Iodimetri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

’’ IODIMETRI “

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Alisa Adistia D (19012035)


Desi Kristina P (19012037)

S1 RK-B Semester 4

Dosen Pengampu: Lilik Sulastri,M.Farm

Tanggal Praktikum : 26 Juni 2021


Tempat Praktikum : Laboratorium STTIF Bogor

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit berupa reduktor
atau oksidator dengan titran berupa larutan dari zat standar oksidator atau
reduktor. Prinsip yang digunakan dalam titrasi redoks adalah reaksi reduksi
oksidaasi atau dikenal denga reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron, sehingga terjadi perubahan
bilangan oksidasi.
Titrasi redoks terdiri dari beberapa jenis. Penggolongan jenis titrasi
redoks berdasarkan pada jenis oksidator maupun reduktor yang digunakan
sebagai titran atau larutaan standar. Kelima jenis titrasi redoks tersebut adalah
permanganometri (Larutan standar KMnO4), Bikromamometri (lsrutan
standar K2Cr2O7), Bronatometri (Larutan standar KBrO3), serta Iodimetri
( larutan standar I2), dan iodometri (larutan standar Na2S2O3).
Penerapan titrasi redoks sendiri dalam bidang farmasi salah satunya
adalah untuk penentuan kadar pada Vitamin C, rasa masam yang terdapat
pada vitamin C disebabkan oleh kandungan asam askorbat dalam vitamin C
tersebut, untuk asam askorbat sendiri penentuan kadarnya dapat dilkaukan
metode tirasi redoks karena asam askorbat lebih mudah teroksidasi.
Titrasi yang paling sering digunakan adalah iodometri dan iodimetri.
Titrasi iodometri atau tak langsung merupakan titrasi terhadap larutan analit
dengan larutan natrium tiosulfat sebagai larutan standar, sedangkan titrasi
iodimetri atau secara langsung merupakan titrasi terhadap larutan analit
dengan larutan iodin sebagai larutan standar (titran) dengan menggunakan
indikator amilum.
Pada praktikum kali ini, metode titrasi redoks yang dilakukan adalah
titrasi iodimetri. Sampel yang akan digunakan pada praktikum ini adalah Lar.
Floridina untuk titrasi iodimetri.
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar suatu asam askorbat (vit c) dalam floridina
dengan menggunakan titrasi iodimetri dengan menggunakan Larutan baku
iodin sebagai titrannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Kedua proses ini selalu terjadi secara bersamaan. Dalam titrasi
redoks biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir.
Untuk mengetahui kadar vitamin C metode titrasi redoks yang digunakan
adalah titrasi langsung yang menggunakan iodium. Iodium akan
mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang
lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang
lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan
iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru
pada saat tercapainya titik akhir. Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai
zat pengoksid (iodimetri).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap
penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya
elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa
di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi.
Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan
saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.

Ada dua metode titrasi iodometri, yaitu :


