p3 Kel 6 Gol 1 Sabtu Pagi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PERCOBAAN III

PEMBUATAN INJEKSI THIAMIN HIDROCLORID

Nama anggota kelompok : 1. Izharudin wahid / 1800023221


2. Ditya Oktaviani / 1800023222
3. Fita Damaharyuningrum / 1800023223
4. Salsa Mellina Gayuh / 1800023224
Golongan/kelompok/kelas : 1/6/6C
Hari/tgl praktikum :
Dosen : Apt. Azis Ikhsanudin., M.Sc.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2021
CATATAN ( PRAKTIKUM ) PENGOLAHAN BETS

Percobaan / Prosedur Pengolahan Bets No : Pembuatan Injeksi Thiamin Hidrochlorid

Di susun oleh Di setujui oleh

................................... ................................ ...............................


Mahasiswa Asisten dosen Asisten mahasiswa
Tgl: Tgl: Tgl:
Kode produk Nama produk No. Bets Besar bets Bentuk sediaan Tgl pengolahan

001 ........................ ........................... ........................... ........................ ............................

I. KOMPOSISI II. SPESIFIKASI


A. Satuan dasar

Spesifikasi Bahan Ada Dibelakang


R/ Thiamin Hidrochlorid 10
Aqua p.I ad 100 ml

Tonisitas
∆Tf 1% = 0,13 oC
Thiamin HCL 166,67 mg/50 ml = 3.2 gram/100 ml = 3.2 %
3.2 % 1 % 𝑥 0.13 𝑜𝐶 = 0.46 𝑜𝐶 < 0,52 𝑜𝐶 (hipotonis)
0.52 oC – 0.416 oC = 0.104 oC
NaCl yg ditambahkan = 0.104 : 0.52 x 0.9 = 1.8 𝑔𝑟am/100ml

III. PERALATAN
B. JUMLAH BAHAN YANG DIPERLUKAN

- Autoclave
Thiamin Hidrochlorid = 10 gram - Timbangan
Aqua p. i ad = 100ml - Glass ware
Carbo adsorben = 0.1 % = 0.1 gram/100ml - Spuit

IV. PENIMBANGAN
Tgl:
Kode bahan Nama bahan Jumlah yg di Jumlah yg Di timbang Diperiksa
butuhkan di timbang oleh oleh

Thiamin Hidrochlorid

Aqua p. i
V. PROSEDUR PENGOLAHAN

A. METODE ASEPTIS Paraf


Mahasiswa Asisten

Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat dengan metode penurunan titik beku.

Larutkan Thiamin HCl dengan sebagian aqua p.i

Gojoklarutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan 5-10 menit,
diamkan kemudian saring hingga jernih

Sterilisasi larutan dengan metode filtrasi dan masukkan larutan ke dalam ampul
sesuai volume yang diminta (dosisnya adalah 100 mg sekali injeksi), dan tutup
kemasan.

Periksa larutan terhadap kebocoran (Farmakope Indonesia) pemeriksaan visual


terhadap partikel asing (Petunjuk operasional CPOB 2012), dan penetapan
volume injeksi dalam wadah ( Farmakope Indonesia Edisi V)!

B. METODE NON ASEPTIS (STERILISASI AKHIR)


Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat dengan metode penurunan titik beku

Larutkan Thiamin HCL dengan sebagian aqua p.I

Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan 5-10 menit,
diamkan kemudian saring hingga jernih

Masukka larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, tutup dan
sterilkan dalam autoclave 121 oC selama 30 menit

Periksa larutan terhadap kebocoran, pemeriksaan visual terhadap parktikel asing


(Petunjuk operasional CPOB 2012),Uji kejernihan dan warna larutan , Penetapan
volume injeksi dalam wadah ( Farmakope Indonesia Edisi V)!

