antioksidan dengan nilai EC50 232,37 ± 15,27, 296,10 ± 16,40, dan 39,40 ±
3,82 μg/mL, yang kurang poten dibandingkan asam askorbat (1,48 ± 0,86
μg/mL). Selain itu, ekstrak pada dosis hingga 2000 mg/kg tidak menunjukkan
tanda-tanda toksisitas akut dan kematian tikus selama periode
pengamatan.[19]
41
berlabel radiolabel dinilai menggunakan adiposit tikus primer. Kuantitatif
Waktu Nyata (RT-PCR) dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak pada
tingkat ekspresi gen (protein kinase B, AKT; transporter glukosa 4, GLUT4;
lipase sensitif hormon, HSL; fosfatidylinositol-3-kinase, PI3KA; pengaturan
sterol faktor pengikat elemen 1, Srebp1). Ini terlibat dalam jalur pensinyalan
yang diinduksi insulin. Ekstrak air buah L. leucocephala merangsang
adipogenesis moderat dan serapan glukosa ke dalam adiposit dibandingkan
dengan insulin (Gambar 4.3 – 4.5). Umumnya, ekstrak tersebut memberikan
efek lipolitik yang cukup besar pada konsentrasi yang lebih rendah tetapi
secara bertahap menurunkan konsentrasi yang lebih tinggi (Gambar 4.4).
Temuan ini sejalan dengan analisis RT-PCR. Ekspresi gen GLUT4 dan HSL
diregulasi dua kali lipat dan satu kali lipat, sedangkan gen AKT, PI3KA, dan
Srebp1 diregulasi ke bawah. Ekstrak air buah L. leucocephala dapat
digunakan sebagai adjuvan dalam mengobati diabetes mellitus tipe 2 dan
42
manajemen berat badan karena peningkatan pengambilan glukosa dan sifat
lipolisis adipogenesis yang seimbang.[21]
43
konsentrasi ekstrak buah Leucaena leucocephala dengan/tanpa insulin (100
μM) sebelum uji Oil Red O.[21]
Gambar 4.4 Pengaruh ekstrak air buah Leucaena leucocephala pada lipolisis
44
Leucaena leucocephala, epinefrin (1 μM), dan/atau insulin (1 μM) sebelum
uji kuantifikasi gliserol.[21]
Gambar 4.5 Pengaruh ekstrak air buah Leucaena leucocephala dan insulin
pada serapan glukosa dalam adiposit tikus.
45
merupakan eksperimen dengan desain control group pretest-posttest. Subjek
penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi
menjadi lima kelompok. Kelompok I sebagai kontrol positif diberi Acarbose,
kelompok II sebagai kontrol negatif, dan kelompok III, kelompok IV, dan
kelompok V sebagai kelompok perlakuan dan diberi ekstrak biji pohon petai
cina 1,5 g/kg BB, 3,5 g/kg BB, dan 7,8 g/kg BW. Kadar glukosa darah
diperiksa sebelum dan dua jam setelah pengobatan. Analisis statistik
menggunakan uji one-way ANOVA dan Bonferroni post hoc. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok III,
kelompok IV, dan kelompok V dengan kelompok kontrol positif (p <0,05).