1. Secara langsung (iodimetri) Disebut juga sebagai iodimetri.
Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal
pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila
larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi
apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil
akhirnya berupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna
biru.
2. Secara tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai
iodometri.Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-
iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara
iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada
penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan
larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi
dengan larutan.
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 Berdasarkan
reaksi : I2 + I- → I3- dengan tetapan kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan
baku ion dapat langsung dibuat dari unsur murninya.
Cara titrasi oksidasi reduksi yang dikenal ada dua :
Oksidimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku
yang bersifat oksidator. Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah
(II) klorida , logam dan amalgam (Underwood : 2002).
Reduksimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku
yang bersifat reduktor. Misal : Natrium dan Hidrogen Peroksida, Kalium dan
amonium peroksidisulfat,natrium Bismutat (NaBiO3).
Proses iodimetri banyak digunakan seperti analisis besih dalam biih
besi maupun paduannya. Selain itu titrasi iodometri juga dapat dilakukan
untuk menentukan oksigen terlarut dalam air (terkenal sebagai metode klasik
dari winkler). Sampel air dilarutkan dengan sejumlah garam Mn(II), natrium
iodide berlebih, dan natrium hidroksida. Endapan yang dihasilkan berupa
Mn(OH2) berwarna putih yang secara cepat dioksidasi menjadi Mn(OH) 3
yang berwarna coklat. Larutannya kemudian diasamkan dan Mn(OH)3
mengoksidasi iodide menjadi iodin. Iodin yang dibebaskan selanjutnya
dititrasi dengan natrium tiosulfat.
Amilum merupakan indikator redoks khusus yang digunakan sebagai
petunjuk telah terjadi titik ekuivalen pada titrasi iodometri. Hal ini disebabkan
warna biru gelap dari kompleks iodin – amilum merupakan warna yang
spesifik untuk titrasi iodometri. Mekaismenya belum diketahui dengan pasti
namun ada asumsi bahwa molekul iodin tertahan di permukaan B-amilosa.
Larutan amilum mudah terkomposisi oleh bakteri, sehingga biasanya
ditabahkan sebagai pengawet.
Senyawa Natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan rumus
kimia Na2S2O3.5H2O. natrium tiosulfat merupakan larutan standar karena
tidak sstabil terhadaap oksidasi dari udara, asam, dan bakteri. Penambahan
boraks atau natrium karbonat terhadap larutan natrium tiosulfat dilakukan
untuk sebagai pengawet. Iodin mengoksidasi ion tiosulfat menjadi ion
tetrationat. Pada larutan dengan pH lebih dari 9 menyebabkan ion tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat.

Vitamin C disebut juga asam askorbat, struktur kimianya terdiri dari


rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah
bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat merupakan
vitamin yang paling sederhana. Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat
oksidasi namun stabil jika merupakan kristal (murni). mudah berubah akibat
oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia.
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C
mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-
molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai
peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen,
pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi asam
empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin.
Pemberian kombinasi vitamin C dengan bioflavonoid dapat
menghalangi dan menghentikan pembentukkan superoksida dan hydrogen
peroksida, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat
oksidan. Suplemen vitamin C diantaranya adalah kombinasi vitamin C dan
bioflavonoid, dipasaran diantaranya adalah Ester C®. Bioflavonoid berfungsi
meningkatkan efektivitas kerja vitamin C sehingga dapat mengurangi
konversi asam askorbat menjadi dehidroaskorbat. Vitamin C juga
mengandung likopen, likopen merupakan senyawa potensial untuk antikanker
dan mempunyai aktifitas antioksidan dua kali lebih kuat dari beta karoten.
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagai
inhibitor. Kristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di udara, tetapi cepat
teroksidasi dalam larutan dan dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi
dehydro-ascorbic acid (DAA). Selanjutnya secara berurutan akan
berdekomposisi lagi menjadi beberapa molekul asam dalam larutan sampai
menjadi asam oksalat (oxalic acid) dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan
lingkungan asam askorbat tertentu tidak berfungsi sebagai inhibitor.
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai
berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga
satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara
berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar
dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut
dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu
senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus
umum berikut.
Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan timbangan analitik) maka
rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/b) = x 100%
Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan
menggunakan pipet volum) maka rumus untuk menghitung kadar adalah
sebagai berikut:
Kadar (% b/v) = x 100%
Berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan
valensinya.
2.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (AQUADEST) (FI III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Ar suling
RM : H2O
BM : 18,02
Struktur : H-O-H
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Iodium (FI III ,31)
Nama resmi : IODUM
Nama lain : Iodum
RM :I
BM : 126,96
Kelarutan : larut dalam 3500 bagian air ,dalam 13 bagian
etanol, dalam 80 bagian gliserol .
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap seperti
logam, hitam kelabu dan bau khas .
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Natrium Tiosulfat (FI III,428)
Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo
RM : Na2S2O3 .5H2O
BM : 248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur
kasar. Dalam lembab meleleh basah, dalam
hampa udara merapuh.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai penitrasi
4. VITAMIN C( FI III,47)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain : Asam askorbat
RM : C6H8O6
BM : 176,13
Pemerian : Serbuk atau hablur,putih atau agak
kuning,tidak berbau rasa asam, karena
pengaruh cahaya jadi gelap.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol, praktis tidak larut dalam klorofom
Kegunaan : Sebagai bahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. Indikator Kanji (FI III, )


