SAP Imunisasi REVISI
SAP Imunisasi REVISI
SAP Imunisasi REVISI
Disusun Oleh :
Diana Anggi 2030025
Heny Nur Jannah 2030045
Ifvadatul 2030048
Meilasari Sukmayani 2030069
NI Made Wahyu Candra 2030077
2021/2022
PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
D. Materi
1. Pengertian imunisasi
2. Tujuan pemberian imunisasi
3. Penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
4. Jenis-jenis imunisasi
5. Kapan imunisasi tidak boleh diberikan
6. Sasaran imunisasi
7. Reaksi yang timbul setelah imunisasi
8. Tempat pelayanan imunisasi
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab dan diskusi
F. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Audience dapat hadir, minimal 10 orang.
b. Kegiatan dilakukan pada Orang tua pasien diruangan Poli Anak
RSPAL Dr.Ramelan Surabaya
2. Kriteria Proses
a. Audience antusias terhadap materi yang diberikan.
b. Audience konsentrasi dan fokus mendengarkan materi.
c. Audience dapat mengajukan beberapa pertanyaan.
3. Kriteria Hasil
a. Audience hadir minimal 10 orang.
b. Audience kooperatif dalam acara penyuluhan.
c. Audience bertanya dan mampu menjawab pertanyaan dari penyaji.
d. Audience mampu memahami materi penyuluhan yang telah
disampaikan.
G. KEGIATAN PENYULUHAN
H. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Audience
: Penyaji
MATERI
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2017).
2. Tujuan Imunisasi.
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut
Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya
cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN
(target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child
Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL
disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya
reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila
anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Proverawati,
2010 : 5-6).
b. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan kepada bayi
sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan
tubuh dapat bekerja secara optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan)
diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1
dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes,
dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
c. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya
tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur
(Permenkes RI 12, 2017).
d. Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan imunisasi dasar yaitu dengan diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib pada
usia 18 bulan dan 1 dosis campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal
dari pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan apabila anak tersebut telah
mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (Kemenkes RI, 2018).
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
h. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis
penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu
(Kemenkes RI, 2018).
c. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet infection) dari
batuk atau bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam,
batuk ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang
cepat dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis adalah
Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
d. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke dalam
luka yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai
kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada
bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala
berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
Pneumonia, infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
e. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara horizontal dari produknya,
suntikan yang tidak aman, transfusi darah, melalui hubungan seksual dan secara
vertikal dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala yang ditimbul berupa
merasa lemah, gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat,
dan warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit hepatitis B adalah penyakit bisa menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis Hepatitis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
i. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae
measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjungtivitis (mata merah) dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka
dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga,
infeksi saluran nafas (Pneumonia).
j. Rubella
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom untai
tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan dan bereplikasi dalam
nasofaring dan kelenjar getah bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah
infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Rubella ditularkan melalui oral droplet, dari
nasofaring atau rute pernafasan. Gejala rubella pada anak biasanya berlangsung dua
hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh,
demam ren posterior limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang
lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan berupa pembengkakan kelenjar, dingin
seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah serius dapat
terjadi berupa infeksi otak dan perdarahan (Ankas, 2015).
k. Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang anak di bawah usia 15
tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan ditularkan melalui kotoran manusia
(tinja) yang terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa demam, nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi yang diakibatkan dari
penyakit poliomielitis adalah bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani.
l. Radang Selaput Otak
Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus
dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal
dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan
otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Penularan
kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet (tetesan)
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan
tenggorokan penderita (Ariya, 2012).
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi,
muntah, dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui fungsi lumbal. Pada stadium I selama 2-3 minggu
ditandai dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa, stadium II
berlangsung selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit lebih berat dimana
penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan sangat gelisah, sedangkan
stadium III ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila
tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya (Ariya, 2012).
m. Radang Paru-Paru
Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana
(alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan
terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,
termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat
juga disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu
berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru
termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di seluruh kelompok umur dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orangtua dan orang yang
sakit menahun (Sahroni, 2012).
4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh dan tidak diberikan pada
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan, HIV/AIDS, penyakit kanker
atau keganasan, serta pada anak yang sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum (Maryunani, 2010 : 218-219).
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Efek samping mungkin terjadi
demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, kemungkinan terdapat
pembengkakan pada tempat penyuntikan. Kontra-indikasi imunisasi campak
yaitu pada anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, gangguan
kekebalan, TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan,
serta pada anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin, dan
eritromisin (antibiotik) (Maryunani, 2010 : 219-220).
Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas
Imunisasi, Jakarta, (1985)
Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta,
198