Hasil penghambatan peningkatan glukosa darah terbaik terdapat pada
kelompok dosis 7,8 g/kg BB (kelompok V) dengan selisih rata-rata 186,4
mg/dL. Kesimpulannya, ekstrak biji petai Cina dapat menurunkan kadar
glukosa darah dua jam postprandial pada tikus putih yang diinduksi aloksan
jantan, dan dosis 7,8 g/kg BB terbukti paling efektif.[22]
46
diteliti khasiatnya untuk menurunkan kadar glukosa darah yakni biji petai cina
dalam sediaan infusa, yang ternyata kurang optimal dalam menurumkan kadar
glukosa darah. Berdasarkan penelitian tersebut maka penulis mencoba
mengadakan penelitian ekstrak biji petai cina 20%, diharapkan dapat
memberikan efek yang optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Dalam penelitian ini, digunakan 30 ekor tikus putih jantan dan dibagi menjadi
tiga kelompok yakni kelompok kontrol yang diberi air suling sebanyak 15
mL/kg BB sehari dua kali peroral dan kelompok pembanding diberi suspensi
Metobrmin HC1 500 mg/kg BB sebanyak 15 mL/kg BB sehari dua kali peroral
selanjutnya kelompok uji diberi ekstrak biji petai cina 20% sebanyak 15
mL/kg sehari dua kali peroral. Dari hasil analisis statistik secara Anova,
diperoleh hasil bahwa kadar glukosa darah kelompok uji berbeda bermakna
dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi efeknya lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok pembanding sehingga dapat disimpulkan
bahwa ekstrak biji petai cina 20% dosis 3 g/kg BB sebanyak 15 mL/kg BB
dengan pemberian sehari dua kali memberikan efek antihiperglikemik.[44]
Pada diare yang diinduksi minyak jarak, ekstrak biji L. leucocephala pada
dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB terbukti dapat memperlambat timbulnya
diare secara signifikan. Dosis ini juga mengurangi frekuensi diare, berat feses
(Gambar 4.6), dan lama diare dibandingkan dengan Na CMC sebagai kontrol
negatif (p < 0,05). Ekstrak pada dosis 400 mg/kg BB tidak berbeda nyata
dengan loperamide sebagai kontrol positif (p > 0,05). Dalam studi ini, ekstrak
L. leucocephala mengurangi jarak perjalanan usus tinta Cina hanya dengan
dosis 400 mg/kg BB, yang memiliki aktivitas yang sebanding dengan
loperamide secara signifikan (Gambar 4.7). Ekstrak etanol biji L.
47
leucocephala memiliki aktivitas anti diare, mendukung penggunaannya dalam
pengobatan tradisional.[24]
Setiap batang menunjukkan jumlah kotoran encer, lembek, dan padat dari
ekstrak biji L. leucocephala (LLSE). Data disajikan sebagai mean + SEM, n
= 5. * p <0,05 dibandingkan dengan kontrol negatif (Na CMC 0,5% kg/bb, +
48
p <0,05 dibandingkan dengan loperamide 1 mg/kg bb sebagai kontrol positif
(ANOVA satu arah diikuti oleh Tes post hoc Turki).[24]
Luka adalah bagian jaringan yang berasal dari jaringan tubuh yang
mengalami kerusakan. Cedera tersebut ditandai dengan rusaknya kontinuitas
sel, yang kemudian dilanjutkan dengan penyembuhan. Penyembuhan luka
merupakan proses kompleks yang terdiri dari proses inflamasi, reepitelisasi,
kontraksi luka, dan metabolisme kolagen. Sumber daya alam di Indonesia saat
ini banyak digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah daun petai
cina (Leucaena glauca). Petai cina dipercaya dapat digunakan sebagai obat
anti inflamasi dalam mengobati luka. Kandungan utamanya adalah saponin
yang terbukti dapat digunakan sebagai senyawa yang mampu memacu
pembentukan kolagen. Protein struktural ini berperan dalam proses
penyembuhan luka dan kemampuannya menjadi pembersih, yang secara
49
efektif menyembuhkan luka terbuka. Ilmuwan dengan metode yang
digunakan telah membuktikan itu adalah metode maserasi. Metode maserasi
dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun petai cina dengan
menggunakan pelarut etanol 70%. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa daun petai cina (Leucaena glauca) memiliki keefektifan yang tinggi
dan dipercaya memiliki khasiat dalam mengatasi anti inflamasi pada luka
bengkak.[25]
50
tidak memiliki potensi sifat anti-inflamasi. Kelompok dosis 400 mg/20 g BB
dan dosis 600 mg/20 g BB memiliki potensi sifat anti-inflamasi.[26]
Gambar 4.8 Persentase radang yang timbul akibat pemberikan ekstrak biji
petai cina
Daun petai cina dan kulit jengkol mengandung senyawa bahan alam
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Senyawa bahan
alam tersebut diduga berpotensi sebagai antikanker. Uji toksisitas digunakan
untuk mendeteksi potensi senyawa antikanker. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan nilai toksisitas dari kombinasi ekstrak daun petai cina dan
kulit jengkol. Proses ekstraksi menggunakan perbandingan bobot ekstrak daun
petai cina dan kulit jengkol yang digunakan secara berturut-turut 1:1, 1:3, 1:5,
1:7, dan 1:9. Metode uji toksisitas yang digunakan adalah Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dengan hewan uji Artemia salina L. Parameter yang
diukur adalah nilai lethal concentration (LC50). Nilai LC50 yang diperoleh
dari kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol 1:1, 1:3, 1:5, 1:7
dan 1:9 secara berturut-turut sebesar 85.27, 30.41, 21.76, 14.06 & 1.358 ppm
(Gambar 4.9). Hasil penelitian ini menunjukkan semua kombinasi ekstrak
51
daun petai cina dan kulit jengkol termasuk dalam kategori sangat toksik.
