Laporan PKL Puskesmas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PUSKESMAS

PERIODE 21 JUNI – 09 JULI 2021

DISUSUN OLEH :

Ahmad Sofyan M (189286)


Dinda Destian Nita (189310)
Desi Destari (189304)
Erika Tasya Ananda (189316)
Fitriya Syafira (189322)
Indah Aulia (189332)
Istianatul Hoiroh (189335)
Nunik Rahmawati (189357)

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT

yang telah rahmat dan hidayat- NYA sehingga

kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja


Assalamualaikum, wr.wb
Lapangan di Puskesmas yang dilaksanakan

dari tanggal 21 Juni s/d 9 Juli

2021.Laporan ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan program

Diploma Farmasi Akademi Farmasi Yarsi

Pontianak.

Dalam pembuatan laporan ini kami

banyak dibantu oleh rekan-rekan dan dosen

pembimbing. Oleh karena itu kami ucapkan

terimakasih yang sebesar- besarnya kepada

Bapak Apt. Ade Ferdinan, M.Si selaku

dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan

dari Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

Dengan selesainya penulisan Laporan Praktek

Kerja Lapangan di Rumah Sakit ini kami

juga menyampaikan terimakasih kepada

Ucapan terimakasih dissampaikan


kepada :

1. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M.Sc., Apt,


selaku Direktur Akademi Farmasi

Yarsi Pontianak.

2. Bapak Apt. Ade Ferdinan, M.Si selaku


dosen pembimbing Praktek Kerja
ii
Lapangan dari
Akademi Farmasi
Yarsi Pontianak.

3. Seluruh Staf

Karyawan di

Apotek Kimia

Farma Purnama

yang telah banyak

memberi bantuan

selama PKL

4. Seluruh Dosen dan


Staf Akademi Farmasi
Yarsi Pontianak

5. Serta orang tua ,


sahabat dan rekan
seperjuangan.
i

ii
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca.

Wassalamualaikum, wr. wb

Pontianak, Juni 2021

Penulis

ii
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN…........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN…..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)........................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Pelaksanaan PKL ................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…........................................................................................5
2.1 Puskesmas............................................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Puskesmas ............................................................................... 5
2.1.2 Tugas Puskesmas ....................................................................................... 5
2.1.3. Kategori Puskesmas ................................................................................. 7
2.1.4 Fungsi Puskesmas ...................................................................................... 8
2.1.5 Upaya Kesehatan Puskesmas ................................................................... 8
2.2 Pengelolaan Sumber Daya .................................................................................. 9
2.3 Pelayanan Farmasi Puskesmas......................................................................... 10
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS…...............................................................12
3.1 Sejarah Puskesmas ............................................................................................ 12
3.2 Visi dan Misi....................................................................................................... 12
3.2.1 Visi............................................................................................................. 12
3.2.2 Misi............................................................................................................ 13
3.3 Sasaran dan Wilayah Cakupan Puskesmas .................................................... 13
3.4 Lokasi Puskesmas .............................................................................................. 14
3.5 Struktur Puskesmas dan Personalia ................................................................ 15
3.6 Sarana dan Prasarana ....................................................................................... 16
3.7 Alur Pelayanan................................................................................................... 17
3.8 Pengelolaan Obat di Puskesmas ....................................................................... 18
BAB IV PENUTUP…...........................................................................................................25
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA….........................................................................................................26

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SOP Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas.....................................................................27
Lampiran 2. SOP Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas….................................................................28
Lampiran 3. SOP Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas….................................................................29
Lampiran 4. SOP Sistem Pelaporan Obat Golongan Narkotika Dan Psikotropika Di
Puskesmas…............................................................................................30
Lampiran 5. SOP Pengarsipan Resep Di Puskesmas…............................................31
Lampiran 6. SOP Pengkajian Dan Pelayanan Resep Di Puskesmas……………...32
Lampiran 7. SOP Pelayanan Informasi Obat (PIO) Di Puskesmas…....................33
Lampiran 8. SOP One Dayly Dose (ODD) Di Puskesmas…....................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap orang baru hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah

upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan dan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab 1 pasal 2

adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta

bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut

sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975

sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbatas dari segala jenis penyakit, baik

fisik, mental, dan sosial.

Batasan kesehatan tersebut sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang

terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka

dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, dikatakan bahwa keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial ekonomi. Kesehatan

mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan

kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru.

Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan

sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,

mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai

pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.

