Tugas Penalaran Hukum Klas B

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Nama: JHOSUA MC UITIA

NIM : 18692138
KELAS B

PERTEMUAN I : PERKULIAHAN KE-1 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU


SUI GENERIS

2. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Sui Generis


Dalam bidang ilmu hukum, terdapat perbedaan pandangan di
masyarakat, dalam memasukkan ilmu hukum ke dalam suatu kelompok
bidang ilmu. Apakah ilmu hukum masuk cabang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), apakah ilmu hukum masuk cabang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
apakah ilmu hukum masuk cabang humaniora. Secara umum ilmu hukum
digolongkan kedalam ilmu pengetahuan sosial. Pendapat ini, didasarkan
pada hakekat hukum yang selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara etimologi, pengertian sui generis berasal dari kata sum dan
genus. Kata sum berarti sendiri dan genus berarti jenis. Jadi secara
keseluruhan Sui generis berarti jenis sendiri. Dengan demikian Ilmu hukum
sebagai ilmu sui generis, artinya ilmu hukum merupakan ilmu jenis sendiri.
Dikatakan ilmu jenis sendiri karena ilmu hukum dengan kualitas ilmiah sulit
dikelompokkan dalam salah satu cabang pohon ilmu. Menelaah sifat khas
ilmu hukum sebagai ilmu sui generis, yaitu karakter normatif ilmu hukum,
terminologi ilmu hukum, jenis ilmu hukum, dan lapisan ilmu hukum.
melalui pembentukan hukum yang tidak ditangani secara
profesional. Pendidikan hukum tidak jelas arahnya. Ilmu hukum adalah
ilmu yang memiliki kepribadian yang khas (sui generis). Ciri ilmu hukum
sebagai sui generis, adalah :
Kejanggalan ketiga yaitu berkaitan dengan Populasi dan sampling.
Oleh Philipus M. Hadjon dikatakan bahwa seorang peneliti hukum normatif

1
tidak boleh membatasi kajiannya hanya pada satu undang-undang. Dia
harus melihat keterkaitan undang-undang tersebut dengan
perundangundangan lainnya. Dengan demikian populasi dan sampling
tidak dikenal dalam penelitian hukum normatif Penelusuran penelitian
hukum lebih dikenal dengan sistem penarikan peraturan atau norma
hukum secara vertikal dan horisontal. Dapat dengan ketentuan yang lebih
tinggi atau yang lebih rendah. Supaya memudahkan pemahaman dapat
dijelaskan dalam Skema di bawah ini :

Apabila dilihat dari beberapa istilah tersebut dapat diidentikkan


dengan kajian yang bersifat empirik. Sedangkan kenyataannya hukum
bukanlah kajian yang empirik. Penggunaan teori kebenaran dari ilmu
hukum

2. Ilmu Hukum Empiris


Ilmu hukum dalam penerapannya tidak hanya berdiri sendiri,
terdapat juga bidang ilmu lain yang memiliki hubungan erat dengan Ilmu
hukum. Kendati kesemuanya memiliki objek perhatiannya sendiri, terdapat
hubungan tertentu dengan ilmu hukum sehingga membuat materi hukum
lebih luas dan beragam. Adapun berbagai bidang ilmu tersebut memiliki
keterkaitan dengan ilmu hukum sehingga timbul istilah-istilah baru seperti
sejarah hukum, psikologi hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum dan
sebagainya. Pada materi ini akan dibahas mengenai Ilmu Hukum Epiris,
yakti bidang-bidang hukum yang dibentuk terhubung dengan bidang ilmu
yang lain.

1. Sosiologi Hukum
Hukum berhubungan erat dengan masyarakat, sosiologi adalah
merupakan ilmu yang membahas mengenai kemasyarakatan. Sosiologi

2
Hukum mengkaji hukum sebagai hubungan antar manusia, mengenai
hukum dengan masyarakat. Masyarakat merupakan sesuatu yang sangat
mempengaruhi perkembangan hukum, kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks membuat hukum harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Nyatanya hukm dan masyarakat memiliki hubunga
yang sangan erat, bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat ataupun
sebaliknya, menjadikan sosiologi hukum sebagai bidang ilmu yang penting
dan menari untuk dipelajari.

