Laporan PKL WWTP
Laporan PKL WWTP
Laporan PKL WWTP
Disusun Oleh :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, atas rahmat
laporan PKL ini dengan judul “Laporan Praktek Kerja Lapangan Waste Water
Treatment Plant (Instalasi Pengolahan Air Limbah) PT. Makassar Tene”. Shalawat
serta salam tak lupa terucap untuk Nabi Muhammad, keluarga, sahabat serta
kuliah pada semester genap. Laporan kegiatan ini bertujuan untuk melaporkan
kegiatan-kegiatan PKL yang telah kami lakukan selama 1 (satu) bulan sejak 1 – 30
Agustus 2019.
Dengan selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari banyak bantuan dan
dukungan baik ketika melaksanakan kegiatan PKL dan ketika menyusun laporan
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam segala
2. Orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan motivasi baik
iii
5. Ibu Rahmiah Sjafruddin, S.T., M.Eng selaku pembimbing PKL di
kampus.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, atas segala
Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih belum
sempurna. Kami menerima dengan senang hati saran dan kritik untuk
penyempurnaan isi laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan laporan Praktek
Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terkhusus untuk penulis.
Hanya ucapan terima kasih yang bisa kami berikan. Semoga Allah memberikan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
hlm.
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
v
3.2 Produksi Gula Rafinasi..................................................................14
3.3 Limbah Cair...................................................................................21
7.1 Kesimpulan....................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................77
LAMPIRAN.....................................................................................................78
vi
DAFTAR TABEL
hlm.
Tabel 3.3 Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
industri gula rafinasi.......................................................................42
Tabel 5.1 Spesifikasi alat WWTP PT. Makassar Tene ..................................49
Tabel 6.1 Hasil analisis rata-rata parameter air limbah ................................51
Tabel 6.2 Hasil perbandingan analisis outlet WWTP PT. Makassar Tene
dengan Peratuan Mentri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 ....74
vii
DAFTAR GAMBAR
hlm.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
hlm.
Lampiran 1 Gambar Waste Water Treatment Plant..............................................78
Lampiran 2 Analisis Air Limbah .........................................................................80
Lampiran 3 Tabel Hasil Analisis Air Limbah ......................................................83
ix
BAB I
PENDAHULUAN
pencemaran. Oleh sebab itu, bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung
terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang besar
mutu yang telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air
PT. Makassar Tene, sebagai salah satu pabrik gula rafinasi berupaya
1
pencemaran terhadap lingkungan sehingga memenuhi baku mutu Peraturan
tujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia dan ahli dalam bidang
berkualitas, maka salah satu cara yang ditempuh yaitu melaksanakan Praktek
sebagai berikut :
Makassar Tene.
2
1.3. Tujuan Khusus Praktik Kerja Lapangan
sebagai berikut :
Makassar Tene.
1. Bagi Perusahaan
Tene.
3. Bagi Mahasiswa
3
1.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Makassar Tene yang berlokasi di Jl.Ir. Sutami No. 38, Kawasan Industri dan
pelaksanaan praktik kerja yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi dan
4
1.7. Sistematika Penyusunan Laporan
1. Bagian awal:
a. Halaman judul
b. Halaman pengesahan
c. Kata pengantar
d. Daftar isi
e. Daftar tabel
f. Daftar gambar
g. Daftar lampiran
2. Bagian isi
a. Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini menbahas tentang latar belakang, tujuan PKL, manfaat
PKL, tempat dan waktu PKL, dan metode pengumpulan data serta
meliputi : Sejarah singkat PT. Makassar Tene, Visi dan Misi, jalur
5
Makassar Tene, Fasilitas Penunjang Produksi PT. Makassar Tene, dan
f. Bab VI : Penutup
3. Bagian Pelengkap
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran
6
BAB II
terpasang 1.500 ton per hari, mampu memproduksi sampai 1.800 ton gula
dalam hal perekrutan tenaga kerja memprioritaskan tenaga lokal yang ada di
skill diambil dari luar daerah Makassar. Peralatan produksi yang digunakan
resin yang bekerja full automatic, proses filter dan boiler yang
7
menggunakan bahan baku batu bara sepenuhnya dikendalikan dari control
panel.
rafinasi yang pertama berada di luar pulau jawa dan merupakan pabrik gula
perusahaan membutuhkan bahan baku utama yaitu raw sugar. Bahan baku
utama yang digunakan berasal dari produsen raw sugar Thailand, Afrika dan
distribusikan ke konsumen.
karung plastik kapasitas 50 kg, dengan merk dagang bola manis (Merah)
untuk R1 dan bola manis (hijau) untuk R2 dengan kualitas R1 dan R2 yang
Indonesia.
manajemen mutu dan telah memperoleh ISO 22000 untuk standar kualitas
8
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan mutu dan bertanggung jawab
untuk membuat laporan tentang pelaksanaan sistem mutu pada unit masing-
berkesinambungan.
a. Visi
b. Misi
Secara garis besar PT. Makassar Tene menggunakan dua jalur distribusi
9
2.4. Organisasi/Departemen di PT. Makassar Tene
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
berdasarkan bahan pembuatnya misalnya gula tebu, gula aren dan gula
kelapa. Untuk gula tebu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga, yakni Gula
Kristal Mentah (GKM) atau raw sugar, Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula
Kristal Rafinasi (GKR). Gula kristal mentah (GKM) merupakan gula yang
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi gula rafinasi. Gula kristal
putih merupakan gula yang terbuat dari kristalisasi yang dapat langsung
Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku gula
gula rafinasi bagi industri adalah sebagai salah satu bahan baku produksi.
pemanis.