Kombinasi ekstrak daun petai cina dan kulit jengkol memberikan efek sangat
toksik yang diduga berpotensi sebagai antikanker.[40]
Gambar 4.9 Perbandingan nilai LC50 kombinasi ekstrak daun petai cina dan
kulit jengkol
52
(Gambar 4.11). Semua perbandingan termasuk dalam kategori sitotoksisitas
kecuali rasio 1: 1 pada sel kanker MCF-7.[27]
Kanker mulut adalah salah satu kanker paling umum di seluruh dunia,
dan metastasis diakui sebagai faktor utama penyebab rendahnya tingkat
kelangsungan hidup. Penghambatan perkembangan metastasis dan
53
peningkatan tingkat kelangsungan hidup untuk kanker mulut merupakan
tujuan penelitian yang penting. Leucaena leucocephala telah digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai gangguan. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan sifat antioksidan, anti inflamasi dan
antikanker dari bahan tanaman L. leucocephala. Namun, mekanisme
molekuler yang mendasari efek antikanker yang diinduksi oleh L.
leucocephala masih belum jelas. Dalam penelitian ini, kami menyelidiki efek
dari ekstrak L. leucocephala (LLE) pada SCC-9 dan sel kanker mulut SAS
dan memeriksa mekanisme penghambatan potensial yang terlibat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa LLE melemahkan kemampuan migrasi dan
invasi sel SCC-9 dan SAS dengan mengurangi aktivitas dan ekspresi protein
dari matriks metaloproteinase-2 (MMP-2). Mengenai jalur mitogen-activated
protein kinase (MAPK), fosforilasi ERK1/2 dan p38 menunjukkan efek
penghambatan yang signifikan dengan adanya LLE. Penerapan inhibitor ERK
dan inhibitor p38 menegaskan bahwa kedua jalur transduksi pensinyalan
terlibat dalam menghambat metastasis sel. Data ini menunjukkan bahwa L.
leucocephala dapat menjadi agen terapeutik yang manjur untuk mencegah dan
mengobati kanker mulut dan sumber tanaman utama untuk penelitian
antikanker di masa depan.[28]
54
Tabel 4.4 Sitotoksisitas senyawa yang diperoleh dari Leucaena leucocephala
pada berbagai jalur sel kanker
55
Tabel 4.4 (Lanjutan)
56
4.7 Aktivitas anthelmintik
Gambar 4.12 (a) Konsentrasi protein (mgP gMF–1) ekstrak biji Leucaena
leucocephala. (b) Aktivitas proteolitik dari ekstrak protein diekspresikan
57
dalam AU (Unit Aktivitas). (c) Analisis aktivitas protease inhibitor dari
ekstrak protein yang diekspresikan dalam UI (Unit Inhibition). (d) Aktivitas
kitinase ekstrak protein dinyatakan sebagai nKat (nanokatal). TE: ekstrak
total, SE: ekstrak kulit dan CE: ekstrak kotiledon. Data rata-rata ± SEM dari
tiga sampel. Tanda bintang menunjukkan perbedaan SE dan CE yang
signifikan (p <0,05) dibandingkan dengan TE.