2. Antropologi hukum
Antropologi hukum berkaitan dengan kebudayaan, berbeda dengan
sosiologi hukum yang berkaitan dengan perkembangan hukum dengan
masyarakat di era modern, antropologi hukum lebih memfokuskan diri
mengenai hukum yang berkembang melalui kebudayaan dalam lingkup
masyarakat tradisional.
3. Sejarah Hukum
Berkaitan dengan mempelajari hukum dalam aspek sejarahnya,
mempelajari bagaimana perkembangan hukum dari masa ke masa, serta
melakukan perbandingan dengan penerapan hukum pada masa lalu
dengan masa sekarang. Sejarah hukum menjadi penting untuk dipelajari
berkaitan dengan pemilihan sistem ataupun aturan hukum apa yang efektif
untuk diterapkan di dalam masyarakat pada saat ini. Karena melalui
sejarah, kita dapat mengetahui dan mengkaji aturan hukum seperti apa
yang efektif diterapkan ataupun belajar dari kesalahan-kesalahan pada
waktu yang lampau.
4. Psikologi Hukum
Seperti yang kita ketahui, psikologi merupakan bidang ilmu yang
berhubungan dengan kejiwaan (Ilmu jiwa). Lalu apa hubungannya dengan
ilmu hukum ? Psikologi Hukum memusatkan perhatian pada individu.
Bagaimana seorang berperilaku, karakter seseorang, cara berpikir, tingkah
laku manusia dan sebagainya sangat membantu dalam merumuskan

3
aturan hukum yang sesuai dan tepat untuk diterapkan. Bagaimanapun
juga, individu atau orang perseorangan adalah bagian terkecil dalam
masyarakat yang secara spesifik terlibat langsung dengan hukum.
5. Perbandingan Hukum
Perbandingan Hukum merupakan penggunaan metode
perbandingan terhadap hukum. Dalam tujuan mencari produk hukum yang
sesuai, ataupun mengkaji produk hukum yang sedang berlaku apakah
pelaksanaannya baik atau tidak, salah satu metode yang digunakan
adalah dengan Perbandingan Hukum. Perbandingan hukum berusaha
menbandingkan produk hukum baik dari masa yang lampau dengan
sekarang, ataupun dari wilayah-wilayah tertentu. Dengan
membandingankan produk hukum tersebut dapat diketahui produk hukum
mana yang baik penerapannya, ataupun dalam memilih produk hukum
yang sesuai.

6. Lapisan Ilmu Hukum


Ilmu hukum dari segi segi objek dapat dibedakan atas ilmu hukum
dalam arti sempit, yang dikenal dengan ilmu hukum dogmatic (ilmu hukum
normative) dan ilmu hukum dalam arti luas, dalam arti luas ilmu hukum
dapat ditelaah dari sudut pandangan sifat pandang ilmu maupun dari
sudut pandangan tentang lapisan ilmu hukum seperti yang dilakukan oleh
J. Gijssels dan Mark van Hoecke.
Dari sudut pandang ilmu dibedakan pandangan positivism dan
normative. Dari sudut pandang ini dibedahkan menjadi dua yaitu ilmu
hukum normatif dan empiris. Sifat keilmuan dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu; proses, produk dan produsen (ilmuwan). Adapun pembagian dari
jenis ilmu hukum antara lain :
1. Filsafat Hukum
Filsafat Hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang
mengarahkan refleksinya terhadap ukum atau gejala, sebagai mana di