11
Gula kristal mentah merupakan gula setengah jadi yang dibuat dari
tebu atau bit melalui proses defikasi, sehingga gula kristal mentah tidak layak
untuk dikonsumsi langsung oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Jenis
gula kristal mentah merupakan bahan baku gula rafinasi. Tahapan proses
sugar merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang
sugar yang digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus berkualitas
tinggi, yaitu memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu kristal harus
kuat (tidak keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm. Keseragaman kualitas
rafinasi yang dihasilkan. Jika raw sugar yang digunakan memiliki kualitas
yang tidak baik, maka dapat dipastikan produk gula yang dihasilkan pun akan
Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku raw
12
dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi. Kata rafinasi diambil dari
Gula kristal putih adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung oleh
bagus karena melalui proses pemurnian bertahap. Warna gula putih cerah.
membutuhkan gula dengan kadar kotoran yang sedikit dan warna putih.
food grade digunakan untuk membuat bahan makanan seperti kue, minuman
13
makanan dan minuman. Berdasarkan standard SNI gula yang boleh
sebagai bahan baku untuk gula rafinasi, dan juga beberapa proses lain seperti
digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi dan tidak boleh dikonsumsi
secara langsung.
1. Cara Defakasi
Cara ini adalah cara yang paling sederhana tetapi hasil pemurniannya
juga belum sempurna, terlihat hasil gulanya yang masih berupa kristal
14
yang berwarna merah atau coklat. Pada pemurnian ini hanya dipakai
2. Cara Sulfatasi
Cara ini lebih baik dari cara defakasi, karena sudah dapat dihasilkan
gula yang berwarna putih. Pada pemurnian ini dipakai kapur dan gas
3. Cara Karbonatasi
Cara ini adalah cara yang terbaik hasilnya dibandingkan dengan dua
cara lainnya. Tetapi biayanya yang mahal. Pada pemurnian ini dipakai
sebagai bahan pembantu adalah kapur, gas CO2 dan gas hasil
pembakaran belerang.
raw sugar menjadi gula rafinasi. Hasil dari produksi PT. Makassar Tene
adalah gula rafinasi yang diberi nama gula manis. Adapun tahapan proses
Raw sugar yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan gula
rafinasi di ambil dari luar negeri. Raw sugar di produksi sebanyak 1000-3000
ke dalam chute, kemudian di bawa oleh conveyor dan bucket elevator untuk
15
Selain kadar polarisasi tinggi, kualitas raw sugar yang lebih baik
100-Pol
2. Affinasi/Melting
GKM (raw sugar) agar lapisan molases yang melapisi kristal berkurang
Penurunan warna yang dicapai pada stasiun ini berkisar 30-50%. Kristal yang
16
telah dicuci dengan mencampurkan dengan air panas (70-800C) menghasilkan
proses ini, dilakukan perlakuan suhu yang bertahap pada tangki melter.
Tangki I, II dan III masing-masing memiliki suhu yaitu 700C, 750C, 800C.
3. Tahap Karbonatasi
a. Flosfatasi
berbagai pengotor : zat warna, zat anorganik, partikel yang melayang dan
17
b. Karbonatasi
yang mempunyai berat molekul yang tinggi yang berasal dari raw sugar.
CO2. Endapan yang terbentuk adalah endapan CaCO 3. Pada proses ini,
ada tiga tahap karbonasi untuk menurunkan pH liquor menjadi netral (pH
7) yang dilakukan pada tangki karbonator. Pada tangki I, II, dan III
4. Filtrasi
menghasilkan liquor yang jernih. Alat yang digunakan press filter (filter aid)
18
sebagai filtrasi tahapan pertama yang menghasilkan sirup filtrat dan cake
filter yang berfungsi untuk memastikan tidak ada kotoran pada sirup filtrate.
5. Kristalisasi
hingga terbentuk Kristal gula rafinasi dalam vacuum pan. Setelah Kristal
6. Sentrifugasi
permukaan gula produk. Kristal dan larutan gula yang tidak akan mengkristal
akan dipisahkan oleh sentrifugal. Kristal gula dikeringkan, lalu larutan gula
7. Drying Cooling
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeringan antara lain:
2. Suhu pengeringan
3. Kelembaban
4. Waktu pengeringan
Alat pengeringan gula yang digunakan dipilih dari tipe drum besar dan
panjang yang berputar pelan. Dibagian dalam drum dipasang bilah-bilah yang
kembali kebawah dalam bentuk tirai gula. Letak drum sedikit miring, letak
sisi pemasukan gula dibuat sedikit lebih tinggi dari sisi ujung pengeluaran
gula. Dari ujung pemasukan gula dialirkan udara panas dengan suhu 65-70°C
yang menerobos tirai gula. Gula yang di keringkan pada suhu yang terlalu
tinggi karena hal tersebut dapat merusak gula. Oleh karena itu pengeringan
diikuti dengan pendingin yang baik dalam drum yang sama atau terpisah.
melewati lapisan gula untuk menurunkan suhu gula sampai suhu mendekati
8. Packing (pengepakan)
dari gula rafinasi yang telah kering , selanjutnya diayak utuk memisahkan
20
Pengepakan dibagi dari dua jenis kualitas produk, yaitu: R1 dikemas
dengan karung cap tebu merah, R2 dengan karung cap tebu hijau hasil
melewati beberapa tahapan proses produksi dan analisa. Maka, gula produk
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP No. 82 tahun 2001). Limbah cair atau air limbah adalah
sisa dari suatu hasil usaha dan auatu kegiatan yang berwujud cair yang
Menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
tanah, air permukaan, dan air hujan. Sedangkan baku mutu limbah cair
21
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam
b. Pengolahan Limbah
dibuang.