Obat merupakan produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam upaya

kesehatan dan tentunya tidak terlepas dari kemungkinan adanya bahaya akibat kesalahan atau

1
kelalaian dalam penanganan obat mulai dari prosedusen hingga mencapai konsumen. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengawasan dan penanganan yang baik terhadap obat yang beredar

pada masyarakat. Menurut kep.Menkes RI No. 193/kab/B.VII/71 obat adalah suatu bahan

atau paduan bahan-bahan yang dimaksud untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,

mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, atau gejala penyakit,

luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok

atau memperindah badan atau bagian badan atau bagian badan manusia.

Seorang tenaga farmasi diharuskan terampil, terlatih, dan dapat mengembangkan diri.

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga

kefarmasian, karena itu juga dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dibeberapa unit

tempat pelayanan kesehatan, salah satunya adalah puskesmas.

Sesuai dengan peraturan pemerintah (pp) No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan

Tinggi, maka tujuan pendidikan dimaksud adalah penyiapan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional, yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

serta iman dan takwa (IMTAQ).

Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran, proses pembelajaran yang

terjadi tidak terbatas di dalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung didalam pendidikan

ini lebih ditekankan pada pembelajaran yang menerobos diluar kelas, bahkan diluar isntitusi

pendidikan seperti di lingkungan kerja dan masyarakat. Dalam hal ini PKL (Praktek Kerja

Lapangan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem program pengajaran serta

merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan sikap dan keterampilan

yang diperoleh selama mengikuti proses belajar mengajar.

PKL merupakan sarana pengenalan lapangan kerja bagi mahasiswa. Dengan

mengikuti PKL mahasiswa dapat melihat, mengetahui, menerima, dan menyerap teknologi
kesehatan yang ada pada masyarakat. Dengan kata lain, PKL merupakan masa orientasi bagi

mahasiswa dan dapat digunakan sebagai sarana informasi terhadap dunia pendidikan

kesehatan sehingga institusi pendidikan kesehatan dapat mengembangkan diri sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Tujuan dari PKL adalah :

1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang mampu

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja

yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.

2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik diitinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun sosial budaya.

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja

yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan

kefarmasian di puskesmas dan penyuluhan obat kepada masyarakat.

4. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, profesionalisme dan

nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai

dengan bidangnya.

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada

suasana/iklim lingkungan kerja yang sebenarnya.

6. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan teknologi baru dari

lapangan kerja ke institusi pendidikan atau sebaliknya.

7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan serta

penyelenggaraan pendidikan AKFAR Yarsi Pontianak.

8. Memberikan kesempatan masuk penempatan kerja.


1.3 Tujuan Penulisan Laporan Pelaksanaan PKL

Tujuan penulisan laporan PKL adalah:

1. Mahasiswa mampu memahami, memanfaatkan dan mengembangkan materi

pelajaran yang diperoleh di institusi pendidikan dan diterapkan pada lapangan

kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian.

3. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan dirinya.

4. Menambah perbendaharaan perpustakaan isntitusi untuk menunjang peningkatan

pengetahuan mahasiswa lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu merata, dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

mengunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan

biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas merupakan Unit

Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2006).

Pembangunan Kesehatan yang dimaksud adalah penyelenggaraan upaya kesehatan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas

merupakan bagian yang penting dala pemecahan masalah kesehatan masyarakat,

perencanaan dan evaluasi program dari puskesmas akan sangat menentukan apakah

program kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan baik (Depkes RI, 2006).

2.1.2 Tugas Puskesmas

Menurut PERMENKES No.75 Tahun 2014 tentang puskesmas, Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

kecamatan sehat Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas Menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang

untuk :
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dala bidang kesehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama

dengan sektor lain terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

f. Melakasanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap pasien kewaspadaan dni dan respon penanggulan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang

untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehentif,

berkesinambungan dan bermutu

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan

preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat


d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan peningkatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. Mengoordinasikan dan melasanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. Melaksanakan penapisan rujukan ssuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan

2.1.3. Kategori Puskesmas

Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014 dalam rangka pemenuhan

pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat,

Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan

kemampuan penyelenggaraan .

1. Puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerja

a. Puskesmas kawasan perkotaan

b. Puskesmas kawasan pedesaan

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil

2. Puskesmas berdasarkan kemampuan penyelenggaraan

a. Puskesmas non rawat inap

b. Puskesmas rawat inap


2.1.4 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas dalam melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan yaitu dengan menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama di wilayah kerjanya

(Permenkes, 2014). Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan

memantau penyekenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan

dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Disamping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Trihono, 2005).