Gambar 4.13 Kurva hubungan antara % kadar ekstrak etanol biji petai cina vs
% rata-rata kematian cacing
58
mengganggu pertumbuhan anak sehingga diperlukan anthelmintik alami
selain obat-obatan kimiawi yaitu seperti ekstrak daun petai cina (EDPC).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek anthelmintik ekstrak daun
petai cina terhadap Ascaris suum secara in vitro. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorik sungguhan Ascaris
suum yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu I, II, dan III dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 750 ekor cacing
berturut turut diberi dosis EDPC 5%, EDPC 10%, dan EDPC 20%. Kelompok
IV: kontrol negatif (NaCl) dan V: kontrol positif (pirantel pamoat, n=30, r=5).
Data yang diukur adalah jumlah cacing paralisis setelah diinkubasi selama 3
jam pada suhu 37 oC. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dengan α =
0,05, dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney (p<0,05) menggunakan
perangkat lunak komputer. Hasil penelitian penelitian menunjukkan rerata
persentase jumlah cacing paralisis pada kelompok I: 12,13%; kelompok II:
12,75%; kelompok III: 13,90%, berbeda sangat bermakna (p<0,01)
dibandingkan dengan kelompok IV: 18,41% dan kelompok V: 2,36%.
Simpulan, ekstrak daun petai cina berefek anthelmintik terhadap terhadap
Ascaris suum secara in vitro tetapi potensinya lebih lemah dari pirantel
pamoat.[39]
Penyakit ascariasis adalah salah satu infeksi parasit yang banyak banyak
dijumpai di Indonesia, disebabkan oleh cacing gelang Ascaris Lumbricoides.
Penyakit tersebut merupakan penyakit cacingan yang paling umum diderita
oleh 1,5 milyar penduduk dunia, sedangkan di Indonesia sendiri prevalensinya
mencapai 20,12%-75,18%. Tingginya presentasi tersebut dapat disebabkan
oleh karena iklim tropis dan kelembapan udara yang tinggi di Indonesia, yang
merupakan lingkungan yang cocok untuk perkembangan cacing serta kondisi
sanitasi. Salah satu tanaman obat yang memiliki daya anthelmintik adalah
petai cina atau yang sering popular di masyarakat jawa disebut lamtoro. Daya
59
anthelmintik petai cina diyakini melalui efek langsung bahan aktif yang
terkandung pada petai cina yang dapat membunuh parasit dalam tubuh.[46]
Infus biji dan infus daun petai cina (Leucanea leucocephala) mempunyai
daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro walaupun
khasiatnya masih di bawah obat piperazine sitrat. Apabila dibandingkan antara
kedua kelompok perlakuan, yaitu infus biji dan daun petai cina daya
anthelmintik infus daun petai cina adalah lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari
analisis probit diperoleh harga LC100 dan LT100 infus biji petai cina
(Leucanea keucocephala) adalah 65,061 gram/100 mL dan 29,750 jam. Hasil
ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan LC100 dan LT100 infus daun petai
cina (Leucanea leucocephala) yaitu 41,755 gram/100 mL dan 28.448 jam.[47]
60
yang dapat dikorelasikan dengan aktivitas protease dan kitinase yang tinggi
dari ekstrak ini.[52]
61
dari Leucaena leucocephala. Aktivitas antioksidan ekstrak dan senyawa
terisolasi 1, 3 & 4 dievaluasi. Acylatedgflavonol FRAP, DPPH, Metal
chelating dan ABTS test coumaric dan (3) mencatat aktivitas antioksidan
tertinggi dibandingkan ekstrak dan senyawa lain. Ekstrak dan senyawa 1, 2,
3, dan 5 dipelajari untuk aktivitas antimikroba mereka. Ekstrak dan senyawa
1 memiliki aktivitas signifikan terhadap bakteri Gram-negatif, sedang
terhadap Gram-positif, dan Candida dan tidak aktif melawan jamur. Struktur
senyawa dijelaskan berdasarkan analisis spektral. L. leucocephala memiliki
antioksidan yang baik, sifat antibakteri dan dapat berfungsi sebagai
penghambat atau pemulung radikal bebas, bertindak mungkin sebagai
antioksidan utama dan harus diselidiki untuk aktivitas anti-inflamasi dan
antikankernya.[32]
62
cina (Leucaena glauca Benth) pada konsentrasi 10% merupakan konsentrasi