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah
tangga dan air limbah industri. Secara umum di dalam limbah rumah tangga
22
berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-
limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan
1. Karakteristik Fisik
seluruh bahan yang tertinggal dari penguapan pada suhu 103ºC sampai 105ºC,
sedangkan zat padat yang menguap pada suhu tersebut tidak dinyatakan
sebagai zat padat. Total zat padat menurut ukurannya dapat dikelompokkan
atas suspended solid dan filterable solid. Termasuk dalam suspended solid
adalah bila padatan dapat ditahan dengan diameter minimum 1 mikron (1µ).
Bagian dari suspended solid yang mengendap dalam Inhoff cone disebut
23
Padatan terlarut (dissolved solids) ini terdiri dari berbagai macam
material yang terlarut di dalam air, diantaranya mineral, garam, logam, serta
d. Bau
oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air
e. Temperatur
dalam limbah cair dan kondisi bahan yang dibuang ke dalam saluran limbah.
f. Warna
warna berubah menjadi hitam maka hal itu menunjukkan telah terjadi
pencemaran.
24
2. Karakteristik Kimia
Sifat kimia ini disebabkan oleh adanya zat-zat organik didalam limbah
cair yang berasal dari buangan manusia. Zat-zat organik tersebut dapat
tidak sedap. Bahan kimia penting yang ada dalam limbah cair pada umumnya
a. Kandungan Organik
oksigen. Elemen yang juga penting diantaranya belerang, fosfat dan besi.
Pada umumnya kandungan bahan organik yang dijumpai dalam limbah cair
lemak atau minyak. Jumlah dan jenis bahan organik yang semakin banyak
pengelolaan limbah cair karena beberapa zat organik tidak dapat diuraikan
demand (COD).
25
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang
benar terjadi di dalam air. Angka BOD menggambarkan jumlah oksigen yang
organik yang terlarut dan sebagian zat- zat organis yang tersuspensi di dalam
akibat buangan dan untuk merancang system pengolahan biologis bagi air
yang tercemar. Prinsip pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena
adanya bakteri. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan
amoniak. Dengan demikian zat organis yang ada di dalam air diukur
unit pemanasan dan pendinginan (BOD pada 30ºC) sesuai untuk bagian-
juga tepat untuk daerah dimana temperatur lebih tinggi digunakan untuk
atau bahkan 3 hari, hal ini akan mengurangi inkubator yang diperlukan karena
26
sampel harus dieramkan pada periode yang lebih pendek.
pula pemakaian oksigen di dalam air, akibatnya akan menuju keadaan yang
pencemaran akibat limbah cair dan juga diperlukan untuk mendesain sistem
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada
sebagai sumber oksigen. Angka COD yang didapat merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat organis, dimana secara alami dapat dioksidasikan
27
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
b. Kandungan Anorganik
1. DO (Dissolve Oxygen)
dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.
Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang,
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5
mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5
ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih
bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik
berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan
28
2. pH
kualitas air dan air limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan
proses pengolahan air limbah. Baku mutu yang ditetapkan sebesar 6-9.
3. NH3 (Ammonia)
berwarna dan dapat larut dalam air. Pada kadar di bawah 1 ppm dapat
dideteksi adanya bau yang menyengat (Plog; Niland dan Quinland, 1996).
(Hammer, 1996).
pencemaran. Dari segi estetika, NH3 mempunyai rasa kurang enak dan bau
sangat menyengat, sehingga kadar NH3 harus rendah, pada air minum kadar
NH3 harus nol dan pada air permukaan harus dibawah 0,5 mg/l N (Alaerts dan
Santika, 1987).
Efek kesehatan dapat terjadi apabila NH3 telah berubah menjadi nitrat
(NO3) dan nitrit (NO2) yang akan membahayakan kesehatan. Nitrat dan nitrit
29
dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastrointetinal, diare
bercampur darah yang disertai dengan konvulsi, koma dan apabila tidak
S.J, 1994).
e. Dampak Limbah
Menurut Said, NI, 1999, ditinjau dari segi kesehatan, secara umum
bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air dapat
akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk,
gejala akut, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap kesehatan karena adanya
diolah terlebih dahulu agar tidak menimbulkan efek negatif. Berikut ini
30
1. Gangguan terhadap kesehatan
bakteri patogen dan dapat menjadi media penular penyakit. Selain itu air
limbah juga dapat mengandung bahan beracun, penyebab iritasi, bau, suhu
oksigen terlarut dalam air menurun sehingga kehidupan di dalam air yang
menimbulkan bau, wilayah sekitar akan licin oleh minyak, tumpukan ampas
terbentuknya karat pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan. Kadar
pada benda yang dilaluinya. Lemak air limbah akan menyebabkan terjadinya
(Sugiharto, 1987).