4
kemukakan J. Gegssels Hukum adalah filsafat umum yang diterapkan
pada hukum dan gejala hukum.
2. Teori Hukum
Teori Hukum dalam lingkungan berbahasa Inggris disebut dengan
jurisprudence atau legal Theory. Teori hukum merupakan ilmu eksplanasi
hukum yang sifatnya interdisipliner. Eksplanasi dalam teori hukum sifatnya
eksplanasi analisis sedangkan dalam dogmatik hukum merupakan
eksplanasi teknik yuridis dan dalam bidang filsafat sebagai eksplanasi
reflektif.
3. Dogmatik Hukum
Dogmatik Hukum merupakan ilmu hukum dalam arti sempit titik
fokusnya adalah hukum positif. D.H.M Meuwissen memberikan batasan
pengertian dogmatik hukum sebagai memaparkan, menganalisis,
mengistematisasi dan menginterprestasi hukum yang berlaku atau hukum
positif.
4. Praktek Hukum
Menerapkan hukum berarti memberlakukan peraturan yang sifatnya
umum ke dalam suatu kasusu yang sifatnya konkret. Roscue Pound
menjelaskan langkah penerapan hukum menjadi tiga bagian , yaitu :
a. menemukan hukum, artinya menetapkan pilihan di antara sekian
banyak hukum yang sesuai dengan perkara yang akan diperiksa oleh
hakim.
b. menafsirkan kaedah hukum dari hukum yang telah di pilih. Sesuai
dengan makna ketika kaidah itu dibentuk.
c. menerapkan kaedah yang telah ditemukan dan ditafsirkan kepada
perkara yang akan diputuskan oleh hakim.
Menurut Philipus M Hadjon, dogmatik hukum (ilmu hukum positif)
adalah ilmu hukum praktis. Fungsi ilmu praktis adalah problem solving.
Dengan demikian, dogmatik hukum sebagai ilmu hukum praktis tujuannya
adalah legal problem solving. Untuk tujuan tersebut dibutuhkan ars, yang

5
merupakan ketrampilan ilmiah. Ars itu dibutuhkan para yuris untuk
menyusun legal opinion sebagai output dari langkah legal problem solving.
Ars yang dimaksud adalah legal reasoning atau legal argumentation, yang
hakekatnya adalah giving reason. Giving reason dapat dilakukan dengan
melalui tahap pembentukan hukum positif atau penerapan hukum positif.
Pada pembentukan hukum pada dasarnya dilakukan apabila norma
hukum positif belum ada. Pada penerapan hukum dilakukan apabila
noema hukum positif sudah ada untuk diterapkan pada suatu kasus yang
ada tetapi masih memerlukan interpretasi, kekosongan hukum, antinomi,
norma kabur.
tertulis yang dibuat secara resmi dan diundangkan oleh pemerintah
dari suatu masyarakat. Disamping hukum yang tertulis tersebut terdapat
norma di dalam masyarakat yang tidak tertulis tetapi secara efektif
mengatur perilaku para anggota masyarakat.
Adapun pembagian dari lapisan ilmu hukum yaitu filsafat hukum,
teori hukum, dogmatik hukum dan praktek hukum.
1. Dalam kepustakaan Indonesia, Ilmu Hukum sering disalah artinya
dengan Rechtswetenschap (Belanda), Rechtstheorie (Belanda),
Jurisprudence (Inggris), Legal science (Inggris) dan Jurisprudenz.
Jelaskan perbedaan istilah-istilah itu !
2. Berikan contoh kasus penelitian Sociological jurisprudence dan Socio
legal studies !
3. Jelaskan mengenai lapisan ilmu hukum serta hubungan antara lapisan
itu dengan menyebut karakteristiknya !
4. Apakah ars dapat diartikan sebagai seni ? legal argumentation pada
dasarnya merupakan suatu ars. Jelaskan arti dari kalimat itu !

6
PERTEMUAN III

2. Pengertian Kaidah Hukum


Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan
secara resmi oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat
setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat
atau aparat negara, sehingga berlakunya kaidah hukum dapat
dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau
perbuatan nyata yang dilakukan manusia. Kaidah hukum tidak
mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu. Coba
kita pikirkan contoh berikut, ada seorang pria menikahi seorang wanita
dengan sah sesuai dengan aturan agama dan negara tetapi sebenarnya
didalam hatinya ada niat buruk untuk menguras harta kekayaan si pihak
wanita dan lain-lain. Dari contoh tersebut secara lahiriyah sesuai dengan
kaidah hukum karena dia menikahi dengan jalur tidak melanggar hukum
tapi sebenarnya batin pria tersebut adalah buruk.

