p3 Kel 6 Gol 1 Sabtu Pagi
p3 Kel 6 Gol 1 Sabtu Pagi
p3 Kel 6 Gol 1 Sabtu Pagi
PERCOBAAN III
YOGYAKARTA
2021
CATATAN ( PRAKTIKUM ) PENGOLAHAN BETS
Tonisitas
∆Tf 1% = 0,13 oC
Thiamin HCL 166,67 mg/50 ml = 3.2 gram/100 ml = 3.2 %
3.2 % 1 % 𝑥 0.13 𝑜𝐶 = 0.46 𝑜𝐶 < 0,52 𝑜𝐶 (hipotonis)
0.52 oC – 0.416 oC = 0.104 oC
NaCl yg ditambahkan = 0.104 : 0.52 x 0.9 = 1.8 𝑔𝑟am/100ml
III. PERALATAN
B. JUMLAH BAHAN YANG DIPERLUKAN
- Autoclave
Thiamin Hidrochlorid = 10 gram - Timbangan
Aqua p. i ad = 100ml - Glass ware
Carbo adsorben = 0.1 % = 0.1 gram/100ml - Spuit
IV. PENIMBANGAN
Tgl:
Kode bahan Nama bahan Jumlah yg di Jumlah yg Di timbang Diperiksa
butuhkan di timbang oleh oleh
Thiamin Hidrochlorid
Aqua p. i
V. PROSEDUR PENGOLAHAN
Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat dengan metode penurunan titik beku.
Gojoklarutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan 5-10 menit,
diamkan kemudian saring hingga jernih
Sterilisasi larutan dengan metode filtrasi dan masukkan larutan ke dalam ampul
sesuai volume yang diminta (dosisnya adalah 100 mg sekali injeksi), dan tutup
kemasan.
Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan 5-10 menit,
diamkan kemudian saring hingga jernih
Masukka larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, tutup dan
sterilkan dalam autoclave 121 oC selama 30 menit
Keterangan Tambahan :
1. Uji Kebocoran (POPP CPOB Jilid II 2012 halaman 677)
a. Dilakukan pada seluruh ampul dalam satu bets
b. Ampul diletakkan pada posisi terbalik dalam otoklaf.
c. Ampul yang tidak tertutup rapat atau bocor akan kosong dan terdeteksi
pada saat pemeriksaan visual ampul.
d. Pemeriksaan dapat dilakukan di dalam otoklaf menggunakan fase vakum
tenpa pemanasan. Untuk otoklaf yang belum dilengkapi dengan vakum,
uji kebocoran dapat dilakukan terpisah.
2. Pemeriksaan Visual (POPP CPOB 2012 Jilid II halaman 744 )
• Petugas tidak diizinkan memeriksa lebih dari satu jam tanpa
istirahat. Mereka harus mendapat “istirahat mata” di luar ruang
pemeriksaan selama 10 menit dalam tiap jam.
• Periksa kesiapan meja inspeksi visual : Lampu menyala, dengan lux
yang sesuai
• Ambil dengan klem ampul (yang belum diberi label dan permukaanya
sudah dibersihkan) dari traynya dengan cara menjepit bagian leher dan
di balikkan secara perlahan untuk mencegah gelembung udara terjadi.
Setelah itu putar sedikit untuk memutar isi larutan di dalamnya.
• Posisikan ampul secara horizontal kira-kira 10 cm di bawah sumber
cahaya (dibelakang kaca pembesar pada jarak fokus kira-kira 9cm).
Periksa larutan dalam wadah terhadap latar belakang hitam dan
putih dengan selang seling dalam waktu detik untuk tiap latar
belakang.