31
Dampak kandungan pH, BOD, COD, TSS dan Amonia dalam air
penyakit pada manusia. Limbah cair yang memiliki nilai BOD dan COD
Apabila limbah cair yang memiliki nilai BOD dan COD tinggi
dan lainnya.
adalah salah satu parameter pencemaran oleh bahan kimia, yang apabila
penyakit dermatitis (kulit), iritasi pada mata, dan pada titik ekstrim dapat
32
Materi tersuspensi (TSS) mempunyai efek yang kurang baik terhadap
dapat masuk ke dalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan
pengolahan fisika dan pengolahan biologis. Untuk suatu jenis air buangan
33
yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
dahulu.
(fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
34
mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia
bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium khlorida
organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat
35
dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium
padat tersuspensi.
1. Pengolahan primer
terdiri dari tahap – tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan
36
– bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat
2. Pengolahan sekunder
1) Penyaring trikle
2) Lumpur aktif
37
3. Pengolahan tersier
tersier.
pengurangan. Jika air limbah yang tidak diolah dibiarkan terakumulasi, maka
Pengolahan Air Limbah). Saat ini, tren pengelolaan limbah di industri adalah
38
menjalankan secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan
minimization).
39
pertumbuhan melekat (attached growth) karena tidak membutuhkan media
ABR membuat limbah cair mengalir secara under and over dari inlet
menuju outlet, sehingga terjadi kontak antara limbah cair dengan biomassa
aktif.
40
1. ABR mampu memisahkan proses asidogenesis dan metanogenesis
fase (two stage), tanpa adanya masalah pengendalian dan biaya tinggi.
adanya beban kejut hidrolik dan organik (hyhraulic and organik shock
organic
41
dalam reaktor, yaitu : kecepatan aliran permukaan, waktu kontak, laju
Tabel.3.3. Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri gula
rafinasi
42
BAB IV
METODE ANALISIS
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
Alat :
Conductivity/0C meter
Corong plastik
Elektroda
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
43
2. Memasukan elektroda ke dalam beaker yang telah berisi sampel,
3. Mencatat pH dan temperatur yang tertera pada alat bila alat telah
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
Alat :
Corong plastik
Conductivity/0C meter
Elektroda
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
44
d. Prosedur kerja
3. Menghitung dan mencatat TDS yang tertera pada alat bila alat telah
Perhitungan:
(ppm).
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
limbah cair sebanyak 10 ml, lalu di ukur dengan alat Spectro (HACH
Alat :
Kuvet 10 mL
Corong plastic
45
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
46
c. Alat dan bahan yang digunakan
Alat :
Spectroquant
Spoit 1 mL
Corong plastik
Kertas saring
Rak besi
Bahan :
Reagen HR
Reagen HR+
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
47
4. Mengaktifkan peralatan .
pendinginan).
8. Mencatat hasil yang tertera pada alat (untuk sampel dengan reagen
48
BAB V
SPESIFIKASI ALAT
Berikut tabel spesifikasi alat yang digunakan pada IPAL PT. Makassar
Tene:
49
40 Hp, 30 Kw, 50
Menyuplai oksigen ke
11 Deffusher Hz, 380- 415 V, 2
kolam aerobik
53,8 A
MTO2, 11,2 Kw,
Menyuplai oksigen ke
12 Aerator 15 Hp, kapasitas 4
kolam aerobik
O2 19,2 kg/h
Menyuplai oksigen ke
13 Kincir air 1,0 kW 2 kolam selatan dan
equalization pond
Menyaring kotoran yang
masih terbawa dalam
14 Polishing filter - 1
effluent dan
menjernihkan.
50
BAB VI
6.1. Hasil
Parameter
No. Sampel Suhu TDS TSS COD
pH
(oC) (ppm) (ppm) (ppm)
1 Oil Trap 27,2 5,68 765,17 98,33 6430
2 Spray Pond 26,3 7,97 677,17 160,5 337
3 Input 26,8 7,08 788,83 - 1973,33
4 Equalisasi 26 6,10 - - -
5 Anaerobik 26,17 6,92 1155,5 - 112,83
6 Aerobik 26,17 7,58 878,67 - 52
7 Outlet WWTP 25,8 7,46 881,83 11,67 41,17
8 Outlet Selatan 25,8 7,91 803,83 5,83 35,33
1. Suhu
Berdasarakan analisa yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh rata-
51
SUHU (°C)
27.5
27.2
27 26.8
26.5 26.3
26.17 26.17
26
26 25.8 25.8
25.5
25
Oil Trap Spray Input Equalisasi Anaerobik Aerobik Outlet Outlet
Pond WWTP Selatan
Dari Gambar 6.1.1 dapat dilihat bahwa outlet selatan dan outlet
WWTP memiliki suhu yang paling rendah. Limbah cair yang berada di oil
trap merupakan limbah cair campuran antara limbah spray pond, sisa proses
produksi gula rafinasi, air dari demineral plant dan aktivitas sehari-hari di PT.
cooling pond (Input). Pada cooling pond (Input) ini bertujuan untuk
mendinginkan limbah cair dari oil trap yang masih panas dengan cara
dibiarkan limbah cair di udara terbuka. Penurunan suhu ini dimaksudkan agar
suhu limbah cair sesuai dengan suhu optimum kerja bakteri dalam anaerobic
pond. Dari input, limbah cair menuju ke equalization pond secara overflow.