3.1. Kegunaan Bahasa Hukum


Mempelajari asas-asas dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia bagi
kalangan hukum bertujuan untuk mengatasi kekurangan sempurnaan
dalam penggunaan bahasa hukum dalam berbicara atau mengumakakan
pendapat tentang hukum, di dalam membuat karangan ilmiah tentang
hukum, aturan hukum, surat pengaduan, tuduhan, kesaksian, tuntutan,
pembelaan keputasaan atau untuk membuat surat-surat perjanjian,
aktaakta, surat gugatan, memori banding, kasasi, putusan, dan
sebagainya. Disamping itu harus diperhatikan dan diingat bahwa bahasa
hukum itu memiliki sifat-sifat yang khusus yang bagi orang awam tidak

7
mudah dipahami. Kekhususan itu ada kalanya menyimpang dari
ketentuanketentuan yang umum dalam bahasa Indonesia, misalnya
Adapun pengertian mendasar dalam bahasa hukum yakni antara
lain :
1. Semantik Hukum
Semantik Hukum adalah ilmu pengatahuan yang menyelidiki makna
atau arti kata-kata hukum, perhubungan dan perubahan-perubahan arti
kata-kata itu dari zaman ke zaman menurut waktu tempat dan keadaan.
Misalnya istilah hukum perdata yang sekarang kita pakai sebagai
terjemahan dari istilah hukum Belanda privaatrecht berasal dari kata Arab
(Islam) yaitu hukum (hukum) dan istilah Jawa (Hindu) yaitu pradata.

2. Kaidah Hukum
Kaidah Hukum mengandung kata-kata perintah dan larangan, apa
yang mesti dilakukan dan apa yang mesti tidak dilakukan, tidak sedikit
yang mengandung paksaan. Kaidah hukum tidak hanya berbentuk kaidah
perundangan yang berwujud bahasa tulisan, tetapi juga berwujud bahasa
lisan, bahasa yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan , seperti
terdapat dalam hukum adat dan hukum kebiasaan.
Adakalanya apa yang tersirat dalam hukum adat itu tersirat dalam
perundangan. Misalnya di dalam bagian umum IV penjelasan UUD 1945,
yang memakai istilah semangat. Istilah ini adalah istilah hukum adat yang
menujukkan kepribadian bangsa Indonesia yang semangatnya lebih
menujukkan asa kekeluargaan daripada asas perorangan yang lebih
mengutamakan kepentingan sendiri.

3. Konstruksi Hukum
Konstruksi Hukum (rechtsconstructie) yang merupakan alat-alat
yang dipakai untuk menyusun bahan hukum yang dilakukan secara
sistematis dalam bentuk bahasa dan istilah yang baik. Menyusun yang

8
dimaksud adalah menyatukan apa yang termasuk dalam satu bidang yang
sama, satu pengertian yang sama.
Istilah pencurian misalnya adalah suatu konstruksi hukum, yaitu
suatu pengertian tentang semua perbuatan mengambil barang dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum (Pasal 362 KUHP). Jadi
apakah perbuatan itu disebut maling, nyolong, nyopet, apakah ia
mengambil benda tidak berwujud (listrik) atau berwujud, kesemuanya
apabila dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, maka
perbuatan itu disebut pencurian.

4. Fiksi Hukum
Fiksi Hukum adalah sesuatu yang khayal yang digunakan dalam
ilmu hukum dalam bentuk kata-kata, istilah-istilah yang berdiri sendiri atau
dalam bentuk kalimat yang bermaksud untuk memberikan suatu
pengertian hukum. Bentuk fiksi hukum banyak dipakai dalam hukum adat
melalui peribahasa sedangkan dalam hukum perundangan memakai
bentuk kalimat pasal demi pasal.
Di dalam hukum adat Banetn misalnya dikatakan banteng anut ing
sapi sapi jantan mengikuti sapi betina, kiasan hukumnya dikarenakan
suami ikut menatap di tempat isteri, maka kedudukan suami lebih banyak
dipengaruhi oleh hukum dipihak isteri, sehingga dalam hukum kewarisan
rumah diwariskan