• Amati apakah ada :
a. Partikel dan serat dalam ampul
b. Kesesuaian organoleptis dengan standar (warna)
c. Kerusakan ampul (pecah atau retak)
• Kumpulkan ampul yang ditolak (rusak, mengandung serat dsb) dalam
satu wadah terpisah yang diberi label reject, sedangkan yang lulus
disimpan dalam wadah yang telah diberi label diterima
• Ambil sampel secara acak dari ampul yang diterima mengikuti label
dna lakukan pemeriksaan tandingan oleh operator lain
5. Uji Kebocoran
Kontrol :Bersih tidak ada perubahan warna
Sampel 2-8 : Sampel tidak ada perubahan warna
Sampel 9,20 : Terdapat Penetrasi warna biru dari metilen blue
( ) ( )
SPESIFIKASI BAHAN
Jawab :
Kerja aseptis adalah kerja yang keseluruhan obat, bahan obat, ataupun alatnya
harus dalam keadaaan steril dan seluruh proses pembuatannya harus dilakukan
di dalam ruang aseptis atau LAF
Jawab :
Hal ini dikarenakan agar agar apabila diinjeksikan kepada pasien tidak terasa sakit
dan apabila larutan isotonis,maka tidak akan menyebabkan jaringan membengkak
atau berkontraksi bila terjadi kontak.
Jawab :
Tanpa pemanasan
Inaktivasi biologi
Uji pirogen :
Jawab :
BHI
Media agar
5. Berapa volume kelebihan yang harus ditambahkan pada sediaan injeksi, dan
mengapa hal ini dilakukan?
Jawab :
Volume sekali injeksi adalah 1 mL, maka berdasar FI edisi V Lampiran kelebihan
yang ditambahkan sebanyak 0,1 mL. perlu penambahan volume untuk mengganti
apabila terdapat volume yang hilang.
Jawab :
Menurut FI edisi V syarat pH injeksi Thiamin HCl adalah 2,5 – 4,5. Boleh tidak
isohidris dikarenakan sifat isohidris tergantung dari stabilitas sediaan dan zat
aktifnya.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini yaitu pembuatan injeksi thiamin (vitamin B) yang
merupakan sediaan steril. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Syarat untuk sediaan injeksi diantaranya steril,
aman, jernih, isohidris, isotonis, dan bebas partikel asing atau pirogen. Zat aktif
yang dihunakan adalah thiamin HCl atau Vitamin B. Thiamin HCl merupakan
vitamin yang larut dalam air, sehingga pembuatannya lebih stabil dngan pelarut
air (aquades p.i) dan tidak menambahkan bahan tambahan lainnya. Kagunaan
vitamin B diantaranya untuk membantu memelihara sistem syaraf dan otot serta
fungsi jantung yang normal.
Pembuatan injeksi thiamin dilakukan dengan metode non aseptis, karena
zat aktif tahan terhadap pemanasan sehingga dilakukan sterilisasi akhir
menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit. Sebelumnya
dilakukan perhitungan tonisitas dengan metode penurunan titik beku dengan
∆Tf Thiamin HCl 0,416oC maka sifat larutan ini adalah hipotonis, sehingga
perlu adanya penambahan larutan NaCl 0,9% sebanyak 0,9 gr dalam 50 ml
larutan. Apabila larutan hipotonis akan menyebabkan lisisnya sel darah dan
membahayakan pada penggunaannya. Kemudian larutan digojok menggunakan
carbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan menggunakan oven selama 5-10
menit. Tujuan penambahan karbo absorben adalah untuk menyerap kotoran atau
partikel aasing dan pirogen, sehingga sediaan injeksi bebas dari pirogen dan
partikel asing, karena syarat injeksi diantaranya yaitu bebas pirogen dan
partikel asing. Kemudian setelah penambahan carbo absorben, larutan disaring
hingga jernih dan larutan dimasukkan ampul sesuai volume yang diminta.
Syarat pengisian ampul dan infus adalah 50%-90%. Selanjutnya dilakukan
sterilisasi akhir menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit.