Selanjutnya, limbah cair diolah secara biologis pada anaerobic dan aerobic
pond. Suhu limbah cair pada anaerobic pond dan aerobic pond sama,
52
2. Derajat keasaman (pH)
Berdasarakan analisis yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh rata-
pH
7.97 7.91
8 7.58 7.46
7.08 6.92
7
6.1
5.68
6
0
Oil Trap Spray Pond Input Equalisasi Anaerobik Aerobik Outlet WWTP Outlet Selatan
Dari Gambar 6.1.2 dapat dilihat bahwa pH limbah cair pada oil trap
lebih rendah. Hal ini berasal dari sisa produksi gula rafinasi yang memilki pH
rendah. Setelah bercampur dengan limbah cair dari demineral plant, spray
pond dan limbah domestik, pH-nya sudah mulai meningkat setelah dipompa
ke input. Adapun input memiliki pH > 6,8, sehingga tidak perlu dilakukan
6,8, sehingga perlu ditambah kuastik soda. Pada anaerobic pond, pH limbah
cair naik, dan pada aerobic pond, pH limbah cair juga meningkat karena asam
53
(metanogenesis) pada chamber akhir anaerobic pond sebelum mengalir
secara overflow ke aerobic pond. Selanjutnya limbah pada clean water pond
(outlet WWTP) memiliki pH yang tidak jauh berbeda dengan aerobic pond.
TDS (ppm)
1200 1155.5
1000 881.83
878.67
788.83 803.83
765.17
800 677.17
600
400
200
0
Oil Trap Spray Pond Input Anaerobik Aerobik Outlet Outlet
WWTP Selatan
Dari Gambar 6.1.3 dapat dilihat bahwa limbah cair yang berada di
input memiliki jumlah padatan terlarut yang cukup tinggi. Dari grafik dapat
dilihat bahwa TDS input lebih rendah daripada TDS anaerobik yang memiliki
kadar paling tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya padatan
54
4. Total Suspended Solid (TSS)
TSS (ppm)
180
160.5
160
140
120
98.33
100
80
60
40
11.67
20 5.83
0
Oil Trap Spray Pond Outlet WWTP Outlet Selatan
pada spray pond sangat tinggi, suspensi pada spray pond berasal dari
tumpahan gula cair ataupun molasses yang ikut terbawa menuju ke spray
pond. Saat bercampur dengan limbah cair dari sumber yang lain pada oil trap,
55
Total Suspended Solid hanya dilakukan pada limbah cair sebelum pengolahan
berisi reagen HR dan 0,2 ml ke dalam tabung yang berisi reagen HR+.
Dilakukan perlakuan yang sama untuk blanko. Sampel oil trap dan input
HR. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh
COD (ppm)
7000 6430
6000
5000
4000
3000
1973.33
2000
1000 337
112.83 52 41.17 35.33
0
Oil Trap Spray Pond Input Anaerobik Aerobik Outlet Outlet
WWTP Selatan
56
Dari Gambar 6.1.5 dapat dilihat bahwa COD limbah cair pada Oil
Trap sangat tinggi. Tingginya nilai COD ini disebabkan karena limbah cair
dari spray pond dan sisa air proses produksi gula rafinasi banyak
kolam oil trap. Selain itu, sebagai pre-treatment limbah cair pada oil trap
ke cooling pond (input). Pada cooling pond (input) nilai COD limbah cair
berkisar antara 400 hingga 2500. Sedangkan pada anaerobic pond yang
pada proses Asidogenesis untuk selanjutnya diubah menjadi gas metana dan
memiliki batas COD maksimal yang dapat diolah yaitu 8000 mg/L, oleh
karena itu pre-treatment pada Oil trap sangat dibutuhkan. COD yang
berhasil dihilangkan pada anaerob pond dan total COD yang dihilangkan
Diketahui :
57
CODinput −CODanaerob
% COD removal= x 100 %
CODinput
(1973,33−112,83 ) mg/ L
¿ x 100 %
1973,33 mg/ L
¿ 94,28 %
CODinput−CODOS
% COD romoval = x 100 %
COD input
(1973,33−35,33 ) mg/ L
¿ x 100 %
1973,33 mg/ L
¿ 98,21 %
6.2 Pembahasan
spray pond, air regenerasi demin/power plant, dan aktivitas umum dengan
jumlah total debit air limbah yang diolah yaitu sekitar ± 500 m3/hari.
karakteristik air limbah sebelum diolah memiliki nilai COD berkisar 1000-
20.000 mg/L, suhu berkisar 400C, pH berkisar 5-7, TSS berkisar 100-800
mg/L dan TDS berkisar 300-4000 mg/L. Hasil analisis tersebut belum
5 tahun 2014 tentang Standar Baku Air Limbah untuk industry gula rafinasi
Pengolahan air limbah terdiri atas tiga proses yaitu proses fisika, proses kimia
58
dan proses biologi. Pengolahan secara fisika adalah Particel Screening,
Tene adalah dari limbah proses produksi, spray pond, air regenerasi
Oil Trap PT. Makassar Tene memiliki kapasitas 150 m3. Limbah
mengambang.
Oil Trap merupakan salah satu pengolahan limbah cair secara fisik.