5. Penafsiran Hukum
Penafsiran bertujuan untuk mencari dan menemukan kehendak
pembentuk undang-undang yang telah dinyatakan oleh pembuat
undangundang itu secara kurang jelas.
a. Penafsiran Autentik
Jenis ini adalah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang diberikan oleh pembentuk UU, atau penafsiran ini

9
sudah ada dalam penjelasan pasal demi pasal, misalnya Pasal 98 KUHP :
arti waktu ”malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari
terbit; Pasal 101 KUHP: “ternak” berarti hewan yang berkuku satu, hewan
memamah biak dan babi (periksa KUHP Buku I Titel IX). Dikatakan
penafsiran otentik karena tertulis secara resmi dalam undang-undang
artinya berasal dari pembentuk UU itu sendiri, bukan dari sudut pelaksana
hukum yakni hakim. Dalam penafsiran bermakna hakim kebebasannya
dibatasi. Hakim tidak boleh memberikan arti diluar dari pengertian autentik.
Sedangkan diluar KUHP penafsiran resmi dapat dilihat dari ketentuan-
ketentuan umum dan penejelasan pasal demi pasal.

b. Penafsiran Tata Bahasa


Hakim harus memperhatikan arti yang lazim suatu perkataan di
dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat yang
bersangkutan, atau hubungan antara suatu perkataan dengan perkataan
lainnya. Bekerjanya penafsiran ini ialah dalam hal untuk mencari
pengertian yang sebenarnya dari suatu rumusan norma/unsurnya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan hal yang berikut : Suatu
peraturan perundangan melarang orang memarkir kendaraannya pada
suatu tempat tertentu. Peraturan tersebut tidak menjelaskan apakah yang
dimaksudkan dengan istilah “kendaraan” itu. Orang lalu bertanya-tanya,
apakah yang dimaksudkan dengan perkataan “kendaraan” itu, Apakah
hanya kendaraan bermotor saja ataukah termasuk juga sepeda. Contoh
lain kata “dipercayakan” sebagaimana dirumuskan dalam dalam pasal 432
KUHP secara gramatikal diartikan dengan “diserahkan”, kata
“meninggalkan” dalam pasal 305 KUHP diartikan secara gramatikal
dengan “menelantarkan”.

c. Penafsiran Historis
Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah
terjadinya hukum tersebut. Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari

10
memori penjelasan, laporan-laporan perdebatan dalam DPR dan surat
menyurat antara Menteri dengan Komisi DPR yang bersangkutan,
misalnya rancangan UU, memori tanggapan pemerintah, notulen
rapa/sidang, pandangan-pandangan umum, dan lain-lain.
Sejarah undang-undangnya, yang diselidiki maksud pembentuk UU
pada waktu membuat UU itu, misalnya denda f 25.-, sekarang ditafsirkan
dengan uang Republik Indonesia sebab harga barang lebih mendekati
pada waktu KUHP.

d. Penafsiran Sosiologi
Penafsiran oleh hakim dengan memperhatikan keperluan yang ada
di dalam masyarakat, dengan catatan bahwa hakim harus menjaga jangan
sampai mereka mengambil alih tugas dan kewenangan badan legislatif.

4. Hubungan Antara Kaidah Hukum dan Bahasa Hukum


Kaidah hukum memiliki hubungan yang sangat erat dengan bahasa
hukum. Hubungan tersebut terletak pada bahasa hukum yang terdapat
dalam aturan hukum, seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah. Bahasa hukum
tentunya memiliki kekhasan yang sangat melekat pada bunyi dari suatu
kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam menyusun rancangan peraturan perundang-undangan tersebut,
bahasa hukum merupakan suatu hal yang utama karena bahasa hukum
harus dapat memberikan kejelasan dari setiap pasal yang tercantum
dalam aturan tersebut. Kejelasan ini akan menimbulkan kepastian
terhadap pengertian yang diberikan oleh aturan tersebut. Dengan
demikian, suatu aturan itu tidak menimbulkan banyak penafsiran. Apalagi
penafsiran yang jauh menyimpang dari yang dimaksudkan oleh aturan
tersebut. Sehingga dengan menggunakan bahasa hukum yang baik maka
suatu aturan akan dapat memberikan kepastian hu

11
12

Anda mungkin juga menyukai