2.1.5 Upaya Kesehatan Puskesmas

a. Upaya kesehatan wajib, yang terdiri dari:

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pengobatan

6. Upaya Pencegahan Dan Pemberantaan Penyakit Menular

b. Upaya kesehatan pembangunan yang tediri dari:

1. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut

2. Upaya Kesehatan Sekolah

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


4. Upaya Kesehatan Mata

5. Upaya Kesehatan Jiwa

6. Upaya Kesehatan Lanjut Usia

7. Upaya Kesehatan Kerja

8. Upaya Kesehatan Olahraga

9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

2.2 Pengelolaan Sumber Daya

Sumber daya manusia untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian diPuskesmas

adalah Apoteker yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian(TTK) (Permenkes,

2006). Kompetensi Apoteker di Puskesmas mampumemberikan dan menyediakan

pelayanan kefarmasian yang bermutu, mampumengambil keputusan secara profesional,

mampu berkomunikasi yang baikdengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya

dengan menggunakanbahasa verbal, non verbal maupun bahasa lokal dan selalu belajar

sepanjangkarir baik pada jalur farmasi maupun informal sehingga ilmu danketerampilan

yang dimiliki selalu baru (update). Tenaga Teknis Kefarmasianhendaknya dapat

membantu pekerjaan Apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian (Permenkes,

2006).

Sarana dan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secaratidak

langsung mendukung pelayanan kefarmasian puskesmas. Sarana danprasarana yang

dimiliki puskesmas untuk meningkatkam kualitas pelayanan kefarmasian, meliputi papan

nama “Apotek” atau “Kamar Obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien, ruang tunggu

yang nyaman bagi pasien, peralatanyang menunjang kefarmasian (timbangan gram dan

mg, mortir-stemfer, gelasukur, corong, rak alat-alat), tersedia tempat dan alat untuk

memberikaninformasi obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien (memasang

poster,brosur dan majalah kesehatan), tersedianya sumber informasi serta literaturyang


memadai untuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) seperti InformasiSeputar Obat (ISO),

tersedianya tempat juga alay untuk melakukan peracikanobat yang memadai, tersedianya

penyimpanan obat khusus (suppositoria,narkotika dan psikotropika), tersedianya kartu

stok obat untuk memantaukeluar masuknya obat dan tempat penyerahan obat yang

nyaman dan amanbagi pasien untuk melakukan PIO (Permenkes, 2006).

Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,pengarsipan dalam

rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertibbaik untuk sediaan farmasi

dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaanresep supaya mudah untuk dimonitor dan

dievaluasi (Permenkes, 2006).

2.3 Pelayanan Farmasi Puskesmas

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengantujuan untuk

mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obatdan masalah yang

berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien danmasyarakat akan peningkatan mutu

Pelayanan Kefarmasian, mengharuskanadanya perluasan dari paradigma lama yang

berorientasi kepada produk (drugoriented ) menjadi paradigma baru yang berorientasi

pada pasien (patientoriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical

care)(Permenkes, 2016).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan

yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung

oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana. Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang

dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya

adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi


dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/ kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen

dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Permenkes, 2016).

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep,

pelayanan informasi obat, konseling, visite pasien (khusus puskesmas rawat inap),

monitoring efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan

obat(Permenkes, 2016).
BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1 Sejarah Puskesmas

Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat

pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat kerja

Kesehatan nasional (Rakerkesnas) di Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya mengorganisasi

sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada

waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP,

P4M dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui

Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama ke

dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas). Dan puskesmas pada waktu itu dibedakan dalam 4 macam yaitu:

1. Puskesmas tingkat desa

2. Puskesmas tingkat kecamatan

3. Puskesmas tingkat kewedanan

4. Puskesmas tingkat kabupaten

Paada Rakerkesnas ke II tahun 1969, pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori :

1. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh

2. Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak penuh

3. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedik

3.2 Visi dan Misi

3.2.1 Visi

Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah

harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antispiratif, inovatif dan

produktif. Visi merupakan suatu gambaran yang menata tentang masa depan berisikan cita
dan citra patut diwujudkan oleh instansi pemerintah. Penetapan visi diperlukan untuk

memadukan gerak dan langkah setiap unsur organisasi masyarakat untuk mengarahkan serta

menggerakkan segala sumber daya yang ada.