Keterangan Tambahan :
1. Uji Kebocoran (POPP CPOB Jilid II 2012 halaman 677)
a. Dilakukan pada seluruh ampul dalam satu bets
b. Ampul diletakkan pada posisi terbalik dalam otoklaf.
c. Ampul yang tidak tertutup rapat atau bocor akan kosong dan terdeteksi
pada saat pemeriksaan visual ampul.
d. Pemeriksaan dapat dilakukan di dalam otoklaf menggunakan fase vakum
tenpa pemanasan. Untuk otoklaf yang belum dilengkapi dengan vakum,
uji kebocoran dapat dilakukan terpisah.
2. Pemeriksaan Visual (POPP CPOB 2012 Jilid II halaman 744 )
• Petugas tidak diizinkan memeriksa lebih dari satu jam tanpa
istirahat. Mereka harus mendapat “istirahat mata” di luar ruang
pemeriksaan selama 10 menit dalam tiap jam.
• Periksa kesiapan meja inspeksi visual : Lampu menyala, dengan lux
yang sesuai
• Ambil dengan klem ampul (yang belum diberi label dan permukaanya
sudah dibersihkan) dari traynya dengan cara menjepit bagian leher dan
di balikkan secara perlahan untuk mencegah gelembung udara terjadi.
Setelah itu putar sedikit untuk memutar isi larutan di dalamnya.
• Posisikan ampul secara horizontal kira-kira 10 cm di bawah sumber
cahaya (dibelakang kaca pembesar pada jarak fokus kira-kira 9cm).
Periksa larutan dalam wadah terhadap latar belakang hitam dan
putih dengan selang seling dalam waktu detik untuk tiap latar
belakang.
• Amati apakah ada :
a. Partikel dan serat dalam ampul
b. Kesesuaian organoleptis dengan standar (warna)
c. Kerusakan ampul (pecah atau retak)
• Kumpulkan ampul yang ditolak (rusak, mengandung serat dsb) dalam
satu wadah terpisah yang diberi label reject, sedangkan yang lulus
disimpan dalam wadah yang telah diberi label diterima
• Ambil sampel secara acak dari ampul yang diterima mengikuti label
dna lakukan pemeriksaan tandingan oleh operator lain

Jumlah Wadah Jumlah Sampel Jumlah Max Wadah


Tercemar
151-280 32 1
281-500 50 2
501 – 1200 80 3
1201–320 125 5
3201 – 10000 200 7
10001–35000 315 10
35001–150000 500 14
• Ulangi kembali pemeriksaan bila operator kedua menemukan jumlah
wadah yang tercemar melebihi jumlah maksimal wadah tercemar yang
diperkenankan pada tabel diatas. Setelah diperiksa ulang, lakukan
kembali seperti langkah No. 5
• Catat semua kegiatan di atas pada tabel rekapitulasi pemeriksaan visual
(Lampiran 1) dan lampirkan pada catatan pengolahan bets yang berkaitan.
3. Penetapan volume injeksi dalam wadah ( Farmakope Indonesia V)
• Pilih 1/ lebih wadah, bila volume 10ml/ lebih
• 3 wadah/ lebih, bila volume lebih dari 3ml dan kurang dari 10 ml
• 5 wadah/ lebih, bila volume 3 ml atau kurang
Langkah :
• Ambil isi tiap wadah dengan spuit hipodermik kering berukuran < 3x
volume yang akan diukur, dilengkapi spuit No. 21, panjang tidak , 2,5 cm
• Keluarkan gelembung udara dari dalam spuit dan pindahkan isi dari dalam
spuit, tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas ukur volume
tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi
sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.
4. Uji Kejernihan
•Menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diamater dalam 15-25 mm
tidak berwarna,transparan dan terbuat dari kaca netral.
•Bandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat.
•Bandingkan kedua larutan dibawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah
pembuatan suspensi padanan dengan tegak lurus kearah bawah tabung
menggunakan latar belakang hitam.
•Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan.