Nama resmi : AMYLUM MANIHOT
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol 95 % P
Khasiat : Zat tambahan
BAB III

ALAT & BAHAN


3.1 Alat
1. Pipet
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Labu ukur
5. Erlemeyer
6. Buret
7. Statif

3.2 Bahan
1. Amylum
8. Floridina (sampel)
9. Iodium
10. Aquadest
11. Na2S2O4
BAB IV

METODE KERJA

A. Standarisasi Iod
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Siapkan iodium di dalam buret.
3. Siapkan 10 mL Na2S2O4 + 2 mL amylum, masukan ke dalam erlenmeyer.
4. Lakukan titrasi hingga berwarna biru. Ulangi titrasi hingga 3x lalu catat
hasilnya.

B. Kadar Vit C
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang sampel (floridina) sebanyak 10 mL.
3. Masukan sampel ke dalam labu ukur, tambahkan air sampai 100 mL.
4. Ambil 10 mL larutan yang sudah diencerkan ke dalam erlenmeyer,
tambahkan 2 mL amylum.
5. Titrasi dengan iod, hingga berwarna biru. Lakukan sebanyak 3x.
Kemudian catat hasilnya.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Pengamatan
A) Standarisasi Iod

Titrasi ke - Volume

1 24 mL

2 24,02 mL

3 24 mL

Rata-rata 24,06 mL

B) Kadar Vit C

Titrasi ke- Volume

1 0,7 mL

2 1 mL

3 0,8 mL

Rata-rata 0,83 mL

Massa Sampel :
1. 10,530 mg
2. 10,210 mg
3. 10,490 mg
Rata – rata = 10,410 mg

5.2 Perhitungan
A) Standarisasi Iod
V1 x N1 = V2 x N2
Iod = Na2S2O4
24,06 x N1 = 10 x 0,1
N1 = 10 x 0,1 / 24,06
= 0,041 N
B) Kadar Vit C
% Kadar = V t x N t x fp x Bst asam askorbat x 100 %
mg sampel
= 0,83 x 0,041 x 10 x 88 x 100 %
10,410
= 0,287 %

5.3 Pembahasan

Titrasi secara iodimetri atau titrasi langsung adalah dimana zat pereduksi
langsung dititrasi dengan larutan baku iodium, sedangkan titrasi secara
iodometri adalah iodin di runah ke iodium, lalu iodium yang tebentuk dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat.
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan metode titrasi iodimetri.
Dimana pada titrasi ini, sampel yang digunakan adalah floridina. Penentuan
kadar asam askorbat harus dilakukan dengan metode iodimetri karena asam
askorbat lebih mudah teroksidasi.
Alasan penggunaan iodium karena Iodium merupakan kristal hitam
mengkilat yang mudah dimurnikan dengan cara sublimasi (resublimated
Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan dalam larutan KI,karena
terbentuknya ion triiodida. Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga
dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada
titrasi iodimetri ini adalah dilakukan dengan menggunakan indikator amilum
yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
BAB VI

KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah didapatkan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa titrasi iodimetri dan memperoleh volume titran sebanyak
0,83 mL dan persentase kadar yang diperoleh adalah 0,287 %
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Penuntun dan Praktikum Kimia Analisis. Makassar : FF UMI

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes RI

Day & Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi kelima, Jakarta :
Erlangga

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Pursitasari, Dwi Indarini, 2014, Kimia Analitik Dasar, Bandung : Alfabeta

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Digi Art Yogya. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

Safaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, dan Endah Dwi Hastuti,. 2007. Pengaruh Suhu
dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli
(Brassica oleracea L), Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XV, No. 2.
Semarang.

Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tjitro, soejono, Juliana Anggono, Adriana Anteng Anggorowati, dan Gatut


Phengkusaksomo. 2000. Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan Variasi
Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang
Mengandung Klorida dan Sulfat, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 2, No. 1.
Surabaya

Wahyuni, Sri Raharjoe Asj’ari, dan Ahmad Hamim sadewa,. 2008. Kajian
Kemampuan Jus Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam
Menghambat Peningkatan Kadar Malondyaldehide Plasma Setelah
Latihan Aerobik Tipe High Impact, Jurnal Kesehatan, Vol. 1, No. 2,
ISSN : 1979 – 7621. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai