Kriminologi Dengan Hukum Pidana
Kriminologi Dengan Hukum Pidana
Kriminologi Dengan Hukum Pidana
Materi : 3
HUBUNGAN KRIMINOLOGI
DAN HUKUM PIDANA
(Sumber: Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana)
PERBEDAAN
Kriminologi (criminology) atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau non-
normative discipline yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. Kriminologi disebut sebagai
ilmu yang mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma sosial tertentu,
sehingga kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat. Kriminologi berusaha untuk
memperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai gejala sosial di bidang kejahatan yang terjadi
di dalam masyarakat, atau dengan perkataan lain mengapa sampai terdakwa melakukan perbuatan
jahatnya itu.
Kriminologi menurut Enrico Ferri berusaha untuk memecahkan masalah kriminalitas
dengan telaah positif dan fakta sosial, kejahatan termasuk setiap perbuatan yang mengancam
kolektif dan dari kelompok yang menimbulkan reaksi pembelaan masyarakat berdasarkan
pertimbangannya sendiri. Kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga
sebagai perilaku kejahatan tidak terlepas dalam interaksi sosial, artinya kejahatan menarik
perhatian karena pengaruh perbuatan tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar menusia.
Andaikan seseorang yang oleh masyarakatnya dinyatakan telah berbuat jahat, maka perbuatan
seperti itu bila dilakukan terhadap dirinya sendiri –misalnya mengambil barang miliknya untuk
dinikmati- atau perbuatan tersebut dilakukan terhadap hewan-hewan di hutan bebas- misalnya
menganiaya babi hutan yang ditangkapnya- maka perbuatan itu tidak dianggap jahat dan perilaku
itu tidak menarik perhatian. Kriminologi lebih mengutamakan tindakan preventif oleh karena itu
selalu mencari sebab-sebab timbulnya suatu kejahatan baik di bidang ekonomi, budaya, hukum
serta faktor alamiah seseorang, dengan demikian dapat memberikan break through yang tepat serta
hasil yang memuaskan. Kriminologi lebih banyak menyangkut masalah teori yang dapat
mempengaruhi badan pembentuk undang-undang untuk menciptakan suatu undang-undang yang
sesuai dengan rasa keadilan masyarakat serta mempengaruhi pula hakim di dalam menjatuhkan
vonis kepada tertuduh. Kriminologi dengan cakupan kajiannya; a. orang yang melakukan
kejahatan; b. penyebab melakukan kejahatan; c. mencegah tindak kejahatan; dan d. cara-cara
menyembuhkan orang yang telah melakukan kejahatan.
Hukum pidana (criminal law) sebagai disiplin ilmu normatif atau normative
discipline yang mempelajari kejahatan dari segi hukum, atau mempelajari aturan tentang
kejahatan. Dengan perkataan lain mempelajari tentang tindakan yang dengan tegas disebut oleh
peraturan perundang-undangan sebagai kejahatan atau pelanggaran, yang dapat dikenai hukuman
(pidana). Hukum pidana bersendikan probabilities atau hukum kemungkinan-kemungkinan untuk
menemukan hubungan sebab-akibat terjadinya kejahatan dalam masyarakat. Apabila belum ada
peraturan perundang-undangan yang memuat tentang hukuman yang dapat dijatuhkan pada
penjahat atau pelanggar atas tindakannya, maka tindakan yang bersangkutan bukan tindakan yang
dapat dikenai hukuman (bukan tindakan jahat atau bukan pelanggaran). Pandangan ini bersumber
pada asas Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege poenali.
Hukum pidana berusaha untuk menghubungkan perbuatan jahat dengan hasil pembuktian
bahwa ia melakukan perbuatan tersebut untuk meletakkan
criminal responsibility. Hukum pidana lebih banyak menyangkut segi praktek, oleh karena baru
dipergunakan setelah timbulnya suatu perbuatan jahat, jadi lebih menekankan pada tindakan
represif. Hasilnya kurang memuaskan, oleh karena penjatuhan pidana itu belum tentu sesuai
dengan sebab timbulnya kejahatan itu sendiri, sebab yang menjadi
dasar pemeriksaan dipersidangan adalah surat dakwaan jaksa yang umumnya disusun atas dasar
keterangan serta pembuktian lahiriah.