C. Evaluasi sediaan berdasarkan Farmakope Indonesia V


1. Penetapan pH (Lampiran Farmakope Indonesia V, ) Dengan mengecek pH
menggunakan potensiometri (pH meter)
2. Uji sterilitas (Seluruh kegiatan dilakukan didalam ruang LAF)
a. Siapkan sampel yang telah diaseptiskan di dalam ruang LAF
b. Buka tutup sampel, gunakan spuit steril untuk mengambil isi sampel dan
masukkan dalam media BHI
c. Tutup media yang sudah di treatment, inkubasikan dalam incubator pada
suhu.
Hal 4

VI. REKONSILIASI HASIL


Hasil nyata Hasil teoritis

1. Uji pH 1. Uji pH : syarat pH injeksi thiamin HCl 2,5 -4,5


No. Sampel pH 2. Uji Sterilitas : Dikatakan steril jika hasil yang
1 Replikasi 1 4,50 didapatkan jernih atau tidak tumbuh koloni
2 Replikasi 2 3,66
3 Replikasi 3 3,64 3. Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing : Hasil
4 Replikasi 4 4,01 pemeriksaan visual terdapat 2 sampel yang
5 Replikasi 5 3,67
Rata-rata 3,896 mengandung partikel asing sehigga memenuhi
2. Uji Sterilitas persyaratan
No. Sampel pH
1 Kontrol Jernih 4. Uji Penetapan Volume Injeksi : volume tidak kurang
2 Sampel 1 Jernih dari volume nominal
3 Sampel 2 Tumbuh koloni
5. Uji Kebocoran : Dikatakan bocor apabila terdapat
4 Sampel 3 Tumbuh Koloni
5 Sampel 4 Tumbuh Koloni penetrasi biru dari metilen blue pada ampul.

3. Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing


Sampel 1-50 (kecuali sampel 7 dan sampel 23)bersih tanpa ada
partikel asing
Sampel 7 : Terdapat partikel asing
Sampel 23 :Terdapat partikel asing
4. Uji Penetapan Volume injeksi
No. Sampel pH
1 Replikasi 1 2,0 mL
2 Replikasi 2 2,15 mL
3 Replikasi 3 2,10 mL
4 Replikasi 4 2,0 mL
5 Replikasi 5 1,95 mL
Rata-rata 2,04 mL
SD 0,082

5. Uji Kebocoran
Kontrol :Bersih tidak ada perubahan warna
Sampel 2-8 : Sampel tidak ada perubahan warna
Sampel 9,20 : Terdapat Penetrasi warna biru dari metilen blue

Diperiksa oleh Pengecekan kebersihan alat/ tempat


Asisten Laboran

( ) ( )
SPESIFIKASI BAHAN

1. Thiamin HCL ( Farmakope Indonesia Edisi IV hal 784 )


Nama Kimia : Thiamin Hidroklorida
Sinonim : Vitamin B1
Rumus Molekul : C12H17CIN4OS.HCL
Berat Molekul : 337,27
Pemereian : Hablur atau serbuk putih , bau khas lemah. Jika bentuk
anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih
kurang 4%. melebur pada suhu lebih kurang 248 derajat
celcius disertai peruraian.
Kelarutan : Mudah larut dalam air , larut dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam etanol dan benzene.

2. Norit (Ditjen POM,1979)


Nama Resmi : Carbo Adsorben
Nama Lain : Arang penghilang warna,arang jerap.
Rumus Kimia : Tersusun atas karbon
Berat Molekul : 4.2
Pemerian : Serbuk halus,hitam,tidak berbau, bebas dari butiran, tidak
berasa.
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol.

3. Aqua p. ( Farmakope Indonesia Edisi IV hal 96 )


Pemerian : Air untuk injeksi yang di sterilisasi dan dikemas dengan
cara yang sesuai tidak mengandung bahan antimikroba
atau bahan tambahan lainnya . Larutan tidak berwarna,
jernih , tidak berbau
PERTANYAAN

1. Jelaskan kerja aseptis dan non-aseptis dan berikan contohnya!

Jawab :

 Kerja aseptis adalah kerja yang keseluruhan obat, bahan obat, ataupun alatnya
harus dalam keadaaan steril dan seluruh proses pembuatannya harus dilakukan
di dalam ruang aseptis atau LAF

Contoh : Pembuatan injeksi thiamin HCl

 Kerja non-aseptis adalah kerja untuk membuat sediaan yang dilakukan


sterilisasi di akhir dengan cara pemanasan.