Adapun visi UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota sebagai berikut:

“Mewujudkan Kota Pontianak Sehat, Terdepan, dalam Penyelenggaran Pembangunan

Kesehatan di Kalimantan Barat”.

3.2.2 Misi

Misi adalah suatu tugas dan tanggung jawab yang diemban atau dilaksanakan oleh

instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan

berhasil dengan baik. Adapun misi tersebut yaitu:

1. Membudayakan lingkungan sehat, perilaku sehat dan kemandirian masyarakat di

bidang kesehatan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3. Mengembangkan sarana dan prasarana yang mengutamakan kualitas pelayanan.

4. Meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan peran serta aktif dan kemandiriran masyarakat terhadap kesehatan.

3.3 Sasaran dan Wilayah Cakupan Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya.

Pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh bupati dan walikota, dengan saran

teknis dari kepala dinas kesehatan kebupaten/kota. Sasaran penduduk yang dilayani

Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas (Herlambang, 2016).

Untuk perluasan jangakauan pelayanan kesehatan, maka sebuah Puskesmas ditunjang

dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana disebut dengan Puskesmas pembantu
dan Puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau

lebih, wilayah kerja Puskesmas dapat satu kelurahan. Puskesmas di ibukoa kecamtan dengan

jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas pembantu yang berfungsi

sebagai pusat ujukan bagi Puskesmas kelurahan dan mempunyai fungsi koordinasi. Dengan

adanya undang-undang otonomi daerah, setiap daerah tingkat II mempunyai kesempatan

mengembangkan Puskesmas sesuai rencana strategis bidang kesehatan sesuai situasi dan

kondisi daerah tingkat II (Herlambang, 2016).

3.4 Lokasi Puskesmas

Persyaratan lokasi puskesmas yaitu:

A. Geografis

Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, antara lain:

1. tidak di tepi lereng;

2. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;

3. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi;

dan

4. tidak di daerah rawan banjir.

B. Akses untuk jalur transportasi

Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat

diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum.

C. Kantor tanah

Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus

dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu, kontur tanah

berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak

bangunan dan lain-lain.

D. Fasilitas parkir
Kapasitas parkir harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan

ekonomi daerah setempat.

E. Fasilitas keamanan

Minimal menggunakan pagar.

F. Ketersediaan utilitas publik

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan air

bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pemerintah daerah

harus mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan

dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada pada daerahnya.

G. Pengelolaan Kesehatan lingkungan

Puskesmas harus melakukan pengelolaan kesehatan lingkungan antara lain air

bersih, dan pengelolaan limbah medis dan non medis baik padat maupun cair

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

H. Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3.5 Struktur Puskesmas dan Personalia

Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-

masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola

struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut:

a. Kepala Puskesmas

b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam

pengelolaan:

1. Pengolahan data dan informasi, Perencanaan dan Penilaian (SP2TP)


2. Keuangan

3. Kepegawaian dan umum

c. Unit Pelaksanaan Teknis Fungsional Puskesmas

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas yaitu UKP rawat jalan yang terdiri

dari penaggung jawab:

1. Poli umum

2. Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

3. Poli Gigi

4. Klinik Gizi

5. Ambulans

6. Unit Gawat Darurat

7. Radiologi

8. Laboratorium

9. Apotik

10. Gudang Obat

11. Puskesmas Keliling

3.6 Sarana dan Prasarana

Bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi puskesmas dalam mendukung

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, diperlukan adanya kebijakan dan Langkah-

langkah strategis yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraannya. Hal ini sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang

Puskesmas. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota merupakan puskesmas dengan

pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan pengembangan.

Pelayanan kesehatan dasar terdiri dari:


1. Rawat jalan pagi

2. Poli umum

3. Poli KIA/KB

4. Poli gigi

5. Klinik Gizi

6. Laboratorium

7. Klinik Sanitasi

8. Klinik TBC Paru

9. Ruang Tindakan

Pelayanan pengembangan terdiri dari:

1. Klinik berhenti merokok

2. Klinik penyakit tidak menular

3. Klinik remaja

4. Klinik laktasi

5. Klub jantung sehat kesehatan olah raga

6. Klinik Kesehatan jiwa

7. Perawatan kesehatan masyarakat

8. Saka Bakti Husada (SBH)

9. Tanaman Obat Keluarga (Toga)

3.7 Alur Pelayanan

Alur pelayanan di puskesmas merupakan pokok penting di dalam suatu sistem

sehingga akan menjamin kelancaran pelayanan. Alur pelayanan yaitu kemudahan dan

kepastian tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Alur pelayanan yang harus

ada adalah alur pelayanan Puskesmas, alur pelayanan kamar bersalin, alur pelayanan
laboratorium dan lain-lain. Alur pelayanan pasien gawat darurat disesuaikan dengan kasus

agar segera mendapatkan penanganan.