Fungsi utama kolam ini yaitu untuk mengendapkan padatan yang terbawa
massa jenis antara air dan minyak. Secara logika minyak yang memiliki
massa jenis lebih rendah akan berada di bagian atas atau permukaan
sedangkan air berada di bagian bawah. Pompa akan mengisap limbah cair
minyak yang berada pada lapisan atas air tidak ikut mengalir ke kolam input
59
Jika limbah grease ini tidak ditangani secara tepat, akan
menyebabkan:
bakteri mati.
besar seperti daun, sampah plastik, kayu, dan lain-lain. Tujuan screening ini
fisik. Limbah yang berada di oil trap dipompa ke cooling pond. Fungsi
cooling pond adalah untuk mendinginkan limbah cair sebelum diolah pada
hingga sekitar 28-350C. Lokasi cooling pond yang berada di ruangan terbuka,
cooling pond. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan kimia seperti soda
kaustik dan nutrisi (TSP dan urea) untuk mikroorganisme pada kolam
anaerobik dan aerobik, penambahan ini dilakukan sekali per shift pada saat
limbah cair dipompa dari kolam oil trap atau dari kolam spray pond.
60
Penambahan soda kaustik berfungsi untuk menaikkan pH air limbah
yang pada air limbah kolam oil trap yang ber-pH 4-5, namun penambahan
soda kaustik jarang dilakukan karena limbah cair pada cooling pond sudah
memiliki pH 6-7. Penambahan soda kaustik jika pH air limbah pada cooling
pond lebih rendah dari 6,8. Sedangkan penambahan TSP berfungsi sebagai
sumber fosfor dan urea berfungsi sebagai sumber nitrogen yang merupakan
Pada WWTP PT. Makassar Tene kadar COD yang bisa diolah
inffluent mengandung kadar COD yang lebih besar dari itu, maka diperlukan
3. Equalization Pond
pond sehingga limbah cair yang telah diolah pada cooling pond akan masuk
limbah yang akan masuk ke kolam anaerobik. Selain itu, pada kolam ini
juga dilakukan penambahan bahan kimia seperti urea, TSP dan soda kaustik,
jika pH pada kolam input memiliki pH yang lebih rendah dari 6,80.
61
a. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada
4. Anaerobic Pond
(ABR). Sistem ABR memiliki kelebihan yaitu lebih tahan terhadap shock
WWTP PT. Makassar Tene terdiri atas 6 sekat (chamber). Proses pada
mikroorganisme anaerobik dengan waktu tinggal selama 7-10 hari. Kolam ini
mengurai ikatan organik rantai panjang yang ada pada limbah cair industri
gula rafinasi.
adalah proses hidrolisis dimana pada proses ini polisakarida akan diubah
untuk membuat asam organik rantai pendek dengan atom C kurang dari 6
62
seperti asam butuyrat, asam propionate, dan asam asetat serta pada proses ini
akan menghasilkan panas. Tahap ini disebut dengan tahap asidogenik. Tahap
hidrolisis dan asidogenik ini terjadi pada chamber 1 dan 2 pada kolam
asam yang terbentuk dari tahap asidogenik kemudian dijadikan sebagai bahan
pond, kandungan COD serta BOD pada limbah cair akan di hilangkan
activate sludge yang mampu mengolah limbah cair dengan nilai COD
proses pre-treatment pada limbah cair dengan cara didiamkan di oil trap. Cara
lain untuk mengolah COD influent yang tinggi yaitu dengan cara mengurangi
debit limbah yang diolah. Kadar COD yang melebihi kemampuan removal
yang keluar setelah diolah pada anaerobic pond berwarna hitam pekat dan
pond mati karena tidak mampu mengurai COD yang tinggi, sehingga proses
63
Pada sistem ABR ini, anaerobic pond terbagi atas 6 chamber dengan
pemisah antar chamber berupa sekat. Sekat ini bertujuan agar limbah cair
mengalir secara under flow sehingga terjadi kontak langsung antara limbah
sehingga pada outlet anaerobic pond, seluruh activate sludge tidak ikut
main hole pada anaerobic pond. Penambahan ini dilakukan karena sebagian
activate sludge pada anaerobic pond terbawa bersama limbah cair menuju ke
a. Temperatur
b. pH (alkalinitas)
keadaan tertentu, pH input yang rendah (kurang dari 6,5) harus ditambahkan
64
c. Organik Loading Rate (OLR)
tinggi. Beban maksimal OLR pada kolam anaerobik adalah 3 kg/m3 hari. OLR
tersuspensi dalam limbah cair. Maksimal TSS yang masuk ke dalam kolam
e. COD removal
pada anaerobik pond. COD removal anaerobik pond IPAL PT. Makassar
sebagai berikut :
CODinf −CODeff
% COD remove= x 100 %
CODinf
f. Biogas Production
konversi zat organik dalam limbah cair oleh aktivitas bakteri. Kandungan
karbondioksida (CO2) sebanyak 20-35%, gas H2S kurang dari 0,1% serta uap
air. Produksi biogas pada anaerobic pond adalah 0,2-0,3 m3/kg COD yang
65
berhasil dihilangkan. Gas yang dihasilkan ini, dikeluarkan ke udara bebas
g. Nutrient Demand
pond sekali per shift pada kolam equalisasi dan input dengan cara penaburan
yang sangan kecil seperti Zn, Fe dan Co. Sumber makronutrient yang
digunakan adalah Urea untuk kebutuhan Nitrogen dan TSP (Tri Sodium
yang dapat dilihat dari kemampuan COD removal yang dianalisa setiap 2 jam.