Contoh : Pembuatan infus ringer

2. Mengapa larutan parenteral harus isotonis?

Jawab :

Hal ini dikarenakan agar agar apabila diinjeksikan kepada pasien tidak terasa sakit
dan apabila larutan isotonis,maka tidak akan menyebabkan jaringan membengkak
atau berkontraksi bila terjadi kontak.

3. Sebutkan cara-cara depirogenisasi dan bagaimana uji pyrogen?

Jawab :

 Tanpa pemanasan

 Inaktivasi biologi

 Memindahkan endotoksin (Removal)

Uji pirogen :

Rabbit test : Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan sediaan


Intravena dan ditunjukkan untuk sediaan yang dapat ditoleransi
kelinci serta waktu penyuntikan tidak lebih dari 10menit. Dosis
tidak lebih dari 10 mL/kg. Rekam suhu berturutturut antara jam
ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
4. Sebutkan media yang cocok untuk uji steriltas!

Jawab :

Media yang cocok untuk sterilitas adalah :

 FTM (Untuk bakteri arob dan anaerob)

 SCDM (Untuk jamur/kapang)

 BHI

 Media agar

5. Berapa volume kelebihan yang harus ditambahkan pada sediaan injeksi, dan
mengapa hal ini dilakukan?

Jawab :

Volume sekali injeksi adalah 1 mL, maka berdasar FI edisi V Lampiran kelebihan
yang ditambahkan sebanyak 0,1 mL. perlu penambahan volume untuk mengganti
apabila terdapat volume yang hilang.

6. Berapa syarat pH sediaan injeksi thiamin HCl? Mengapa boleh tidak


isohidris?

Jawab :

Menurut FI edisi V syarat pH injeksi Thiamin HCl adalah 2,5 – 4,5. Boleh tidak
isohidris dikarenakan sifat isohidris tergantung dari stabilitas sediaan dan zat
aktifnya.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini yaitu pembuatan injeksi thiamin (vitamin B) yang
merupakan sediaan steril. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Syarat untuk sediaan injeksi diantaranya steril,
aman, jernih, isohidris, isotonis, dan bebas partikel asing atau pirogen. Zat aktif
yang dihunakan adalah thiamin HCl atau Vitamin B. Thiamin HCl merupakan
vitamin yang larut dalam air, sehingga pembuatannya lebih stabil dngan pelarut
air (aquades p.i) dan tidak menambahkan bahan tambahan lainnya. Kagunaan
vitamin B diantaranya untuk membantu memelihara sistem syaraf dan otot serta
fungsi jantung yang normal.
Pembuatan injeksi thiamin dilakukan dengan metode non aseptis, karena
zat aktif tahan terhadap pemanasan sehingga dilakukan sterilisasi akhir
menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit. Sebelumnya
dilakukan perhitungan tonisitas dengan metode penurunan titik beku dengan
∆Tf Thiamin HCl 0,416oC maka sifat larutan ini adalah hipotonis, sehingga
perlu adanya penambahan larutan NaCl 0,9% sebanyak 0,9 gr dalam 50 ml
larutan. Apabila larutan hipotonis akan menyebabkan lisisnya sel darah dan
membahayakan pada penggunaannya. Kemudian larutan digojok menggunakan
carbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan menggunakan oven selama 5-10
menit. Tujuan penambahan karbo absorben adalah untuk menyerap kotoran atau
partikel aasing dan pirogen, sehingga sediaan injeksi bebas dari pirogen dan
partikel asing, karena syarat injeksi diantaranya yaitu bebas pirogen dan
partikel asing. Kemudian setelah penambahan carbo absorben, larutan disaring
hingga jernih dan larutan dimasukkan ampul sesuai volume yang diminta.
Syarat pengisian ampul dan infus adalah 50%-90%. Selanjutnya dilakukan
sterilisasi akhir menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit.
Evaluasi sediaan diantaranya yaitu penepatan pH. Thiamin HCl
memiliki rentang pH antara 2,7-4,4 untuk menyempurnakan sediaan perlu
mencapai pH 3. Selanjutnya dilakukan juga uji kebocoran yang dilakukan
dengan menggelindingkan ampul pada tissue yang dialasi dengan kaca
berwarna gelap untuk melihat adanya kebocoran atau tidak. Dan uji sterilisasi
yang kegiatanya dilakukan delam raung LAF menggunakan media BHI cair
yang sudah disterilkan. Yaitu dengan memasukkan sedikit sampel (larutan
injeksi Thiamin HCl) menggunakan spuit steril kedalam media BHI air dan
diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu dilihat adakah bakteri atau mikrooranisme
lain yang tumbuh.
No. Sampel pH
Pada uji pH didapatkan seperti yang tertera,
1 Replikasi 1 4,50
dengan rata-rata pH 3,896. berdasarkan Farmakope edisi 2 Replikasi 2 3,66
5 syarat pH pada injeksi thiamin HCl 2,5 -4,5 sehingga 3 Replikasi 3 3,64
4 Replikasi 4 4,01
uji sesuai dengan teoritis pada Farmakope yang 5 Replikasi 5 3,67
digunakan sebagai literatur. Hal tersebut membuktikan Rata-rata 3,896