Evaluasi sediaan diantaranya yaitu penepatan pH. Thiamin HCl
memiliki rentang pH antara 2,7-4,4 untuk menyempurnakan sediaan perlu
mencapai pH 3. Selanjutnya dilakukan juga uji kebocoran yang dilakukan
dengan menggelindingkan ampul pada tissue yang dialasi dengan kaca
berwarna gelap untuk melihat adanya kebocoran atau tidak. Dan uji sterilisasi
yang kegiatanya dilakukan delam raung LAF menggunakan media BHI cair
yang sudah disterilkan. Yaitu dengan memasukkan sedikit sampel (larutan
injeksi Thiamin HCl) menggunakan spuit steril kedalam media BHI air dan
diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu dilihat adakah bakteri atau mikrooranisme
lain yang tumbuh.
No. Sampel pH
Pada uji pH didapatkan seperti yang tertera,
1 Replikasi 1 4,50
dengan rata-rata pH 3,896. berdasarkan Farmakope edisi 2 Replikasi 2 3,66
5 syarat pH pada injeksi thiamin HCl 2,5 -4,5 sehingga 3 Replikasi 3 3,64
4 Replikasi 4 4,01
uji sesuai dengan teoritis pada Farmakope yang 5 Replikasi 5 3,67
digunakan sebagai literatur. Hal tersebut membuktikan Rata-rata 3,896
bahwa injeksi thiamin HCl yang dibuat sudah memenuhi persyaratan yang ada.
Pada uji sterilitas berdasarkan
No. Sampel pH
1 Kontrol Jernih Farmakope Indonesia Edisi VI
2 Sampel 1 Jernih dikatakan steril jika hasil yang
3 Sampel 2 Tumbuh koloni
4 Sampel 3 Tumbuh Koloni didapatkan jernih atau tidak tumbuh
5 Sampel 4 Tumbuh Koloni koloni, sedangkan pada uji yang steril
hanya pada sampel 1 dan pada sampel yang lain terdapat koloni yang tumbuh sehingga
pada sampel perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai produk injeksi thiamin HCl, dan
dilakukan sterilisasi ulang.
Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing mendapatkan hasil sampel 1-50
(kecuali sampel 7 dan sampel 23) bersih tanpa ada partikel asing sedangkan sampel 7
terdapat partikel asing, dan sampel 23 terdapat partikel asing. Berdasarkan kriteria
persyaratan yang ada, hasil pemeriksaan visual terdapat 2 sampel yang mengandung
partikel asing sehigga memenuhi persyaratan.
Uji penetapan volume injeksi menurut Farmakope Indonesia Edisi VI adalah
volume tidak kurang dari volume nominal. Berdasarkan data praktikum volume rata-
rata yang didapatkan adalah 2,04ml sehingga No. Sampel pH
memenuhi persyaratan. 1 Replikasi 1 2,0 mL
2 Replikasi 2 2,15 mL
Uji kebocoran dikatakan bocor 3 Replikasi 3 2,10 mL
apabila terdapat penetrasi biru dari metilen 4 Replikasi 4 2,0 mL
5 Replikasi 5 1,95 mL
blue pada ampul. Pada kontrol bersih tidak
Rata-rata 2,04 mL
ada perubahan warna, sampel 2-8 sampel SD 0,082
tidak ada perubahan warna, sampel 9,20
terdapat Penetrasi warna biru dari metilen blue.
KESIMPULAN
1. Evaluasi sediaan diantaranya penetapan pH, uji kebocoran, dan uji sterilitas
sediaan.
2. Injeksi thiamin HCl dibuat menggunakan metod non aseptis dengan
sterilisasi akhir menggunakan uap basah (autoclave) pada suhu 121 oC
selama 30 menit.
3. Pada uji pH didapatkan injeksi thiamin HCl yang dibuat sudah memenuhi
persyaratan yang ada yaitu pH pada injeksi thiamin HCl 2,5 -4,5.
4. Pada uji sterilitas perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai produk injeksi
thiamin HCl, dan dilakukan sterilisasi ulang.
5. Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing memenuhi persyaratan.
6. Uji penetapan volume injeksi menurut Farmakope Indonesia Edisi VI
didapatkan adalah 2,04ml sehingga memenuhi persyaratan.
7. Uji kebocoran dikatakan bocor apabila terdapat penetrasi biru dari metilen
blue pada ampul.
DAFTAR PUSTAKA