60
ppm nutrien= x COD inlet
2 atau 1
terbentuknya busa putih yang keluar dari main hole kolam. Hal ini terjadi
sludge dan partikel besar yang lolos dari basket screening serta COD input
66
5. Aerobic Pond
Limbah cair yang telah diolah di dalam anaerobik pond mengalir ke aerobic
merupakan mikroba aerob yang juga berasal dari activate sludge pada
anaerobic pond dengan waktu tinggal selama 3-5 hari. Activate sludge ini ikut
mengalir bersama dengan limbah cair yang masuk ke dalam aerobic pond.
Instrumen tambahan pada aerobic pond adalah aerator dan diffuser. Aerator
oxygen) di dalam limbah cair yang diolah. Jumlah aerator yang digunakan
pada aerobic pond WWTP PT.Makassar Tene adalah 2 unit dan jumlah
antara activate sludge dengan limbah cair pada aerobic pond adalah 40:60%.
Hal ini dapat dilihat dengan mengambil sampel pada beker gelas kemudian
didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk dua lapisan antara air dan
lagi, limbah cair pada kolam akan berwarna hitam dan berbau tidak sedap
serta terbentuk foaming (busa tebal berwarna coklat gelap) yang berlebihan.
sebagai berikut :
67
pH
Temperatur
Dissolved oxygen adalah jumlah oksigen terlarut dalam air. Besar nilai
tinggi, kadar oksigen terarut akan berkurang karena oksigen yang ada
Oleh karena itu, pada saat nilai COD pada anaerobic tinggi, maka
besar. Nilai oksigen terlarut limbah cair PT. Makassar Tene tidak
Nutrient Demand
pond adalah urea sebagai sumber nitrogen dan Tri Sodium Phosphate
sebagai berikut:
68
a. Disperse growh
Tidak terbentuk flok pada activate sludge dan turbiditas yang tinggi
Microorganism rasio (F/M) terlalu tinggi dan DO yang rendah. Rasio F/M
dikontrol oleh laju sirkulasi activate sludge. Lebih tinggi laju sirkulasi
activate sludge lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Rasio F/M yang rendah
Flok sangat kecil dan lemah, mudah pecah dan sulit mengendap,
baik yang berakibat efisiensi pengendapan flok lumpur berkurang dan effluent
c. Bulking condition
bacteria.
d. Foaming
69
Timbulnya busa yang berlebihan yang dapat menutupi kolam reaktor
tinggi pada saat startup, adanya biosurfactant pada activate sludge kehadiran
cair dari aerobic pond sebelum masuk ke dalam chemical mixing pond.
Fungsi level equalizing pond adalah sebagai tempat untuk mengatur debit
limbah air dari aerobic pond yang akan dimasukkan ke dalam chemical
mixing pond. Selain itu Level equalizing pond juga ditempatkan setelah
chemical mixing pond. Tetapi fungsi utama kolam level equalizing setelah
chemical mixing pond adalah untuk menguragi debit limbah yang masuk ke
dalam settling pond agar proses pada settling pond tidak terganggu karena
debit inlet yang berlebih. Selain itu, lumpur yang mengendap dalam kolam ini
pompa celup.
Chemical mixing pond pada WWTP PT. Makassar Tene sebanyak empat
kolam yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk). Kolam I dan kolam III
70
pengadukan cepat. Sedangkan kolam II dan kolam IV merupakan kolam
koagulan yang lain (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero
sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang
yang dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian
dilakukan.
mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari
71
penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik
tangki pengenceran bahan kimia setiap shift. Setelah diencerkan, larutan PAC
8. Settling Pond
terbentuk. Pada kolam ini, limbah cair masuk setelah diolah pada chemical
mixing pond dan di tampung pada level equalizing pond. Settling pond
pemisahan antara endapan dan air lebih efektif. Bagian bawah settling pond
sludge pond.
9. Sludge Pond
lumpur atau sludge yang terbentuk pada settling pond. Sludge pond terletak
pada bagian bawah settling pond sehingga sludge yang terbentuk mudah
72
untuk dikeluarkan dari settling pond. Sludge yang tertampung kemudian
pompa dan dapat digunakan kembali sebagai activate sludge di aerobic pond.
Limbah cair yang mengalir secara overflow dari settling pond menuju
ke clean water pond merupakan limbah cair yang telah memenuhi baku mutu
limbah cair industri gula rafinasi. Pada clean water pond dilakukan uji coba
kebersihan air limbah, hasil olahan, dengan cara kolam juga diisi dengan
limbah WWTP PT. Makassar Tene. Polishing filter ini berisi pasir silika dan
ijuk yang berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air dari clean water pond.
Untuk tetap menjaga efektifitas proses pada polishing filter, secara rutin
dilakukan back wash dan penggantian pasir silika pada polishing filter.
memenuhi baku mutu limbah cair dan telah disaring pada polishing filter.
Pada kolam ini juga terdapat ikan yang berfungsi sebagai bioindikator yang
73
Kolam ikan ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond. Pada
kolam berisi berbagai jenis ikan. Ikan ini berfungsi sebagai bioindikator
screening untuk menyaring kayu, daun-daun dan prtikel besar lainnya yang
Mentri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mtu Air
Limbah
Tabel 6.2. Hasil perbandingan analisis outlet IPAL PT. Makassar Tene
dengan Peratuan Mentri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014.
