Makalah Soca CHF - Edy Armansyah
Makalah Soca CHF - Edy Armansyah
Makalah Soca CHF - Edy Armansyah
DISUSUN OLEH
EDY ARMANSYAH, S.KEP
NIM. 2014901011
A. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana terjadi jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian
cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur
atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam
jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
B. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani, 2016)
a. Disfungsi miokard
b. Bebantekananberlebihan / pembebanansistolik(sistolic overload).
c. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus paten
d. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
e. Disaritmia
f. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
g. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, gagal
jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung
b. Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
c. Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
d. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
e. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri.Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
f. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mmpengaruhi jantung.Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan
stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
g. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
C. Manifestasi Klinik
a. Gagal Jantung Kiri
1. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi oksigen yang
rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di
deteksi melalui auskultasi.
2. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal (PND).
3. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan menjadi batuk berdahak.
4. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala- gejala seperti: gangguan
pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin
dan lembab.
8. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
E. Pathway
PatwayGagalJantung
Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan
Indonesia dalam (PPNI,2017)
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia,
disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress
c. Ekokardiografi Doppler
d. Katerisasi jantung
e. Radiografi dada
f. Laboratorium : Darah lengkap, Elektrolit, AGD, BUN/Creatinen, CKMB
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
G. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a.Terapi farmakologi
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin converting
enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida
jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan
konstipasi.
b.Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya hidup,
pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan
kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI
adalah :
a.Gangguan pertukaran gas (D.0003)
b.Pola nafas tidak efektif (D.0005)
c.Penurunan curah jantung (D.0008)
d.Nyeri akut (D.0077)
e.Hipervolemia (D.0022)
f.Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
g.Intoleransi aktivitas (D.0056)
h.Ansietas (D.0080)
i.Defisit nutrisi (D.0019)
j.Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)
I. IntervensiKeperawatan
A. Identitas Pasien
Nama : Tn U
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk RS : 01 April 2021
Pukul : 17.00 wib 43
No.Reg : 65 11
C. Riwayat Masuk RS
Saat dilakukan pengkajian pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri tidak
tembus kepunggung belakang dan terasa seperti ditimpah benda berat sejak jam. 11.00 wib
sehabis berolahraga sepeda disertai dengan kepala pusing, mual dan nafas terasa berat.
Nyeri dirasakan hilang timbul dengan intensitas 4 menit dengan skala nyeri 7.
D. Pengkajian Primer
1. Kesadaran AVPU : Sadar penuh (Alert), Dapat berkomukasi dengan baik (Verbal),
Nyeri dada (Pain), Respon pasien baik (Uneposive) dan nadi karotis teraba.
Masalah keperawatan : Nyeri akut
Tindakan :
a. Managemen nyeri
b. Identifikasi faktor yang menyebabkan nyeri
c. Mengajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
2. Airway
Inspeksi : tidak ada sumbatan, benda asing, oedem/massa
Auskultasi : suara nafas baik tidak dijumpai gangguan
Masalah Keperawatan : --
Tindakan : --
3. Breathing
Inpeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, terlihat pengunaan otot bantu nafas,
baatuk
Auskultasi :ronchi (+)
Palpasi : tidak dijumpai adanya sumbatan jalan nafas RR,28 x/menit, Spo2 94%
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
Tindakan :
a. Monitir tanda-tanda vital
b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Berikan posisi semi fowler
d. Pemberi oksigenisasi mengunakan Non Rebreatihing Mask (NRM)
4. Circulation
Nadi teraba cepat dan kuat, daerah akrat teraba dingin dan keluar keringat dingin dan
kulit terlihat pucat dan lembab serta tida dijumpai adanya perdarahan, CRT>3 detik.
Masalah Keperawatan : Perfusi perifeer tidak efektif
Tindakan :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor sirkulasi perifer (nadi,suhu, warna kulit, pengisian
peerifer
c. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
5. Disability
Kesadaran compos mentis, GCS. 15 E4 V5 M6, pupil anisokor dan tidak dijumpai
fraktur dan kelemahan anggota gerak.
Masalak Kepeerawatan : --
Tindakan :--
E. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan : Nyeri dada sebelah kiri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
3. Riwayat Kesehatan Lalu : Pasien sebelumnya tidak mempunyai penyakit Hipertensi,
DM dan penyakit paru.
4. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, GCS.15, TD.152/98 mmhg, Nadi.107 x/menit, RR.28
x/menit, Suhu. 30’C, SPO2 94 %
5. Pengkajian Head to Toe
d. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih dan rambut beruban.
e. Leher : tidak dijumpai pembesaran vena jugolaris dan pembesaran kelenjar tyroid.
f. Thorak
Inpeksi : Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, terlihat pengunaa
otot bantu nafas
Auskultasi :Bj I tterdengar tunggal (lup) dan BjII Terdengar Tunggal(dup),
Ronchi (+)
g. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris,
Palpasi : Nyeri tekan pada epigastrium, kembung
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus 8 x/menit
h. Ekstermitas
Tidak terdapat fraktur dan kelemahan pada kedua anggota gerak sebelah kanan dan
kiri.
i. Integument
Keadaan kulit bersih dan lembab, tampak pucat dan dingin pada daerah akral.