3.8 Pengelolaan Obat di Puskesmas

Pengelolaan obat menurut WHO, menitikberatkan pada hubungan antara pemilihan

obat, pengadaan obat, penyimpanan dan pendistribusian obat serta penggunaan obat, dimana

pengelolaan menjadi kuat jika didukung oleh sistem manajemen pengelolaan obat yang baik

(Quick, 1997).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan obat yaitu obat selalu tersedia

dalam jumlah yang cukup, jenis dan jumlah sesuai kebutuhan atau pola penyakit yang ada,

sistem penyimpanan agar tidak terjadi kerusakan dan kehilangan obat, sistem distribusi yang

dapat menjamin mutu dan keamanan obat, penggunaan obat yang tepat, pencatatan dan

pelaporan yang teratur (Kemenkes , 2016).

Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

seperti tenaga, dana, sarana, dan ditetapkan di berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010).

Pengelolaan obat secara keseluruhan mencakup:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat.

Tujuan dari perencanaan obat adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah

obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan (Kemenkes , 2016).

Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan

oleh pengelola obat di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh puskesmas
merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan

obat Tahunan (Depkes, 2003).

Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kabupaten/Kota.

Proses perencanaan kebutuhan obat pertahunan, puskesmas diminta menyediakan data

pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO (Depkes, 2003).

2. Permintaan

Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing

unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya.

Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas kesehatan

kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat

esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan

merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (Kemenkes, 2016).

Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menulis

resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan milik pemerintah,

maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Permintaan

untuk mendukung pelayanan obat di masingmasing puskesmas diajukan oleh kepala

Puskesmas kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi

Kabupaten dapat menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit

ke kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Depkes,

2003).

3. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan

dari unit pengelolaan yang lebih tinggi kepada unit pengelolaan dibawahnya.
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain

yang diberi kuasa oleh kepala Puskesmas (Depkes, 2003).

Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas penerima obat

bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan

dan penggunaan obat beserta kelengkapan catatan yang menyertainya (Depkes, 2003).

Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang

diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat

sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), dan ditanda tangani oleh petugas penerima serta

diketahui oleh kepala Puskesmas. Bila ditemukan adanya obat yang tidak memenuhi

syarat dalam hal ini terjadi kekurangan atau kerusakan maka petugas penerima dapat

mengajukan keberatan. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku

penerimaan obat dan kartu stok (Kemenkes, 2016).

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan untuk melaksanakan pengamanan

terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan

fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin (Depkes, 2003).

a. Persyaratan Gudang

Gudang yang akan dipakai untuk menyimpan obat haruslah dapat menjamin obat

dalam keadaan baik, untuk itu gudang harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut (Depkes, 2003) :

1) Luas minimal 3 X 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang

disimpan.

2) Ruangan kering dan tidak lembab.

3) Memiliki ventilasi yang cukup.


4) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung

untuk menghindar adanya cahaya langsung dan berteralis.

5) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak

memungkinkan bertumpuk debu dan kotoran lain.Harus diberi alas papan

(palet).

6) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.

7) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.

8) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

9) Mempunyai pintu yang dilengkapi dengan kunci ganda

10) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu

terkunci dan terjamin keamanannya.

11) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan (Kemenkes, 2016).

b. Tata cara penyimpanan obat di Gudang

1) Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.

2) Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.

3) Obat disimpan pada rak obat.

4) Obat yang disimpan pada lantai harus diletakan diatas palet.

5) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.

6) Sediaan obat cairan harus dipisahkan dari sediaan padatan.

7) Sera, vaksin dan suppositoria disimpan dalam lemari pendingin.

8) Lisol dan desinfektan diletakan terpisah dari obat lainnya.

5. Distribusi

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan

pengiriman obat yang bermutu pada waktu dan jumlah yang tepat ke unit pelayana

kesehatan. Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan


kesehatan yang ada di wilaya kerja Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang

tepat serta terjamin (Depkes, 2003).