Dari Tabel 6.2 dapat dilihat bahwa Outlet Waste Water Treatment
Plant (WWTP) PT. Makassar Tene memenuhi Standar Baku Mutu Air
Limbah. Oleh karena itu, outlet WWTP PT. Makassar Tene aman untuk
74
75
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) terdiri atas proses fisika pada oil
trap, cooling pond, equalization pond, settling pond, polishing filter dan
screening pada awal dan akhir pengolahan WWTP; proses biologi pada
anaerobic dan aerobik pond; serta proses kimia pada chemical mixing
Out WWTP
No Parameter Satuan
PT. Makassar Tene
o
1 Suhu C 25,80
2 pH - 7,46
3 TDS mg/L 881,83
4 TSS mg/L 11,67
5 COD mg/L 41,17
tentang Standar Baku Air Limbah untuk industri rafinasi gula, sehingga
outlet limbah cair olahan WWTP PT. Makassar Tene aman untuk dialirkan
ke Sungai Tallo.
76
DAFTAR PUSTAKA
1/158262408201011501.pdf
2014.html
file=digital/125618-S-5673-Perencanaan%20 sistem-Literatur.pdf
Said, Nusa Idaman. 2013. Limbah Cair Industri, Bagian 1-C : Teknologi
dari http://ww.kelair.bbpt.go.id/publikasi/BukuLimbahCairIndustri/
013biologi.pdf
http://dokumen.tips/documents/makalah-limbah-cair.html
Fajar, Abdul, dan Rahmiah. 2012. Bahan Ajar Penanganan Limbah Pangan.
LAMPIRAN
77
1. Gambar Waste Water Treatment Plant PT. Makassar Tene
78
Chemical Mixing Pond Level Equalizing Pond
79
Finally Pond Kolam Kontrol Pembiakan Ikan
80
Conductivity / ºC Meter pH meter
Elektroda Spectroquant
81
Spektrofotometer
82
Laboratorium
1. Oil Trap
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS TSS COD
1 8/19/2019 23 6,02 877 165 5730
2 8/20/2019 27 5,83 960 90 10750
3 8/21/2019 27 6,53 1268 124 10960
4 8/22/2019 27 5,85 597 71 5240
5 8/23/2019 30 5,20 779 53 2430
6 8/24/2019 29 4,68 110 87 3470
Rata-Rata 27,2 5,68 765,17 98,33 6430
83
2. Spray Pond
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS TSS COD
1 8/19/2019 23 8,04 644 112 184
2 8/20/2019 26 7,29 676 134 1071
3 8/21/2019 27 8,19 669 112 175
4 8/22/2019 26 8,32 705 145 159
5 8/23/2019 27 7,90 676 307 188
6 8/24/2019 29 8,08 693 153 245
Rata-Rata 26,3 7,97 677,17 160,5 337
3. Input
Parameter
N
Tanggal Suh TSS(ppm
o pH TDS(ppm) COD(ppm)
u )
1 8/19/2019 23 7,38 691 - 1700
2 8/20/2019 26 7,33 729 - 2500
3 8/21/2019 27 7,03 971 - 3400
4 8/22/2019 26 7,17 693 - 1620
5 8/23/2019 29 6,69 781 - 1820
6 8/24/2019 30 6,88 868 - 800
Rata-Rata 26,8 7,08 788,83 - 1973,33
4. Equalisasi
Parameter
No Tanggal
Suhu pH
1 8/19/2019 23 5,54
2 8/20/2019 26 5,98
3 8/21/2019 26 6,47
4 8/22/2019 26 6,34
5 8/23/2019 27 6,06
6 8/24/2019 28 6,22
Rata-Rata 26 6,10
84
5. Anaerobik
Parameter
No Tanggal TSS(ppm
Suhu pH TDS(ppm) COD(ppm)
)
1 8/19/2019 23 6,95 1136 - 108
2 8/20/2019 26 7,00 1174 - 83
3 8/21/2019 27 6,98 1235 - 85
4 8/22/2019 26 6,92 1106 - 97
5 8/23/2019 27 6,76 1162 - 147
6 8/24/2019 28 6,93 1120 - 157
Rata-Rata 26,17 6,92 1155,5 - 112,83
6. Aerobik
N Parameter
Tanggal
o Suhu pH TDS TSS COD
1 8/19/2019 23 7,57 847 - 48
2 8/20/2019 26 7,58 902 - 52
3 8/21/2019 26 7,68 900 - 49
4 8/22/2019 26 7,55 879 - 65
5 8/23/2019 27 7,44 883 - 53
6 8/24/2019 29 7,66 861 - 45
Rata-Rata 26,17 7,58 878,67 - 52
7. Outlet WWTP
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
1 8/19/2019 23 7,35 827 12 45
2 8/20/2019 26 7,77 903 16 48
3 8/21/2019 26 7,01 906 6 42
4 8/22/2019 25 7,59 884 10 36
5 8/23/2019 27 7,40 897 16 47
6 8/24/2019 28 7,65 874 10 29
Rata-Rata 25,8 7,46 881,83 11,67 41,17
85
8. Out Selatan
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
1 8/19/2019 23 7,68 738 11 41
2 8/20/2019 26 8,22 813 4 47
3 8/21/2019 26 8,22 821 1 35
4 8/22/2019 25 7,89 819 9 32
5 8/23/2019 27 7,52 829 3 33
6 8/24/2019 28 7,94 803 7 24
Rata-Rata 25,8 7,91 803,83 5,83 35,33
86