bahwa injeksi thiamin HCl yang dibuat sudah memenuhi persyaratan yang ada.
Pada uji sterilitas berdasarkan
No. Sampel pH
1 Kontrol Jernih Farmakope Indonesia Edisi VI
2 Sampel 1 Jernih dikatakan steril jika hasil yang
3 Sampel 2 Tumbuh koloni
4 Sampel 3 Tumbuh Koloni didapatkan jernih atau tidak tumbuh
5 Sampel 4 Tumbuh Koloni koloni, sedangkan pada uji yang steril
hanya pada sampel 1 dan pada sampel yang lain terdapat koloni yang tumbuh sehingga
pada sampel perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai produk injeksi thiamin HCl, dan
dilakukan sterilisasi ulang.
Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing mendapatkan hasil sampel 1-50
(kecuali sampel 7 dan sampel 23) bersih tanpa ada partikel asing sedangkan sampel 7
terdapat partikel asing, dan sampel 23 terdapat partikel asing. Berdasarkan kriteria
persyaratan yang ada, hasil pemeriksaan visual terdapat 2 sampel yang mengandung
partikel asing sehigga memenuhi persyaratan.
Uji penetapan volume injeksi menurut Farmakope Indonesia Edisi VI adalah
volume tidak kurang dari volume nominal. Berdasarkan data praktikum volume rata-
rata yang didapatkan adalah 2,04ml sehingga No. Sampel pH
memenuhi persyaratan. 1 Replikasi 1 2,0 mL
2 Replikasi 2 2,15 mL
Uji kebocoran dikatakan bocor 3 Replikasi 3 2,10 mL
apabila terdapat penetrasi biru dari metilen 4 Replikasi 4 2,0 mL
5 Replikasi 5 1,95 mL
blue pada ampul. Pada kontrol bersih tidak
Rata-rata 2,04 mL
ada perubahan warna, sampel 2-8 sampel SD 0,082
tidak ada perubahan warna, sampel 9,20
terdapat Penetrasi warna biru dari metilen blue.
KESIMPULAN

1. Evaluasi sediaan diantaranya penetapan pH, uji kebocoran, dan uji sterilitas
sediaan.
2. Injeksi thiamin HCl dibuat menggunakan metod non aseptis dengan
sterilisasi akhir menggunakan uap basah (autoclave) pada suhu 121 oC
selama 30 menit.
3. Pada uji pH didapatkan injeksi thiamin HCl yang dibuat sudah memenuhi
persyaratan yang ada yaitu pH pada injeksi thiamin HCl 2,5 -4,5.
4. Pada uji sterilitas perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai produk injeksi
thiamin HCl, dan dilakukan sterilisasi ulang.
5. Uji Pemeriksaan Terhadap Partikel Asing memenuhi persyaratan.
6. Uji penetapan volume injeksi menurut Farmakope Indonesia Edisi VI
didapatkan adalah 2,04ml sehingga memenuhi persyaratan.
7. Uji kebocoran dikatakan bocor apabila terdapat penetrasi biru dari metilen
blue pada ampul.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Badan POM RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat yang Baik Jilid 1 dan 2. Jakarta: BPOM

Anda mungkin juga menyukai