terkecil yang dapat membunuh 100% larva Aedes aegypti instar III.[33]
Gambar 4.14 Grafik respon kematian larva Aedes aegypti pada berbagai
konsentrasi ekstrak etanol daun petai cina setelah 24 jam perlakuan
63
BAB V
PENGGUNAAN LAIN PETAI CINA
64
Gambar 5.1 Gambar 5.1 - Waktu hancur dan konsentrasi gum biji lamtoro (•)
dan tepung jagung (), dan T50 & konsentrasi gum biji lamtoro (o) dan
tepung jagung (∆) sebagai penghancur
Setiap produk kosmetik dan non kosmetik harus melewati uji keamanan
terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan produk. Penggunaan hewan untuk uji keamanan dan efikasi
merupakan isu yang banyak diperbincangkan di Eropa, pengujian harus
memenuhi beberapa standar ilmiah dan memperhatikan pada prinsip tiga R
(three Rs) yaitu reduksi (reduction), perbaikan (refinement), dan penggantian
(replacement). Penelitian mengenai Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug
Irritation Test pada Sediaan Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala (Lmk) De Wit) dengan Metode Classification And Regression
Tree (CART) bertujuan untuk mengetahui validitas protokol slug irritation
test pada sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina dengan metode
classification and regression tree (CART). Jenis penelitian bersifat
eksperimental kuasi dan eksploratif. Uji in vivo slug irritation test bersifat
eksperimental kuasi dan validasi protokol slug irritation test yang
menggunakan model prediksi yang dikembangkan menggunakan metode
statistika classification and regression tree bersifat eksploratif. Untuk prediksi
sifat iritatif digunakan metode kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prediksi sifat iritatif bahan dengan slug irritation test menggunakan metode
classification and regression tree dikatakan valid karena telah memenuhi
syarat sensitifitas dan spesifisitas > 60%. Nilai sensitifitas yang didapatkan
85% dan spesifisitas yang didapat yaitu 100%. Parameter yang digunakan
66
untuk memprediksi sifat iritatif senyawa uji adalah kadar Alkaline Phospatase
(ALP) dan persen mukus yang dihasilkan. Nilai cut-off untuk tiap parameter
adalah 8,25 dan 12%. Menggunakan classification and regression tree dari
data validasi protokol dapat disimpulkan bahwa sediaan cooling gel ekstrak
daun petai cina bersifat non-iritan.[51]
67
BAB VI
KESIMPULAN
68
DAFTAR PUSTAKA
[1]. https://id.wikipedia.org/wiki/Lamtoro
[2]. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/70/Arya-
lamtoro-COLLAGE-2019.jpg/375px-Arya-lamtoro-COLLAGE-
2019.jpg
[3]. https://en.wikipedia.org/wiki/Leucaena_leucocephala
[4]. https://www.sehatq.com/artikel/manfaat-petai-cina-tanaman-polong-
meksiko-yang-populer-di-indonesia
[5]. Ishak M. Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Lamtoro (Leucaena
leucocephala (Lam) de Wit) pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus).
Pharmacon. 2017 Oct 24;6(4):130-8.
[6]. Umboro RO, Hamdani AS. Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Biji
Petai Cina (Leucaena leucocephala, Lmk. de Wit) terhadap cacing gelang
(Ascaridia galli schrank) Secara In Vitro. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan). 2019 Mar 9;3(1):304-10
[7]. Fuadah DZ. Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) dan
Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas) Terhadap Proses Penyembuhan
Luka Bakar Grade II Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Ilmu
Keperawatan: Journal of Nursing Science. 2016 Aug 3;4(1):20-33.
[8]. Kurnia ED, Ratnasari D, Helmiawati Y. Pembuatan Gel Ekstrak Daun
Petai Cina (Leucaena glauca, Benth) Dengan Basis Gel Lidah (Aloe Vera
L.) Buaya Sebagai Obat Luka Terbuka. Journal of Holistic and Health
Sciences. 2019 Aug 5;3(1):39-45
[9]. Rachmatiah T, Nurvita H, Triana R. Potensi Antidiabetes Pada
Tumbuhan Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam). De Wit).