j. Laboratorium
Kimia darah :
-GDS 144 < 140 mg/dl
-Creatinen 20 18-55 mg/dl
-Ureum 1.00 < 1.2 mg/dl
-Kalium 142 135-147 mmol/L
-Kalsium 3.8 3.5-5.0 mmol/L
-Natrium 9.5 8.8-10.3 mg/dl
-Chlorida 111 95-1-5 mmol/L
-CKMB 32 < 25 U/L
k. Terapi
F. Analisa Data
O:
-pasien tampak selalu
memegangi dadanya
-Tampak sesak
-Gelisah
-Skala nyeri 7
-Durasi nyeri 4 menit hilang
timbul
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(Perawatan sirkulasi
I.02079)
1.Periksa
sirkulasiperifer
2.Identifikasi
2. 01.04.2021 Perfusi perifer faktor resiko
tidak efektif b.d Setelah dilakukan gangguan
peningkatan tindakan keperawatan sirkulasi
tekanan darah diharapkan perfusi 3.Lakukanhidrasi 1.mengetahui
perifer meningkat. 4.Anjurkan keadaan aliran
menggunakan obat darah arteri/vena
penurun tekanan 2.mengetahui
Kriteria hasil : darah, antikoagulan, keadaan yang
perfusi perifer dan penurun menganggu
(L.02011) 1.Nadi kolestrol sirkulasi
perifer teraba kuat 5.Anjurkan 3.mengurangi
2. Akral teraba hangat minum obat terjadinya dehidrasi
3.Warna kulit tidak pengontrol dipembuluh darah
pucat tekanan darah 4.untuk
secarateratur mengurangi
6.Informasikan tanda sumbatan
dan gejaladaruratyang dipembuluh darah
harus dilaporkan. 5.menurunkan
tekanan darah
6.memantau
kondisi gangguan
sirkulasi
P:
1.Periksa sirkulasiperifer
-Sesak (+)
- ronchi(+)
-Gelisah(+)
-TD.152/98mmh, Hr.107x/menit,
S.36”C, RR.28x/menit
A : CHF
P:
-cek laboratorium
-Rongent Thorax PA
-Lanjutkan teerapi
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien sebelumnya telah berobat di Rumah SakitAdvent pada tanggal 01 April 2021 pukul
15.00 wibnyeri dada sebelah kiri dan disertai nafas sesak dan sakit kepala kemudian pasien dirujuk
ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek. Pada tanggal 01 April 2021 pasien tiba di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek pukul 17.30 wib dilakukan pengkajian oleh
mahasiswa dan diketahui keluhan saat ini. Pasien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri tidak
tembus kepunggung belakang sehabis berolah raga sepeda disertai dengan nafas terasa sesak
seperti ditindih beban berat, sakit kepala dan mual. Berdasarkan pathway nyeri akut yang dirasakan
dikarena adanya nyeri didaerah dada.
Pada kasus ini, mahasiswa mengangkat tiga masalah keperawatan yaitu, nyeri akut, pola
nafas tidak efektif dan perfusi perifer tidak efektif.Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif
menjadi prioritas pertama.Dalam penentuan prioritas diagnosa berdasarkan tingkat kegawat daruratan,
maka diagnosa pola nafas tidak efektifmenjadi prioritas tinggi. Dimana menggambarkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan segera. Pada saat masuk
pasien diberikan oksigenisasi 8-10 liter/menit dikarenakan SPO2 94% dan kemudian dilakukan observasi
sampai pola nafas pasien teratasi.
Pada diagnosa nyeeri akut dilakukan asuhan keperawatan oleh mahasiswa dengan melakukan
managemen nyeri, melakukan tehnik distraksi dan relaksasi serta dilakukan kolaborasi pemberian tablet
ISDN 5 mg, Aspilet 4 tablet dan CPG 4 tablet. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan pemberian
kolaborasi terapi nyeri akut berangsur-angsur berkurang
Pada diagnose yang terakhir yaitu perfusi perifer tidak efektif, dimana mahasisawa memantau
tanda-tanda vital serta gangguan sirkulasi dari arteri atau vena dan memonitor hidrasi disirikulasi. Sehingga
gangguan perfusi perifer pasien dapat terpantau dan teratasi dan bila terjadi kegawat daruratan dalam tanda
dan gejala yang dijumpai dapat dilaporkan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian hingga catatan perkembangan pada pasien Tn. U dengan diagnose
medis Congestive Hearth Failure ( CHF ) tidak terlalu banyak perubahan signifikan yang terjadi
dikarena keluhan pasien masih dirasakan. Namun intervensi yang telah direncanakan tetap
dilaksanakan dengan semaksimal mungkin untuk mengurangi keluhan pasien.Pasien direncanakan
menjalani perawatan yang lebih intesif diruang perawatan jantung.Perawat perlu memperhatikan
masalah-masalah keperawatan yang muncul serta penyakit penyerta yang dialami oleh pasien
dikarenakan perawat, dokter dan tim kesehatan lain harus memperhatikan tindakan yang tidak
akan merugikan pasien terlebih pasien dengan kondisi penyakit seperti kasus yang telah dibahas..
B. SARAN
Bagi mahasiswa dan perawat di ruangan yang melakukan asuhan keperawatan harus
memperhatikan kondisi pasien dengan seksama, dan menjalankan intervensi keperawatan yang
telah disusun dengan maksimal agar tujuan yang diharapkan dapat diperoleh dengan maksimal
dan tidak merugikan pasien.Perawat juga harus mampu melakukan edukasi yang baik pada dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinarti,&Muryanti,Y.(2017).BahanAjarKeperawatan:DokumentasiKeperawatan.1–
172.Retrievedfromhttp://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads
/2017/11 /praktika-dokumen keperawatan - dafis. pdf.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP .(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data
Dan InformasiKementerianKesehatanRI, 1–8.Retrieved from
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
jantung.pdf.