Aspek distribusi tingkat Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan dalam

rangka pengeluaran obat dari gudang untuk pelayanan di Puskesmas itu sendiri

(kamar obat, kamar suntik), dan pendistribusian ke Puskesmas pembantu atau unit

pelayanan lain secara teratur untuk keperluan pelayanan ataupun memenuhi

kebutuhan Puskesmas pembantu dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Pengeluaran

obat- obatan dari gudang Puskesmas dicatat dalam kartu stok dan buku pengeluaran

obat (Depkes, 2003).

6. Penggunaan

Penggunaan obat adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan obat yang

antara lain meliputi :

a) Pembinaan cara menggunakan obat yang benar.

b) Adanya daftar sinonim untuk untuk obat-obatan tertentu yang tersedia di

Puskesmas.

c) Adanya daftar nama seluruh obat beserta kadar obat yang terkandung yang

tersedia di Puskesmas baik di gudang atau di ruang pelayanan Puskesmas

pembantu maupun di ruang dokter.

d) Lampiran daftar kadar obat.

e) Adanya perlengkapan kemasan.

f) Setiap pengeluaran obat dari ruangan pelayanan harus dicatat dalam kartu

status penderita yang kemudian di bukukan dalam buku pemakaian obat-

obatan atau alat kesehatan.


7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan

dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat yang diterima,

disimpan, didistribusi dan digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.

Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang

tertib, lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan

obat (Depkes, 2003).

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

a. Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.

c. Sumber data untuk perencanaan kebutuhan.

d. Sumber data untuk pembuatan laporan.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Puskesmas adalah:

1). Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan

sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas

adalah Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan Kartu

stok.

2). Alur pelaporan

Data LPLPO merupakan komplikasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO

dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditandatangani oleh kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dari satu rangkap di kembalikan ke

Puskesmas (Depkes, 2003).

3). Periode pelaporan


Pelaporan dilakukan oleh unit pelayanan setiap bulan dengan

menggunakan Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

(Depkes, 2003).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk

dapat memahami tugas dan tanggung jawab seorang calon TTK di puskesmas. Kegiatan

yang telah dilakukan meliputi penyiapan obat, meracik obat, penyerahan obat kepada

pasien disertai dengan informasi yang tepat dan benar, penyediaan obat, penerimaan obat,

menulis kartu stok dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentangStandar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat . Jakarta: CVSagung Seto
Lampiran 1. SOP Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas.

STANDAR PROSEDUR SOP PENGADAAN SEDIAAN FARMASI ALAT


OPERASIONAL KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
DI PUKESMAS
Pengertian Suatu kegiatan mengadakan obat-obat yang dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan.
Tujuan Prosedur ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan obat dimasing-
masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola konsumsi
atau pola penyakit yang ada diwilayah kerjanya.
Referensi PMK No.30 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, Menteri Pengelolaan Obat di Puskesmas Tahun
2007.
Prosedur 1. Menghitung jumlah pemakaian obat dan bahan habis
pakai dalam 1 bulan berdasarkan buku register.
2. Menghitung jumlah kebutuhan obat bahan habis pakai
dalam 1 bulan.
3. Mengajukan permintaan ke Gudang Farmasi
Puskesmas dengan menggunakan LPLPO.
4. Petugas Gudang farmasi merekapitulasi jumlah
kebutuhan obat dalam 1 bulan berdasarkan LPLPO sub
unit.
5. Mengajukan pengadaan obat dan bahan habis pakai ke
gudang farmasi kabupaten.
6. Apabila gudang farmasi kabupaten obat dan bahan
habis pakai yang dibutuhkan tidak tersedia maka
dilakukan pengadaan di puskesmas dengan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Unit Terkait Gudang obat
Instalasi farmasi
Lampiran 2. SOP Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas

STANDAR PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN


PROSEDUR HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Suatu kegiatan dalam menerima obat dan bahan medis habis
pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan.
Tujuan Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh puskesmas..
Referensi Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian dipuskesmas.
Prosedur 1. Petugas melaksanakan pemeriksaan/pengecekan obat yang
diterima mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat,
bentuk obat yang sesuai denga nisi dokumen dan
ditandatangani oleh petugas penerima.
2. Petugas dapat mengajukan keberatan bila tidak memenuhi
syarat baik dari segi mutu, tanggal kadaluarsa, jumlah isi
dalam satuan kemasan jika terdapat kekurangan.
3. Petugas wajib menuliskan jenis yang kurang ( rusak, jumlah
kurang, dan lain-lain).
4. Petugas melakukan pencatatan penerimaan obat, dimana
setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada buku
penerimaan obat dan kartu stok.
Unit terkait 1. Instalasi farmasi
2. Apoteker
3. Tenaga Teknis Kefarmasian
4. Gudang obat
Lampiran 3. SOP Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai Di Puskesmas