Sainstech. 2015;25(1):115-8
[10]. Hassan RA, Tawfik WA, Abou-Setta LM. The flavonoid constituents
of Leucaena Leucocephala growing in Egypt and their biological
activity. African Journal of Traditional, Complementary, and
Alternative Medicines. 2014;11(1):67-72.
[11]. Awe FA, Giwa-Ajeniya AO, Akinyemi AA, Ezeri GN. Phytochemical
analysis of Acalypha wilkesiana, Leucaena leucocephala, Peperomia
69
pellucida and Senna alata leaves. The International Journal of
Engineering and Sciences (IJES). 2013;2(9):41-4.
[12]. Zayed MZ, Samling BE. Phytochemical constituents of the leaves of
Leucaena leucocephala from Malaysia. Int J Pharm Pharm Sci.
2016;8(12):174-9.
[13]. Zarina Z, Ghazali CM, Sam ST. Characterization analysis for leaves of
Leucaena leucocephala by using phytochemical screening assay. In
AIP Conference Proceedings 2017 Sep 26 (Vol. 1885, No. 1, p.
020260). AIP Publishing LLC.
[14]. Aher YB, Jain GH, Patil GE, Savale AR, Ghotekar SK, Pore DM,
Pansambal SS, Deshmukh KK. Biosynthesis of copper oxide
nanoparticles using leaves extract of Leucaena leucocephala L. and
their promising upshot against diverse pathogens. International Journal
of Molecular and Clinical Microbiology. 2017 Jun 1;7(1):776-86.
[15]. Retnaningsih A. Uji Daya Hambat Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala folium) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli Menggunakan Metode Difusi Agar. Jurnal Dunia
Kesmas. 2016;5(2):110-4.
[16]. Valerian A, Girsang E, Nasution SL, Nasution SW. Uji Efektivitas
Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) Untuk Menghambat
Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Biosains. 2019;5(2):66-
70.
[17]. Sy SD, Nasution MR, Novianty R. Analisis Uji Infusa Buah Petai Cina,
Daun Keji Beling Dan Daun Tempuyung Sebagai Inhibitor Enzim Α-
Amilase Dan Α-Glukosidase. Jurnal Riset Kimia. 2019 Mar
30;10(1):44-50
[18]. Widyasti JH, Kurniasari F. Uji Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak
Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) pada Mencit
Induksi Aloksan. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia). 2019 Sep 19;16(1):107-17.
[19]. Talubmook C, Buddhakala N. Hypoglycemic and hypolipidemic
properties of leaf extracts from Phyllanthus acidus (L.) Skeels.,
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. and Psidium guajava (L.) in
70
streptozotocin-induced diabetic rats. GSTF Journal of BioSciences.
2013 May 1;2(2):30-4.
[20]. Syamsudin, Sumarny R, Simanjuntak P. Antidiabetic activity of active
fractions of Leucaena leucocephala (Lmk) Dewit seeds in the
experiment model. European Journal of Scientific Research.
2010;43(3):384-391
[21]. Kuppusamy UR, Arumugam B, Azaman N, Jen Wai C. Leucaena
leucocephala fruit aqueous extract stimulates adipogenesis, lipolysis,
and glucose uptake in primary rat adipocytes. The Scientific World
Journal. 2014 Aug 10;2014:Article ID 737263, 8 pages.
[22]. Pujangga IW, Nainggolan D, Thadeus MS. Effects of Lead tree Seed
(Leucaena leucocephala) Extract in Inhibiting the Increase of
Postprandial Blood Glucose Level in Alloxan-induced Diabetic Rats.
Jurnal Gizi dan Pangan. 2019 Nov 26;14(3):157-64.
[23]. Simnajuntak DS, Simanjuntak P. The effects of Leucaena leucocephala
(Lmk) De Wit seeds on blood sugar levels: an experimental study. Int.
J. Sci. Res. 2006;2:49-52.
[24]. Husein S, Nainggolan M, Yuandani Y, Fanany I. Evaluation of
Antidiarrheal Activity of the Ethanol Extract Leucaena leucocephala
(Lam) de Wit Seed. Open Access Macedonian Journal of Medical
Sciences. 2020 Apr 25;8(A):278-82.