Obyek kriminologi (orang dalam pertentangan dengan norma-norma sosial), sedangkan obyek
hukum pidana (pelanggaran ketertiban hukum) sehingga dengan sendirinya menimbulkan juga
perbedaan pengertian “kejahatan” menurut kriminologi dan menurut hukum pidana. Karena
kriminologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri di samping hukum pidana, maka mempunyai
definisi sendiri tentang apa yang disebut kejahatan. Kejahatan menurut kriminologi adalah
tindakan manusia dalam pertentangannya dengan beberapa norma yang ditentukan oleh
masyarakat di tengah manusia itu hidup. Kejahatan sebagai tindakan manusia dan sebagai gejala
sosial. Sementara itu, Hukum pidana memusatkan perhatiannya terhadap pembuktian suatu
kejahatan, sedangkan kriminologi memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor penyebab
terjadinya kejahatan. Kriminologi ditujukan untuk mengungkapkan motif pelaku kejahatan
sedangkan hukum pidana ditujukan kepada hubungan antara tindakan dan akibatnya (hukum
kausalitas). Faktor motif dapat ditelusuri dengan bukti-bukti yang memperkuat adanya niat
melakukan kejahatan. van Bemmelen menyebutkan bahwa kriminologi sebagai
faktuelestrafrechtwissenschaft sedangkan hukum pidana sebagai normativestrafrechtwissenschaft.
Dengan demikian, dilihat dari pandangan dan pendapat tentang apa yang dimaksud
kriminologidengan hukum pidana, tampak seakan tidak ada kaitannya.
PERSAMAAN
Hukum pidana dan kriminologi secara tegas berhubungan langsung dengan pelaku
kejahatan, hukuman dan perlakuannya. Perbuatan jahat itu perlu diambil tindakan preventif mapun
represif dengan tujuan agar penjahat jera atau tidak mengulangi lagi perbuatannya.
Hukum pidana dan kriminologi atas beberapa pertimbangan merupakan
instrument dan sekaligus alat kekuasaan negara dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
memiliki korelasi positif. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain bahwa keduanya (hukum
pidana dan kriminologi) berpijak pada premis yang sama, yaitu;
1. Negara merupakan sumber kekuasaan dan seluruh alat perlengkapan negara merupakan
pelaksanaan dari kekuasaan negara;
2. Hukum pidana dan kriminologi memiliki persamaan persepsi bahwa masyarakat luas
adalah bagian dari obyek pengaturan oleh kekuasaan negara bukan subyek (hukum) yang
memiliki kedudukan yang sama dengan negara;
3. Hukum pidana dan kriminologi masih menempatkan peranan negara lebih dominan
daripada peranan individu dalam menciptakan ketertiban dan keamanan sekali gus sebagai
perusak ketertiban dan keamanan itu sendiri.
KETERKAITANNYA :
Secara teoritik kedua disiplin ilmu tersebut dapat dikaitkan karena hasil analisis
kriminologi banyak manfaatnya dalam kerangka proses penyidikan atas terjadinya suatu kejahatan
yang bersifat individual, akan tetapi secara praktek sangat terbatas sekali keterkaitan dan
pengaruhnya.
Bianchi mengatakan keterkaitan kriminologi dengan hukum pidana, bahwa kriminologi
sebagai metascience dari hukum pidana. Kriminologi suatu ilmu yang lebih luas daripada hukum
pidana, di mana pengertian-pengertiannya dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep dan
masalah-masalah yang terdapat dalam hukum pidana. Jelasnya bahwa metascience di atas bukan
hanya pelengkap terhadap hukum pidana bahkan merupakan disiplin yang utama daripadanya.
Karena kejahatan tidak hanya meliputi aspek yurididis dan sosiologis, melainkan pula meliputi
kejahatan dalam arti agama dan moral.
Kriminologi adalah suatu ilmu empiris yang ada kaitannya dengan kaidah hukum. Ilmu
tersebut meneliti tentang kejahatan serta proses-proses formal dan
informal dari kriminaliisasi maupun dekriminalisasi. Disamping itu, dpelajari juga : (a). keadaan
dari golongan-golongan yang menjadi penjahat serta yang menjadi korban kejahatan, (b).sebab-
sebab kejahatan, (c). reaksi-reaksi formal dan informal terhadap kejahatan maupun pihak-phak
lain yang ada kaitannya dengan proses kejahatan.
Dalam kaitannya dengan dogmatik hukum pidana, maka kriminologi memberikan
kontribusinya dalam menentukan ruang lingkup kejahatan atau perilaku yang dapat dihukum.
Dengan demikian maka hukum pidana bukanlah merupakan suatu silogisme dari pencegahan, akan
tetapi merupakan suatu jawaban terhadap adanya kejahatan.