STANDAR PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN


PROSEDUR HABIS PAKAI
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap
obat yang diterima agar aman, tidak hilang terhindar dari
kerusakan fisik dan mutunya tetap terjamin sesuai dengan
pesyaratan yang ditetapkan
Tujuan Agar mutu obat yang tersedia dipuskesmmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Referensi Permenkes No.30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
Prosedur 1. Gudang puskesmas
a. Petugas menerima obat dan memasukkanya
kedalam Gudang puskesmas
b. Petugas menata obat digudang sesuai bentuk dan
jenis sedian obat, secara alfabetis, FIFO dan FEFO.
c. Petugas mencatat jumlah penerimaan tiap item obat
pada kartu stok gudang obat
d. Petugas menyimpan sediaan suppositoria, insulin
dalam lemari es
e. Petugas menyimpan obat narkotika dan
psikotropika ke dalam lemari khusus
2. Sub unit puskesmas
a. Petugas menerima obat dari gudang puskesmas
b. Petugas menata obat dalam lemari penyimpanan
secara alfabetis, FIFO dan FEFO
Unit terkait 1. Gudang farmasi
2. Instalasi farmasi
3. Apoteker
4. Tenaga teknis kefarmasian
Lampiran 4. SOP Sistem Pelaporan Obat Golongan Narkotika Dan Psikotropika Di
Puskesmas

STANDAR PELAPORAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA DAN


PROSEDUR PSIKOTROPIKA
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan
golongan narkotika dan psikotropika dalam pelayanan kepada
pasien di puskesmas sesuai dengan peraturan yang berlaku
Tujuan Menjaga keamanan penggunaan obat golongan narkotika dan
psikotropika di puskesmas, menghindari penyalahgunaan obat
golongan narkotika dan psikotropika
Referensi Buku pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan
Kesehatan di puskesmas, Direktorat jenderal Pelayanan
kefarmasian dan alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta cetakan
kedua 2004
Prosedur 1. Petugas farmasi melakukan screening resep yang
mengandung obat-obatan golongan narkotik dan
psikotropika
2. Petugas farmasi menulis jumlah pengambilan ke kartu
stok obat yang terdapat di lemari khusus penyimpanan
obat golongan narkotika dan psikotropika
3. Petugas farmasi menyipkan obat sesuai dengan resep
dengan disertai pencatatan dalam buku harian
penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika
yang mencantumkan identitas pasien
4. Petugas farmasi melakukan pelabelan obat
5. Petugas farmasi mendokumentasikan dan melaporkan
penggunaan obat golongan narkotikan dan psikotropika
setiap bulan ke kepala Pukesmas dan Dinas kesehatan
Kabupaten

Unit terkait Instalasi farmasi dan apoteker


Lampiran 5. SOP Pengarsipan Resep Di Puskesmas

STANDAR PENGARSIPAN RESEP


PROSEDUR
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Pengarsipan resep merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat – obatan yang digunakan secara tertib,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
jumlah permintaan obat untuk menjamin terlaksananya
pelayanan kefarmasian secara optimal dan efektif.
Tujuan Terlaksananya permintaan obat dan penerimaan obat yang
benar dari gudang ke kamar obat.
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 30
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
2. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Depkes RI Tahun 2006, tentang Pedoman
Informasi Obat di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.
3. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Depkes RI Tahun 2004, tentang Pedomanan
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas, Depkes RI, Jakarta
Prosedur 1. Memisahkan resep berdasarkan kepesertaan pasien
(umum, BPJS)
2. Mencatat jumlah resep harian berdasarkan kepesertaan
(umum, BPJS) yang meliputi pencatatan terhadap jenis
dan jumlah obat.
3. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama
berdasarkan urutan nomor resep dan kepesertaan
pasien.
4. Membendel secara terpisah resep yang ada
narkotikanya.
5. Menyimpan bandel resep pada tempat yang ditentukan
secara berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan
dalam penelusuran resep.
6. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3
tahun dengan cara dibakar.
7. Membuat berita acara pemusnahan resep dan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Merekap pengeluaran Obat harian berdasarkan resep
yang diterima.