[25]. Praja MH, Oktarlina RZ. Uji Efektivitas Daun Petai Cina (Laucaena
glauca) Sebagai Antiinflamasi Dalam Pengobatan Luka Bengkak.
Jurnal Majority. 2017 Feb 1;6(1):60-3.
[26]. Sentat T, Handayani F. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Biji
Lamtoro (Leucaena leucocephala L.) Terhadap Udem Telapak Kaki
Mencit Yang Diinduksi Karagenin. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2018 Jul
9;6(1):84-9.
[27]. Noviardi H, Yuningtyas S, Suwarni D. Sitotoksisitas Kombinasi
Ekstrak Daun Petai Cina Dan Kulit Jengkol Terhadap Sel Kanker
Payudara Dan Serviks (Cytotoxicity of Petai Cina Leaves and Jengkol
Pods Combinations Against Breast Cancer Cells and Cervix).
Biopropal Industri. 2019 Dec 1;10(2):109-17.
71
[28]. Chung HH, Chen MK, Chang YC, Yang SF, Lin CC, Lin CW.
Inhibitory effects of Leucaena leucocephala on the metastasis and
invasion of human oral cancer cells. Environmental toxicology. 2017
Jun;32(6):1765-74.
[29]. Soares AM, Araújo SA, Lopes SG, Costa Junior LM. Anthelmintic
activity of Leucaena leucocephala protein extracts on Haemonchus
contortus. Revista Brasileira de Parasitologia Veterinária. 2015
Dec;24(4):396-401.
[30]. Chowtivannakul P, Srichaikul B, Talubmook C. Antidiabetic and
antioxidant activities of seed extract from Leucaena leucocephala
(Lam.) de Wit. Agriculture and Natural Resources. 2016 Sep
1;50(5):357-61.
[31]. Suryanti V, Marliyana SD, Putri HE. Effect of germination on
antioxidant activity, total phenolics, β-carotene, ascorbic acid, and α-
tocopherol contents of lead tree sprouts (Leucaena leucocephala (Lmk.)
de Wit). International Food Research Journal. 2016;23(1):167-72.
[32]. Mohammed RS, El Souda SS, Taie HA, Moharam ME, Shaker KH.
Antioxidant, antimicrobial activities of flavonoids glycoside from
Leucaena leucocephala leaves. Journal of Applied Pharmaceutical
Science. 2015 Jun;5(06):138-47.
[33]. Armadhani R. Keefektifan ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena
glauca, Benth) sebagai larvasida alami terhadap kematian larva nyamuk
Aedes aegypti Instar III (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
[34]. Awe FA, Giwa-Ajeniya AO, Akinyemi AA, Ezeri GN. Phytochemical
analysis of Acalypha wilkesiana, Leucaena leucocephala, Pepperomia
pellucida and Senna alata leaves. The International Journal of
Engineering and Sciences (IJES). 2013;2(9):41-4.
[35]. Hassan RA, Tawfik WA, Abou-Setta LM. The flavonoid constituents
of Leucaena Leucocephala growning in Egypt, and their biological
activity. African Journal of Traditional, Complementary and
Alternative Medicines. 2014;11(1):67-72.
72
[36]. Zayed MZ, Samling BE. Phytochemical constituents of the leaves of
Leucaena leucocephala from Malaysia. Int J Pharm Pharm Sci.
2016;8(12):174-9.
[37]. She LC, Liu CM, Chen CT, Li HT, Li WJ, Chen CY. The anti-cancer
and anti-metastasis effects of phytochemical constituents from
Leucaena leucocephala. Biomedical Research. 2017; 28(7).
[38]. Zayed MZ, Wu A, Sallam SM. Comparative Phytochemical
Constituents of Leucaena leucocephala (Lam.) Leaves, Fruits, Stem
Barks, and Wood Branches Grown in Egypt using GC-MS Method
Coupled with Multivariate Statistical Approaches. BioResources.
2019;14(1):996-1013.
[39]. Violita WH. Efek Antelmintik Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala) terhadap Cacing Ascaris suum secara In
Vitro (Undergraduate Thesis). 2014. Universitas Kristen Maranatha.
