Kel 3 Perilaku Kekerasan
Kel 3 Perilaku Kekerasan
Kel 3 Perilaku Kekerasan
PERILAKU KEKERASAN
Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah keperawatan jiwa
Disusun Oleh :
Alda Resma EL
Maulana Sahid
Sutra Camelia
4H KEPERWATAN
TANGERANG-BANTEN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
I. Masalah Utama
Kasus : Perilaku Kekerasan
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen,1995).
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan
klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 2004).
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanan yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permesive).
4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
C. FAKTOR PRESIPITASI
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
TUM :
TUK 1
Kriteria Evaluasi :
Tindakan Keperawatan :
SP I:
Rasional:
SUMBER
Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan
Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen SJ. (1998) Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Stuart, G.W and Sundeen. (1995) Principle and practice of psychiatric nursing.
5thed. St
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan : 1 (Satu) Tanggal : Selasa,12 April 2019
Waktu : 10.00-10.15 WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu S saat ini?“masih ada perasaan kesal atau marah?”
c. Kontrak
1) Topik :
‘’Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang ibu rasakan.”
2) Waktu :
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?’’
3) Tempat :
“Dimana kita akan bincang-bincang?” , “Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja
“apa yang menyebabkan ibu S marah?
“ Apakah sebelumnya ibu S pernah marah?
“Terus penyebabnya apa?
“Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan
yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa
“yang ibu S rasakan?” Apakah ibu S merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “ apa yang
ibu lakukan selanjutnya?”
“Apakah dengan ibu S marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?”
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu, “ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu
berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara
perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan
lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu S sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu S lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul ibu S sudah terbiasa melakukannya”.
2. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu?”
“Coba ibu S sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu
lakukan serta akibatnya. “Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian
ya Bu”
“ berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan
T, bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu S.
“Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja?”
“saya pamit dulu ibu....Assalamualaikum.
2) Waktu :
“berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja?”
3) Tempat :
“Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
PERILAKU KEKERASAN
Stikes Widya Dharma Husada
Implementasi Evaluasi
Data : S:
DS : Mereka itu tidak pernah menghargai perasaan Pasien mengatakan merasa kesal karena
orang.Saya tahu, saya hanya anak angkat tidak dihargai didalam keluarga
(yatim piatu) dan saya tidak tamat SD, tapi
O:
saya juga manusia,, Bahkan saya tidak bisa
1. pasien tampak mata melotot
sekolah karena uang orangtua kami dipakai 2. pasien tampak rahang terkatup rapat
buat sekolahnya mereka. Harusnya mereka 3. pasien tampak tangan mengepal
berterima kasih, saya sudah mau berkorban 4. pasien mau bercerita tentang apa yang
untuk mereka, mereka malah menganggap dirasakan.
saya beban dalam keluarga, selalu menatap
saya dengan tatapan sinis, seolah-olah saya A:
Resiko kekerasan positif, artinya masih ada
memang sudah tidak bisa apa-apa lagi.. yang
jelas saya merasa tidak dihargailah... Betul- P:
betul kurang ajar mereka,”
Anjurkan dan yakinkan pasien kalau
DO : wajah klien tampak kesal dan marah. dirinya tersebut dihargai oleh keluarga
DX
Prilaku kekerasan
Tindakan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan
3. Menilai respon pasien
4. mendiskusikan tentang prilaku kekerasan pada
pasien
5. menganjurkan pasien untuk memahami prilaku
kekerasan
Rtl:
1. evaluasi
2. lanjutkan SP II
3. Ajarkan
TTD
NAMA ASLI
Nama : ................................................
Ruang : .................................................
KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta kendalanya