Unit terkait Apotek

31
Lampiran 6. SOP Pengkajian Dan Pelayanan Resep Di Puskesmas

STANDAR PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP


PROSEDUR
OPERASIONAL
DI PUSKEMAS
Pengertian Suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuia peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Tujuan Untuk menjamin ketepatan (tepat diagnosis, tepat pemilihan
obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis, tepat cara dan
lama pemberian, tepat harga, tepat informasi dan waspada
terhadap efek samping obat)
Referensi Permenkes Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
Prosedur 1. Petugas melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
administrasi yaitu nama dokter, nomor izin praktek,
tanda tangan atau paraf dokter, nama, umur, alamat
pasien
2. Petugas melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian
farmaseutik yaitu bentuk sediaan, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat
3. Petugas mengkaji pertimbangan klinis yaitu adanya
alergi, efek samping, kesesuaian dalam durasi dan
jumlah obat
4. Petugas menginformasikan jumlah total harga obat,
apabila terdapat persediaan obat pendamping dalam
resep
5. Petugas mengkonsultasikan ke petugas penulis resep
apabila terdapat masalah dalam resep
6. Petugas melakukan penyiapan dan penyerahan obat ke
pasien
7. Apoteker menyerahkan obat dan memberikan
informasi yang dibutuhkan terkait obat atau PIO

Unit terkait 1. Instalasi farmasi


2. Apoteker
3. Tenaga teknis kefarmasian

32
Lampiran 7. SOP Pelayanan Informasi Obat (PIO) Di Puskesmas

STANDAR SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


PROSEDUR
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan pelayanan
yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelayanan
informasi obat.
Referensi Peraturan Kementrian Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Prosedur 1. Apoteker memberikan informasi kepada pasien
berdasarkan resep atau kondisi kesehatan pasien baik lisan
maupun tertulis
2. Apoteker melakukan penelusuran literatur bila diperlukan,
secara sistematis untuk memberikan informasi
3. Apoteker menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias,
etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis
4. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien:
a. Jumlah, jenis, dan kegunaan masing-masing obat
b. Bagaimana cara pemakain masing-masing obat yang
meliputi: bagaimana cara memakai obat, kapan harus
menggunakan obat, seberapa banyak/dosis dikonsumsi
sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan,
frekuensi penggunaan obat/ rentang jam penggunaan
c. Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
d. Peringatan atau efek samping
e. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek
samping obat
f. Tata cara penyimpanan obat
g. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
5. Apoteker menyediakan media informasi aktif (brosur,
leaflet dan lain-lain)
6. Apoteker melakukan penyuluhan kepada masyrakat
7. Apoteker mendokumentasikan setiap kegiatan PIO

Unit terkait 1. Ruang farmasi


2. Apoteker
3. Tenaga teknis kefarmasian

33
Lampiran 8. SOP One Dayly Dose (ODD) Di Puskesmas

STANDAR SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


PROSEDUR
OPERASIONAL
DI PUSKESMAS
Pengertian Sistem distribusi ODD, merupakan suatu system distribusi obat
kepada pasien rawat inap yang disiapkan dalam bentuk dosis
tunggal siap pakai selama 24 jam
Tujuan 1. Dapat memberikan obat tepat waktu
2. Obat disiapkan oleh bagian farmasi diberikan aturan
pakai sesuai dengan waktu pemberian dan per pasien
sehingga mengurangi medication error
Referensi
Prosedur Pelayan ODD pasien baru :
1. Menerima resep dari bagian perawatan
2. Melakukan skrening resep sesuai ketentuan
kefarmasian
3. Melakukan proses administrasi resep dan menyiapkan
obat sesuai resep sebanyak 4 kali dosis pemberian
4. Melakukan pemeriksaan ulang untuk semua obat yang
telah disiapkan dengan nota dan faktur
5. Melengkapi blanko catatan pemberian obat
6. Mengantarkan obat keruangan dan mengisi kolom serah
terima obat
Pelayan ODD pasien lama:
1. Petugas ekspedisi mengambil kembali stopmap dari
ruangan
2. Melakukan proses administrasi untuk obat dengan
terapi lanjut dan terapi baru (bila ada) dan menyiapkan
obat sesuai resep sebanyak 4 kali dosis pemberian
3. Melakukan pemeriksaan ulang untuk semua obat yang
telah disiapkan dengan nota dan faktur
4. Melengkapi blanko catatan pemberian obat
5. Mengantarkan obat keruangan dan mengisi kolom serah
terima obat
Unit terkait 1. Apotik instalasi farmasi
2. Instalasi raawat inap

34

Anda mungkin juga menyukai