[40]. Noviardi H, Yuningtyas S, Ben A, Citroreksoko P. Toksisitas kombinasi
ekstrak etanol 70% daun petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit)
dan kulit jengkol (Archidendron jiringa (Jack) IC Nielsen) dengan metode
Brine Shrimp Lethality Test. Riset Informasi Kesehatan. 2019 Jun 27;8(1):9-
15.
[41]. Septina E, Yetti RD, Rivai H. Overview of Traditional Use,
Phytochemical, and Pharmacological Activities of Chinese Petai
(Leucaena leucocephala). Int. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Medicine (IJPSM). 2020 December;5(12):1-10.
[42]. Srivastava M, Kumar G, Mohan R, Malhotra S. Phytochemical studies
and antimicrobial activity of babool seeds. Journal of Scientific &
Industrial Research. 2014 November;73:724-728.
[43]. Valerian A, Girsang E, Nasution SL, Nasution SW. Uji Efektivitas
Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) untuk Menghambat
Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Biosains. 2019
Agustus;5(2):66-70.
[44]. Nuraini A. Efek Ekstrak Biji Petai Cina (Leucaena glauca Auct.)
sebagai Antihiperglinkemik pada Tikus Putih Jantan Diabetes Akibat
Alloxan. [Undergraduate Thesis]. 2004. University of Surabaya.
73
[45]. https://keys.lucidcentral.org/keys/v3/eafrinet/weeds/key/weeds/Media/
Html/Leucaena_leucocephala_(Leucaena).htm#
[46]. Amanullah A. Uji Daya Anthelmintik Infus Biji Dan Infus Daun Petai
Cina (Leucanea leucocephala) Terhadap Cacing Gelang Ayam
(Ascaridia galli) Secara In Vitro (Undergraduate Thesis, Faculty of
Medicine). Universitas Diponegoro. 2008.
[47]. Badan POM RI. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia:
Ramuan Etnomedisin. Jakarta: Badan POM RI. 2011
[48]. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/187/2017 Tentang Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia.
[49]. Verma PR, Razdan B. Studies on disintegrant action of Leucaena
leucocephala seed gum in ibuprofen tablet and its mechanism. Journal
of Scientific & Industrial Research. 2007 July; 66:550-7.
[50]. Sanjaya O. Optimasi Humektan Propilen Glikol dan Gelling Agent
CMC-Na dalam Sediaan Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina
(Leucaena leucocepha (Lam.)de Wit.): Aplikasi Desain Faktorial.
(Undergraduate Thesis). Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. 2013.
[51]. Nugraheni YK. Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug Irritation Test
Pada Sediaan Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala (Lmk) De Wit) dengan Metode Classification and
Regression Tree (CART). (Undergraduate Thesis). Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2015.
[52]. Soares AM, Araújo SA, Lopes SG, Costa Junior LM. Anthelmintic
activity of Leucaena leucocephala protein extracts on Haemonchus
contortus. Revista Brasileira de Parasitologia Veterinária. 2015
Dec;24(4):396-401.
[53]. Sartinah A, Astuti P, Wahyuono S. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
antibakteri dari Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) De
Wit.). Majalah Obat Tradisional. 2010;15(3):146-152.
[54]. https://hot.liputan6.com/read/4137413/9-manfaat-petai-cina-untuk-
kesehatan-kaya-mineral
74
Biografi Singkat Penulis
Prof. Dr. Harrizul Rivai, M. S. - Penulis memperoleh gelar
Sarjana Farmasi dari Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran,
Bandung, gelar Magister Sains dari Institut Teknologi
Bandung, dan gelar Doktor dari Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang. Sekarang Penulis adalah Guru Besar dan
Peneliti pada Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang. Penulis menulis
buku "Principles of Chemical Examination" dan menerjemahkan buku
"Pharmaceutical Statistics." Pada akhir tahun 2020, penulis telah menulis
Chapter 4 Photo Degradation of Ketoprofen Using Titanium Dioxide as
Catalyst dalam Buku Recent Research Advances in Biology Vol. 4. Penulis
juga telah menulis artikel di berbagai jurnal internasional di berbagai bidang
sains, seperti kimia, biologi, dan farmasi.
75